Anda di halaman 1dari 41

PROGRAM KIA DAN PWS KIA

BATASAN PEMANTAUAN PWS


INDIKATOR PEMANTAUAN PWS KIA
GRAFIK PWS KIA
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

OLEH : T.JUVITA SITEPU,SST., M.Keb


Latar Belakang PWS KIA
◦ Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah
dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada
saat itu pimpinan PKM maupun pemegang
program di Dinas Kesehatan Kab/Kota belum
mempunyai alat pantau yang dapat memberikan
data yang cepat sehingga pimpinan dapat
memberikan respon atau tindakan yang cepat
dalam wilayah kerjanya.
◦ PKM adalah organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjanya dalam bentuk program pokok.
◦ Program KIA merupakan salah satu program
pokok puskesmas yang mendapat prioritas tinggi,
mengingat kelompok ibu hamil, menyusui, bayi
dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan
terhadap morbiditas dan mortalitas.
Pengumpulan data dan pws
◦ Pengumpulan data merupakan bagian dari
kegiatan identifikasi masalah
◦ Data merupakan sarana untuk memantau
status kesehatan wilayah
◦ Data ini disimpan dalam database sehingga
dapat dimanfaatkan oleh stakeholder terkait
◦ Data dasar diperlukan sebagai pendukung
untuk memantau wilayah sasaran
Proses Pengumpulan Data Sasaran

Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah
sasaran (proyeksi) yang dihitung menggunakan
rumus. Berdasarkan data tersebut bidan di desa
bersama dukun bersalin/bayi serta kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di
wilayah kerjanya.
Proses Pengumpulan Data Sasaran

Data Pelayanan berasal dari :


a. Register kohort ibu
b. Register kohort bayi
c. Register kohort anak balita
d. Register kohort KB
2. Pencatatan data
◦ Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat bidan
memulai pekerjaan di desakelurahan. Seorang
bidan dibantu kader dan dukun membuat peta
wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan,
rumah serta setiap waktu memperbaiki peta
tersebut dengan data baru tentang adanya ibu
yang hamil, neonatus dan anak balita.
LIHAT CONTOH
peta wilayah
◦ Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan
dari para kader dan dukun bayi yang
melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir, bayi dan ank balita dimana
sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi
ibu hamil dipasang stiker P4K didepan
rumahnya. Selain itu data sasaran juga dapat
diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran
yang berasal dari lintas program dan fasilitas
pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
◦ Data Pelayanan
bidan di desa/kel mencatat semua detail
pelayanan KIA di dalam kartu ibu, kohort ibu,
kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita,
kohort KB dan buku KIA. Pencatatan harus
dilakukan segera setelah bidan melakukan
pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan
untuk memantau secara intensif dan terus
menerus kondisi dan permasalahan yang
ditemukan.
Indikator Pemantauan PWS-KIA

1. Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)

Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil x 100%


Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dihit dgn rumus :


CBR propinsi x 1,1 x jumlah penduduk setempat.
Bila tidak punya data CBR dapat digunakan angka nasional
: 2,5 % x jumlah penduduk setempat
2. Cakupan Ibu Hamil (K4)
Jumlah kunjungan (K4) ibu hamil
x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
3. Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan
x 100%
Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun

4. Penjaringan (deteksi) Ibu Hamil Berisiko Masyarakat


Jumlah ibu hamil berisiko yang dirujuk oleh
dukun bayi/kader ke tenaga kesehatan
x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
5. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh tenaga
kesehatan
Jumlah ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh tenaga
kesehatan dan atau dirujuk oleh dukun bayi/kader
x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

6. Cakupan Pelayanan Neonatal (KN) oleh tenaga


kesehatan
Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat pelayanan
kesehatan minimal 2 kali oleh tenaga kesehatan
x 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun
INDIKATOR KETERCAPAIAN
PROGRAM PWS KIA
◦ Pelayanan Antenatal standar 7 T
◦ Pertolongan persalinan, perhatikan : PI, APN, merujuk
(kalau perlu)
◦ Deteksi dini bumil beresiko
◦ Penanganan komplikasi kebidanan
◦ Pelayanan kesehatan neonatal
◦ Pelayanan kesehatan bayi
◦ Pelayanan kesehatan balita
◦ Pelayanan KB berkualitas
Faktor Resiko Ibu Hamil
◦ Primi gravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
◦ Anak lebih dari 4
◦ Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang
dari 2 tahun
◦ Tinggi badan Kurang dari 145 cm.
◦ Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas
< 23,5cm.
◦ Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang
atau panggul.
◦ Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau
sebelum kehamilan ini.
◦ Sedang / pernah menderita penyakit kronis, antara lain : Tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati,psikosis, kelainan endokrin (diabetes
mellitus, sistemik lupus eritematosus dll), tumor dan keganasan..
◦ Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, molahidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital.
◦ Riwayat persalinan beresiko: Persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksi vakum / forseps.
◦ Riwayat nifas beresiko: Perdarahan pasca persalinan, infeksi masa
nifas, psikosis post partum (post partum blues).
◦ Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
Risiko Tinggi/Komplikasi
Kehamilan
◦ Hb kurang dari 8gr %
◦ Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg).
◦ Oedema yang nyata.
◦ Eklamsia.
◦ Perdarahan pervaginam (abortus imminens, plasenta previa, solusio
plasenta).
◦ Ketuban pecah dini.
◦ Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
◦ Letak sungsang pada primi gravida.
◦ Infeksi berat / sepsis.
Ancaman persalinan prematur.
◦ Kelainan jumlah janin (Kehamilan ganda, kembar siam, monster dll).
◦ Kelainan besar janin (janin besar, intra uterin growth retardation).
◦ Distosia (persalinan macet, persalinan tak maju).
◦ Perdarahan pasca persalinan: atonia uteri, retensi plasenta, robekan
jalan lahir, kelainan darah.
◦ Infeksi masa nifas.
◦ Penyakit kronis pada ibu (jantung, paru, ginjal, dll).
◦ Riwayat obstetri buruk (riwayat bedah sesar dan komplikasi
kehamilan).
Penanganan komplikasi
kebidanan
◦ Adanya PKM PONED  4 / kabupaten untuk :
- Pencegahan dan penanganan perdarahan.
- Pencegahan dan penanganan pre eklamsi dan eklamsi.
- Pencegahan dan penanganan infeksi.
- Penanganan partus lama / macet.
- Pencegahan dan penanganan abortus.
Pelayanan neonatal meliputi:
Pencegahan dan penanganan asfiksia.
◦ Pelayanan neonatal meliputi:
- Pencegahan dan penanganan asfiksia.
- Pencegahan dan penanganan Hipotermia.
- Pencegahan dan Penanganan BBLR.
- Pencegahan dan penanganan kejang / ikterus ringan-
sedang.
- Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
Pelayanan kesehatan neonatal
◦ Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare, bayi berat lahir rendah.
◦ Perawatan tali pusat.
◦ Pemberian vitamin K1 bila belum di berikan pada saat lahir.
◦ Imunisasi Hepatitis B bila belum diberikan pada saat lahir.
◦ Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan buku KIA .
◦ Penanganan dan rujukan kasus.
◦ Pelayanan kesehatan neonatus (Bayi berumur 0-28 hari) yang
dilaksanakan oleh dokter spesialis anak / dokter / bidan / perawat
terlatih, baik fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
Risiko Tinggi Neonatal
◦ BBLR (Bayi dengan berat lahir <2500 gram).
◦ Bayi dengan tetanus neonatorum.
◦ Bayi baru lahir dengan asfiksia.
◦ Bayi dengan ikterus neonatorum (ikterus > 10 hari setelah
lahir).
◦ Bayi baru lahir dengan sepsis.
◦ Bayi lahir dengan berat >4000 gram.
◦ Bayi preterm dan posterm.
◦ Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
◦ Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.
Pelayanan kesehatan bayi
◦ Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1 s.d 4, Hepatitis
B1 s.d. 3, dan campak).
◦ Stimulasi deteksi intervensi tumbuh kembang bayi
(SDIDTK).
◦ Pemberian vitamin A IU (6-11 bulan).
◦ Konseling ASI eklusif dan pemberian makanan
pendamping ASI
◦ Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan bayi
dirumah.
◦ Penanganan dan rujukan kasus.
Pelayanan kesehatan balita
◦ Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam
buku KIA / KMS.
◦ Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita
setiap bulan yang tercatat pada buku KIA / KMS.
◦ Pelayanan SDIDTK meliputi pemantuan perkembangan motorik kasar,
motorik halus, bahasa, sosialisasi dan Kemandirian minimal 2 kali
pertahun (setiap 6 bulan).
◦ Suplementasi Vitamin A dosis tinggi ( IU) diberikan kepada anak balita
minimal 2 kali pertahun.
◦ Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
Pelayanan KB berkualitas
◦ Pelayanan KB berkualitas adalah : pelayanan KB
yang sesuai dengan standar dengan menghormati
hak individu sehingga di harapkan mampu
meningkatkan derajat kesehatan dan menurunkan
tingkat fertilitas (kesuburan).
◦ Pelayanan KB bertujuan untuk menunda,
menjarangkan dan / atau menghentikan kehamilan,
dengan menggunakan metode kontrasepsi.
Batasan dan Indikator Pemantauan

◦ Pelayanan antenatal, Pelayanan antenatal adalah


pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk
ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan
sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
Penjaringan (deteksi) dini
kehamilan berisiko
◦ Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil berisiko, yang dapat dilakukan
oleh kader, dukun bayi dan tenaga kesehatan.
Grafik PWS KIA
Sistem pencatatan dan
pelaporan
Diagram alur pencatatan pelayanan
kia oleh bidan
Pengolahan data
◦ Setiap bulan bidan di desa mengolah data yang
tercantum dalam buku kohort dan dijadikan
sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan
koordinator di Puskesmas menerima laporan
bulanan tersebut dari semua bidan dan
mengolahnya menjadi laporan dan informasi
kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut
PWS KIA. Informasi per desa/kelurahan dan
per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk
grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap
bidan koordinator.
analisis

◦ Analisis adalah suatu pemeriksaan dan


evaluasi dari suatu informasi yang sesuai
dan relevan dalam menyeleksi suatu
tindakan yang terbaik dari berbagai
macam alternatif variasi. Data yang
dianalisis adalah data register
Rencana tindak lanjut

◦ Bagi kepentingan program, analisis PWS


KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu
keputusan tindak lanjut teknis dan non
teknis, bagi puskesmas keputusan tersebut
harus dijabarkan dalm bentuk rencana
operasional jangka pendek untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Tindak lanjut
STATUS TINDAK LANJUT

BAIK Desa yang berstatus baik atau cukup,


CUKUP pola penyelenggaraan KIA perlu
dilanjutkan dengan penyesuaian
tertentu sesuai dengan kebutuhan.

KURANG Desa berstatus kurang atau jelek


JELEK memerlukan analisis lebih mendalam
serta dicari penyebab rendahnya atau
menurunnya cakupan bulanan sehingga
dapat diupayakan cara penanganan
masalah secara lebih spesifik.
1. Diketahui Desa S. Kabupaten Bandung
mempunyai penduduk sebanyak 2000 jiwa dan
angka (Crude Birth Rate) terakhir di Kab.
Bandung 27,0/1.000 penduduk. Berapa sasaran
ibu hamil dalam 1 tahun di desa tersebut?
2. Dari nilai sasaran diatas, jika jumlah ibu hamil
yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal
4 kali sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan pada kurun waktu 1 satu tahun adalah
50. Hitung cakupan K4 dalam kasus tersebut.
JAWABAN
1.59 ORANG
2.84,74%
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai