Anda di halaman 1dari 44

BIAYA BAHAN, TENAGA KERJA DAN BOP

BIAYA BAHAN BAKU


 KEBUTUHAN BAHAN BAKU
 Kendala Perusahaan dalam pemenuhan bhn baku
 Bahan adalah bagian yang sangat signifikan dlm
biaya produksi
 Bahan baku harus dikelola dengan efisien
 Persed bhn baku juga harus cukup tersedia agar
keg proses produksi tidak terganggu
AKTIFITAS TERKAIT BAHAN

 1. pengadaan
 pertimbangkan reorder point
 2. distribusi
 aktivitas pemindahan bahan dari gudang
menuju Dept produksi
AKUNTANSI TERKAIT PERSED BARANG
 Pengadaan bahan
 Dimulai dari permintaan bahan oleh gudang, diakhiri
dengan kegiatan penerimaan dan penempatan bahan di
gudang. Agar jumlah persediaan pas, permintaan bahan
harus mempertimbangkan tingkat reorder point
 Distribusi
 Merupakan aktivitas pemindahan bahan menuju tempat
proses produksi. Seandainya ada kelebihan bahan yang
diambil, kelebihan tsb akan dikembalikan lagi ke gudang
penyimpanan bahan
PENGADAAN BAHAN
 Dicatat dengan rekening “persediaan bahan”.
Bagi perusahaan yang memisahkan pencatatan
persediaan bahan baku
 Contoh: PT ARS membeli bahan baku berupa
bijih plastik sebanyak 3 ton, senilai Rp.
30.000.000. Pembayaran dilakukan dengan Rp.
10.000.000 dibayar tunai, dan sisanya dibayar
kemudian
JURNAL PENCATATAN PEMBELIAN BAHAN
 II Persedian Bahan 30.000.000
 II Kas 10.000.000
 II Utang dagang 20.000.000
PPN (PAJAK PERTAMBAHAN NILAI)

Bahan Proses produksi Produk jadi

 PPN Masukan PPN Keluaran

 PPN = PPN Keluaran- PPN Masukan


 Pada akhirnya perusahaan hanya menyerahkan pajak
ke pemerintah sebesar pajak yang dipungut ke
konsumen (PPN Keluaran) setelah dikurangi dengan
pajak yang telah dibayarkan ke pemasok bahan (PPN
Masukan)
PERLAKUAN PPN
 Misal : Harga bahan Rp 20.000.000
 PPN 10% Rp. 2.000.000
 Ongkos kirim Rp. 600.000 +
 Total tagihan Rp.22.600.000
 Bagi pengusaha yang sudah terdaftar PKP jurnal yang harus dibuat adalah:
 II Persediaan bahan 20.600.000
 II PPN Masukan 2.000.000
 II Kas 22.600.000

 Jika pengusaha bukan PKP :


 II Persediaan bahan 22.600.000
 II Kas 22.600.000
JURNAL PEMAKAIAN BAHAN
 Bagian produksi PT INA meminta bahan untuk proses produksi
senilai Rp. 5000.000 dengan rincian sebagai berikut:
 Bahan baku Rp. 4.000.000
 Bahan penolong Rp. 1.000.000 +
 Jumlah Rp. 5.000.000
 Pencatatan pemakaian bahan:
 II BDP Rp. 4.000.000
 II BOP ses Rp. 1.000.000
 II Persed bahan Rp. 5.000.000

 Apabila dari bahan baku di atas sebanyak Rp. 300.000 bahan


penolong dikembalikan ke gudang karena tidak jadi dipakai, maka
pencatatannya:
 II Persediaan bahan Rp. 300.000
 II BOP Ses Rp. 300.000
LIMBAH (SCRAP)
 Karakteristik scrap:
 Tidak dapat digunakan lagi dalam proses produksi normal

 Memiliki nilai jual

Perlakuan scrap
Misalnya: Pada pengerjaan produk, muncul scrap yang
dijual senilai Rp. 200.000,-. Bagaimana pencatatannya?
1. Mengurangi biaya produksi pada produk yang
bersangkutan
2. Mengurangi biaya produksi secara keseluruhan

3. Hasil penjualan scrap dicatat sbg penghasilan lain-lain


PENCATATAN SCRAP

 1. II kas 200.000
 II BDP 200.000
 (penjualan scrap dari 1 produk saja)

 2. II kas 200.000
 II bop ses 200.000
 (penjualan berasal dari berbagai produk)

 3. II kas 200.000
 II pendapatan lain2 200.000
 (penjualan scrap dianggap sebagai pendapatan lain-lain)
PENYESUAIAN PERSEDIAAN
 Selisih persediaan bahan baku bisa terjadi karena
beberapa hal:
1. Menguap

2. Bahan sudah usang

3. Bahan rusak

Perlakuan terhadap selisih tersebut:dibuat jurnal


adjustment. Apabila selisih normal dibebankan sebagai
BOP Ses, jika tidak normal diperlakukan sbg kerugian
yang akan dilaporkan dalam Laporan Laba Rugi
CONTOH PENYESUAIAN
 Pada akhir tahun 2012 bagian gudang melakukan
penghitungan fisik terhadap bahan bakunya. Secara
normal, biasanya untuk bahan yang sama ditemukan
selisih + 20.000, namun pada perhitungan ini ditemukan
ada selisih 45.000 yang diketahui kemudian disebabkan
karena ada bahan yang rusak karena basah.
 Terhadap kasus diatas dibuat jurnal berikut:
 II Kerugian kerusakan bahan Rp. 25.000
 II BOP Ses Rp. 20.000
 II Persediaan bahan baku Rp. 45.000
MATERIAL HANDLING COST
 Material handling: penanganan bahan
 Meliputi: biaya perawatan, operasional gudang
penyimpanan. Contoh: pencucian bahan, penataan
bahan di gudang dll
 Perlakuan:
 1. Jika bahan dapat diidentifikasi thd produk
tertentu, maka dianggap sebagai cost dari produk tsb
 2. Jika tidak teridentifikasi pada produk tertentu,
dicatat sebagai BOP
BIAYA TENAGA KERJA
HAL-HAL TERKAIT BIAYA TK
 Biaya tenaga kerja yang utama adalah gaji dan upah.
Dalam hal ini terkadang ada potongan gaji/ upah
yang harus dicatat,seperti biaya pensiun, premi
asuransi, iuran dana sosial
 Biaya TK lainnya yang mungkin muncul: biaya
lembur, biaya shift, bonus
 Hal lain terkait pencatatan
gaji/upah adalah
munculnya kewajiban PPh
UPAH LEMBUR
 Misal sebuah perusahaan membayar karyawan dengan tarip
untuk jam normal Rp. 10.000 per jam, dan jam lembur
sebesar 1,5x dari tarip normal. Jam kerja normal per mingu
40 jam. Jika ada karyawan yang bekerja selama 45 jam
selama 1 minggu, maka perhitungan upah karyawan tersebut:
 Upah reguler (40jamxRp.10.000) : Rp. 400.000
 Upah lembur:
 Upah reguler (5jamx Rp.10.000) : Rp. 50.000
 Upah lembur (5jamxRp. 5.000) : Rp. 25.000
 Total upah seminggu : Rp.475.000
ILUSTRASI PENCATATAN
 Dalam mencatat upah lembur, dibedakan
berdasarkan tujuan lembur tersebut. Apabila
contoh perhitungan diatas adalah data lembur
untuk produksi pesanan no 4, yang harus segera
diselesaikan karena 2 hari lagi akan diambil,
maka pencatatannya:
 II BDP-TK 475.000
 II Gaji dan upah 475.000
ILUSTRASI PENCATATAN
 Apabila biaya lembur muncul karena perusahaan
sedang sangat sibuk pada suatu minggu tertentu,
dan pekerjaan lembur tsb tidak bisa
diidentifikasikan ke suatu produk, maka
pencatatannya:
 II BDP-TK Rp. 450.000
 IIBOPSes Rp. 25.000
 II Hutang gaji dan upah Rp. 475.000
INSENTIF SHIFT MALAM
 Pekerja yang bekerja pada shift malam memperoleh
upah yang berbeda dengan shift pagi. Perbedaan
tarif ini tidak boleh mengakibatkan HPP barang
yang diproduksi shift malam jadi lebih mahal .
 Oleh karena itu kelebihan upah shift malam dicatat
sebagai BOP
 II BDP TK XXX
 II BOPses XXX
 II Hutang gaji dan upah XXX
BONUS
 Contoh: PT Sumber Barokah merencanakan sejak awal
tahun untuk memberikan bonus akhir tahun. Bonus yang
akan diberikan sebesar 1% dari total laba perusahaan. Pada
th tersebut total laba yang diestimasikan akan dicapai PT
Sumber Barokah Rp. 10.000.000.000. Maka PT SB harus
membentuk dana cadangan bonus sebesar
 1% x Rp.10.000.000.000= Rp 100.000.000.

 Jika PT SB membayar karyawannya pekanan, dan waktu


kerja efektif selama 1 th dianggap 50 minggu (52 minggu-
alokasi libur), maka beban biaya untuk bonus setiap
pembayaran upah adalah
 Rp. 100.000.000: 50 = Rp.2.000.000/ pekan
PENCATATAN CADANGAN BONUS
 Jurnal untuk mencatat pembentukan dana bonus saat
pembayaran mingguan:
 II BDP-BTK Rp. Xxxx
 II BOP SesRp. 2.000.000
 II Gaji dan upah Rp. Xxxx
 II Cad dana bonus Rp. 2.000.000

 Ketika dana dicairkan maka jurnalnya:


 II Cad dana bonus Rp. 2000.000
 II Kas Rp. 2000.000
PPH
 Contoh: berikut ini adalah data rekap gaji dan
upah karyawan PT SB bulan Oktober 2013:
 Gaji TKL bag produksi Rp. 25.000.000
 Gaji TKTL bag produksi Rp. 2.000.000
 Gaji bag pemasaran Rp. 7.000.000
 Gaji bag administrasi Rp. 5.000.000 +
 Jumlah Rp. 39.000.000
 PPh ps 21 (Rp. 3.500.000)
 Hutang gaji karyawan Rp. 35.000.000
PENCATATAN PPH
 Apabila pajak tidak ditanggung oleh perusahaan, maka jurnal yang
dicatat adalah :
 II Gaji dan upah 39.000.000
 II Utang gaji dan upah 35.500.000
 II Utang PPh 21 3.500.000

 Bila pajak ditanggung oleh perusahaan:

 II Gaji dan upah 39.000.000


 II BOP ses 3.500.000
 II Hutang gaji dan upah 39.000.000
 II hutang PPh 21 3.500.000
PENCATATAN BIAYA TENAGA KERJA
 Pencatatan biaya tenaga kerja telah dibahas pada
pencatatan harga pokok, baik harga pokok
pesanan maupun harga pokok proses. Tahap
pencatatan biaya TK ada 3, yaitu:
 Pengakuan adanya biaya TK
 Perealisasian biaya (pengeluaran kas)
 Klasifikasi biaya tenaga kerja
SOAL LATIHAN
 PT REJEKI LANCAR adalah PKP. Perusahaan
menggunakan rekening yang berbeda untuk bahan baku
dan bahan penolong. Berikut adalah catatan yang terkait
dgn transaksi bulan Januari:
 5/1 perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong
secara tunai. Atas transaksi ini perusahaan ditagih
pemasok bahan sebagai berikut:
 Bahan baku 15.000 unit @10.000 150.000.000
 Bahan penolong 5.000 unit @ 5000 25.000.000
 PPN 10% 17. 500.000
 Total tagihan Rp 192.500.000
 6/1 bagian produksi meminta bahan baku
sebanyak 7000 unit dan bahan penolong
sebanyak 2000 unit untuk proses produksi
 10/1 bagian produksi mengembalikan bahan baku
sebanyak 500 unit ke bagian gudang karena tidak
jadi digunakan untuk produksi
 11/1 bag produks melaporkan adanya scrap .
Biasanya dari pemrosesan bhn baku sebanyak
7000 unit hanya muncul limbah 100 kg dan jika
dijual laku Rp. 500.000, tapi kali ini limbah yang
muncul sebanyak 125 kg
BIAYA OVERHEAD PRODUK
PENGERTIAN
 BOP adalah biaya produksi yang tidak langsung
terhadap produk. Tidak termasuk dalam bahan
baku atau tenaga kerja langsung
 Jenis BOP sangat banyak dan beragam, misalnya
pemakaian bahan penolong, asuransi, depresiasi,
listrik, biaya mandor dll
DASAR PERHITUNGAN TARIF BOP
 Pembebanan BOP dapat dilakukan berdasar pemacu biaya
(cost driver) yaitu volume activity atau berdasarkan non
volume activities.
 Dengan menggunakan volume aktivitas, tarif BOP ditentukan
dari anggaran BOP dibagi jumlah volume aktivitas
 Dasar (cost driver):
 Jam mesin
 BBB (Rp)
 Unit produksi
 BTKL (Rp)
 Jam kerja langsung
JAM MESIN
 TARIP = Anggaran BOP pada kapasitas normal
 Taksiran jam mesin

 BIAYA BAHAN BAKU


 Tarip BOP = Estimasi BOP x 100%
 Estimasi biaya bahan
BTKL
 TARIP = Anggaran BOP x 100%
 Estimasi BTKL

 JAM KERJA LANGSUNg (JKL)


 Tarip = Anggaran BOP x 100%
 Estimasi JKL
KONSEP KAPASITAS
 Normal costing membebankan BOP ke produk
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
 Tarif yang ditentukan dihitung berdasarkan
taksiran atau anggaran BOP pada kapasitas tertentu
dibagi dengan estimasi volume aktivitas pada
kapasitas tersebut.
 Kapasitas yang dipilih tergantung pada apakah
dipandang dari jangka pendek atau jangka panjang.
:
MACAM-MACAM KAPASITAS
 1. kapasitas teoritis. (maximum capacity, ideal capacity).
Yaitu output maksimum yang dapat dicapai secara mutlak
dengan anggapan semua komponen berjalan sempurna
 2. kapasitas Praktis (practical capacity) adalah output
maksimum pada departemen yang bekerja secara efisien,
biasanya ditetapkan sekitar 80%-90% dari kapasitas
teoritis
 3. kapasitas normal. Pada kapasitas ini telah
dipertimbangkan waktu luang dan ketidak efisienan
tenaga kerja maupun mesin. Kapasitas ini adalah dasar
yang baik (tepat) untuk memperhitungkan besarnya BOP
ALOKASI BIAYA BERDASARKAN VOLUME
 Departemen yang ada dalam suatu perusahaan
dibedakan menjadi dua:
 Departemen Produksi: yaitu departemen yang
bertanggungjawab secara langsung terhadap proses
produksi barang/jasa yang akan dijual ke konsumen
 Departemen Jasa: departemen yang menghasilkan
jasa pendukung yang sangat penting bagi kegiatan
produksi, misalnya departemen penanganan
bahan,dep bengkel, dep listrik, dep perawatan
gedung dsb
ALOKASI BIAYA DEPT JASA KE DEPT PRODUKSI
 Dept jasa tidak langsung memproduksi barang/jasa,
namun biaya yang timbul pada dept pendukung ini
merupakan biaya produk yang harus dibebankan
pada produk
 Biaya yang berasal dari dept jasa adalah biaya BOP,
sehingga harus dibebankan ke produk.
 Pembebanan biaya departemen jasa ke produk
dilakukan melalui dua tahap yaitu:
 Tahap 1 : Pengalokasian biaya dept jasa ke dept Produksi
 Tahap 2 : Pembebanan biaya ke produk
DASAR ALOKASI
 Dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya
harus menunjukkan hubungan yang jelas antara jumlah
jasa yang dinikmati dengan jumlah biaya yang timbul.
 Sebagai contoh pembebanan biaya departemen tenaga
listrik ke departemen yang menikmati jasanya ,
berdasarkan jumlah KWh yang dipakai.
 Misalnya dept finishing mengonsumsi jasa dept tenaga
listrik sebesar 100 Kwh, sedangkan tarip 1 kwh= Rp.
45,-maka terhadap Dept finishing akan dibebani biaya /
alokasi biaya sebesar 100 Kwh x Rp. 45 = Rp. 4.500,-
METODE PENGHITUNGAN ALOKASI BIAYA
 1. metode langsung
 Metode langsung adalah metode yang sederhana.
Semua biaya yang terjadi di departemen jasa secara
langsung dialokasikan ke departemen produksi
 Metode ini mengabaikan pemakaian jasa oleh
departemen jasa lainnya, meskipun seringkali suatu
departemen jasa menikmati jasa dari dept jasa
lainnya
CONTOH METODE LANGSUNG
pemberi jasa DEPARTEMEN LISTRIK BENGKEL PERAWATAN
pemakai jasa KWH Proporsi JKL Proporsi Luas lantai Proporsi
Dept. listrik     40,000 6.25% 100,000 5.56%
Dept. bengkel 168,000 6.00%    200,000 11.11%
Dept. Perawatan 112,000 4.00% 120,000 18.75%   
Dept. AWAL 1,512,000 54.00% 270,000 42.19% 675,000 37.50%
Dept. FINISHING 1,008,000 36.00% 210,000 32.81% 825,000 45.83%
TOTAL   2,800,000 100.00% 640,000 100.00% 1,800,000 100.00%

 Anggaran BOP langsung departemen (anggaran BOP setiap Departemen sebelum


dilakukan nalokasi dari departemen lain) untuk bulan Januari 2010 adalah sebagai
berikut:
 Departemen Listrik 8.500.000
 Departemen bengkel 6.825.000
 Departemen Perawatan 4.850.000
 Departemen Awal 952.000
 Departeman Finishing 456.200
  DEPARTEMEN JASA DEPT PRODUKSI

DEPT
  dept LISTRIK DEPT BENGKEL PERAWATAN DEPT AWAL DEPT FINISHING

Biaya langsung dept 8,500,000.00 6,825,000.00 4,850,000.00 952,000.00 456,200.00


Alokasi dept listrik      
Proporsi a) -100%     60% 40%

alokasi c) (8,500,000.00) - - 5,100,000.00 3,400,000.00


Alokasi dept bengkel :      
Proporsi a) -100%   56% 44%

alokasi (6,825,000.00) - 3.822.000,00 3.003.000,00


alokasi Dept Perawatan:      
Proporsi a)   -100% 45% 55%

alokasi   (4,850,000.00) 2,182,500.00 2,667,500.00


BOP SETELAH ALOKASI Rp - Rp - Rp - Rp 12,056.500.00 Rp 9,526.700.00
Dasar alokasi ke produk          
Jam kerja langsung   20.000 JKL  
Jam mesin     10.000 JM

TARIP BOP       Rp 602,83 Rp 952,67


        per JKL per JM
METODE STEP DOWN
 Disebut juga sequential method atau step method, atau metode
bertahap.
 Metode ini telah memperhitungkan adanya pemakaian jasa
oleh departemen jasa lainnya. Oleh karena itu departemen jasa
yang telah menikmati jasanya harus dibebani biaya (mendapat
alokasi biaya), akan tetapi dalam metode ini dept yang telah
mengalokasikan biayanya tidak mendapat alokasi biaya dari
dept lain.
 Umumnya alokasi dilakukan terlebih dahulu dari departemen
yang jumlah biayanya paling besar atau dr dept jasa yang
jasanya paling banyak dinikmati oleh Departemen jasa lainnya
CONTOH PERHITUNGAN ALOKASI MODEL BERTAHAP
  DEPARTEMEN JASA DEPT PRODUKSI

  dept LISTRIK DEPT BENGKEL DEPT PERAWATAN DEPT AWAL DEPT FINISHING

Biaya langsung dept 8,500,000.00 6,825,000.00 4,850,000.00 952,000.00 456,200.00


Alokasi dept listrik      
Proporsi -100% 168 112 1512 1008
  (168+112+1.512+1008) (168+112+1512+1008) (168+112+1512+1008) (168+112+1512+1008)

alokasi (8,500,000.00) 510,000.00 340,000.00 4,590,000.00 3,060,000.00

Setelah alokasi - 7,335,000.00 5,190,000.00 5,542,000.00 3,516,200.00


Alokasi dept bengkel : -100% 120 270 210
Proporsi a)   (120+270+210) (120+270+210) (120+270+210)

alokasi   (7,335,000.00) 1,467,000.00 3,300,750.00 2,567,250.00

Setelah alokasi - - 6,657,000.00 8,842,750.00 6,083,450.00


alokasi Dept Perawatan:      
Proporsi a)   -100% 675 825
    (675+825) (675+825)

alokasi   (6,657,000.00) 2,995,650.00 3,661,350.00


BOP SETELAH ALOKASI Rp - Rp - Rp - Rp 11,838,400.00 Rp 9,744,800.00
Dasar alokasi ke produk          
Jam kerja langsung   20.000 JKL  
Jam mesin     10.000 JM

TARIP BOP       Rp 591.92 Rp 974.48


        per JKL per JM
3. METODE RESIPROKAL
 Metode ini mengalokasikan semua biaya yang terjadi di
departemen jasa kepada semua departemen lain yang
menikmati jasanya. Selain dialokasikan ke departemen
produksi, juga ke dept jasa lainnya.
 Metode ini jika dilakukan secara manual pengalokasian
biayanya akan dilakukan berulang-ulang.
 Metode ini dapat dihitung dengan menggunakan metode
aljabar atau metode resiprokal secara subtitusi
JAWABAN SOAL
DEPARTEMEN JASA DEPT PRODUKSI
j1 j2 P1 P2 P3
Biaya langsung dept 20,000,000.00 17,600,000.00 18,500,000.00 19,980,000.00 8,000,000.00
j1
Proporsi (-100%) 2,000,000.00 5,000,000.00 8,000,000.00 5,000,000.00

alokasi
Setelah alokasi
j2 19,600,000.00 4,900,000.00 7,350,000.00 7,350,000.00
Proporsi a) (-100%)
alokasi
Setelah alokasi
28,400,000.00 35,330,000.00 20,350,000.00

BOP SETELAH ALOKASI Rp - Rp - 28,400,000.00 35,330,000.00 20,350,000.00


Dasar alokasi ke
produk
Jam kerja langsung 30000 jkl 60000 jm 50000 JKL
Jam mesin
TARIP BOP
946.67 588.83 407

Anda mungkin juga menyukai