Anda di halaman 1dari 43

CERITA ATAU PROSA RAKYAT

Menurut Jansen (Danandjaya, 1991:138) folklor ada dua jenis


dilihat dari aspek tempat berlakunya:

1. Folklor bersifat Esoteris adalah folklor yang diperuntukkan


khusus bagi orang dalam kolektifnya saja sifatnya dirahasiakan.

2. Folklor bersifat Eksoteris adalah folklor yang bersifat umum


dan sifatnya tidak dirahasiakan
Folklor bersifat esoteris adalah folklor yang diperuntukkan
khusus bagi orang dalam kolektifnya saja.
Bentuk sastra lisan yang ke-5 adalah cerita atau prosa
rakyat. Dari semua genre folklor yang sering diteliti adalah
cerita atau prosa rakyat.

Bascom membagi prosa rakyat atas:


1. Mite (myth)
2. Legenda (legend)
3. Dongeng (folktale)
Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar
terjadi dan dianggap suci oleh empunya cerita.

Ciri-ciri mite:
a. Tokoh adalah dewa atau makhluk setengah dewa yang
memiliki kekuatan
b. Peristiwa terjadi di dunia lain
c. Terjadi pada masa lampau
Mite biasanya menceritakan alam semesta, terjadinya
maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam,
dsb.

Mite di Indonesia terbagi atas dua jenis, yaitu:


a. Berdasarkan tempat asalnya atau asli Indonesia;
b. Berdasarka pengaruh luar negeri seperti cerita dari India,
Arab, dan negara-negara sekitar laut tengah.
Berdasarkan tempat asalnya atau asli Indonesia
maksudnya adalah prosa rakyat hasil dari karangan
masyarakat Indonesia pada masa lampau.

Mite Indonesia biasanya menceritakan terjadinya alam


semesta (cosmogony), terjadinya hirarki dewa, dunia
dewa (panthcon), terjadinya manusia pertama dan tokoh
pembawa kebudayaan (cultural hero), dan terjadinya
makanan beras untuk pertama kalinya seperti kisah
Dewi Sri yang melambangkan padi yang subur.
Cara membdakan sebuah mite asli Indonesia atau dari luar negeri dilihat
berdasarkan motif cerita. Peneliti harus membandingkan motif cerita asli
Indonesia dengan cerita dai luar negeri. Kesimpulannya nanti apakah
cerita rakyat itu merupakan varian baru atau versi baru dari serita lama.

Motif cerita dalam folklor adalah unsur-unsur suatu cerita (narrative


elements).
Motif teks suatu cerita adalah unsur cerita yang menonjol dan tidak biasa
sifatnya. Unsur itu dapat berupa benda (tongkat ajaib), hewan luar biasa
(harimau berbicara), suatu konsep (larangan atau tabu), suatu perbuatan,
penipuan kepada tokoh raksasa atau dewa, tipe orang tertentu, dan sifat
struktur tertentu (mis. pengulangan angka keramat seperti angka 3).
Faktor terjadinya persamaan cerita rakyat
dengan daerah yang berbeda disebabkan oleh:

1. Monogenesis adalah penemuan cerita yang


diikuti oleh proses difusi atau penyebarannya.
2. Poligenesis adalah penemuan-penemuan
sendiri atau sejajar dari motif cerita yang
sama, di tempat yang berlainan serta dalam
masa yang berlainan atau bersamaan.
Teori-teori folklore yang beraliran monogenesis:
1. Teori Grimm
2. Teori Mitologi Matahari Max Muller

Teori-teori yang beraliran poligenesis:


3. Teori Evolusi Kebudayaan Charles Darwin
4. Teori survival kebudayaan Lang
5. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud
6. Teori euhemerisme
7. Teori ritual mite (myth-ritual theory)
Legenda adalah prosa rakyat yang mirip dengan mite namun
tidak dianggap suci.

Ciri-ciri legenda:
a. Tokoh manusia biasa walaupun memiliki sifat-sifat luar biasa
b. Seringkali dibantu makhluk ajaib
c. Tempat terjadi seperti dunia sekarang
d. Waktu terjadi belum terlalu lampau
e. Bersifat keduniawian (sekuler)
Sifat legenda:
Bersifat migratoris (berpindah-pindah)
Bersifat siklus (cycle) yaitu sekelompok cerita
yang berkisar pada suatu tokoh atau kejadian
tertentu.

Menurut Dundes, jumlah legenda di setiap


kebudayaan lebih banyak daripada jumlah mite
dan dongeng.
Jika dilihat dari penyebarannya, legenda dapat dibagi dua,
yaitu:
1. Legenda setempat (local legends)
2. Legenda yang dapat mengembara dari satu daerah ke
daerah lain (migratory legends)
Jenis-jenis legenda menurut Brunvand:
1. Legenda Keagamaan (religius legends)
2. Legenda alam gaib (supernatural legends)
3. Legenda perseorangan (personal legends)
4. Legenda setempat (local legends)
Legenda Keagamaan (religius legends) adalah legenda tentang
orang-orang suci atau tentang kemukjizatan, wahyu, niat yang
terkabul, permintaan sembahyang, kisah-kisah dalam kitab suci,
dsb.

Legenda alam gaib (supernatural legends) merupakan legenda


tentang kisah seseorang yang dianggap benar-benar terjadi dan
pernah dialami seseorang berinteraksi dengan makhluk gaib (hantu-
hantuan) yang erat hubungannya dengan suatu kepercayaan.
Fungsi legenda ini mengukuhkan kebenaran takhyul atau
kepercayaan rakyat. Misalnya seeorang menikah dengan makhluk
halus, penjual soto tengah malam bertemu dengan wanita cantik lalu
tiba-tiba menghilang, si manis jembatan Ancol, babi ngepet, dsb.
Legenda perseorangan (personal legends) merupakan cerita
tentang tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh empunya cerita
benar-benar terjadi misalnya si Pahit Lidah, Malin Kundang,
Sampuraga, dsb.

Legenda setempat (local legends) adalah cerita yang berhubungan


dengan suatu tempat, nama tempat, bentuk topografi (pemukiman
warga yang berbukit-bukit atau berjurang). Misalnya Legenda
Kuningan, Legenda anak-anak dalem Solo yang mencari bau
harimau, asal mula danau Toba, asal mula danau Maninjau,
Legenda Tangkupan Perahu, dsb.
Olrix menyebut bahwa prosa rakyat terikat hukum-
hukum yang sama yaitu hukum epos (laws Epos)
yang selalu terikat oleh sesuatu yang berada di atas
cerita-cerita rakyat (superorganik) yang
mengendalikan juru cerita (folk narrators) sehingga
mereka hanya mematuhi hukum-hukum itu secara
membuta. Akibatnya, struktur prosa rakyat di daerah
tertentu identik. Hukum epos ini membuat pencerita
tidak bebas bercerita.
Hukum Epos (struktur prosa rakyat):
1. Pembukaan dan penutup
2. Pengulangan pada peristiwa atau adegan tertentu
3. hukum tiga kali yaitu tokoh harus mencoba tiga kali gagal setelah itu
pekerjaan selesai
4. Hukum dua tokoh yaitu hanya dua tokoh saja yang diperlihatkan dalam
satu adegan
5. Hukum keadaan berlawanan yaitu tokoh-tokoh cerita selalu mempunyai
sifat-sifat yang berlawanan
6. Hukum anak kembar yaitu dapat diartikan anak kembar atau dua tokoh
berperan satu karakter
7. Hukum tokoh yang keluar pertama dan yang keluar terakhir
8. Hukum satu pokok cerita saja dalam satu cerita
9. Hukum berpola cerita rakyat misalnya pergi merantau,
pada zaman dahulu, dsb.
10.Hukum logika legenda yaitu cerita yang memiliki logika
sendiri yang tidak sama dengan logika ilmiah
11. Hukum kesatupaduan rencana cerita yaitu jika suatu
cerita seorang anak akan disajian kepada raksasa maka
cerita berkembang bagaimana anak itu terhindar menjadi
makan raksasa
12.Hukum pemusatan pada tokoh utama
Legenda merupakan cerita rakyat yang dianggap empunya
cerita benar-benar terjadi.

Legenda sering kali dipandang sebagai sejarah kolektif (folk


history)
Dongeng adalah suatu cerita yang dianggap tidak
benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita.

Ciri-cirinya:
1. Tidak terikat oleh tempat dan waktu
2. Tokohnya bisa manusia atau hewan dan tumbuhan
dongeng adalah cerita pendek kolektif kesusasteraan yang
ditujukan untuk hiburan.

Dongeng biasanya mempunyai pembukaan dan penutup.


Jenis-jenis dongeng:
1. Dongeng Binatang (animals tales) adalah dongeng yang
ditokohi oleh binatang yang dapat berbicara dan
berprilaku seperti layaknya manusia.
2. Dongeng Biasa (ordinary folktales) adalah dongeng
yang ditokohi oleh manusia.
3. Lelucon dan anekdot
4. Dongeng berumus
Lelucon dan anekdot

Lelucon dengan anekdot berbeda. Lelucon adalah kisah fiktif lucu


anggota suatu kolektif seperti suku bangsa, golongan, dan ras
sedangkan anekdot adalah kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau
beberapa tokoh yang benar-benar ada.

Anekdot dianggap sebagai bagian dari riwayat hidup fiktif pribadi


tertentu.
Jenis-jenis Lelucon dan Anekdot Menurut Aarme dan
Thompson:
1. Cerita Orang Sinting
2. Cerita Sepasang Suami Istri
3. Cerita Seorang Wanita
4. Cerita Seorang Pria atau Anak Laki-laki
5. Cerita Seorang Anak Laki-laki yang Cerdik
6. Cerita Kecelakaan yang Menguntungkan
7. Cerita Lelaki Bodoh
8. Cerita Pejabat Agama atau Lembaga Keagamaan
9. Anekdot tentang Lelaki Lain
10. Cerita Dusta
Lelucon adalah sifat atau tabiat anggota suatu
kolektif tertentu.

Mengapa disebut fiktif karena bukan berdasarkan


fakta melainkan berdasarkan prasangka yang
disebabkan perasaan sentimen atau pengetahuan
berdasarkan streotip belaka.
Berdasarkan sasarannya, lelucon dibagi dua jenis, yaitu:
1. lelucon yakni sarannya adalah orang atau kolektif lain
sehingga sering dibenci orang
2. humor yani sasarannya diri sendiri atau kolektif si
pembawa cerita sendiri sehingga sering disenangi orang
Contoh: cerita orang sinting, cerita sepasang suami-istri,
Pak Haji dengan Istri Mudanya, Suku Bangsa Jawa dan
KB, Orang Cina Berbahasa Indonesia, dsb
Kategorisasi 3 jenis prosa rakyat merupakan tipe ideal.
Banyak sebenarnya kategori prosa rakyat itu yang sukar
digolongkan ke dalam satu kategori. Namun, jika bertemu
prosa yang seperti itu maka untuk menentukan
kategorinya dilihat berdasarkan unsur dominan yang ada
dalam cerita. Untuk mengetahui sebuah cerita
digolongkan kategori yang mana, maka peneliti harus
mencari atau memahami folk (tradisi) yang memiliki
cerita.
Danandjaya mengklasifikasikan 7 lelucon dan
anekdot:
1. Lelucon dan Anekdot Agama
2. Lelucon dan Anekdot Seks
3. Lelucon dan Anekdot Politik
4. Lelucon dan Anekdot Angkatan Bersenjata
5. Lelucon dan Anekdot Seorang Profesor
6. Lelucon dan Anekdot Anggota Kolektif lainnya
Dongeng berumusadalah dongeng-dongeng yang
strukturnya terjadi pengulangan. Dongeng ini mempunyai
beberapa subbentuk, yaitu:
1. Dongeng bertimbun banyak
2. Dongeng untuk Mempermainkan Orang
3. Dongeng yang Tidak Mempunyai Akhir
Dongeng bertimbun banyak disebut juga
dongeng berantai. Dongeng berantai adalah
dongeng yang dibentuk dengan cara
menambah keterangan lebih terperinci pada
setiap pengulangan inti cerita.
Dongeng yang tidak ada akhirnya (endles rules) adalah
dongeng yang jika diteruskan tidak akan sampai pada
batas akhir.
Fungsi Cerita Prosa Rakyat Menurut Bascom:
1. Sebagai sistem proyeksi atau keinginan yang
tersembunyi dari empunya cerita. Misalnya, wanita ingin
seperti Cinderella yang miskin ingin menjadi kaya, cantik,
dan baik hati.
2. Sebagai alat pengesahan pranata dan lembaga
kebudayaan misalnya bagaimana menghadapi musuh
yang digunakan adalah akal bukan otot seperti dongeng
si kancil.
3. Sebagai alat pendidikan anak
NYANYIAN RAKYAT
(FOLKSONGS)
Menurut Brunvand nyanyian rakyat terdiri atas kata-kata
dan lagu yang beredar secara lisan di antara anggota
kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak
mempunyai varian.
Dalam nyanyian rakyat, kata-kata dan lagu merupakan
dwitunggal yang tak terpisahkan, sehingga akan keliru
jika peneliti mengumpulkan nyanyian rakyat tidak
sekaligus dengan lagunya (irama).

Teks nyanyian rakyat selalu dinyanyikan oleh informan


dan jarang sekali yang hanya disajakkan saja. Teks yang
sama tidak selalu dinyanyikan dengan lagu yang sama.
Perbedaan nyanyian rakyat dengan nyanyian pop:
Nyanyian Pop bersifat streotipies, nadanya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan masa/zaman. Masa terkenalnya
singkat bahkan usia hidupnya pendek, mudah dilupakan
orang. Sikap pencipta lagu ini wajar berubah karena
didorong oleh daya cipta dan meraih keuntungan. Nyanyian
pop ini pada umumnya bertemakan cinta yang tidak
tercapai, sehingga sifatnya cengeng. Nyanyian pop hanya
beredar di antara kolektif yang melek huruf dan semi melek
huruf.
Nyanyian rakyat penyebarannya lebih luas pada suatu
kolektif daripada nyanyian populer. Nyanyian rakyat dapat
bertahan beberapa generasi. Tempat peredaran nyanyian
rakyat lebih luas daripada nyanyian pop. Nyanyian rakyat
beredar di antara kolektif melek huruf. Unsur nyanyian
rakyat lebih panjang dan lebih tua. Warna nyanyian rakyat
berbeda dengan pop ,ulai dari yang paling sederhana
sampai yang cukup rumit. Penyebaran nyanyian rakyat
secara lisan sehingga bersifat tradisi lisan dan dapat
menimbulkan varian-varian.
Dalam kenyataannya, berdasarkan asalnya, sukar sekali
membedakan nyanyian-nyanyian ke dalam nyanyian
rakyat, nyanyian pop, atau nyanyian seriosa. Hal ini
disebabkan nyanyian pop atau seriosa dapat juga
menjadi nyanyian rakyat.

Brunvand mengemukakan bahwa nyanyian rakyat telah


menjadi abadi karena telah menjadi bagian tradisi lisan,
namun tidak berarti mereka harus berasal dari sana.
Suatu lau yang berasal dari salah satu tipe (rakyat, pop,
atau seriosa) dapat saja mengubah dirinya menjadi tipe
Jenis Nyanyian Rakyat:
1. Nyanyian rakyat sesungguhnya adalah nyanyian rakyat yang harus memiliki lirik dan lagunya
sama kuatnya.
Nyanyian rakyat pertama ini dibagi tiga, yakni:
a.Nyanyian rakyat berfungsi
b.Nyanyian rakyat bersifat liris
c.Nyanyian rakyat berkisah

1. Nyanyian rakyat tidak sesungguhnya adalah nyanyian rakyat yang tidak memiliki lirik utuh.
Nyanyian kedua ini dibagi lagi menjadi dua jenis, yakni:
a. Nyanyian rakyat bersifat permulaan yakni nyanyian rakyat tanpa kata-kata, suara yang
dikeluarkan penyanyi hanya meniru suara biola (chin music/didling). Jika ada kata-kata maka
maknanya pun tidak ada. Misalnya tarian kecak.
b. Nyanyian rakyat yang kata-kata lebih menonjol daripada musik (near song). Nyanyian rakyat
bentuk ini seperti seruan penjual makanan keliling
Nyanyian rakyat berfungsi adalah nyanyian rakyat yang kata dan lagunya
memegang peranan yang sama penting. Disebut berfungsi karena lirik
dan lagunya cocok dengan irama aktivitas dalam kehidupan manusia.
Jenis nyanyian rakyat ini terbagi atas:
1. Nyanyian kelonan (lullaby)adalah nyanyian yang memiliki lirik dan lagu
yang tenang, halus, dan berulang-ulang; ditambah dengan kata-kata
yang membangkitkan kasih sayang, rasa aman, dan sejahtera
sehingga anak merasa kantuk mendengarnya.
2. Nyanyian kerja (working song) adalah nyanyian yang mempunyai irama
dan kata-kata yang bersifat menggugah semangat sehingga dapat
menimbulkan rasa gairah untuk bekerja.
3. Nyanyian permainan (play songs) adalah nyanyian yang mempunyai
irama gembira atau permainan bertanding.
Nyanyian rakyat bersifat liris adalah nyanyian rakyat yang teksnya bersifat liris yang
merupakan pencetusan rasa haru pengarangnya yang anonim itu, tanpa menceritakan
kisah yang bersambung.
Ada dua jenis, yakni:
1. Nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya adalah nyanyian yang liriknya
mengungkapkan perasaaan tanpa menceritakan suatu kisah yang bersambung.
2. Nyanyian rakyat liris yang tidak sesungguhnya adalah nyanyian yang liriknya
mengungkapkan perasaaan menceritakan suatu kisah yang bersambung.
a. Nyanyian kedua ini dibagi lagi menjadi:
b. Nyanyian rakyat yang bersifat rohani atau keagamaan
c. Nyanyian rakyat yang memberikan nasihat
d. Nyanyian rakyat tentang pacaran atau pernikahan
e. Nyanyian bayi dan kanak-kanak
f. Nyanyian bertimbun banyak
g. Nyanyian jenaka
h. Nyanyian daerah dan orang-orang yang mempunyai mata pencaharian tertentu
Nyanyian jenaka dibagi lagi menjadi tiga, yakni:
a. Nyanyian dialek yaitu nyanyian jenaka yang kata-
katanya menirukan cara orang asing atau orang
Indonesia dari daerah lain berbicara.
b. Nyanyian yang bukan-bukan yakni nyanyian jenaka yang
isi liriknya tidak masuk akal.
c. Nyanyian prodi adalah nyanyian jenaka yang bersifat
mengajukan sesuatu yang serius dengan maksud
mengejek-ejek.

Anda mungkin juga menyukai