Anda di halaman 1dari 18

TERM PEMIMPIN, DAN

KRITERIA PEMIMPIN
PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Mata Kuliah : Dosen Pengampu :
Kepemimpinan Islami Dr. H. Musrifu, S.Ag., M.Ag

Kelompok 1:
Hamdan (002004322021)
Amira Isnaeny (001704322021)
Term Pemimpin Persepktif Al-Qur’an
Pemimpin berasal dari kata “pimpin” (dalam bahasa Inggris
lead) berarti bimbing dan tuntun. Dengan demikian di dalamnya ada
dua pihak yang terlibat yaitu yang “dipimpin” dan yang “memimpin”.
Setelah ditambah awalan “pe” menjadi “pemimpin” (dalam bahasa
Inggris leader) berarti orang yang menuntun atau yang
membimbing.
Kepemimpinan (leadership) adalah proses mempengaruhi yang
dilakukah oleh seseorang terhadap orang lain untuk dapat
bekerjasama dalam mencapai tujuan atau sasaran bersama yang
telah ditetapkan.
Dalam perspektif al-Qur’an, istilah pemimpin dalam pengertian
sebagaimana yang telah diuraikan, dapat merujuk pada term
khalifah, wilayah, dan imamah
Term Pemimpin Persepktif Al-Qur’an
1. Khalifah
Menurut bahasa, kata khalifah merupakan subjek dari kata kerja lampau
khalafa yang bermakna menggantikan atau menempati tempatnya. Dalam
pengertian yang lainnya, kata ini digunakan untuk menyebut orang yang
menggantikan Nabi Muhammad (setelah beliau wafat) dalam kepemimpinan
Islam. Khalifah juga sering disebut sebagai Amīr al-Mu’minīn atau “pemimpin
orang yang beriman.”

Allha Ta’ala befirman :


“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata, mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman,
sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.
al-Baqarah/2: 30).
Term Pemimpin Persepktif Al-Qur’an
Secara etimologis, kata khalifah berakar kata dengan huruf-huruf ‘kha’,
‘lam’, dan ‘fa’’, mempunyai tiga makna pokok, yaitu, ‘mengganti’, ‘belakang’, dan
‘perubahan’. Dengan makna seperti ini, maka kata kerja khalafa- yakhlufu-
khalifah dipergunakan dalam arti bahwa khalifah adalah yang mengganti
kedudukan Nabi sebagai pemimpin, khalifah adalah pemimpin di belakang
(sesudah) Nabi, khalifah adalah orang mampu mengadakan perubahan untuk
lebih maju dan menyejahterahkan orang yang dipimpinnya.
secara terminologis, khalifah adalah pemimpin tertinggi di dunia Islam yang
menggantikan kedudukan Nabi dalam mengurus agama dan pemerintahan
Islam. Empat khalifah pertama, Abu Bakar, ‘Umar, Usman, dan ‘Ali, masing-
masing berperan dalam menyelesaikan berbagai persoalan agama di masanya,
dan berperan memperluas wilayah pemerintahan Islam. Mereka juga memiliki
peranan spiritual yang tinggi terlihat dari usaha mereka ketika menjabat khalifah.
Karenanya mereka menerima gelar penghormatan khalīfah al-rāsyidūn (khalifah
yang lurus). Beberapa pemimpin umat Islam sesudah mereka, tetap meng
gunakan gelar khalifah.
Term Pemimpin Persepktif Al-Qur’an
2. Wilayah
“Wilayah” artinya kepemimpinan. Orang yang memimpin disebut wali. Secara
umum pemimpin umat adalah Allah Ta’ala, Rasulullah saw dan orang-orang beriman.
Allah Ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang


beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada
Allah).” (QS. al Mā’idah/5: 55).”

Para ulama berbeda pendapat tentang makna wali. Sebagian berpendapat bahwa makna
wali adalah “teman dekat.” Sebagian yang lain berpendapat wali artinya “penolong” dan
sebagian ulama mengatakan wali adalah “pemimpimpin.”
Term Pemimpin Persepktif Al-Qur’an
Dalam terminologi keindonesiaan, kata wali bermakna pemimpin, seperti kata
wali kota artinya pemimpin kota bukan penolong kota dan bukan pula teman kota.
Allah Ta’ ala berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir


menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu
mengadakan alasan yang nyata bagi Allah ?” (QS. al-Nisā’/4: 144).”

Ayat ini menjelaskan larangan mengangkat orang kafir sebagai pemimpin


bukan larangan berteman dengan orang kafir
Term Pemimpin Persepktif Al-Qur’an
3. Imamah dan Imam
“Imamah” adalah sistem kepemimpinan dan orang yang memimpin disebut
imam. Imamah adalah kepemimpinan yang bersifat umum, baik kepemimpinan
negara atau kepempinan “ibadah mahdah” seperti shalat. Pemimpin dalam ruang
lingkup orang-orang yang bertakwa adalah “imām li al-muttaqīn” atau pemimpin
bagi bagi orang-orang yang bertakwa.
Pemimpin orang yang beriman disebut “imām li al-mukminin” atau pemimpin
orang beriman dan pemimpin manusia disebut “imām li al-nās” atau pemimpin
seluruh manusia tanpa membedakan agama, suku, daerah dan sebagainya.
Kepemimpinan ketiga inilah yang pernah “eksis” pada masa Rasulallah saw.
Term Pemimpin Persepktif Al-Qur’an
 Allah Ta’ala berfirman
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat
(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman,
sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia. Ibrahim
berkata, Dan saya mohon juga dari keturunanku. Allah berfirman, Janji-Ku ini
tidak mengenai orang yang yang zalim.” (QS. al-Baqarah/2: 124).”

Ayat ini mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin harus adil dan orang-
orang zalim tidak boleh menjadi pemimpin. Nabi Ibrahim adalah hamba Allah,
setelah melalui proses pendekatan diri kepada Allah, hingga naik menjadi
kekasih Allah atau “khalilullāh.” Setelah menjadi “khalilullāh” naik lagi menjadi
rasulallah dan saat beliau menjadi Rasulallah saw, Allah Ta’ala mengangkatnya
menjadi “imam” bagi seluruh manusia. Saat Nabi Ibrahim berharap agar semua
keturunannya menjadi imam, Allah Ta’ala menjawab bahwa kepemimpinan tidak
akan jatuh ke tangan orang-orang yang zalim.
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
Islam sendiri, banyak memberi gambaran tentang sosok pemimpin yang
benar-benar layak memimpin umat menuju kemaslahatan, baik dari Al-Qur’an,
Hadist, maupun keteladanan Rasul dan para sahabat. sebagai sosok pemimpin
ideal bagi umat Islam, Rasulullah saw. memiliki beberapa kriteria yang dapat
ditentukan dalam hal memilih seorang pemimpin antara lain:

● Shidiq (Jujur)
Kejujuran adalah lawan dari dusta dan ia memiliki arti kecocokan sesuatu
sebagaimana dengan fakta. Nabi Muhammad saw. sebagai utusan terpercaya
Allah jelas tidak dapat lagi diragukan kejujurannya, kerena apa yang beliau
sampaikan adalah petunjuk (wahyu) Allah yang bertitik pada kebenaran yaitu
ridlo Allah.

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa


nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).”(QS. An-Najm:3-4).”
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
● Amanah/Terpercaya
Sebelum diangkat menjadi rasul, nabi Muhammad SAW bahkan telah diberi
gelar Al-Amien yang artinya orang yang dapat dipercaya. Hal ini tentunya karena beliau
adalah pribadi yang benar- banar dapat dipercaya dikalangan kaumnya.
Amanah merupakan kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin. Dengan
memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat
yang telah dibebankan sebagai amanah mulia di atas pundaknya. Kepercayaan
maskarakat berupa penyerahan segala macam urusan kepada pemimpin agar dikelola
dengan baik dan untuk kemaslahatan bersama.
Allah mengisyaratkan dengan tegas untuk mengangkat “pelayan rakyat” yang kuat &
dapat dipercaya dalam surat Al-Qoshos ayat 26.
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang
yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".( Q.S.Al-Qoshos:26).”
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
● Tabligh (Komunikatif)
Kemampuan berkomunikasi merupakan potensi dan kualitas prinsip yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena dalam kinerjanya mengemban
amanat memaslahatkan umat, seorang pemimpin akan berhadapan dengan
kecenderungan masayarakat yang berbeda-beda. Oleh karena itu komunikasi yang
sehat merupakan kunci terjalinnya hubungan yang baik antara pemimpin dan
rakyat.
Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah keberaniannya
menyatakan kebenaran meskipun konsekuensinya berat. Dalam istilah Arab
dikenal ungkapan, “kul al-haq walau kaana murran”, katakanlah atau sampaikanlah
kebenaran meskipun pahit rasanya.
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
● Fathonah (Cerdas)
Seorang pemimpin sebagai visioner haruslah orang yang berilmu, berwawasan luas,
cerdas, kreatif, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Karena untuk mewujudkan
kemaslahatan dan kemakmuran masyarakat dibutuhkan pemikiran besar dan inovatif serta
tindakan nyata. Kecerdasa (inteleligen) dalam hal ini mencakup segala aspek kecerdasan,
baik kecerdasan emosional (EQ), spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
Cerdas sendiri dapat diartikan sebagai “kemampuan individu untuk memahami,
berinovasi, memberikan bimbingan yang terarah untuk perilaku, dan kemampuan mawas diri.
Ia merupakan kemampuan individu untuk memahami masalah, mencari solusinya, mengukur
solusi atau mengkritiknya, atau memodifikasinya”.
Kecerdasan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi eksistensi
kepemimpinannya baik di mata manusia maupun dimata sang pencipta. Hal ini sebagaimana
janji Allah yang tertuang dalam surat Al-Mujadalah ayat 11.

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.(Q.S. Al-Mujadalah:11).”
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
Selain ke empat sifat diatas, perlu diketahui pula syarat pemimpin dalam
Islam  lainnya seperti yang dijabarkan berikut ini:

● Beragama Islam, Beriman dan Beramal Shaleh, Pemimpin beragama Islam


(QS. Al-Maaidah 5: 51), dan sudah barang tentu pemimpin orang yang
beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena
ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang
damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus
yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.

● Niat yang Lurus, Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada


niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan
niatnya… (HR Bukhari&Muslim). Karena itu hendaklah menjadi seorang
pemimpin hanya karena mencari keridhoan Allah.
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
● Laki-Laki, Dalam Al-qur’an surat An nisaa’ (4) :34 telah diterangkan bahwa
laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.“Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian
mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan)…”. Selain itu
rasullulah SAW pun bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang
menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.” (HR
Al-Bukhari).

● Tidak Meminta Jabatan, Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin


Samurah Radhiyallahu’anhu, ”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah
kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan
diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul
tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu
bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk
menanggungnya.” (HR Bukhari&Muslim)
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
● Berpegang pada Hukum Allah, Allah berfirman, ”Dan hendaklah kamu
memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah,
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (Al-Maaidah:49).

● Memutuskan Perkara Dengan Adil, Rasulullah bersabda, ”Tidaklah seorang


pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari
kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau
akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (HR Baihaqi dari Abu Hurairah
dalam kitab Al-Kabir).

● Tidak Menerima Hadiah, Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada


seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin
mendekati atau mengambil hati. Oleh karena itu, hendaklah seorang
pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah
bersabda, “Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (HR
Thabrani).
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
● Kuat dan Sehat, …sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya (Al Qashas 28: 26).

● BerLemah Lembut, Doa Rasullullah: “Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara


umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus
satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah
kepadanya”

● Tegas dan bukan Peragu, Rasulullah bersabda, “Jika seorang pemimpin menyebarkan


keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu
Dawud, dan Al-hakim)

Adapun pendapat para mufasir mengenai ayat-ayat kepemimpinan terkait dengan latar
belakang mufasir tersebut, serta metode dan corak yang digunakan dalam menafsirkan.
Dalam Islam dikenal beberapa term pemimpin antara lain: Kholifah, Amiir (ulul
amr), dan Imam. Dasar Al-Qur’an tentang kepemimpinan (Q.S. Al-Baqoroh :30): “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi."
Kriteria Pemimpin Perspektif Al-Qur’an
Islam adalah agama yang kaafah (sempurna), yang diturunkan Allah
melalui perantara Rasul-Nya yang amanah dengan membawa syari’at yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan
Allah Swt (Hablum minallah) maupun hubungan dengan manusia
(Hablumminannas), termasuk di antaranya yang paling prinsip adalah masalah
kepemimpinan.
Pada dasarnya, pendapat para mufasir tersebut menghasilkan pendapat
yang hampir sama dalam penafsiran tentang kepemimpinan, yaitu substansi
seorang pemimpin adalah harus menyeru kebajikan, menegakkan keadilan,
dan menolak kedzaliman. Semoga bermanfaat.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai