Anda di halaman 1dari 19

w w w. y o u r c o mp a n y.

c o m 1

Hukum Adat
RPS 1 KELOMPOK 1

Start to Presentation
Kelompok 1

Timotius Dwi
Nona Reza Ryan Fadjar
Pangestu

Rahma Aurelia Tiara Febiyola


3021210167 3021210163 Afrika Fiqhi

Ezra Sihaloho
Istilah Dan Pengertian Hukum Adat

Secara etimologis istilah hukum adat terdiri daridua kata, yaitu "hukum" dan
"adat" yang seluruhnyaberasal dari Bahasa Arab. Hukum dari kata "hukm"
yangartinya perintah. Sedangkan adat dari kata “adah" yangberarti kebiasaan
atau sesuatu yang diulang-ulang.

Hukum adat merupakan terjemahan dari istilah Belanda yaitu “adat recht”
sebagai penamaan suatu sistem pengendalian sosial (social control) yang hidup
dalam masyarakat Indonesia. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh
Snouck Horgronje dalam bukunyayang berjudul "De Atjehers” (orang-orang
Aceh), yang kemudian dipopulerkan oleh Van Vollenhoven melalui bukunya
yaitu "Het Adat Recht van Nederlandsch Indie"(Hukum Adat Hindia-Belanda)
sebagai yang terbaik dan dijadikannya pusat perhatian sehingga menjadi
ilmupengetahuan hukum adat.
Perkembangan Hukum Adat di Indonesia

1. Hukum Adat Pada Abad ke 16 Sampai Akhir Abad ke 18

Pada zaman kompeni ini, mulai ditulis tentang adat-istiadat masyarakat dari beberapa
daerah, misalnya gubernur jenderal Goens menulis 3 nota tentang keadaan kompeni,
pembagian pulau Jawa serta penduduknya dari Batavia ke Mataram yang disebut “de
hofreis” dan ada juga gubernur jenderal Cornelis Speelman yang menghimpun data
tentang sulawesi dan menulis suatu memori tentang Mataram tahun 1677. 

Usaha-usaha yang dilakukan oleh perorangan-perorangan sebagaimana disebutkan


diatas, pada umumnya berusaha menghimpun data tentang adat istiadat. Kompeni
sebagai suatu badan perorangan yang pernah mengusahakan pengumpulan data-data
hukum adat. Pada tahun 1747 dikeluarkan perintah untuk menyusun suatu kitab tentang
hukum pidana di jawa untuk keperluan pengadilan baru di semarang. Hasilnya dikenal
dengan nama kitab Mogharrar atau Mogharaer (tahun 1750) yang sesungguhnya
merupakan suatu ikhtiar tentang hukum islam.
Perkembangan Hukum Adat di Indonesia

Pada periode tersebut, gubernur pesisir Sulawesi di Makasar yaitu B.J.D. Clootwijck (1758-
1755) mengambil inisiatif untuk mencatat hukum adat yang hidup di kerajan-kerajaan Bone
dan Goa. Pada tahun 1760, D.W.Freijer menyusun kompendium hukum perkawinan dan
hukum waris islam, atas perintah kompeni, atas usul residen Cirebon Mr.P.C.Hasselaar (1757-
1765) disusunlah kitab hukum  Cirebon pada tahun 1768.

2. Hukum Adat Pada Zaman Marsden, Raffles dan Crawfurd

Pada tahun 1783, hukum adat hanyalah merupakan bagian yang kecil dari bukunya yang
berjudul The History Of Sumatra. Daerah-daerah yang pernah diteliti oleh Marsden adalah
Rejang dan Pasemah, kemudian Lampung, Kerinci, Minangkabau, Indrapura, Siak, Tapanuli
dan Aceh. Walaupun pada hakekatnya merupakan suatu gambaran atau lukisan, namun
dalam bukunya Marsden berusaha untuk mengungkapkan beberapa aspek hukum adat
daerah-daerah yang ditelitinya. Marsden mencoba menyusun secara sistematis aspek-aspek
yang berkaitan dengaan susunan masyarakat, hukum perkawinan, hukum waris dan
hukum pidana. 
Perkembangan Hukum Adat di Indonesia

Orang ingris kedua yang menaruh minat terhadap hukum adat Indonesia adalah Thomas
Stamford Raffles yang lebih dikenal dengan Raffles. Pada tahun 1805 ia ditempatkan di penang
sebagai sekretaris muda. Selama berada di penang. Raffles mengumpulkan bahan-bahan
tentang hukum adat Melaya. Pada tahun 1914 terbitlah “Raffles” substence of a minute” yang
berisikan rencana pada tanggal 14 juni 1813, laporan tertanggal 28 juni 1813 dari Muntinghe,
proklamasi Reffles tertanggal 11 februari 1914, intruktur pajak bumi, dan organisi pengadilan.

Selain itu Reffles juga datang ke Bengkulu yang mana tujuannya untuk mengadakan penelitian
distrik Sungai Leman, Lars. Pada tahun 1818 Reffles meninjau daerah Minangkabau. Reffles
mengemukakan pendapat tentang hukum adat, yang mana ia telah mencampur adukkan antara
hukum adat dan hukum agama. Tentang hukum adat, banyak bahan-bahan yang diambilnya dari
daerah- daerah raja-raja, yaitu daerah-daerah dimana hukum adat telah banyak
dipengaruhi oleh hukum raja-raja. Crawfurd yang merupakan pembantu Reffles mengungkapkan
bahwa hukum adat merupakan campuran adat istiadat pribumi dengan hukum dan islam,
campuran antara undang-undang pribumi hindu dengan Arab, sedangkan
pengaruh hindu dan Arab terhadap adat pribumi adalah sedikit sekali.
3. Muntinghe dan Hukum Adat

Seorang belanda, yaitu Mr. H.W. Muntinge yang telah membantu Reffles dengan menulis 5
memori, yaitu :
a. Memori untuk Reffles tentang rencana pembaharuan, pada tahun 1813. Memori ini sama
sekali tidak berbicara aspek-aspek hukum adat.
b. Memori tentang sistem ekonomi Kompeni dan sisitem ekonomi bebas. Yang ditunjukkan
kepada “Comissaris general”. Pada tahun 1817. Dalam memori tersebut disinggung tentang
desa-desa di jawa berserta hukum tanah yang berlaku.
c. Memori dari tahun 1921, memuat hal-hal yang menyangkut perusahaan bebas dan pajak
teratur, serta tentang politik agaria, memori mana ditujukan Van Der Capellen.
d. Suatu memori tentang politik agraria (1822) yang ditujukan lagi kepada Van Der Capellen,
dimana tidak dibenarkan untuk memberikan tanah kepada orang Eropa.
e. Memeori dari tahun 1926 yang walaupun tidak secara langsung menceritakan hukum adat,
akan tetapi menyinggung politik agraria, dan ditujukan kepada Du-Bus.
4. Usaha-Usaha Menyelidiki Hukum Adat Pada Tahun 1848

Pada masa setelah Marsden, berkuasa gubernur-gubernur daerah-daerah pantai timur pulau
jawa yang banyak mengemukakan pendapat-pendapat tentang hukum adat. Pada tanggal 22
juli 1796, gubernur Van Overstraten pernah menulis laporan tentang organisasi desa di Jawa,
walaupun sesungguhnya bahwa beliau belum mengerti seluk beluk organisasi tersebut. Begitu
juga yang dialami oleh gubernur Van Reede Tot De Parkeler, beliau tidak memperoleh bahan-
bahan tentang hukum adat, akan tetapi dari Engelhard diperoleh dua bahan yang sangat ber
harga. Suatu kekurangannya menyebutkan tentang adanya penduduk asli dari desa dan
mereka yang menumpang, terutama di daerah Pasundan (tahun 1795). Karangan-karangan
lainnya menggambarkan hasil-hasil penelitian terhadap pembagian sawah dikalangan
penduduk desa (tahun 1805).
4. Usaha-Usaha Menyelidiki Hukum Adat
Pada Tahun 1848

Pada masa setelah Marsden, berkuasa gubernur- Pada tahun 1808 datanglah Mr. H.W. Daendels
gubernur daerah-daerah pantai timur pulau jawa yang menjadi gubernur, sebagai penguasa, Tentang
yang banyak mengemukakan pendapat-pendapat hukum adat dia tidak begitu banyak mempunyai
tentang hukum adat. Pada tanggal 22 juli 1796, pengertian, walaupun minatnya ada. Daendels
gubernur Van Overstraten pernah menulis laporan menganggap desa sebagai satu kesatuan. Beliau
tentang organisasi desa di Jawa, walaupun berusaha untuk merubah sistem pajak raja-raja di
sesungguhnya bahwa beliau belum mengerti seluk Banten dengan cara mencari dasar hukum
beluk organisasi tersebut. Begitu juga yang dialami adatnya, oleh karna dia rupa-rupanya mengetahui
oleh gubernur Van Reede Tot De Parkeler, beliau bahwa ada semacam lembaga panjer menurut
tidak memperoleh bahan-bahan tentang hukum hukum adat. Kemudian Daendels juga
adat, akan tetapi dari Engelhard diperoleh dua mengemukakan keinginannya agar dalam
bahan yang sangat ber harga. Suatu kekurangannya pendidikan serta pengajaran anak-anak diseluruh
menyebutkan tentang adanya penduduk asli dari wilayah pantai utara Jawa, dimasukkan adat
desa dan mereka yang menumpang, terutama di istiadat Jawa.
daerah Pasundan (tahun 1795). Karangan-karangan
lainnya menggambarkan hasil-hasil penelitian
terhadap pembagian sawah dikalangan penduduk
desa (tahun 1805).
6. Ilmu Pengetahuan dan Hukum Adat

Secara lambat akan tetapi secara lebih mantap, pada


masa ini kalangan ilmiawan mulai menaruh perhatian Selain itu, ada beberapa lembaga yang juga
yang lebih mendalam terhadap hukum adat. Beberapa menaruh perhatian terhadap hukum adat,
karya ilmiah dari mereka yang sengaja mengadakan antara lain Het Bataviaasch Genootschap
penelitian terhadap hukum adat muncul dan (terutama pada tahun 1848 dan 1847). Pada
diterbitkan dalam beberapa majalah, misalnya : yahun 1851 oleh Baud dibukalah sebuah
a. Bahan-bahan tentang Kalimantan (1824). lembaga yang bernama Koninklijk Instituut
b. Adat istiadat Maluku oleh Van Schmid (1843 dan Voor Taal, Land, En Volkenkunds Van Ned-
1844). Indie yang sangat memperhatikan hal-hal atau
c. Adat istiadat Rote oleh Heymering. masalah-masalah yang berhubungan dengan
d. Tentang wilayah raja-raja (Vorstenlanden) oleh C.F. hukum adat. Sekretaris lembaga pada waktu
Winter Sr. itu, yaitu Mr. Salomon Keyzer (1823-1868),
e. Bahan-bahan dari Roelof Blok (1848). telah menulis beberapa karangan mengenai
f. Laporan-laporan Du Bois (1852, 1856, 1857), dan lain hukum islam (1853), hukum pidana islam
lainnya. (1857) dan lain-lain. Selanjutnya pendeta-
pendeta J.F.G Brumund dan Dr.S.A. Buddingh
telah menulis karangan-karangan tentang
Maluku, Makyan dan Bacan (tahun 1845 dan
1856) dan juga tentang indonesia (1859-
1861).
7. Perhatian Dewan Perwakilan Rakyat Belanda, Pemerintah, dan Kalangan Luar Negeri Terhadap
Hukum Adat.

Perhatian kalangan luar negri terhadap hukum adat tercatat dari beberapa tulissan. Karangan-karangan
tersebut antara lain, berasal dari pengarang- pengarang sebagai berikut :
a. Thomas John Newbold (1805-1870) yang pada tahun 1839 menerbitkan tulisan yang berjudul Straits
Settle Ments. Didalam tulisan tersebut dia banyak memuji-memuji hasil-hasil pekerjaan Marsden, Reffles
dan Crawfurd. Tulisan yang bersangkutan juga banyak memuat bahan-bahan tentang hukum adat.

b. James Richardson Logan menerbitkan karangan yang berjudul Indonesia dalam Journal Of The Indian
Archipelago and Eastrn Asia (1847-1859).

c. Edonard Dularies (1807-1881) seorang guru besar bahasa-bahasa Timur, banyak menyinggung tentang
hukum adat Indonesia didalam tulisannya yang berjudul Recherches sur la kegislation Malaya (1843)
8. Penemuan-Penemuan Hukum Adat

Tentang usaha-usaha untuk menemukan hukum adat, tampak adanya usaha-usaha dari beberapa
golongan terhadap obyek-obyek tertentu, Golongan- golongan tersebut adalah :
a. Kalangan dewan perwakilan rakyak yang menaruh minat terhadap malasah-masalah agraria.
b. Kalangan pamong praja yang menaruh perhatian atas struktur dan organisasi masyarakat serta hukum
adat tatanegara.
c. Kalangan hukum yang terutama menyoroti hukum perikatan, hukum kekeayaan/harta benda dari
hukum pidana.

Selain itu, dari kalangan pamong praja juga tidak sedikit, dan ternyata bahwa pengertian tentang hukum
adat makin bertambah disamping adanya penghargaan yang semestinya terhadap hukum adat, dalam hal
ini dapat dikemukakan nama-nama seperti :
a. Ahli hukum dan kontrolir Mr. W.B Bersma (1826-1900) yang menyelidiki keadaan agraria di Surabaya
dan terkenal dengan Eindresume (tahun 1876, 1880, 1896).
b. G.W.W.C. Baron Van Hoevell (1848-1820), kontrolir Ambon dan kemudian gubernur Sulawesi, telah
mengumpulkan bahan-bahan tentang Ambon, Sumatra, Gorontalo, Seram, Kei, Aru dan Tanimbar (1875).
c. J.B. Newmann (1853-1927) yang menulis tentang Tapanuli Timur, dll.
8. Penemuan-Penemuan Hukum Adat

Tentang usaha-usaha untuk menemukan hukum adat, tampak adanya usaha-usaha dari beberapa
golongan terhadap obyek-obyek tertentu, Golongan- golongan tersebut adalah :
a. Kalangan dewan perwakilan rakyak yang menaruh minat terhadap malasah-masalah agraria.
b. Kalangan pamong praja yang menaruh perhatian atas struktur dan organisasi masyarakat serta hukum
adat tatanegara.
c. Kalangan hukum yang terutama menyoroti hukum perikatan, hukum kekeayaan/harta benda dari
hukum pidana.

Selain itu, dari kalangan pamong praja juga tidak sedikit, dan ternyata bahwa pengertian tentang hukum
adat makin bertambah disamping adanya penghargaan yang semestinya terhadap hukum adat, dalam hal
ini dapat dikemukakan nama-nama seperti :
a. Ahli hukum dan kontrolir Mr. W.B Bersma (1826-1900) yang menyelidiki keadaan agraria di Surabaya
dan terkenal dengan Eindresume (tahun 1876, 1880, 1896).
b. G.W.W.C. Baron Van Hoevell (1848-1820), kontrolir Ambon dan kemudian gubernur Sulawesi, telah
mengumpulkan bahan-bahan tentang Ambon, Sumatra, Gorontalo, Seram, Kei, Aru dan Tanimbar (1875).
c. J.B. Newmann (1853-1927) yang menulis tentang Tapanuli Timur, dll.
9. Walken, Liefrinck dan Snouck Hurgronje

Walken adalah anak dari seorang pendeta di Manado. Didalam tulisan-tulisan Walken, hukum adat
mendapat tempat tersendiri, dan dia berpendapat bahwa hukum adat terdapat dimana-mana walaupun
disana-sini mungkin ada sedikit perubahan-perubahan sebagai akibat pengaruh kebudayaan Islam dan
Hindu.

Selain itu ada juga seorang ahli yang mengemukakan hukum adat yaitu Snouck Horgronje beliau seorang
ahli dalam pengetahuan islam, pengetahuannya tidak hanya mengenai segi teoritisnya akan tetapi juga
melakukannya dalam segi praktis. Pada tahun 1893-1894 terbit dari hasil penelitian yang dilakukan beliau
yang berjudul De Atjehers (jilid 2), dan bukunya yang berjudul Het Gajoland. Buku ini membuktikan
kecerdasannya menyaring data yang diperolehnya dari orang-orang Gajo yang datang kedaerah pantai.
Dalam buku-bukunya, Snouck Hugronje menguraikan tentang hukum rakyat dan hukum raja-raja, hukum
hidup dan hukum tertulis, hukum asli dan hukum agama.
10. Perhatian Dunia Ilmu Pengetahuan, Kalangan
Hukum, Pemerintah dan Luar Negri 11. Memperdalam Penyelidikan Terhadap
Hukum Adat
Di dalam dunia ilmu pengetahuan, tidak terdapat
usaha-usaha istimewa terhadap hukum adat, kecuali Seorang ahli hukum yang memperdalam
hasil-hasil pekerjaan Wilken Liefrinck dan Snouck pengetahuannya tentang hukum adat adalah Mr.
Hurgronje. Dari kalangan hukum, tdapatlah F.D.E. Van Ossenbruggen (1869-1950) semula ia
disebutkan, misalnya Mr. J.A Nederburg yang adalah seorang pengacara dan anggota Balai
menerbitkan terjemahan dari sumber-sumber hukum Harta Peninggalan di Makasar, Padang, dan
Makasar (1888) dalam Indisch week blad van het Semarang, untuk kemudian menjadi pengajar di
recht. Kemudian dia menerbitkan suatu majalah yang Probolinggo dan Magelang pada sekolaah
diberi nama Wet en adat.orang yang kedua adalah pamong praja. Dia selanjutnya menjadi hakim
Mr. J.H. Carpentier Alting yang pada tahun 1897 tinggi pada pengadilan Surabaya dan akhirnya
mengambil inisiatif untuk meneliti dan mengambil anggota serta ketua Mahkamah Agung di Batavia.
bahan-bahan hukum adat Minahasa. Dapatlah kiranya di mengerti, betapa karena
pengalamannya yang sedemikian luasnya, Van
Ossenbruggen memahami mentalitas orang
Indonesia. Penelitian- penelitiannya terhadap
hukum adat banyak memakai etnologo sebagai
alat pendekatan.
12. Etnografi, Etnologi, dan Hukum Adat

Dalam hukum adat Indonesia dikenal beberapa perbuatan-perbuatan yang dilarang, yang disertai saksi-saksi
tertentu yang mungkin berwujud hukuman atau hal-hal yang gaib sifatnya. Misalnya padi yang masih hijau di Bali,
tidak boleh dijual. Di Minahasa, Matako diletakkan di bawah pohon-pohon yang dimiliki, sedangkan pada pohon-
pohon yang berbuah didikatkan daun kelapa di daerah- daerah Ternate, Tidore dan Bacan. Hal tersebut dikarnakan
bahwa larangan-larangan tersebut karna adanya fikiran-fikiran dan perasaan-perasaan gaib manusia yang percaya,
bahwa akan timbul bahaya-bahaya apabila larangan tersebut tidak diindahkan. Dengan demikian, maka kiranya
telah jelas betapa besarnya kegunaan etnologi bagi hukum adat. Selain itu bahwa untuk memperoleh bahan-bahan
yang berharga bagi hukum adat, diperlukan suatu pendekatan inter-disipliner sifatnya.
13. Keadaan Penyelidikan Hukum Adat Sejak Tahun 1918

da tahun 1901 Van Vollenhoven menjadi guru besar di Selain itu, beberapa disertai hukum adat juga telah dihasilkan
iden. Sejak tahun tersebut Van Vollenhoven melakukan pada Rechtshogeschool di kota Batavia (Jakarta). Pada tahun
nelitian yang mendalam terhadap hukum adat, dan tiga 1934, A. Knottenbelt mempertahankan disertainnya judul
luh tahun kemudian terbitlah suatu karya buku yang “Verpanding en zekerheidstelling in den Oost preanger”, yang
rjudul “adetrecht van Nederlandsch-indie”. Selain dari pada kemudian disusul pada tahun 1936 oleh H. Guyt dan Hazairin
telah telah diterbitkan buku-buku serta karangan-karangan yang masing-masing menulis (Ground vervanding in
nnya, misalnya “Adatwetboekje voor Nederlandsch-indie”. Minangkabay” dan “De Redjang”). W.F. Lubbling Wedding
Miskenningen van het adatrecht”, “De outdekking van het menulis perihal “Adatdelictenrecht in de Rapat-Marga-
atrecht”, dan lain-lainnya. Selain itu, usaha-usaha dan Rechtspraal van Palembang” pada tahun 1039, dan pada tahun
rjuangan Ter Haar dalam bidang politik hukum adat juga berikutnya muncul disertai H.H. Morison yang berjudul “De
ak kecil. Untuk mendapatkan pengakuan formil dalam Mamdapo Hiang in hetdistrict Korintij”.
dang-undang maka Ter Haar memperjuangkan pengakuan
k ulayat melalui “Volksraad” komisi agraria tahun 1928,
eskipun dalam administrasi komisi 1938. 
14. Publikasi – Publikasi Hukum Adat Sejak Tahun 1945

Publikasi-publikasi yang diterbitkan di Indonesia adalah antara lain, dari Soepomo yang berjudul
soal-soal politik hukum dalam pembangunan negara Indonesia daan kedudukan hukum adat
dikemudian hari. Beberapa karangan yang penting dari Soepomo, kemudian dihimpun didalam
bab-bab tentang hukum adat lainnya, dapatlah diperiksa Bibliografi Hukum Indonesia 1945 oleh
Eddy Damian dan R.N. Hornick.12 Dan Bibliografi Hukum Adat Indonesia (Akhir abad XIX- 1975
oleh Saerjono Soekanto.
w w w. y o u r c o mp a n y. c o m 1
BO
CHINS
TE MP LATE

. . . Thank you . . .
Bochins.paw

Anda mungkin juga menyukai