Anda di halaman 1dari 30

PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU

SENSITIVE OBAT

Rouly Pola Pasaribu

DIVISI PULMONOLOGI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
• PENDAHULUAN
• PENEGAKAN
OUTLINE DIAGNOSIS
• TATALAKSANA
PENDAHUL
UAN
Pendahuluan
EPIDEMIOLOGI
TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama
agen infeksius.

Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang 1,2


- 1,4 juta) di antara orang dengan HIV negatif dan terdapat sekitar
300.000 kematian karena TB di antara orang dengan HIV positif.
Diperkirakan terdapat 10juta kasus TB baru (rentang) setara dengan
133 kasus per 100.000 penduduk
EPIDEMIOLOGI

• Data pertahun 2019-2020


• Rate reproduksi bervarasi
mulai <1 hingga 4,3 (china)
• Asia tenggara 3,5
• Kematian pada TB yang tidak
diobati sebesar 45%
• Tiap jam 13 orang meninggal
terkait TB
TUBERKULOSIS (TB)
udara bebas

mycobacterium
tuberculosis terhirup

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI

TUBERKULOSIS (TB)
GEJALA TB
Gejala Utama Gejala lainnya

Demam meriang Sesak nafas dan Berat badan


berkepanjangan nyeri dada menurun

Batuk Terus Kadang dahak Nafsu makan


Berkeringat di malam
hari meski tanpa
Menerus bercampur darah menurun
melakukan kegiatan
D i rek to rat Je nderal Pe n c e ga h a n dan Pe n ge n d a l i a n Pe nya ki t Ke m e nte ri a n Ke se h atan RI
Gejala tbc
Gejala Utama:
Batuk > 2 minggu

Gejala Tambahan
• Demam
• Nafsu makan menurun
• Penurunan berat badan
• Lemah
• Lelah
• Keringat malam Riwayat Medis
• HIV/AIDS
• DM (sakit gula)
• Kegananasan
Faktor risiko infeksi
• Kontak dengan penderita TBC Aktif
• Lingkungan padat penduduk
• Tunawisma
• Malnutrisi
PENULARAN TB
Mycobacterium Udara Bebas
tuberculosis

Terhirup

Terhirup
Terhirup
Terhirup

Terhirup

PASIEN TB AKTIF DAPAT MENULARKAN PADA 10-15 ORANG DI SEKELILINGNYA SETIAP TAHUN.

D i rek to rat Je nderal Pe n c e ga h a n dan Pe n ge n d a l i a n Pe nya ki t Ke m e nte ri a n Ke se h atan RI


Hal-hal yang mempengaruhi penularan tbc

Jumlah kuman, lama Orang yang memiliki Perokok, Lingkungan


kontak dan daya tahan daya tahan tubuh Pasien tuberkulosis perumahan padat dan
tubuh rendah: HIV/AIDS, yang membuang kumuh.
Penderita Kencing manis, Usila, dahak sembarangan, Ruangan dengan
Gizi Buruk, Anak lebih tidak memakai sirkulasi udara yang
rentan terkena TBC masker, dan tidak kurang baik dan tanpa
meminum obat secara cahaya matahari.
teratur dan tuntas
SIAPA YANG PALING
1 BERISIKO
2 SAKIT TB
3 ?

ANAK-ANAK Oraanngg Orang usia lanjut


HIV//AIIDSS
4 5 6 Udara Bebas

Mycobacterium
tuberculosis
Terhi rup

Terhirup

OOrarnagngDDiaibaebteetseMs Perokok Orang kontak erat atau kontak


Melliilttiuuss
serumah dengan pasien TB

D i rek to rat Je nderal Pe n c e ga h a n dan Pe n ge n d a l i a n Pe nya ki t Ke m e nte ri a n Ke se h atan RI


PENEGAKA
N
DIAGNOSIS
• Utama penegakan secara
konfirmasi mikroskopis
• Harus dilakukan pada
laboratorium yang bermutu
• Dapat pula dengan penilaian klinis
Penegakan diagnosis TB paru harus memenuhi prinsip:

A.Mendahulukan pemeriksaan bakteriologis

B.Pemeriksaan TCM untuk diagnosis, pemantauan kemajuan pengobatan dengan


pemeriksaan mikroskopis

C.Tidak dibenarkan mendiagosis TB HANYA berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.

D.Tidak dibenarkan mendiagnosis TB paru dengan pemeriksaan serologis


Evaluasi pemberian antibiotika spektrum luas selama 1-2 minggu dapat dilakukan pada faskes
yang tidak memiliki akses rujukan (radiologi/TCM/biakan)

Dapat ditegakkan diagnosis sebagai TB klinis bila tidak ada perbaikan dan beresiko tinggi

Faktor resiko yang dimaksud antara lain

1. Terbukti kontak pasien TB

2. Memiliki komorbid HIV, DM

3. Tinggal di wilayah resiko tinggi ( lapas/rutan, daerah kumuh, penampungan)


Diagnosis TB ekstra paru

1. Keluhan sesuai organ yang terkena

2. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari
contoh uji berasal organ yang terkena

3. Pemeriksaan mikroskopis dahak harus dilakukan diawal

4. Pemeriksaan TCM bila memungkinkan dari contoh uji jaringan yang terkena
TATALAKSA
NA
Tujuan pengobatan TB

a. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien

b. Mencegah kematian akibat TB

c. Mencegah kekambuhan

d. Mengurangi penularan

e. Mencegah perkembangan dan penularan TB resistan obat


Pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi prinsip:

A.Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4
macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi

B.Diberikan dalam dosis yang tepat

C.Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (pengawas menelan obat)
sampai selesai masa pengobatan. d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang
cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Tahapan pengobatan • Tahap awal
• Pengobatan diberikan setiap hari.
TB • Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru
diberikan selama 2 bulan.
• Umumnya dengan pengobatan secara teratur
dan tanpa adanya penyulit, daya penularan
sudah sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 minggu pertama.
• Tahap lanjutan
• Pengobatan tahap diberikan selama 4 bulan.
Pada fase lanjutan seharusnya obat diberikan
setiap hari.
Pengobatan TB pada kasus baru
•Pasien berusia diatas 60 tahun tidak
dapat mentoleransi lebih dari 500- Dosis rekomendasi 3 kali perminggu
700 mg perhari, beberapa pedoman harian
merekomendasikan dosis 10 mg/kg Dosis Maksimum Dosis Maksimum
BB pada pasien kelompok usia ini. (mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
•Pasien dengan berat badan di Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
bawah 50 kg tidak dapat
mentoleransi dosis lebih dari 500- Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600

750 mg perhari
Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -

Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -

Streptomisin* 15 (12-18) - 15 (12-18) -


A. Tuberkulosis Milier
B. Tuberkulosis paru dengan diabetes
melitus
C. Tuberkulosis paru dengan HIV / AIDS
Pengobatan D. Tuberkulosis paru pada ibu hamil dan
TB SO pada menyusui
kondisi E. Tuberkulosis paru dengan penyakit ginjal
kronik
khusus F. Tuberkulosis paru dengan kelainan hati
G. Hepatitis imbas obat
H. Tuberkulosis pada geriatri
TB dengan kelainan ginjal kronik

obat Perubahan Cct < 30 atau pada pasien dialysis


frekuensi

Isoniazid Tidak 300mg/kg sekali sehari atau 900mg


3x/minggu

Rifampisin Tidak 600mg/kg sekali sehari atau 600 mg


3x/minggu

Pyrazinamide Ya 25-35 mg/kg perdosis 3x/minggu

ethambultol Ya 15-25 mg/kg perdosis 3 x/minggu


TB dengan kelainan hati

• Tunda pengobatan pada kasus hep akut

• Pada kasus berat dapat diberikan 3 SE/6HR

• Lakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum pengobatan dimulai

• Pada kasus kronis paduan disesuaikan dengan derajat keparahan


Pemilihan paduan berdasarkan derajat keparahan kelainan hati

• Sirosis child B  satu atau dua obat hepatotoksik


• Sirosis child C  tanpa obat hepatotoksik
• Pirazinamid tidak diberikan

Dua obat hepatotoksik Tanpa obat


Satu obat hepatotoksik
9HRE
2HRES / 6HR
2RES / 10RE hepatotoksik
2HES / 10HE 18-24 SEFq
6-9 RHZ

Dianjurkan WHO
Hepatitis imbas obat

• Klinis (+), Ikterik (+), mual dan muntah (+)  OAT dihentikan
• Klinis (+), faal hati > 3x  OAT dihentikan
• Klinis (-), laboratorium didapatkan kelainan:
• Bilirubin > 2  OAT dihentikan
• SGOT, SGPT > 5x  OAT dihentikan
• SGOT, SGPT > 3x teruskan pengobatan dengan pengawasan
• Setelah faal hati membaik obat dapat dimulai Kembali

• Dosis dihitung setelah Rif dan H diberikan dosis penuh


TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai