Anda di halaman 1dari 7

Modul Sastra Lisan SASTRA INDONESIA

PERTEMUAN KE-7: MAZHAB FINLANDIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai ialah sebagai berikut:
1.1. Menjelaskan paham atau Mazhab Finlandia

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Menjelaskan paham atau Mazhab Finlandia

Mazhab Finlandia adalah sebuah aliran kajian sastra lisan yang


berkembang di Finlandia dan berpusat di ibu kota negaranya, Helsinki.
Aliran ini mengembangkan metode dan teori historis-komparatif yang
bersifat sistematik. Perlu diketahui bahwa pada awal abad ke-19 minat
utama ilmu pengetahuan lebih terarah pada penciptaan, asal-usul cerita
rakyat, sesuai dengan pendekatan sejarah yang umum berlaku dalam
ilrnu sastra. Sastra rakyat di Eropa Barat dibandingkan dengan sastra
rakyat di bagian dunia lain seperti Eropa Selatan dan Eropa Timur studi
bandingan mereka bertujuan untuk: a) memperlihatkan hubungan antara
berbagai sampel sastra rakyat; b) mengungkapkan pola penyebaran atau
migrasi sastra rakyat itu; c) melacak dan menjelaskan tempat asal sebuah
cerita rakyat; dan d) sedapat rnungkin mengetahui bentuk asli sebuah
cerita rakyat yang telah rnengalami berbagai transformasi.
Krohn dan Aarne adalah pelopor studi historis-komparatif yang
memulai kajiannya dengan melakukan studi terhadap epos nasional
Finlandia yang berjudul Kalevala yang sesungguhnya merupakan
ciptaan abad ke-19 berdasarkan berbagai macam cerita epos rakyat
klasik. Krohn dan Aarne mengupayakan dilakukannya sebuah usaha
raksasa untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan dan membandingkan
cerita rakyat selengkap mungkin dan seluas mungkin, bahkan mereka-
memiliki cita-cita untuk menjangkau cerita rakyat di seluruh dunia
(Teeuw, 2013: 220-221).

40
Modul Sastra Lisan SASTRA INDONESIA

Bagaimana cara kerja Mazhab Finlandia ini? Puluhan ribu cerita


rakyat dari seluruh dunia dikumpulkan, diklasifikasikan, dan disusun
sedemikian rupa sehingga perbandingan dan penelusuran sejarah setiap
cerita rakyat dimungkinkan. Untuk penggolongan cerita rakyat, Mazhab
ini menggunakan dua kriteria dasar yaitu type dan motif. Type berarti
cerita tersebut digolongkan berdasarkan tipe atau jenisnya. Berdasarkan
tipe-tipenya, Aarne-Thompson membuat sistem klasifikasi dongeng
yang menggolongkannya kedalam tujuh jenis sebagai berikut.
(1) Animal Tales (dongeng binatang) meliputi binatang buas (serigala
yang pintar dan binatang buas lainnya), binatang buas dan binatang
peliharaan, binatang buas dan manusia, binatang peliharaan, dan
objek-objek Iainnya. Legenda terjadinya Gunung Kelud di Kediri
termasuk animal tales karena melibatkan sosok manusia berkepala
kerbau bernama Lembu Sura.
(2) Tales of Magic (dongeng tentang hal-hal magis) meliputi:
tantangan supranatural, istri, suami atau kerabat supranatural,
tugas-tugas supranaturatl, penolong supranatural, barang-barang
magis, kekuatan atau pengetahuan supranatural, dan dongeng-
dongeng lainnya tentang supranatural. Legenda terjadinya Gunung
Kelud di Kediri dan Legenda Candi Roro Jongrang di Yogyakarta
termasuk pula jenis tales of magic karena berkaitan dengan
kekuatan-kekuatan supranatural yang dimiliki tokoh Lembu Sura
(Gunung Ketud) dan Bandung Bondowoso (Candi Roro Jongrang).
(3) Religious Tales (dongeng keagamaan) meliputi imbalan hadiah
atau hukuman dewa, kebenaran yang terwujud, surga, hantu, dan
dongeng-dongeng keagamaan lainnya.
(4) Realistic Tales atau Novelle (dongeng realistis) meliputi cerita-
cerita seperti seorang pemuda biasa menikahi putri raja, seorang
wanita biasa menikah dengan sang pangeran, bukti kesetiaan dan
kemurnian, istri yang keras kepala belajar menjadi setia, prinsip-
prinsip hidup yang baik, tindakan dan kata-kata yang cerdas,

41
Modul Sastra Lisan SASTRA INDONESIA

dongeng tentang nasib, perampok dan pembunuh, dan dongeng-


dongeng realistis lainnya.
(5) Tales of the Stupid Orgre/Giant/Devil (dongeng tentang raksasa
atau hantu yang bodoh) meliputi kontrak kerja, hubungan antara
manusia dan raksasa, persaingan antara manusia dan raksasa,
manusia membunuh atau rnelukai raksasa, raksasa ditakut-takuti
oleh manusia, manusia menaklukkan raksasa, jiwa diselamatkan
dari gangguan setan.
(6) Anecdotes and jokes (anekdot dan lelucon) meliputi cerita-cerita
tentang si pandir, cerita tentang pasangan yang sudah menikah
(istri yang bodoh dan suaminya, suami yang bodoh dan istrinya,
dan pasangan yang bodoh), cerita tentang seorang wanita (mencari
istri, lelucon tentang seorang nyonya tua), cerita tentang seorang
laki-laki (pria yang cerdas, keberuntungan, lelaki bodoh), lelucon
tentang tokoh-tokoh agama (tokoh agama ditipu, tokoh agama dan
perihal seks), lelucon tentang kelompok masyarakat lain.
(7) Formula Tales (dongeng yang memiliki formula) meliputi
dongeng-dongeng komulatif (yang didasarkan pada jumlah, objek,
binatang, atau nama yang selalu dikaitkan dengan kematian,
makan, atau kejadian-kejadian lainnya), dongeng tentang jebakan,
dan dongeng-dongeng formula lainnya.
Motif didefinisikan sebagai anasir terkecil dalam sebuah cerita
yang mempunyai daya tahan dalam tradisi. Berdasarkan kriteria tersebut,
mereka menyusun index atau katalogus tipe-tipe dan motif-motif yang
dapat diterapkan secara universal pada cerita-cerita rakyat. Secara lebih
lengkap, yang dimaksudkan dengan motif adalah unsur-unsur suatu
cerita (narratives elements). Motif teks suatu cerita rakyat adalah unsur
dari cerita tersebut yang menonjol dan tidak biasa sifatnya (Danandjaja,
1984: 53).
Ada berbagai motif yang dapat ditemukan dalam berhagai cerita
rakyat. Beberapa rnotif yang biasa dijumpai dalam cerita-cerita rakyat
adalah sebagai berikut.

42
Modul Sastra Lisan SASTRA INDONESIA

(1) Motif berupa benda misalnya tongkat wasiat, sapu ajaib, lampu
ajaib, bunga mawar, tanah liat, dan benda-benda angkasa. Cerita
asal-usul manusia terdapat berbagai motif, misalnya ada yang
mengatakan manusia dibuat dari tanah liat, manusia berasal dari
telur burung garuda, manusia berasal dari sejenis pohon tertentu,
dll. Hal ini akan berkaitan dengan keyakinan religius .
(2) Motif berupa hewan yang luar biasa, misalnya kuda yang bisa
terbang, buaya siluman, singa berkepala manusia, raksasa, hewan
yang bisa berbicara, burung phoenix, ular naga, dan ayam jantan.
Dalam dongeng Ande-Ande Lumut dikisahkan tentang seekor
kepiting raksasa bernama Yuyu Kangkang dan seekor burung
bangau raksasa yang bisa berbicara.
(3) Motif yang berupa suatu konsep misalnya larangan atau hal tabu.
Sebagai contoh konsep yang menjelaskan mengapa wanita hamil
tak boleh makan pisang kembar. Mengapa setelah sunat tradisional
(sifon) seorang lelaki harus melalui ritual hubungan seks dengan
tiga perempuan yang bukan istrinya. Mengapa wong sukerto atau
orang yang dianggap sial harus diruwat atau harus menjalankan
ritual. Mengapa seorang anak gadis tidak boleh makan di depan
pintu. Mengapa perlu dilakukan ritual bersih desa. Mengapa
pohon-pohon tertentu di hutan tidak boleh ditebang atau diambil
kayunya. Mengapa perlu dilakukan ritual sedekah laut oleh
masyarakat nelayan. Motif yang berupa konsep-konsep larangan
ataupun anjuran seperti ini banyak dijumpai dalam cerita-cerita
rakyat di lndonesia. Motif tentang larangan menghina ibu kandung,
misalnya dapat dijumpai dalam Legenda Malin Kundang
(Minangkabau) dan Legenda Batu Menangis (Kalimantan Barat).
Jika dikaji secara lebih mendalam, akan dijumpai berbagai kearifan
lokal kelompok-kelompok etnis melalui motif ini. Misalnya
mengapa manusia perlu menjaga kelestarian hutan, flora, dan
fauna, mengapa manusia perlu hidup dalam keseimbangan
kosmos.

43
Modul Sastra Lisan SASTRA INDONESIA

(4) Motif berupa suatu perbuatan (ujian ketangkasan, minum alkohol,


bertemu di gunung, turun dari gunung, menyamar sebagai fakir
miskin, menghambakan diri, melakukan tindakan laku tapa,
moksa, melewati alam gaib, bertarung dengan raksasa, dan lain-
lain. Misalnya dalam dongeng Ande-Ande Lumut dari Kediri, Jawa
Timur terdapat motif perbuatan menyamar (Pangeran Asmara
Bangun menyamar sebagai Ande-Ande Lumut dan Dewi Sekar Taji
sebagai Klenting Kuning), menghambakan diri (Dewi Sekar Taji
menjadi pembantu Nyai Intan). Dongeng Jaka Budug dan Putri
Kemuning dari daerah Ngawi, Jawa Timur, bermotifkan sayembara
uji ketangkasan mendapatknan daun sirna ganda. Jaka Budug
(budug artinya kudis) berhasil mendapatkan daun sirna ganda
setelah membunuh ular naga yang menjaga daun tersebut. Jaka
Budug pun menikah dengan putri raja Prabu Aryo Seto bernama
Putri Kernuning.
(5) Motif tentang penipuan terhadap suatu tokoh (raksasa, hewan). Di
lndonesia banyak dijumpai motif hewan-hewan yang luar biasa,
seperti cerita tentang kancil, raksasa yang bisa menelan manusia
yang mudah ditipu, dll. Legenda Gunung Kelud dan Legenda
Candi Roro Jongrang memiliki motif penipuan. Dalam Legenda
Gunung Kelud, Lembu Sura yang telah berhasil memenangkan
sayembara merentangkan busur sakti Kyai Garudayeksa dan
mengangkat gong Kyai Sekardelima ditipu oleh sang putri Dyah
Ayu Pusparani dengan menyuruhnya menggali sumur di puncak
gunung Kelud. Ketika galian sumur itu hampir mengeluarkan air,
Sang Putri dan Prabu Brawijaya menyuruh orang untuk menutup
sumur itu dengan tanah dan batu-batuan yang besar. Dalam
legenda Candi Roro Jongrang, Bandung Bondowoso yang hampir
sukses mendirikan seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu
semalam, sengaja digagalkan oleh Roro Jongrang. Merasa telah
dibohongi oleh Roro Jongrang, Bandung Bondowoso pun
mengutuk Roro Jongrang menjadi salah satu candi.

44
Modul Sastra Lisan SASTRA INDONESIA

(6) Motif yang menggambarkan tipe orang tertentu, misalnya yang


sangat pandai seperti Abu Nawas, yakni tokoh yang selalu tertimpa
nasib sial seperti si Pandir, dan si Kaya, tokoh yang sangat
bijaksana seperti raja Sulaiman, tokoh pemberani seperti Si Pitung,
tokoh pelaut ulung seperti Hang Tuah.
Dalam kajian Mazhab Finlandia, jika ditemukan dua motif yang
sama pada dua kelompok etnis yang berbeda, maka mereka mengajukan
dua pandangan teoretis yang berbeda.
(1) Teori Monogenesis yakni teori yang mengatakan bahwa motif
tertentu pasti berasal dari satu daerah. Baru kemudian terjadi
proses penyebaran atau difusi (diffusion). Penganut dan pelopor
teori ini antara lain Jacob dan Wilhelm Grimmm, teori mitologi
matahari Max Muller, dan teori Indianist Theodore Benfey.
(2) Teori Poligenesis yakni teori yang berpandangan bahwa motif-
motif tersebut merupakan penemuan-penemuan tersendiri yang
tidak ada kaitannya (independent invention) atau sejajar (parallel
invention). Penganut teori ini antara lain teori survival dari anggota
English Antropologist, yaitu antropolog lngris yang mendasarkan
teorinya pada teori evolusi kebudayaan (berdasarkan pandangan
Charles Darwin). Menurut mereka, kebudayaan seperti halnya
tanaman dan hewan, berkembang menurut tingkatan-tingkatan,
yakni dari tingkat rendah (primitif savage) sampai ke tingkat tinggi
(modern, canggih). Bandingkan pula teori poligenesis ini dengan
pandangan Carl Gustav Jung tentang arketipe.
Dengan metode perbandingan yang cukup sulit dan memakan
waktu yang lama, Stith Thompson (1885-1976) berhasil menyusul
sebuah buku yang memuat berbagai motif dan indeks cerita-cerita rakyat
di seluruh dunia dalam sebuah buku berjudul Motif lndex of FoIk
Literature: A Classification of Narrative Elements in Folktaies, Ballads,
Myths, Fables, Mediaeval Romances, and Local Legends (1966) yang
terdiri dari enam jilid. Dalam buku itu dapat diketahui apakah cerita
rakyat yang kita petajari itu unik atau hanya merupakan salah satu versi

45
Modul Sastra Lisan SASTRA INDONESIA

atau variasi dari cerita rakyat yang ada di dunia. Buku itu memuat
katalogus tipe-tipe dan motif-motif yang dapat diterapkan secara
universal pada cerita rakyat. Berdasarkan penggolongan ini, sejarah
hidup (life history) sebuah cerita rakyat kemudian ditelusuri oleh peneliti
dengan membandingkan sebanyak mungkin varian-varian cerita yang
tipe dan motifnya sama. Mazhab Finlandia yang berpusat di Helsinki ini
kemudian dikenal sebagai pusat organisasi peneliti dari seluruh dunia
yang disebut Historico Geographico School. Prinsip pendekatan dan
hasilnya yang terpenting dituangkan dalam buku Thompson (1977)
berjudul The Folktale.

C. LATIHAN SOAL / TUGAS


Susunlah resume dari uraian teori/mazhab Finlandia di atas dengan
menggunakan kalimat Anda sendiri sehingga lebih mudah dipahami.

D. DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 1984. “Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan
Lain-lain”. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Teeuw, A. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: PT Dunia Pustaka


Jaya.

46

Anda mungkin juga menyukai