PERSEDIAAN Persediaan • Merupakan aktiva : • Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal (barang dagang & dan produk jadi) • Berada dalam proses produksi • Bahan baku dan bahan pembantu
• Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984
menyatakan penyerahan barang kena pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan. Barang konsinyasi tidak termasuk persediaan consignee. • Akuntansi persediaan berkaitan dengan sistem pencatatan dan penilaian. Untuk tujuan perpajakan, pasal 10 ayat (6) UU PPh menganut Metode FIFO & Harga Pokok Rata-rata. DEFINISI PERSEDIAAN (PSAK 14)
• Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal, baik barang dagangan untuk usaha perdagangan maupun barang jadi untuk manufaktur; berada dalam proses produksi (barang dalam proses manufaktur dan pekerjaan dalam proses untuk kontraktor); dan dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Jenis persediaan • Biaya Bahan Baku dan Bahan Pelengkap (harga beli + ongkos angkut + biaya gudang + lain-lain yg berhub dgn penyimpanan) • Barang dalam Pengolahan (brg yg msh dlm tahap penyelesaian, untuk menyelesaikan produk tsb, perusahaan masih memerlukan tambahan pekerjaan shg membutuhkan Biaya Tenaga Kerja dan biaya tidak langsung lainnya) • Barang Jadi (produk yang telah selesai diolah dan siap untuk dijual) SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
• Dalam UU PPh No 36/2008, sistem pencatatan
persediaan tidak diatur secara jelas. Selama sistem dapat menunjukkan kebenaran pencatatan, konsisten, dan taat asas, ketentuan perpajakan dapat menerimanya. • Sistem Pencatatan Periodik • Sistem Pencatatan Perpetual (UU PPh No.36/2008 menegaskan agar pencatatan sedapat mungkin dilakukan dengan sistem perpetual Contoh • Pada tanggal 4 April 2012, PD. Bintang membeli 100 unit barang dagang dengan harga Rp (harga belum termasuk PPN) secara tunai. PD. Bintang telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari Pembukuan persediaan dilakukan dengan sistem perpetual : • Harga 1 unit barang adalah Rp : 100 unit = Rp50.000
Tanggal Keterangan Debet Kredit
4 april Persediaan Barang Dagang 5.000.000 2012 PPN Masukan 500.000 Kas/bank 5.500.000 • Pada tanggal 30 April 2012, PD. Bintang menjual 30 unit barang dagang secara tunai dengan harga jual Rp70.000/unit (belum termasuk PPN) • Pers brg dgg yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan = Rp x 70 = Rp 3.500.000,- Tanggal Keterangan Debet Kredit 30 April Kas/Bank 2.310.000 2012 PPN Masukan 210.000 Penjualan 2.100.000 HPP 1.500.000 Persedian Barang Dag 1.500.000 Jika PD. Bintang belum dikukuhkan sbg PKP
• PD. Bintang tidak dapat mengkreditkan PPN
Masukannya sehingga PPN Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan barang dagang sehingga harga 1 unit barang adagang adalah Rp : 100 unit = Rp55.000 • Karena bukan PKP, maka PD. Bintang tidak memungut PPN Keluaran Tanggal Keterangan Debet Kredit 4 april 2012 Persedian barang dag 5.500.000 Kas/Bank 5.500.000 30 April 2012 Kas/Bank 2.100.000 Penjualan 2.100.000 HPP 1.650.000 Persediaan Barang Dag 1.650.000 Nilai persediaan dalam neraca
• Penilaian persediaan barang didasarkan pada harga
perolehan. Penilaian pemakaian persediaan untuk penghitungan HPP hanya boleh dilakukan melalui dua cara menurut ketentuan perpajakan UU PPh No. 36 Tahun 2008 pasal 10 ayat (6), yaitu : • 1. Metode rata-rata (average) atau • 2. Metode FIFO • Pemilihan ke dua metode tersebut harus dilakukan secara taat asas, artinya sekali WP memilih salah satu cara penilaian pemakaian persediaan untuk perhitungan HPP, maka untuk selanjutnya harus digunakan cara yang sama. Teknik menghitung nilai persediaan akhir
• Metode laba bruto (gross profit method), metode ini biasa
digunakan apabila inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak dilaksanakan • Metode harga eceran (retail method), metode ini sering digunakan oleh pengecer, pasar swalayan dan toserba untuk menaksir nilai persediaan guna penyusunan penyusunan laporan perhitungan laba rugi. UU PPh No.36/2008 dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar dan bukan berdasarkan penaksiran.