Anda di halaman 1dari 36

PELABUHAN LAUT

KELOMPOK 9

ANDRE SETIAWAN SIREGAR GILANG LUMUMBA


(198110163) (208110037)
FEBERTA PANTAR HALAWA SITI ROKAYAH
(198110167) (218110047)
RIZKY PRATAMA ROSPITA GULTOM
(198110179) (218110049)
CHAIRUL ASHADI AFIF HARAHAP MICHAEL PATARSON SILABAN
(198110181) (218110063)
TOMANRO MT LUMBANBATU
LUTHFI HADI (218110077)
(198110187)
FASILITAS PELABUHAN UMUM DI DARAT
Agar membantu kegiatan di pelabuhan, tentunya
dibutuhkan beberapa fasilitas atau sarana
pendukung. Fasilitas intermoda yang lengkap di
suatu pelabuhan harus mampu :

 Menghubungkan pelabuhan dengan hinterlandnya.


 Mampu melayani kapal-kapal generasi mutakhir yang secara
langsung menuju ke berbagai pusat perdagangan internasional
(direct call).
 Mampu mengantisipasi percepatan bongkar muat barang
dengan kelengkapan fasilitas pelayanan.
 Penanganan bongkar muat barang dilakukan di terminal
pengapalan yang disesuaikan dengan jenis muatan yang
diangkut.
Fasilitas pelabuhan secara umum terdiri dari 2 macam fasilitas yaitu:
1. Fasilitas bergerak
2. Fasilitas tidak bergerak

Fasilitas bergerak meliputi


kapal dan peralatan bongkar
muat, sedangkan fasilitas
tidak bergerak meliputi
dermaga, terminal
penumpang, gedung,
lapangan penumpukan,
gudang, alur pelayaran,
menara pengawas, dan
sebagainya.
Barang yang diangkut oleh kapal terdiri dari :
01 Barang potongan
Barang potongan terdiri dari barang satuan seperti mobil, mesin-mesin, material yang
ditempatkan dalam bungkusan, karung atau peti. Barang-barang ini memerlukan perlakuan
khusus dalam pengangkutannya untuk menghindari kerusakan.`

02 Barang curah
Barang curah terdiri dari barang lepas dan tidak dibungkus, yang dapat dituangkan ke dalam
kapal. Barang ini dapat berupa biji-bijian (jagung, beras, gandum, dsb), butiran atau batu
bara; atau juga bisa berbentuk cairan seperti minyak.

03 Peti kemas
Peti kemas adalah peti yang besar yang diisi dengan barang. Biasanya peti kemas di
angkut dengan kapal khusus yang disebut kapal peti kemas, sedang didarat diangkut
dengan truk triler.
01
Terminal Barang Potongan
(GENERAL CARGO TERMINAL)
Karena semua fasilitas yang
ada dalam terminal
dikendalikan oleh kantor
pusat, maka kantor pusat
pun menyediakan fasilitas
untuk terminal barang
potongan. Fasilitas-fasilitas
yang ada dalam terminal
barang potongan dapat
dilihat dari gambar di
samping.
1. Apron
Apron adalah halaman di atas dermaga yang terbentang dari sisi muka dermaga sampai
gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka. Apron digunakan untuk menempatkan
barang yang akan dinaikkan ke kapal atau barang yang baru diturunkan dari kapal.

Muatan-muatan yang ada di


atas apron harus disesuaikan
dengan lebar apron, tergantung
dari fasilitas yang ditempatkan
di atasnya, seperti jalan untuk
truk dan/atau kereta api, kran
dan alat pengangkut lainnya
seperti forklift, kran mobil,
gerobag yang ditarik traktor
dan sebagainya. Lebar apron
tersebut biasanya berkisar
antara 15 meter dan 25 meter.
2. Gudang Laut & Lapangan
Penumpukan Terbuka
Gudang laut (gudang line I, gudang transit,
gudang pabean) adalah gudang yang
berhadapan dengan laut sehingga
memudahkan gerakan barang dari kapal ke
gudang atau sebaliknya. Lapangan
penumpukkan terbuka menyimpan barang-
barang yang tidak perlu dilindungi atau tidak
perlu diperlakukan secara khusus berbeda
halnya dengan gudang laut yang
menyimpan barang-barang transit untuk
mencapai tempat tujuan terakhir.

Untuk peredaran barang bebas masa penyimpanan dalam gudang laut maximal 15 hari dan
untuk barang-barang yang akan diteruskan ke pelabuhan lain maximal 30 hari. Fasilitas
penyimpanan barang dalam gudang laut biasanya tidak dipungut biaya selama waktu
pemakaian antara 3 sampai 5 hari namun bila melebihi dari waktu yang sudah ditetapkan
maka akan dikenakan biaya.
3. Gudang
Gudang (warehouse) adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan barang dalam waktu
yang lama yang berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang ini dibuat agak jauh
dari dermaga mengingat beberapa hal, yaitu :

 Ruangan yang tersedia di dermaga biasanya


terbatas dan hanya dipergunakan untuk
keperluan bongkar muat dari/atau ke kapal.
 Pengoperasian gudang laut sangat berbeda
dengan gudang. Gudang laut memerlukan
gang yang lebih besar untuk penanganan
secara cepat dengan menggunakan
peralatan pengangkut (fork lift).
 Ditinjau dari segi ekonomis pembuatan
gudang di dermaga tidak menguntungkan,
karena konstruksi gudang lebih berat dari
gudang laut, dimana kondisi tanah didaerah
tersebut kurang baik sehingga diperlukan
pondasi tiang pancang yang mahal.
4. Bangunan Pendingin (Cold
Storage)
Cold Storage adalah unit
penyimpanan pembeku
dengan kapasitas besar
dan membutuhkan
pendinginan dengan
waktu pendinginan
sangat cepat maupun
lambat sesuai dengan
kebutuhan. Bahan
makanan yang
memerlukan pendinginan
adalah daging, ikan,
buah-buahan, sayur-
sayuran.
5. Fasilitas Penanganan Barang
Potongan
 Derek Kapal (ship’s derricks)

Alat ini digunakan untuk mengangkat


muatan yang tidak terlalu berat dan
pengangkatan berlaku untuk radius
kecil, yaitu sekitar 6 meter dari
lambung kapal. Derek kapal terdiri
dari lengan, kerekan (katrol) dan
kabel baja yang digerakkan (dilepas
atau ditarik) dengan bantuan mesin
penggerek atau yang disebut juga
winch. Radius pengangkatan derek
kapal ini biasanya kecil karena
apabila terlalu panjang maka akan
mengganggu stabilitas kapal.
 Kran Darat (shore crane)

Kran darat adalah pesawat bongkar muat barang


dengan lengan cukup panjang yang ditempatkan di
atas dermaga pelabuhan, tepatnya berada di
pinggir permukaan perairan pelabuhan. Kran ini
mempunyai roda sepanjang rel kereta api dan
dapat berpindah-pindah. Jarak yang dapat
dijangkau lengan cukup panjang sehingga dapat
meletakkan muatan pada lantai kedua dari gudang
yang bertingkat atau dapat pula meletakkan
muatan pada radius 20 m dari lambung kapal.

Selain kran darat yang dapat bertumpu pada rel


kereta api, ada pula kran yang bertumpu pada roda
truk dan mengingat besarnya beban yang timbul
akibat kran ini, maka dalam perencanaan dermaga
harus pula diperhitungkan beban kran tersebut.
 Kran Terapung (floating crane)
Kran terapung adalah pesawat bongkar muat yang mempunyai mesin sendiri untuk
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Namun ada pula jenis dari pesawat ini
yang tidak dilengkapi dengan mesin sendiri sehingga untuk berpindah tempat
dilakukan dengan ditarik oleh kapal tunda.
Pesawat yang tidak dilengkapi
dengan mesin sendiri lengannya
dipasang mati dan tidak dapat
diatur panjang jangkauannya
seperti pada kran darat. Dengan
pengangkutan muatan berat
tersebut dilakukan dengan
menggunakan derek kapal
dapat menyebabkan bahaya
akan stabilitas kapal, sedang jika
dengan menggunkan kran darat
dapat menimbulkan tekanan
yang terlalu besar pada lantai
dermaga.
 Alat Pengangkat Muatan di Atas Dermaga

1. Fork lift
Fork lift telah banyak digunakan untuk mengangkat barang dari apron ke gudang laut, serta
bisa menumpuknya sampai pada ketinggian 6 m. Penumpukan barang dapat
memungkinkan penggunaan ruangan lebih efisien.

2. Kran mobil
Selain fork lift, kran mobil dengan roda dari ban mobil/truk yang telah dilengkapi dengan
derek yang bisa diatur panjang lengannya secara hidrolis banyak digunakan pada dermaga
dan dapat beroperasi pada ruang yang sempit.

3. Gerobag yang ditarik traktor


Gerobak yang ditarik traktor berguna untuk mengangkut barang campuran yang terdiri dari
bungkusan-bungkusan kecil yang dikirim ke alamat yang berbeda. Sabuk berjalan
digunakan untuk mengangkut barang dalam bentuk satuan secara horisontal untuk jarak
yang pendek. Gerobag digunakan apabila jarak antara tempat penyimpanan barang dari
kapal ke gudang cukup jauh.
02
Terminal Barang Curah
(BULK CARGO TERMINAL)
Muatan barang curah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
 Muatan barang lepas berupa hasil tambang, contohnya seperti
batu bara, biji besi, bouxit, dan hasil pertanian seperti beras,
gula, jagung, dan sebagainya.
 Muatan cairan yang diangkut oleh kapal tangki, contohnya
seperti minyak bumi, minyak kelapa sawit, bahan kimia cair dan
sebagainya.

Pada terminal muatan curah harus dilengkapi dengan tempat penyimpanan


barang karena barang muatannya berupa cairan dan biji-bijian serta hasil
tambang. Fasilitas penyimpanan barang tergantung dari jenis barang
muatannya, untuk itu tempat penyimpanannya bisa berupa lapangan
terbuka untuk menimbun batu bara, biji-biji besi dan bouxit, ada juga
berupa tangki-tangki untuk minyak, silo atau gudang untuk material yang
memerlukan perlindungan terhadap cuaca.
 Terminal Barang Tambang (batu bara, biji besi, bouxit)

Terminal untuk barang curah hasil tambang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
terminal untuk pemuatan dan pembongkaran. Operasi pemuatan curah ke kepal (eksport)
berbeda dengan pemuatan dari kapal (import). Terminal pemuatan berada di daerah penghasil
barang tambang yang mengirim muatan ke daerah yang membutuhkan. Terminal muatan
curah untuk kapal-kapal besar dibuat tanpa mengunakan dermaga. Dalam hal ini kapal
ditambatkan di lepas pantai dengan menggunakan pelampung penambat atau jangkar, dan
bongkar muat dilakukan dengan penggunaan pipa atau alat pembawa lainnya seperti belt
conveyor.
Untuk terminal pembongkaran
dilengkapi dengan kran yang terletak
sepanjang dermaga dengan
menggunakan rel. Pada kran tersebut
akan digantungkan ember yang dapat
dinaik turunkan di kapal untuk mengeruk
muatan. Kemudian hasil dari ember
tersebut akan dituangkan ke lapangan
penimbunan, atau langsung ke alat
pengangkut di darat.
 Terminal Muatan Biji-Bijian

Untuk biji-bijian seperti beras, tepung,


gula dan sebagainya, bongkar muat
barang dapat dilakukan dengan
menggunakan alat khusus yakni
berupa suatu penghisap atau dengan
elevator. Muatan tersebut kemudian
disimpan di dalam silo, yaitu suatu
tabung besar yang tinggi dan terbuat
dari beton. Silo ini kemudian
dihubungkan dengan peralatan yang
ada di dermaga dengan menggunakan
belt conveyor atau bucket elevator.
Dari silo ini muatan akan dipindahkan
ke truk atau gerbong kereta api.
 Terminal Minyak

Pada umumnya fasilitas penambatan berupa jetty menjorok ke laut yang dilengkapi dengan
dolphin penahan dan dolphin penambat. Bongkar muat banyak dilakukan dengan menggunakan
tenaga pompa melalui pipa-pipa yang sudah dipasang pada jetty, dan menghubungkan kapal
dengan tangki penyimpanan.
Tangki ini terbuat dari baja dan
dapat di bangun diatas tanah,
maupun di bawah tanah. Untuk
kapal tangker raksasa yang
mempunyai draft besar sehingga
tidak bisa masuk ke pelabuhan
yang ada, maka penambatan
dilakukan di lepas pantai. Bongkar
muat muatan dilakukan dengan
menggunakan pipa bawah laut dan
memindahkan muatan ke dalam
kapal yang lebih kecil, kemudian
membawanya ke pelabuhan.
03
Terminal Peti Kemas
(CONTANER TERMINAL)
Pengangkutan dengan menggunakan peti kemas memungkinkan agar barang
yang digabung dalam satu peti kemas dapat di bongkar secara bersamaan
sehingga aktivitas bongkar muat bisa menjadi lebih mudah dan menghemat
waktu pengerjaan.

Pengangkutan dengan peti kemas memungkinkan diterapkannya pengangkutan


intermodal dari pintu ke pintu (door to door), yaitu pengangkutan yang
berlangsung dari pintu gudang. Eksportir dan importir hanya berhubungan
dengan satu perusahaan tanpa mengingat bahwa pengangkutan barang yang
dilakukan oleh lebih dari satu perusahaan pelayaran.
 Penanganan Peti Kemas

Penanganan bongkar muat di terminal peti kemas di bedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Metode lift on/lift off
2. metode roll on/roll off.
Penanganan dengan menggunakan metode lift on / lift off adalah bongkar muat dilakukan
menggunakan peralatan (gantry crane) yang berupa crane raksasa dan dipasang diatas rel
disepanjang dermaga untuk bongkar muat peti kemas dari dan ke kapal.
Pada umumnya penanganan peti kemas di lapangan penumpukan (contrainer yard) dapat
dilakukan dengan menggunakan sistem berikut ini :
• Forklift truck, reach stacker dan side loader yang dapat mengangkat peti kemas dan
menumpuknya sampai enam tingkat;
• Straddle carrier yang dapat menumpuk peti kemas dalam dua atau tiga tingkat;
• Rubber tyre gantry (RTG) atau transteiner yaitu kran peti kemas yang berbentuk portal beroda
karet atau yang dapat berjalan pada rel, yang dapat menumpuk peti kemas sampat empat
atau enam tingkat dan dapat mengambil peti tersebut dan menempatkannya di atas
gerbong kereta api atau truck trailer;
• Gabungan dari beberapa sistem tersebut di atas.
Sedangkan kalau menggunakan metode roll on / roll off adalah :
Peti kemas berada di atas chasis atau trailer yang ditarik dengan traktor untuk masuk ke kapal.
Trailer dan peti kemas tersebut kemudian dilepaskan dari traktor dan ditempatkan di atas
geladak kapal. Operasi bongkar muat barang tersebut dilakukan secara simultan. Kapal yang
mempunyai geladak yang bertingkat biasanya menggunakan metode roll on/roll off
dikarenakan truck atau trailer bisa dengan mudahnya masuk-keluar kapal melalui jembatan
yang disebut rampa namun pemuatan dengan metode roll on/roll off ini biasanya meyisakan
banyak ruang yang kosong dan tidak dimanfaatkan, namun pengoperasian dengan metode ini
dapat memuat jenis muatan yang lain seperti tangki-tangki besar, mobil dan truck.

Kelebihan pengoperasian Ro/Ro:


1. Dapat memuat jenis muatan lain seperti pipa dan baja dengan ukuran panjang, tangki-tangki
besar, mobil, truk, dan sebagainya.
2. Mempunyai tingkat pembongkaran dan pemuatan yang tinggi,
3. serta tidak diperlukan kran-kran darat yang mahal.

Kekurangan dari metode Ro/Ro:


4. Banyaknya ruang kosong yang tidak dimanfaatkan, mengingat peti kemas berada di atas
chasis, sehingga mengurangi kapasitas kapal.
 Fasilitas pada Terminal Peti Kemas

Pada terminal peti kemas ada beberapa fasilitas yang tersedia yang terdapat pada
terminal peti kemas dan dapat dilihat dari gambar dibawah ini, adalah:
1. Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan
pelabuhan yang digunakan untuk merapat
dan menambatkan kapal yang melakukan
bongkar muat barang dan menaik-
turunkan penumpang. Dikarenakan
terminal peti kemas sangat memerlukan
halaman yang luas (biasanyan 10 ha untuk
tiap satu tambatan), maka dermaga
diharuskan bertipe wharf (dermaga) bukan
tipe yang berbentuk pier atau jari. Kapal
peti kemas berukuran besar maka
dermaga yang dibuatpun harus cukup
panjang dan dalam. Panjang dermaga
antara 250 m dan 350 m, sedangkan untuk
kedalamannya dari 12 m sampai 15 m dan
tergantung dari ukuran kapal tersebut.
2. Apron
Apron untuk terminal peti kemas lebih
lebar dibandingkan apron untuk terminal
lain. Apron pada terminal peti kemas
biasanya berukuran 20 meter sampai 50
meter. Pada apron ini ditempatkan
peralatan bongkar muat peti kemas
seperti gantry crane, rel-rel kereta api,
dan jalan truk trailer, serta
pengoperasian perlatan bongkar muat
peti kemas lainnya. Fasilitas-fasilitas
tersebut memberikan beban yang sangat
berat, sehingga perlu diperhatikan dalam
perencanaan pembangunan dermaga.
3. Marshaling yard (lapangan penumpukan
sementara)
Apron untuk terminal peti kemas lebih
lebar dibandingkan apron untuk
terminal lain. Apron pada terminal peti
kemas biasanya berukuran 20 meter
sampai 50 meter. Pada apron ini
ditempatkan peralatan bongkar muat
peti kemas seperti gantry crane, rel-rel
kereta api, dan jalan truk trailer, serta
pengoperasian perlatan bongkar muat
peti kemas lainnya. Fasilitas-fasilitas
tersebut memberikan beban yang
sangat berat, sehingga perlu
diperhatikan dalam perencanaan
pembangunan dermaga.
4. Container yard (lapangan
penumpukan peti kemas)
Container yard adalah lapangan
penumpukan peti kemas yang berisi
muatan barang yang akan dikirim atau
diterima oleh suatu badan usaha, baik
yang kosong maupun terisi dengan barang
muatan FCL.

Penumpukan peti kemas dapat dilakukan


sampai tiga tingkat namun akibat dari
penumpukan itu adanya penambahan
waktu penanganan muatan peti kemas dan
juga akan mengurangi luas penggunaan
dari container yard. Container yard harus
memiliki gang-gang baik memanjang
maupun melintang untuk beroperasinya
peralatan penanganan peti kemas.
5. Container freight station (stasiun peti kemas)
Container freight station sama
dengan gudang yang
disediakan khusus untuk
bongkar muat barang-barang
import dan diangkut secara
LCL. Muatan barang tersebut
dikeluarkan dan ditimbun
dalam gudang perusahaan
pelayaran yang bersangkutan
dan peti kemasnya akan
dikembalikan ke kapal.
6. Menara Pengawas
Menara pengawas gunanya untuk
mengawasi, mengatur dan
mengarahkan semua kegiatan di
dermaga termasuk dalam alur pelayaran
melalui sistim navigasinya.

7. Bengkel Pemeliharaan
Bengkel pemeliharaan harus dilakukan setelah bongkar muat barang untuk
melakukan perawatan dan reparasi peralatan yang digunakan serta memperbaiki
peti kemas kosong yang dikembalikan agar tidak cepat rusak.
Apabila terjadi kerusakan serta kelambatan perbaikan peralatan dapat
mengakibatkan semua kegiatan yang sedang berlangsung dapat tertunda. Bengkel
pemeliharaan ini khusus untuk terminal peti kemas.
 Sistem Penanganan Peti Kemas di container yard

1. Sistem Chasis
Pada sistem ini peti kemas ditaruh diatas
chasis dan ditempatkan menuju marshalling
yard. Peti kemas dan chasisnya ditarik oleh
traktor menuju ke dermaga,dan kemudian
gantry crane mengangkat peti kemas dari
chasis dan memasukkannya ke dalam kapal.
Setelah itu gantry crane mengambil peti
kemas yang ada di kapal,lalu meletakkannya
diatas chasis yang masih berada di dermaga.

Sistem ini baik untuk pengiriman door to


door, karena dapat mengurangi kerusakan
pada jumlah muatan dan tidak sering
diangkat. Namun sistem ini memerlukan
lapangan penumpukan yang sangat luas.
2. Sistem Fork Lift Truck
Pada sistem ini peti kemas dimuat
ke atas tractor-trailer dan dibawa
ke dermaga, yang kemudian
diangkat oleh quai gantry crane
dari tractor-trailer dan
dimasukkan ke dalam kapal.
Selanjutnya quai gantry crane
mengambil peti kemas dari kapal
dan menempatkannya di atas
tracktor trailer yang masih berada
di dermaga, dan membawanya ke
contrainer yard.
3. Sistem Straddle Carrier
Pada sistem ini peti kemas ditempatkan diatas tanah yang
sudah diberi perkerasan pada marshalling yard.
Pengangkatan atau pemindahan dilakukan oleh straddle
carrier. Pada saat peti kemas ekspor datang, peti kemas
tersebut akan diterima di marshalling yard, dan straddle
carrier akan memindahkan dari chasisnya menuju ke
tempat penyimpanan diatas tanah atau diatas peti kemas
lainnya. Apabila peti kemas akan dikapalkan, straddle
carrier akan memindahkan peti kemas pada chasis yang
ditarik traktor dan membawanya ke dermaga untuk
dinaikkan ke kapal oleh gantry crane.
Sedangkan apabila peti kemas import yang dibongkar dari
dalam kapal, ditempatkan diatas chasis yang selanjutnya
ditarik oleh traktor menuju marshalling yard. Apabila peti
kemas telah siap untuk dikirim straddle carrier akan
menempatkannya diatas truk trailer yang akan
membawanya keluar dari pelabuhan.
4. Sistem Trainsteiner
Pada sistim ini transteiner
merupakan alat untuk
penanganan peti kemas di
lapangan penumpukan peti
kemas. Pemakaian
transteiner memudahkan
penyusunan peti kemas
dalam enam sampai
sembilan baris (plot) dan
penumpukan sampai enam
tingkat, gang digunakan agar
pemakaian lapangan lebih
efektif.
Sekian
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai