Anda di halaman 1dari 55

RAHASIA

Asesmen Perekonomian Indonesia


Divisi Asesmen Makro Ekonomi
Jakarta, Saturday, June 10, 2023

DEPARTEMEN KEBIJAKAN EKONOMI DAN MONETER


Asesmen Perekonomian Indonesia

Asesmen Permintaan

Asesmen Sektoral

Topik Khusus
• Pendalaman CBR dan HAKI
• Asesmen Survei Bank Indonesia
PDB Q2 diperkirakan tumbuh sesuai perkiraan .. 3

PDB Q2 diperkirakan tumbuh sesuai perkiraan


Permintaan Penawaran Korporasi

• Konsumsi RT • Pertanian • Sales • Capex


• Daya beli • SOI Indikator • AGRI • AGRI
• Retail sales • Pertambangan • BIND • BIND
• Sistem Pembayaran • Produksi batubara • CONS • CONS
• Inv Bangunan • Industri • INFR • INFR
• Penjualan semen • PMI • MIND • MIND
• Alat berat konstruksi • Konstruksi • MINE • MINE
• Inv Nonbangunan • Penjualan Semen • PROP • PROP
• Penjualan alat berat • BCI Asia • TRADE • TRADE
• Impor kendaraan • Perdagangan HotelRest
• Impor Mesin • Retail sales
• Ekspor • Ekspor Impor
• Ekspor Tani • TransKomunikasi
• Ekspor Tambang • Jasa Keuangan
• Ekspor Manufaktur • Pertumbuhan Kredit
• Impor
• Impor Brg Konsumsi
• Impor Bhn Baku
• Impor Brg Modal
Ringkasan 4

PDB triwulan II-2017 masih sejalan dengan prakiraan semula...

- Daya beli - Belanja - Investasi - Penjualan - Kinerja - Kinerja


membaik barang s.d Bangunan alat berat ekspor impor April
terbatas April oleh Swasta membaik hingga April juga
tumbuh terindikasi melemah melambat
- Indikator 10,9% (yoy) membaik - Tren
konsumsi perbaikan - Ekspor - Impor brg
melambat - Transfer ke - Belanja indikator tambang konsumsi
daerah s.d. modal investasi dan dan barang
- April msh pemerintah nonbanguna manufaktur modal
Pembiayaan terkontraksi s.d April n berlanjut, melambat melemah
masih tumbuh namun bbrp
lambat - 6,6% (yoy) indikator - Ekspor - Impor
Penerimaan msh Pertanian bahan baku
- Optimisme pajak mulai terkontraksi membaik, membaik
RT msh kuat terakselerasi baik dlm terutama
khususnya bentuk bahan baku
akan kondisi makanan industri
NTF PDB Sektoral 5
Pertumbuhan PDB pada tw II akan ditopang oleh perbaikan kinerja pada LU industri
pengolahan, perdagangan, konstruksi dan jasa keuangan didukung oleh aktivitas ekonomi
yg meningkat di tw II sejalan dgn HBKN…
Q1 RDG RDG Status
Q1 RDG RDG Status
Mei Juni
Mei Juni 6.26 5.84 5.84
7.12 2.94 2.94
• Aktivitas konstruksi semakin meningkat, kinerja emiten
• Kontraksi akibat pergeseran waktu panen raya ke pola normal sangat baik.
di pulau Jawa, diperkirakan sedikit tertahan panen raya yg
berlangsung di sebagian daerah lain (Sumatera).
• Downside risk dari penurunan kinerja ekspor CPO dan Q1 RDG RDG Status
perlambatan harga.
Mei Juni
4.7 5.01 5.01
Q1 RDG RDG Status 6
• Terdapat downside risk dari aindikator penjualan ritel
Mei Juni Apr – Mei yg stagnan.
-0.49 0.12 0.12

• Ekspor mineral mentah sudah mulai berjalan


• Perbaikan harga logam dan asumsi harga batubara yg Q1 RDG RDG Status
lebih baik Mei Juni
8.4 9.01 9.01
5
Q1 RDG RDG Status • Sektor telkominfo masih tumbuh tinggi
Mei Juni • Permintaan data dan traffic angkutan meningkat sejalan
4.21 4.86 4.86 HBKN
• Kinerja ekonomi dunia yg membaik mendorong Q1 RDG RDG Status
pertumbuhan ekspor
• Mei Juni
Permintaan seasonal (HBKN) mendorong pertumbuhan 5.2 6.01 6.01
produksi 3 msh tumbuh sejalan dgn permintaan
• Jasa keuangan
jasa keu yg meningkat menjelang HBKN
ASESMEN PERMINTAAN
PDB Tw. II 2017 tumbuh sesuai perkiraan… 7

Pertumbuhan PDB Q2 diperkirakan tumbuh membaik sesuai perkiraan menjadi 5,1% (yoy)…
• Konsumsi RT sesuai perkiraan : Pertumbuhan retail sales pd Q2 2017 (s.d. Mei) melambat menjadi 4,4%
(yoy) dibandingkan Q1 2017 (4,8% yoy). Dg asumsi bhw pd Juni, retail sales akan tumbuh meningkat min
menjadi 5,6% (yoy), perkiraan konsumsi RT pd Q2 yg lbh tinggi dr Q1 dpt terjadi.
• Investasi sesuai perkiraan : Realisasi blj modal Pem pd April-Mei’17 membaik, perbaikan bbrp indikator
investasi terus berlanjut
• Ekspor sesuai perkiraan : Realisasi ekspor nonmigas riil pd April’17 melambat , terutama pd ekspor
manufaktur
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (%, yoy)
Nowcast 8

Nowcasts berdasarkan indikator ekonomi terkini memperkirakan PDB tumbuh sekitar 5,01%,
lebih rendah dari perkiraan awal sebesar 5,11%(yoy)…
o Penjualan Motor April 2017 kembali terkontraksi lebih dalam sebesar -18,8% (yoy). Kontraksi tajam penjualan motor pada bulan
ini ditengarai terkait dampak gagal panen di beberapa daerah penghasil komoditas primer, yang berdampak pada daya beli.
Faktor lainnya yaitu kegaduhan politik (khususnya PILKADA Jakarta) yg dikonfirmasi oleh Head of Marketing PT Kawasaki Motor
Indonesia dengan menyebutkan bahwa penurunan penjualan motor bulan ini terkait pula dengan kegaduhan elite politik yang
berdampak pada keyakinan masyarakat dan keputusan untuk menunda pembelian.
o Indeks Produksi berdasarkan survei produksi BI menunjukkan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya dan tumbuh 10,98%
(mtm), terutama ditopang oleh positifnya kinerja industri mamin tembakau yang ditopang oleh kenaikan permintaan domestik.
o Ekspor nominal April 2017 tumbuh positif sebesar 14,7% (yoy), meski melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Kinerja ekspor
ditopang oleh ekspor pertambangan yang didorong oleh perbaikan harga komoditas.
o Konsumsi semen meningkat tajam pada April 2017 sebesar 11,5%.

Perkiraan pertumbuhan indikator nowcast Indikator nowcasting

Indikator Des Jan Feb Mar Apr


Spd Motor -15.9 13.8 -13.6 -15.9 -18.8

Semen 0.9 -2.3 0.5 4.0 11.5

Ekspor 15.6 27.7 11.2 23.6 14.7

IPI 4.2 3.9 3.3 5.8 18.7

note: data IPI April masih menggunakan data


Survei Produksi BI (bulanan).
Perbaikan Permintaan Domestik belum signifikan... 9
2016 2017
Indicators
Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr

Household Consumption 5.07 5.01 4.99 4.93


Retail Sales Index (yoy) 11.2 13.6 16.3 6.3 11.4 10.6 8.1 9.9 10.5 6.3 3.7 4.2 4.2
Farmer Labour Real Wage (yoy) (2.6) (2.1) (1.9) (1.8) (1.2) (1.6) (1.5) (1.8) (1.1) (0.8) (1.0) 0.2 (0.0)
Construction Labour Real Wage (yoy) (1.6) (1.3) (1.2) (0.9) (0.3) (0.6) (0.4) (0.9) (0.3) (0.7) (1.0) (0.8) (1.4)
Income Expectation 6 Mo- Ahead 137.7 141.3 138.4 139.2 142.0 138.9 140.5 141.4 141.2 142.9 140.8 144.1 145.4
Price Expectation 3 Mo- Ahead 174.0 171.3 156.4 143.7 151.1 168.7 165.6 164.9 162.8 171.8 170.8 171.7 176.5
Farmer Terms of Trade (yoy) 1.1 1.5 0.9 0.4 0.3 (0.3) (0.7) (1.6) (1.3) (1.6) (1.9) (1.4) (1.2)
Car Sales (yoy) 3.9 11.6 11.3 11.3 6.4 0.1 4.1 14.9 16.8 1.5 7.5 8.3 5.7
Motorcycles Sales (yoy) (8.9) (1.7) (9.7) (27.7) (15.2) (7.8) (5.3) 6.6 (15.9) 13.8 (13.5) (15.9) (18.8)
Cons Conf Index BI 109.0 112.1 113.7 114.2 113.3 110.0 116.8 115.9 115.4 115.3 117.1 121.5 123.7
Cons Conf Index Danareksa 99.2 97.8 96.6 99.1 100.3 96.8 99.5 99.3 101.9 96.2 95.6 98.3 97.6
M2 (yoy) 7.2 7.6 8.7 8.2 7.8 5.1 7.5 9.4 10.0 9.7 9.3 10.0 10.0
Consumer Credit (yoy) 8.6 9.1 8.8 8.2 8.2 8.0 7.4 7.4 8.8 9.1 8.9 9.3
Debit Card Transactions (yoy) 10.0 14.3 33.6 12.2 21.2 18.1 12.5 14.8 18.4 14.4 17.2 16.2 13.9

Investment 4.18 4.24 4.80 4.81


NonBuilding 1.70 2.16 7.07 1.55
PMI Markit 50.9 50.6 51.9 48.4 50.4 50.9 48.7 49.7 49.0 50.4 49.3 50.1 51.2
Raw Materials Import (yoy) 2.3 11.0 6.3 7.0 10.6 0.7 5.7 15.2 3.5 9.4 (3.2) 0.5 1.4
Parts & Accessories for Capital Goods Import14.3
(yoy) 5.7 1.0 (2.0) 2.6 0.7 5.5 31.4 11.5 14.9 (4.1) (1.2) (3.3)
Parts & Accessories for Transport Eq. Import 11.6
(yoy) 41.1 (5.1) (24.5) 10.0 7.6 14.6 25.3 9.8 12.5 (0.8) (8.2) (14.7)
Capital Goods (except Transport Eq.) Import (10.9)
(yoy) (16.3) (8.4) (20.9) 2.7 (16.7) (3.6) 0.1 (6.0) (2.2) (19.5) 5.4 (12.0)
Passenger Motor Cars Import (yoy) (33.1) (11.6) (9.1) (14.9) 2.0 4.9 38.8 21.8 (44.9) (48.7) (18.3) (14.0) 21.7
Transport Equipment for Industry Import (yoy)4.5 (25.5) (22.6) 70.7 (7.1) 40.0 (31.4) 57.9 2.2 22.1 25.8 79.6 40.6
Heavy Equiment Sales (yoy) (6.4) (13.5) (16.8) 27.7 (0.6) 81.3 207.0 48.5 61.5 48.4 59.0 107.3 78.4
Inv. Foreign - BKPM (yoy) 21.6 16.2 25.8 36.6
Inv. Domestic - BKPM (yoy) (3.0) (0.2) (5.5) 5.4
Building 5.07 4.96 4.07 5.90
Heavy Equiment Sales - Construction (unit) 117.8 116.4 68.9 78.8 87.0 69.0 91.6 90.2 41.4 105.3 55.4 56.3 71.2
Cement Sales (yoy) (2.9) 3.0 1.8 2.5 8.7 (3.4) (7.9) (9.0) (2.6) (2.3) 0.5 3.6 22.7
Ceramics Import (Kg mn) - yoy 72.2 82.5 24.0 24.8 44.2 58.3 (3.0) 12.3 43.4 61.5 (30.8)
Glass Import (Kg mn) - yoy 12.7 34.1 25.7 43.7 13.9 36.5 15.6 37.1 18.1 17.4 31.3
Nowcast Konsumsi RT (ex.LNPRT) 10

Nowcasts konsumsi berdasarkan indikator ekonomi terkini memperkirakan


konsumsi RT akan tumbuh 4,85% (yoy) lebih rendah dibandingkan prakiraan
semula...

Perkiraan pertumbuhan Konsumsi RT Indikator nowcasting

Indikator Des Jan Feb Mar Apr


Mobil 16.8 1.5 7.5 8.3 5.7

Deposito 9.55 9.73 8.93 9.82 n.a

Sk. Bng.
Kredit 13.59 13.58 13.56 13.48 13.48
Konsumsi

M1 17.26 13.88 15.50 14.18 14.17

NEER 5.25 4.21 1.85 0.66 1.75


Daya beli masyarakat relatif terbatas meski membaik... 11

Indikasi perbaikan daya beli masyarakat masih terbatas…


• Daya beli masyarakat berpenghasilan rendah masih terbatas. Indikator daya beli hingga April 2017
masih relatif lemah.
• Upah buruh tani dan upah riil bangunan (kecuali mandor) kembali melemah pada April 2017 dan terkontraksi
masing-masing -0,03% dan -1,4% (yoy). Sementara itu, NTP melemah dan terkontraksi -1,4% (yoy) dibandingkan
bulan sebelumnya (-1,2% yoy). Meski demikian, secara bulanan NTP masih mencatat perbaikan terutama
didorong oleh kelompok hortikultura.
• Perbaikan ini didorong oleh naiknya harga berbagai komoditas di kelompok sayur2an (cabai merah, wortel),
buah2an (salak dan mangga), serta tanaman obat (jahe dan kencur)
• Pelemahan pertumbuhan tahunan NTP didorong oleh pelemahan klmp peternakan dan hortikultura
• Pd Mei’17 upah tanaman perkebunan rakyat mulai membaik setelah terkontraksi tajam pada bulan lalu sebagai
akibat masa panen yang telah lewat. Selain itu, upah tanaman pangan juga terus membaik khususnya didorong
oleh perbaikan harga yang diterima petani.
• Upah di sektor jasa (tukang bukan mandor dan pembantu) hingga Mei’17 menunjukkan perbaikan
NTP, Upah Buruh Tani Riil dan Buruh Nilai Tukar Petani Komponen Upah - IHK
Bangunan Riil
...tercermin pula pada indikator sistem pembayaran 12

Belum solidnya konsumsi RT tampak pula pada berbagai indikator sistem pembayaran...

• Penggunaan ATM debet sedikit melambat pada Perkembangan RTGS dan Kliring
April 2017, tumbuh 13,9% (yoy). Sementara itu,
penggunaan kartu kredit untuk belanja mencatat
pertumbuhan positif 1,29% (yoy).
• Perkembangan komponen uang beredar yang
digunakan sebagai alat pembayaran yaitu uang
kartal sedikit melambat di Apr’17. Sementara uang
giral sedikit meningkat.
• Sementara itu, indikasi masih terbatasnya aktivitas
konsumsi juga tampak pada penurunan
pertumbuhan transaksi kliring dan RTGS di
Apr’17.

Penggunaan APMK untuk Belanja Perkembangan Uang Beredar


... dan pembiayaan yang masih terbatas updated 13

Dari sisi pembiayaan, daya beli masyarakat juga masih belum solid meski berpotensi
membaik
• Dari sisi Pembiayaan, kredit konsumsi Mar’17 tumbuh Kredit Konsumsi
9,3% (yoy). Perbaikan scr triwulanan didorong oleh
pertumbuhan kredit multiguna dan rumah tinggal.
• Indikator simpanan menunjukkan perbaikan. Simpanan
masih terus meningkat khususnya pada segmen nominal
diatas Rp500juta.
 Simpanan dengan nominal dibawah Rp500jt kembali menurun
pada April’17. Penurunan terjadi utamanya pada nominal
dibawah Rp100juta.
 Kondisi ini masih mencerminkan terbatanya konsumsi kelas
menengah kebawah dan tertahannya konsumsi keas
menengah atas.

Pertumbuhan Simpanan berdasarkan Segmen Nominal


... tercermin pada indikator penjualan 14

Berbagai indikator konsumsi mengkonfirmasi pemulihan konsumsi RT yang masih terbatas…


 Penjualan kendaraan bermotor di awal Tw.II-2017 sedikit melambat
 Penjualan mobil sedikit menurun pada Apr’17 dan tumbuh sebesar 5,7% (yoy) atau 89.588 unit. Direktur
Sales & Marketing dr Mitsubishi menilai penyebab turunnya penjualan adalah banyaknya hari libur di bulan
April. Ke depan, Mitsubishi menilai pasar otomotif akan didukung oleh maraknya penjualan jenis low MPV.
 Penjualan motor pd Apr’17 tercatat 473.896 unit atau turun 15,8% (yoy). Secara triwulanan, penjualan pada
tw I-2017 kembali terkontraksi 6,8%(yoy). AISI menyatakan kenaikan tarif listrik dan tarif perpanjangan STNK
cukup memukul daya beli masyarakat yang berdampak pada tertahannya keinginan untuk membeli motor baru.
 Penjualan ritel Tw.II-2017 hingga Mei masih melambat, a.l karena base effect bulan ramadhan
(tingginya angka retail pada Juni’16).
 Meski demikian, penjualan ritel sedikit meningkat pada Mei 2017 dan tumbuh 4,5% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan bulan sebelumnya (4,2% yoy) didorong oleh pertumbuhan mamin dan suku cadang.

Retail Sales Car, Motorcycle dan Retail Sales


meski masih sesuai dengan pola seasonal secara historis… 15

Menjelang Lebaran, penjualan eceran mulai meningkat sesuai pola historis,


meskipun relatif terbatas .. Indeks Penjualan Eceran (%mtm)

 Pola historis penjualan eceran bulanan pd tahun


2017 mengikuti pola tahun 2014 ketika Lebaran
terjadi di akhir bulan.
 Pertumbuhan bulanan penjualan eceran pd t-1
sedikit lebih baik dibandingkan kondisi 2014,
baik secara total maupun subkelompo mamin
dan tembakau.

IPE Sandang (% mtm) IPE Mamin dan Tembakau (% mtm)


.. meskipun ekspektasi konsumen masih positif ... 16

Berbagai indikator ekspektasi masih berada dalam tren membaik...


• Optimisme konsumen menurut BI dan Danareksa kembali membaik pada Indeks Keyakinan Konsumen
Mei’17 sejalan dengan sentimen positif berlanjutnya dampak perbaikan
harga komoditas global terhadap ketersediaan lapangan kerja. Di sisi lain,
masih muncul kekhawatiran akan kegiatan usaha di masa mendatang.
• Ekspektasi penjualan baik utk 3bln dan 6bln ke depan masih baik.
Positifnya ekspektasi penjualan terutama sejalan dengan ekspektasi
kenaikan penjualan pada periode Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Meski demikian, ekspektasi penjualan sempat terkoreksi sejalan dengan
kekhawatiran akan tekanan inflasi menyusul penerapan kebijakan terkait
adm.prices.
• Ekspektasi pendapatan kedepan membaik di Apr’17 ke level 145 dari level
143 bulan sebelumnya.

Ekspektasi Pendapatan Ekspektasi Pedagang & Konsumen IKK Bank Indonesia


...didukung oleh kepercayaan thd Pemerintah... 17
Kepercayaan thd Pemerintah membaik pd 2017 drpd 2016 sejalan dgn sejumlah perubahan
kebijakan reformasi...
 Meningkatnya kepercayaan thd Pemerintah sejalan dgn tingginya approval rating Presiden Jokowi
(>60%). Ditengarai hal yg turut mendasari peningkatan kepercayaan thd Pemerintah pd 2017 adalah
perubahan kebijakan pembangunan yg cenderung lebih inklusif dan berkualitas. Selain Indonesia, tk.
kepercayaan thd Pemerintah di India juga membaik signifikan.
 Dlm jk. pendek, komitmen dan keseriusan Pemerintah dlm memperbaiki infrastruktur publik diyakini
menjadi faktor kepercayaan. Hal ini terkait dgn harapan adanya perbaikan kesejahteraan dan equity
melalui pertumbuhan ekonomi.
Survei Barometer Kepercayaan thd Pemerintah

Sumber: 2017 Edelman Trust Barometer


Perbaikan investasi nonbangunan berpotensi berlanjut... 18

Berbagai indikator masih menunjukkan potensi berlanjutnya perbaikan investasi


nonbangunan...
 PMI Markit Mei’17 msh berada pada fase ekspansi di level 50,6 PMI Markit - Nikkei
menurun dibandingkan level 51,2 bulan sebelumnya. Hal tb
didorong oleh melambatnya kenaikan produksi manufaktur.
Kenaikan berkelanjutan pada output didukung oleh ekspansi lain
pada volume pesanan.
 Indikasi perbaikan investasi nonbangunan juga tampak dari
berlanjutnya perbaikan impor suku cadang dan perlengkapan
baik barang modal maupun alat angkutan.
 Penjualan alat berat melanjutkan perbaikan hingga Apr’17.
Peningkatan terutama terjadi pada kelompok pertambangan dan
konstruksi. Hal ini didukung oleh masih berlanjutnya perbaikan
harga komoditas serta proyek infrastruktur.
Investasi Alat Berat Investasi Angkutan (3cma) Investasi Mesin
Kinerja investasi bangunan juga terindikasi meningkat.. updated 19

Investasi bangunan oleh sektor swasta kembali menjadi motor peningkatan kinerja investasi
bangunan..
• Perkembangan proyek swasta mendominasi realisasi BCI Proyek Fisik (yoy)
investasi bangunan yg tercermin pd realisasi proyek fisik
di database BCI. Sementara realisasi investasi proyek fisik
pemerintah cenderung melambat meski pembiayaan
pemerintah terus mendukung.
• Di sisi swasta, perbaikan investasi bangunan
diprakirakan masih berlanjut, baik pd proyek
pertokoan, perumahan maupun akuisisi lahan industri*.
Prospek berlanjutnya kinerja investasi bangunan
komersial pd Tw II-2017 juga tercermin dr perbandingan
realisasi proyek investasi di Mei 2017 yg jauh di atas
periode yg sama di 2016.
* Penjualan lahan industri pd Tw I-17 mencapai 50,7 Ha, meningkat 153,6% dr 2016.

Proyek Investasi Pertokoan Proyek Investasi Perumahan Akusisi Lahan Industri Q1-17
Subsektor Usaha %
Energi 26,3
Logam 15,86
Kimia 15,78
Otomotif 13,15
Logistik/Pergudangan 12,58
Material Bangunan 6,57
Manufaktur 4,38
Farmasi 2,19
Makanan & Minuman 1,66
Pemaketan 1,31
Plastik 0,22
Sumber: Colliers Indonesia, April 2017
Meski dmkn, perbaikan investasi cenderung terjadi scr gradual... 20
Konsensus sejumlah analis mengindikasikan kinerja investasi yg masih relatif stagnan, meski
FDI telah mengalami perbaikan...
 Hal ini terutama terkait dgn sejumlah kendala teknis dlm berinvestasi. Proyek infrastruktur kelistrikan
dan migas terkena dampak terbesar. Data BKPM mengonfirmasi sebagian proyek refinery dan kelistrikan
belum dpt direalisasikan dan bahkan hrs ditunda.* Kendala lahan dan regulasi menjadi masalah utama
di proyek kelistrikan, disamping negosiasi power purchase agreement (PPA) antara PLN & Independent
Power Producer (IPP). Sementara itu, tertahannya proyek refinery lebih dipengaruhi oleh kapasitas
utilisasi yg masih memadai (Barclays Research, Mei 2017).
 Relatif terbatasnya permintaan domestik turut menjadi faktor pertimbangan investasi. Permintaan
domestik cenderung masih lemah khususnya utk produk manufaktur, meski di sisi lain, kinerja investasi
pd sektor berorientasi SDA telah mulai bergerak (Citi Research, Mei 2017). Proyek infrastruktur publik di
perkotaan juga terus berjalan pesat (Barclays Research, Mei 2017).

Status & Jenis Investasi (dlm USD bn) Target Investasi Pembangkit (PLN & IPP)

* Tertahannya proyek kelistrikan jg berpotensi menghambat upaya menarik


investasi skala besar baik di manufaktur maupun jasa.
...ditengah kuatnya komitmen Pemerintah pd proyek infrastruktur 21
Kuatnya komitmen Pemerintah dlm mendorong pertumbuhan berkualitas, diyakini
mendukung potensi perbaikan kinerja investasi lebih lanjut…
 Persentase anggaran infrastruktur thd APBN maupun PDB terus meningkat pasca shifting belanja
subsidi energi ke infrastruktur. Pd akhir 2018, rasio belanja infrastruktur diusulkan mencapai 18,6% dr
total APBN atau 3,1% thd total PDB. Hal ini dlm rangka mendukung tercapainya target pertumbuhan di
atas 6% pd 2018.
 Peningkatan anggaran infrastruktur lebih kecil pd 2017, namun diharapkan mampu mendukung
perbaikan investasi swasta. Uji statistik mengonfirmasi korelasi belanja infrastruktur dan PMTB sebesar
0,28. Rilis PDB Tw I-17 turut mengonfirmasi dukungan thd kinerja investasi dgn berlanjutnya
pembangunan proyek infrastruktur. Namun, spt halnya th 2016, kemampuan Pemerintah melanjutkan
akselerasi pembangunan infrastruktur sangat tergantung pd kondisi fiskal.

Anggaran Infrastruktur Persentase Tren Belanja Infrastruktur


Periode
(Rp Triliun) thd APBN
2010 86,0 8,21% % CMA yoy % Rasio
50 4
2011 114,2 8,65%
2012 145,5 9,49% 40 3
2013 155,9 9,05% 30 3
2014 177,9 9,48%
20 2
2015 290,3 13,12%
2016 317,1 15,22% 10 2
2017* 387,7 18,60% 0 1
2018* 455,0 -

2017*

2018*
2012

2014

2015
2011

2013

2016
Sumber: Kemenkeu (* Usulan)
Ket.: Realisasi anggaran infrastruktur yg tdk hanya mencakup biaya gBelanja Infrastruktur
konstruksi, pengadaan lahan relatif sulit diestimasi, shg digunakan Rasio Belanja Infrastruktur thd PDB
data anggaran dr semenjak 2014.
Namun, perlu diperhatikan faktor intangible ke investasi... 22
Disamping sejumlah faktor terukur yg memengaruhi minat investasi, juga terdpt faktor tdk
terukur (intangible) yg terkait dgn sentimen dan ekspektasi...
 Naiknya suhu politik dlm beberapa waktu terakhir, ditengarai memengaruhi pertimbangan investasi
(Citi Research, Mei 2017). Meningkatnya suhu politik sbg dampak dr Pilkada Jakarta yg berpotensi
berlanjut hingga periode Pilkada 2018, dipertimbangkan menjadi salah satu faktor yg menahan realisasi
FDI pd 2017.*
 Dampak dr sentimen positif pasca diberikannya peringkat layak investasi (investment grade) oleh S&P
pd Mei 2017 diprediksi terbatas. Sejumlah analis dan Bank Dunia memandang sentimen positif dr
perolehan predikat layak investasi lebih berdampak ke investasi portofolio drpd ke kinerja sektor riil.
Selain itu, sejumlah investor asing juga belum melihat dampak signifikan dr rekomendasi kebijakan yg
disampaikan ke pemerintah terkait dgn implementasi paket deregulasi.

Business Outlook Indeks Persepsi Anggota AMCHAM thd Kebijakan Reformasi

Sumber: Citi Research, Mei 2017


Sumber: US-Indonesia Investment Report, American Chamber of
Commerce in Indonesia (AMCHAM), Jan 2017

* Menghangatnya politik dikonfirmasi Gabungan Pengusaha Mamin Indonesia (GAPMMI) sbg faktor penahan perbaikan demand maupun investasi.
...serta pergeseran peta FDI dan implikasi de-globalization 23
Di tengah arus de-globalization di western-developed countries, FDI dr Tiongkok menempati
tempat kedua setelah Jepang...
 Perhatian thd Indonesia sbg tujuan investasi meningkat tajam dr Tiongkok. Fenomena yg sama terlihat
pd 4 besar negara ASEAN. Pergeseran peta FDI ini memberikan prospek peningkatan investasi ke depan,
meski di sisi lain terdapat risiko dr geo-politik maupun sentimen domestik thd investasi Tiongkok.
 Peran FDI sbg motor utama globalisasi berpotensi terdampak oleh gerakan de-globalization yg
memfokuskan pd trade protectionism dan local economic development. Berlanjutnya tren de-
globalization dpt menahan arus investasi dan alih teknologi khususnya dr negara maju ke negara
berkembang. Namun, risiko tsb diprediksi tdk scr signifikan memengaruhi arus FDI ke Indonesia dlm jk
pendek. Hal ini terkait dgn tren masuknya FDI dr Tiongkok yg berambisi utk memainkan peran lebih
besar di kancah perekonomian global.

Tren FDI dr Tiongkok Persepsi Risiko thd Global FDI

Sumber: CEIC, Haver, Citi research Sumber: FDI Confidence Index, AT Kearney
Ekspor 24

Ekspor riil mengalami kontraksi pada April 2017 terutama disebabkan oleh kontraksi tajam
ekspor manufaktur…
 Pelemahan ekspor nonmigas pada April 2017 sejalan dengan tertahannya aktivitas manufaktur dari
mitra dagang utama seperti AS, Tiongkok, dan Jepang.
 Ekspor nonmigas riil pada April 2017 terkontraksi cukup dalam terutama disebabkan oleh penurunan
ekspor manufaktur yang mengalami kontraksi -11,3% (yoy).
 Laju pertumbuhan harga komoditas CPO dan karet alam juga melambat shg mendorong perlambatan
kinerja ekspor. Di sisi lain, harga komoditas batubara masih terus positif.
 Perbaikan harga komoditas masih terus berlanjut pada April 2017 dan tumbuh 15,7% (yoy), meski
sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Ekspor Riil Nonmigas (% yoy) Price Index Nonmigas (% yoy)


Impor 25

Impor pada April 2017 melambat terutama didorong oleh pelemahan impor barang
konsumsi dan barang modal...
 Impor pada April 2017 tumbuh 0,9% (yoy) melambat dibandingkan bulan sebelumnya (4,5% yoy), terutama
disebabkan oleh kontraksi impor barang modal dan perlambatan pertumbuhan impor barang konsumsi.
 Kinerja impor pd April’17 ditopang oleh impor makanan olahan (serelia dan biji-bijian), sejalan dgn persiapan
menjelang bulan puasa. Sementara itu, impor mesin2/pesawat mekanik dan tekstil mengalami kontraksi.
 Sebagian besar negara asal utama impor nonmigas melambat, terutama dari Tiongkok dan Jepang.
 Impor barang modal kembali terkontaksi, terutama didorong oleh dalamnya kontraksi impor barang modal
(kecuali alat angkutan) di tengah perbaikan kontraksi impor mobil penumpang dan alat angkutan untuk
industri yang masih tetap tumbuh.
 Impor bahan baku tumbuh 1,4% (yoy) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, terutama didorong oleh
tingginya perbaikan impor bahan baku untuk industri mamin, ditengah dalamnya kontraksi impor suku cadang
& perlengkapan baik alat angkutan maupun barang modal.
Import Real Value Import Price Index
ASESMEN SEKTORAL
Sektor pertanian masih berpotensi tumbuh di tw II.. 27

Sumber pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan bersumber dr panen padi yg


berlangsung di luar jawa dan panen hortikultura..
Aktivitas Keg. Usaha & Tenaga Kerja SKDU
 Perkembangan keg. Usaha dan pertumbuhan TK
berdasarkan SKDU diperkirakan meningkat
berasal dari panen padi di luar jawa dan panen
hortikultura yg berlangsung Mei – Juni.
 Sektor perkebunan berisiko tumbuh lebih rendah
dibandingkan perkiraan mengingat ekspor CPO yg
turun tajam di April & faktor perlambatan harga.
 Outlook SOI per 23 Mei menunjukkan probabilitas
terjadinya El Nino sbsr 50%, masih sama dgn 3
bulan yg lalu. Indikator ENSO saat ini msh normal.

La Nina/ El Nino Indikator - SOI PDB Sub LU Perkebunan & CPO


Harga batubara msh mjd motor kinerja pertumbuhan LU Pertambangan 28
Kinerja emiten di batubara maupun alat angkut pertambangan masih berpotensi utk terus
tumbuh pd tw – II 2017 yg didorong oleh harga batubara yg msh baik..
Produksi Batubara dan Penjualan Alat Berat UT
 United tractor selama April – Mei mencatatkan
pertumbuhan di produksi batubara maupun
penjualan alat berat pertambangan.
 HBA di Mei masih pd level yg baik, meningkat
1,57% dari HBA April.
 Prospek investasi di 2017 juga meningkat seiring dg
perbaikan kinerja di tahun 2016 dan konsolidasi.
Sbg contoh sebagian besar dana capex ADRO
(±40%) akan digunakan untuk pengembangan aset
batu bara kokas (cooking coal) di MetCoal.
Produksi Batu Bara Adaro Harga Batubara Acuan & PDB Sub LU Batubara
Sektor Industri dalam fase ekspansi 29

Kinerja sektor industri diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan kuartal I, seiring dgn
indikator PMI yg menunjukkan fase ekspansi..
• Indikator PMI dari Markit Economics utk Apr – Mei PMI SKDU
menunjukkan sektor industri msh berada dlm fase
ekspansi. Sejalan dgn pertumbuhan ekonomi dunia yg
membaik dan peningkatan permintaan domestik
menjelang HBKN.
 Perlambatan PMI pd Mei krn perlambatan new order.
Komponen PMI SKDU menunjukkan peningkatan
tajam di Vol. Produksi.
• Indikator aktivitas Keg. Usaha dari SKDU jg
menunjukkan peningkatan yg signifikan pd tw II’17.

Aktivitas Keg Usaha (SKDU) Komponen PMI SKDU


Sektor konstruksi terus tumbuh 30

Sektor properti diperkirakan terus naik yg tercermin dari optimisme peningkatan target
penjualan pengembang besar dan konstruksi fisik yg terus tumbuh..

• Optimisme pengembang besar Target Penjualan Pengembang Besar Konstruksi Apartemen


dgn target penjualan yg
meningkat.
• Konstruksi menggeliat baik oleh
swasta maupun pemerintah (BCI
Asia). Sejalan dgn hasil SKDU
• Penjualan semen meningkat
tajam di bln Apr.
Sumber: Cushman & Wakefield
Penjualan Semen Perkembangan Keg. Usaha (SKDU)
Kinerja PHR menunggu momentum kenaikan di bln Juni.. 31

Kenaikan permintaan seasonal diperkirakan dpt menopang pertumbuhan sektor ini, namun
msh menunggu momentum realisasi di bulan Juni..
• Seiring dg mendekatnya lebaran, kinerja sektor ini Retail Sales (SPE)
diperkirakan masih meningkat dr realisasi di tw I.
• Pertumbuhan penjualan mobil dan motor sedikit
melambat di realisasi April krn banyaknya hr libur.
Namun penjualan diperkirakan akan mencapai
puncak pd bln Mei – Juni. Di satu sisi tjd
peningkatan sektor pariwisata seiring dg banyaknya
hari libur.
• Perkiraan perkembangan keg. Usaha di sektor ini jg
menunjukkan peningkatan yg signifikan pd tw
II’17.
Indikator Pariwisata Perkembangan Keg. Usaha
Aprindo berharap pertumbuhan Q1 terendah, membaik di Q2 32

Peningkatan konsumsi masyarakat di Tw-II 2017 seiring dg HBKN diharapkan dapat


mendorong sektor retail shg dapat seperti pola 2015..
• Kinerja penjualan ritel diperkirakan akan meningkat di tw II seiring dg mendekatnya lebaran.
 Terdapat downside risk dari indikator penjualan riil yg menunjukkan pertumbuhan yg
cenderung stagnan sepanjang April – Mei.
 Menunggu momentum kenaikan di bln Juni
• Aprindo berharap penjualan ritel yg melambat di Q1 merupakan yg ter-rendah dan pertumbuhan
akan pick up di triwulan selanjutnya.
Retail Sales (SPE)

Sumber: Aprindo
Profil Korporasi
Kinerja penjualan emiten di Q1 dlm tren meningkat 34

Kinerja penjualan 125 emiten secara keseluruhan berada dlm tren meningkat yg terutama
didominasi oleh emiten berbasis komoditas dan sektor konstruksi...
 Sejalan dg perbaikan Kinerja Penjualan Emiten Tw I - 2016
harga komoditas
(kelapa sawit dan
batubara) sektor
pertanian dan dan
pertambangan
mendominasi
pertumbuhan kinerja
penjualan.
 Menggeliatnya aktivitas
konstruksi dan
infrastruktur juga
tercermin pada kinerja
penjualan emiten di
sektor properti dan
infrastruktur.
 Sektor industri scr
keseluruhan masih
tumbuh stabil yakni
sekitar 14% (yoy).
 Sektor perdagangan,
jasa dan investasi Ket: JAKAGRI Pertanian JAKINFR Infrastruktur, utilitas dan transportasi
JAKBIND Industri Dasar dan Kimia JAKPROP Properti dan Real Estate
secara perlahan berada JAKCONS Industri Barang Konsumsi JAKTRAD Perdagangan, jasa dan investasi
dalam tren meningkat. JAKMIND Aneka Industri JAKMINE Pertambangan
Beberapa emiten besar mendominasi pertumbuhan penjualan 35

Emiten besar menjadi pendorong pertumbuhan penjualan secara sektoral. Emiten besar
berbasis komoditas mengalami pertumbuhan penjualan yg signifikan..
 Dari sektor perkebunan, emiten besar seperti Astra Agro Lestari dan Tunas Baru Lampung mengalami
pertumbuhan penjualan yg cukup signifikan. Tunas Baru Lampung mengalami pertumbuhan
penjualan tertinggi dgn raihan sebesar 118% (yoy).
 Dari sektor pertambangan, perbaikan harga batubara mendorong pertumbuhan penjualan mayoritas
emiten batubara sprt Bumi dan Adaro. Adapun pertumbuhan penjualan tertinggi di sektor ini dialami
oleh Cita Mineral dg bisnis utama smelter bauksit mjd alumina.

Kinerja Penjualan Emiten Berbasis Komoditas Tw I - 2017 Lima emiten dgn tot.
Asset tertinggi pd sektor:
• JAKAGRI
1. Salim Ivomas Pratama
2. SMART
3. Astra Agro Lestari
4. BW Plantation
5. Tunas Baru Lampung
• JAKMINE:
1. Adaro Energy
2. Medco Energi
Internasional
3. Bumi Resources
4. Vale Indonesia
5. Aneka Tambang
Begitu pula di sektor industri barang konsumsi dan TSI 36

Emiten besar juga menjadi top performance penjualan di industri barang konsumsi maupun
perdagangan, jasa, dan investasi..
 Dari sektor industri barang konsumsi, emiten besar spt gudang garam, unilever, indofood dan kalbe
farma masih mampu menjadi top performance di bidang penjualan pd tw I 2017. Pertumbuhan sektor
ini tidak terlepas dari konsumsi masyarakat yang masih tumbuh meski scr agregat sedikit melambat.
 Pertumbuhan penjualan di sektor trade, services, dan investment cenderung didominasi o/ sektor jasa
software spt centrin online, perdagangan ritel (dyviacom/indoritel), dan jasa lainnya (intermedia
kapital, graha layar prima/bltz). Dari perdagangan alat angkut, pertumbuhan di sektor pertambangan
dan perkebunan mendorong penjualan alat angkut maupun batubara dari United Tractor.

Kinerja Penjualan Emiten Tw I - 2017


Lima emiten dgn tot. Asset
tertinggi pd sektor:
• JAKCONS
1. Indofood Sukses Makmur
2. Gudang Garam
3. Indofood CBP Sukses
Makmur
4. Unilever Indonesia
5. Kalbe Farma
• JAKTRAD:
1. United Tractors
2. PT MNC Investama
3. Dian Swastatika Sentosa
4. PT Saratoga Investama
Sedaya
5. Global Mediacom
Scr tren, terlihat mixed signal dari bbrp emiten sjalan dgn perlambatan konsumsi 37

Bbrp emiten, khususnya dgn target konsumen low-middle income, tidak mampu menjaga
momen pertumbuhan di tw I..
 Dari sektor perdagangan ritel (MaMin) terlihat bahwa Kinerja Sales Emiten - F&B Consumption
emiten Matahari Putra Prima (hypermart) dan indoritel,
mengalami kenaikan performa penjualan, hny alfamart yg
mengalami perlambatan.
 Dari emiten clothing etc. terlihat bahwa emiten dg sasaran
konsumen high – middle income (ACE, MAP) msh dapat
melanjutkan tren kenaikan penjualan. Smntr, middle - low
income (Matahari, Ramayana) mengalami perlambatan.
 Pertumbuhan signifikan Intermedia Capital ditopang oleh
kinerja anak perusahannya yakni ANTV yg berhasil
meningkatkan pangsa pemirsa. Smtr, utk UT bersumber dr
kembali tumbuhnya sektor pertambangan yg berakibat pd
peningkatan penjualan alat angkut.

Kinerja Sales Emiten - Clothing Etc. Kinerja Penjualan Emiten TIS Tw I - 2017
Konstruksi o/ sektor swasta mulai tumbuh.. 38

Dari sektor konstruksi terlihat realtor swasta juga mulai tumbuh dmn performance tdk hny
didominasi o/ BUMN Karya..
 Dari sektor konstruksi terlihat bahwa BUMN Karya yg mayoritas mengerjakan proyek infrastruktur
spt Adhi Karya, Wijaya, Waskita, Jasa Marga mengalami pertumbuhan penjualan yg signifikan seiring
dg menggeliatnya proyek2 infrastruktur. Namun tdk hanya BUMN karya, geliat pertumbuhan private
sector jg mulai terlihat spt Bumi Serpong Damai, Modern Land, Summarecon maupun kawasan
industri Jababeka.
Kinerja Penjualan Emiten Sektor Properti dan Infrastruktur Tw I - 2017
Lima emiten dgn tot.
Asset tertinggi pd sektor:
• JAKPROP
1. Waskita Karya
(Persero)
2. Lippo Karawaci
3. Bumi Serpong Damai
4. PP (Persero)
5. Wijaya Karya
• JAKINFR:
1. Telekomunikasi
Indonesia (Persero)
2. Perusahaan Gas
Negara (Persero)
3. XL Axiata
4. Jasa Marga
5. Indosat
Laba bersih emiten di tw I pun masih tumbuh positif 39

Dari sisi net income, laba bersih emiten dlm sampel masih tumbuh positif pd tw I. Scr
sektoral, kembali sektor perkebunan dan sektor pertambangan mengalami pertumbuhan yoy
tertinggi..
 Secara agregat, laba bersih sampel mampu tumbuh sbsr 26% (yoy), melambat dari triwulan IV 2016 yg
terutama didorong oleh terjadinya perbaikan harga komoditas scr signifikan.
 Secara sektoral, pertumbuhan laba bersih masih dialami oleh sektor perkebunan dan pertambangan yg
msg2 mampu tumbuh sebesar 190% dan 212%.
 sektor industri juga masih tumbuh positif, dgn pertumbuhan tertinggi dialami oleh aneka industri sebesar
52% yoy).
 Satu2nya sektor yg pertumbuhan laba bersihnya negatif adalah sektor perdagangan, jasa dan investasi.
Korporasi yg mengalami rugi antara lain perdagangan ritel spt dyviacom/indoritel dan Hypermart
(Matahari Putra Prima ), perusahan investasi (bakrie & brothers), dan Multipolar (Jasa Telekomunikasi)

Pertumbuhan Net Income Emiten (All Sample) Pertumbuhan Net Income Emiten (Sektoral)
Indikasi investasi emiten mulai terlihat di triwulan I 40

Optimisme Emiten terhadap investasi mulai terlihat yg tercermin dari belanja modal yg
mampu tumbuh sbsr 7% pd tw I..
 Setelah melakukan Capital Expenditures Emiten
pengetatan pada alokasi
belanja modal di tahun
2015 dan 2016, di tw I
2017 emiten
menunjukkan indikasi
optimisme dlm
berinvestasi.
 Tercermin dari realisasi
belanja modal di tw I yg
mampu tumbuh sbsr 7%,
tertinggi semenjak 2
tahun terakhir.
 Pertumbuhan tertinggi di
tw ini tjd pd sektor
industri dasar & kimia
(BIND) & pertambangan
seiring dg perbaikan
harga batubara
 Sektor perkebunan
bahkan sdh mulai
meningkatkan capex nya
dlm jmlh yg signifikan pd Ket:
tw IV 2016 sejalan dg Capital expenditures = belanja modal perusahaan dalam bentuk aset tetap,
perbaikan harga CPO.
spt mesin, bangunan/pabrik, maupun tanah.
Free Cash Flow Emiten meningkat seiring dg kinerja keu yg membaik 41

Secara internal, emiten memiliki kapasitas utk memulai investasi yg ditandai dg free cash
flow yg meningkat..
 Kapasitas internal Free Cash Flow Emiten Sektoral
perusahaan utk
berinvestasi / ekspansi
kembali dlm tren
meningkat seiring dgn
kinerja operasi yg
membaik di triwulan I.
 Sektor properti & industri
konsumsi merupakan
sektor dg FCF tertinggi
 Hanya dua sektor yg
mengalami FCF yg
menurun: industri dasar
dan kimia (BIND) serta
sektor perdagangan, jasa
dan investasi (TRAD).
 FCF negatif dpt
mengindikasikan
perusahaan yg
berinvestasi dlm
jumlah yg besar spt pd Ket:
sektor BIND, Japfa • Free Cash Flow = ukuran profitabilitas dan kesehatan perusahaan terkait excess kas yg dihasilkan
Comfeed & Barito stlh dikurangi biaya operasi dan investasi. Formula = operating cash flow – capital expenditures.
Pacific • Kelebihan kas dapat digunakan o/ perusahaan utk ekspansi produksi, membuat produk baru,
mengakuisi, membayar dividen, ataupun mengurangi utang.
TERIMA KASIH
LAMPIRAN
Sejumlah isu yg memengaruhi sentimen RT... 44
Indikasi menurunnya keyakinan thd kondisi perekonomian (survei Danareksa) ditengarai
terkait dgn dinamika terkini di sisi politik, penegakan hukum, isu de-globalization...
 Hasil survei Edelman Trust Barometer mengindikasikan kekhawatiran sebagian masyarakat thd sistem
yg berjalan. Ketidakpercayaan ini terutama didasarkan pd kekhawatiran thd praktek korupsi, globalisasi
(pros-cons), nilai sosial dan kecepatan inovasi. Ketidakpercayaan thd sistem tdk hanya pd gol masyarakat
menengah bawah, namun juga di level menengah atas yg berpendidikan tinggi.

Barometer Kepercayaan thd Sistem  Ketua Gabungan Pengusaha Mamin


Indonesia (GAPMMI) dlm FGD jg
mengonfirmasi sentimen RT turut
dipengaruhi oleh menghangatnya suhu
politik pd Tw I-17. Faktor yg tdk
sepenuhnya terukur (intangible) ini
diyakini memberikan dampak pd
kembali melemahnya konsumsi RT.

Sumber: 2017 Edelman Trust Barometer


...termasuk kekhawatiran thd proses automatisasi 45
Kekhawatiran RT ditengarai terkait pula dgn proses automatisasi pd sejumlah industri yg
memengaruhi job security di masa mendatang...
 Studi ILO mengindikasikan 56% tenaga kerja di Indonesia berpotensi kehilangan pekerjaan sbg
dampak dr proses automatisasi. Sebagian besar lapangan kerja yg berpotensi menghilang di sektor jasa
ritel. Dibandingkan negara peer di ASEAN, posisi risiko hilangnya lapangan kerja di Indonesia lebih besar
dr Thailand dan Filipina, namun masih dibawah Vietnam. Struktur pasar tenaga kerja menjadi faktor
perbedaan utama, sbg contoh pangsa low-skilled workers di Vietnam yg lebih tinggi drpd negara lain.
 Indikasi job scarcity sbg pengaruh hilangnya lapangan kerja dgn adanya automatisasi belum terindikasi
kuat saat ini. Namun, hal ini dpt memengaruhi sentimen RT di masa mendatang dan berdampak ke
spending & saving behavior sbg antisipasi thd ketidakpastian di masa depan. Terkait dgn hal tsb, job re-
training program perlu menjadi perhatian Pemerintah.

Risiko Hilangnya Lapangan Kerja oleh Automasi Industri

Sumber: Studi ILO: ASEAN in Transformation – The Future of Jobs at Risk of Automation, 2016
Potensi pembiayaan infrastruktur & integrasi Asia 46
Salah satu potensi pembiayaan infrastruktur jangka panjang bersumber dr kerjasama
internasional dlm mengintegrasikan infrastruktur Asia…
 Inisiatif One Belt One Road (OBOR) oleh Tiongkok sbg bagian Silk Road Economic Belt yg melibatkan
sejumlah negara, mengubah dinamika perkembangan regional ke depan. Indonesia telah turut
berpartisipasi dlm kerangka kerjasama ASEAN utk mengembangkan infrastruktur yg terintegrasi dgn Asia
terutama melalui jalur laut. Hal ini akan akan semakin mendukung ekspansi ekspor ke pasar dunia.
 Dlm KTT OBOR Mei 2017, telah
ditawarkan sejumlah kerjasama proyek
infrastruktur maritim. Salah satu proyek
yg ditawarkan Pemerintah adalah
pengembangan Pelabuhan Ekspor Bitung
sbg hub Asia dan Australia.
 Indonesia menargetkan USD80 miliar
proyek OBOR. Dr total pembiayaan
proyek OBOR sekitar USD300-500 miliar
dlm kurun waktu 10 th ke depan,
Pakistan, Filipina dan Malaysia
memimpin sbg daerah penerima
investasi tertinggi.
Integrasi infrastruktur Asia dlm mendukung SEZ 47
Kerjasama dlm integrasi infrastruktur Asia perlu diselaraskan dgn rencana pengembangan
special economic zone (SEZ)…
Pd kenyataannya, sebagian SEZ yg dicanangkan belum menunjukkan perkembangan sesuai diharapkan.
Hal ini terkait dgn kendala di level teknis (lahan, perijinan lokal serta status insentif pajak dr Kemenkeu)
maupun kurangnya minat (demand) swasta terkait dgn minimnya kondisi infrastruktur. Diharapkan
integrasi jaringan infrastruktur Asia dpt lebih cepat mendorong pengembangan SEZ ke depan.

Sumber: Deloitte 2015


Inovasi SEZ menjadi kunci utk menarik investasi 48
Pengembangan SEZ berbasis teknologi dan export processing zone menjadi opsi…
 SEZ berkembang semenjak awal th 90an dan tumbuh scr signifikan pasca AFC 97/98. Perkembangan
yg pesat didorong oleh anggapan “SEZ as a panacea” yg sangat berpengaruh dlm mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi. Hal ini menimbulkan kompetisi antar negara dlm menumbuhkan SEZ baru.
 Di Indonesia, dlm perkembangan terkini, SEZ tdk lagi difokuskan pd sektor industri, namun juga pd
sejumlah sektor jasa.* Dr 8 proyek SEZ strategis yg telah disetujui, 3 diantaranya difokuskan pd sektor
pariwisata.
 Mencontoh negara peer spt Filipina, strategi inovasi SEZ perlu menjadi perhatian. Status SEZ di
Filipina diberikan pd kawasan industri maupun bisnis eksisting. Hal ini mengurangi permasalahan
terkait pembebasan lahan, penyediaan infrastruktur maupun perijinan lokal. Shopping mall serta
gedung kantorjuga dimungkinkan utk memperoleh status SEZ. Designasi SEZ pd kawasan perkantoran
scr khusus ditujukan utk mendukung pengembangan bisnis teknologi (IT start up), call center serta
financial centers.

Sumber: Economist

* Pengembangan Batam semenjak 1973 merupakan SEZ generasi pertama yg difokuskan pd sektor industri khususnya elektronik.
Case Study SEZ di Filipina (1) 49
Keterlibatan swasta sangat dominan dlm pengembangan SEZ di Filipina…
 Penambahan jumlah SEZ dlm kurun 10th terakhir dimotori oleh sektor swasta. Sebagian besar SEZ
merupakan joint-venture baik antara Pemerintah Filipina dan swasta asing maupun swasta Filipina dan
asing. Dr total 16 SEZ dgn kepemilikan saham Pemerintah serta sekitar 330 SEZ swasta, sebagian besar
mengakomodir industri dan bisnis teknologi (termasuk call center).
Tren Perkembangan SEZ

 Export processing zone menjadi salah satu


tren pengembangan SEZ yg merupakan
komplementer industri dan bisnis teknologi.

Sumber: A. Dumayas, Chuo University, Tokyo (Presentasi di Pasific Regional Science Conference 2017)
Case Study SEZ di Filipina (2) 50
Kejelasan regulasi dan pembagian tanggung jawab antar stakeholders berperan penting…
Membandingkan insentif baik pajak maupun non pajak, investor asing mendptkan manfaat lebih besar
di Filipina drpd Indonesia. Dgn demikian, masih diperlukan komitmen dan koordinasi yg lebih baik dr
Pemerintah Indonesia dlm mengikutsertakan swasta maupun asing pd pengembangan SEZ ke depan.

Sumber: A. Dumayas, Chuo University, Tokyo


(Presentasi di Pasific Regional Science
Conference 2017)
Lamp.: Masalah Pengadaan Lahan 51
Regulasi pengadaan lahan telah disempurnakan, namun masih terdpt kendala di daerah…
Dgn dikeluarkannya Dekrit Presiden di 2015, swasta telah dilibatkan dlm proses pembebasan lahan
khususnya terkait dgn pembiayaan. Meski demikian, masalah yg lebih besar adalah pd pelaksanaan
pembebasan lahan yg hrs melibatkan Pemda. Masalah birokrasi dan komitmen dukungan Pemda scr
khusus menjadi penyebab tertahannya sejumlah proyek kelistrikan.

Sumber: Barclays Research, Mei 2017 dr berbagai sumber


Lamp.: Edelman Trust Barometer 52
Perkembangan Ekspor 53

Ekspor pada April 2017 melambat terutama didorong oleh pelemahan ekspor manufaktur
sejalan dengan penurunan aktivitas manufaktur negara dagang utama...
2016 2017
Items
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr
Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17
TOTAL -10.0 3.0 -5.3 -9.9 -5.4 -1.8 -15.2 0.5 -3.7 0.0 13.9 1.6 9.4 -4.7 6.8 -0.7
A. GENERAL MERCHANDISE -9.9 2.6 -5.0 -10.3 -5.2 -1.5 -15.3 0.9 -3.6 -0.1 14.1 1.7 9.6 -4.4 6.7
I. PRIMARY PRODUCTS -6.8 -0.1 -9.1 -12.3 -12.1 -9.2 -17.4 2.2 -1.2 2.0 19.5 1.5 16.1 -0.8 16.8 9.9
1. AGRICULTURAL PRODUCTS -3.6 2.1 -7.8 -17.4 -9.6 -19.9 -19.8 -6.2 -11.3 -6.5 17.5 5.2 18.9 12.1 26.2 13.5
Food -3.4 1.4 -9.6 -19.4 -12.9 -24.3 -22.4 -7.9 -14.9 -8.6 16.2 3.8 18.1 12.7 25.5 15.3
42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS -3.0 2.3 -16.8 -27.4 -20.9 -37.5 -24.0 -11.0 -24.3 -11.6 23.5 1.1 28.1 17.4 45.9
Raw Materials -5.2 4.5 -1.6 -10.8 2.5 -2.9 -11.0 -0.5 1.3 0.0 20.4 9.6 21.8 10.7 29.7 9.4
23 - CRUDE RUBBER -2.0 4.8 -4.8 -11.6 -1.4 -8.0 -14.2 -7.5 4.7 10.0 14.3 15.1 38.1 20.8 46.5
25 - PULP AND WASTE PAPER -15.8 11.5 11.3 3.5 17.0 -1.2 10.6 1.6 -13.4 -18.7 71.6 13.1 14.0 -4.9 40.2
2. FUELS AND MINING PRODUCTS -11.9 -3.9 -11.0 -3.5 -15.1 10.9 -13.7 16.6 16.8 18.5 23.7 -3.5 12.5 -21.7 3.2 6.0
Ores & Others Minerals 16.6 18.6 11.1 30.3 -40.6 28.1 -35.5 19.0 10.7 86.4 74.1 -22.8 1.4 -80.6 -35.2
Fuels -11.2 -5.2 -13.8 -13.1 -0.1 8.1 -3.1 11.1 11.3 12.3 11.0 4.3 9.8 -2.4 16.5
32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES -11.4 -5.5 -14.1 -13.6 -0.5 7.8 -3.4 8.5 10.6 8.0 10.0 0.1 8.2 -5.5 10.7
Non-ferrous metals -43.8 -8.5 -19.1 24.9 -13.1 -10.0 -3.7 79.5 123.3 36.4 101.2 59.2 57.7 -14.0 -2.8

II. MANUFACTURES -12.3 6.0 0.1 -6.4 2.1 6.2 -12.2 0.0 -6.2 -3.0 7.4 -0.1 1.8 -8.5 -3.5 -11.3
Iron & Steel 14.9 18.0 64.1 23.4 -41.9 -30.4 -35.2 -29.8 -43.5 56.1 0.1 68.1 54.9 8.3 7.2
Chemicals -13.0 2.0 -0.4 -7.1 -4.5 -5.9 -14.1 -1.1 -15.6 -15.7 5.1 -7.6 19.0 18.8 4.3
Other semi-manufactures -12.8 -5.0 -11.7 -10.0 0.7 -1.5 -8.7 -6.9 -11.3 -26.2 -12.7 -23.3 4.9 -8.5 1.9
Machinery & Transport Equipment -21.5 -12.7 -13.4 -9.7 -7.8 -9.6 -28.0 -18.5 -21.9 -24.7 -14.1 -25.4 7.4 0.1 3.0
77 - ELECTRICAL MACH., APPARATUS -7.8 -3.4 -5.4 -14.2 -2.1 -4.2 -16.2 -2.7 -7.8 -2.9 9.0 -1.1 1.4 2.1 7.3
78 - ROAD VEHICLES -24.3 -20.1 -12.3 -1.4 15.2 9.1 -5.4 0.2 -12.3 10.2 43.7 24.4 37.9 28.6 20.3
Textiles 2.0 -16.1 -3.1 7.1 17.6 21.2 -0.3 6.3 -8.1 -16.0 -12.6 -11.8 -1.4 -12.7 -12.4
Clothing -12.2 -11.2 -18.7 -18.8 -15.9 2.9 -41.1 -10.4 -18.1 -22.4 -18.7 -22.7 -9.6 -11.1 -5.3
Other consumer goods -33.1 22.4 -5.2 -21.1 -8.3 4.5 -9.8 -11.6 -33.7 -13.5 -0.8 -8.7 -17.3 -29.6 -17.4
85 - FOOTWEAR 10.2 13.1 12.0 3.9 6.2 6.5 -8.5 0.6 -0.4 -4.7 -8.3 -11.1 -8.2 -3.6 6.1
III. OTHER MERCHANDISE
1)
-20.1 -13.5 -31.4 3.1 -13.9 44.5 -31.3 7.2 30.0 41.1 18.3 25.2 -16.1 14.3 51.9
B. OTHER GOODS 2)
-11.5 53.8 -30.4 56.4 -27.2 -22.1 -2.0 -33.7 -17.0 5.1 4.6 -8.8 -12.3 -23.6 7.0
Perkembangan Harga Ekspor 54

Harga ekspor pada April 2017 masih tumbuh tinggi meski melemah dibandingkan bulan
sebelumnya, terutama disebabkan oleh pelemahan harga komoditas CPO...
2016 2017

Items
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr

Jan-16 Fe b-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 De c-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17
TOTAL -7.9 -5.1 -4.3 1.0 -0.9 -0.1 0.3 2.7 7.4 8.7 13.0 16.1 18.3 17.4 17.1 15.7
A. GENERAL MERCHANDISE -7.8 -5.1 -4.4 1.0 -0.9 -0.2 0.1 2.5 7.3 8.7 13.0 16.2 18.3 17.5 17.4
I. PRIMARY PRODUCTS -14.1 -12.4 -11.8 -7.5 -4.7 -3.7 -3.8 0.1 9.2 12.5 17.7 25.6 28.6 28.9 26.7 22.6
1. AGRICULTURAL PRODUCTS -10.0 -8.9 -6.3 -0.2 3.9 5.1 2.4 5.3 15.8 16.1 15.8 20.6 22.2 24.6 19.3 9.5
Food -9.3 -8.1 -4.6 2.4 6.9 9.3 6.9 9.9 23.8 22.8 19.7 24.1 23.7 23.3 14.2 2.6
42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS -14.1 -13.1 -7.3 3.3 10.1 11.6 8.1 14.1 34.6 28.0 23.5 31.6 31.5 30.2 13.9
Raw Materials -12.0 -11.5 -11.6 -7.6 -5.5 -7.6 -11.2 -8.7 -7.9 -5.3 2.5 8.8 17.0 29.0 35.8 33.9
23 - CRUDE RUBBER -21.3 -22.5 -22.3 -13.7 -1.6 -7.1 -13.3 -11.2 -6.1 1.8 12.5 27.5 46.6 74.9 90.3

2. FUELS AND MINING PRODUCTS -20.2 -17.7 -19.6 -18.6 -17.7 -16.1 -12.6 -7.1 0.5 7.4 20.8 33.1 39.2 36.3 39.3 45.7
Ores & Others Minerals -26.6 -9.4 -18.9 -15.7 -20.1 -15.3 -9.5 1.0 12.4 19.5 28.1 31.3 43.9 49.8 49.4
Fuels -18.6 -19.9 -21.2 -21.2 -18.9 -18.3 -15.4 -11.3 -5.0 5.0 20.4 34.2 39.0 37.1 40.0
32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES -18.6 -19.9 -21.2 -21.1 -18.8 -18.2 -15.2 -11.2 -5.0 5.1 20.6 34.6 39.0 36.4 39.6
Non-ferrous metals -20.7 -14.4 -9.2 -1.9 -7.5 -6.3 -0.4 0.9 8.8 4.6 11.3 25.4 32.7 27.1 20.4

II. MANUFACTURES -1.9 0.9 1.7 6.8 1.7 2.3 3.3 4.6 6.1 5.7 9.5 8.2 10.3 9.3 11.0 11.4
Iro n & Steel -6.8 -5.1 8.4 21.0 13.8 21.7 16.2 19.7 29.3 13.3 17.8 20.0 32.6 23.4 25.8
Chemicals -9.3 -8.5 -9.3 -3.9 -3.7 -2.4 -4.0 -2.1 2.1 5.3 5.3 8.0 12.0 16.7 17.3
Other semi-manufactures -1.9 -0.5 -1.0 3.5 -1.1 0.0 -0.5 0.5 -0.1 -1.8 0.6 -0.5 -0.7 0.0 2.0
Machinery & Transport Eq uipment -0.2 0.6 3.1 10.8 1.1 3.5 4.7 6.8 6.9 7.6 10.9 8.7 9.8 9.0 10.2
77 - ELECTRICAL MACH., APPARATUS -0.7 -1.5 1.1 8.0 1.0 0.7 2.1 5.5 5.5 4.9 5.7 3.0 2.6 5.7 8.7
78 - ROAD VEHICLES 2.3 4.0 7.8 11.1 4.5 4.0 7.5 8.5 10.5 8.6 8.0 6.8 8.6 6.8 6.6
Text iles -4.9 -3.3 -6.4 -4.4 -5.6 -6.1 -5.3 -5.2 -0.6 -0.2 1.5 0.5 0.8 1.6 8.0
Clothing 7.9 9.7 12.7 18.0 10.3 12.9 10.2 7.2 10.0 11.5 17.3 14.1 22.1 18.1 20.7
Other consumer goods -3.7 4.2 4.3 7.4 3.4 -2.2 7.8 9.0 9.8 6.7 15.1 11.7 11.0 8.5 8.2
85 - FOOTWEAR -9.1 -5.5 -7.5 -3.3 -3.8 -1.4 1.5 3.4 7.4 12.4 11.2 16.3 12.2 8.2 10.7
2)
B. OTHER GOODS -11.8 -4.6 2.9 -7.7 6.0 7.4 14.0 19.9 17.2 10.7 14.4 7.4 9.1 3.9 -1.2
Perkembangan Impor 55

Impor pada April 2017 melambat terutama didorong oleh pelemahan impor barang
konsumsi dan barang modal...
2016 2017
Commodities
Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr
Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17
Total
Total Impor -0.2 5.2 3.4 0.1 8.4 0.0 5.1 10.5 4.1 4.7 -7.6 4.5 0.9
A. General Merchandise -0.6 5.0 3.2 2.2 8.6 -0.4 4.7 11.8 2.1 4.0 -7.7 4.2
I. Barang Konsumsi -1.3 9.7 11.0 11.5 7.7 18.4 19.0 4.7 11.5 -18.9 -23.4 23.7 15.6
112 - Makanan & Minuman(Primary), Unt.R.Tangga -1.5 9.8 6.8 55.7 33.2 51.2 32.7 11.1 31.8 14.8 -6.8 79.3 75.1
122 - Makanan & Minuman(Process), Unt.R.Tangga 24.7 30.1 25.7 42.5 47.6 27.6 23.2 -7.3 28.4 -18.7 -35.9 -34.2 -1.0
510 - Mobil Penumpang -33.1 -11.6 -9.1 -14.9 2.0 4.9 38.8 21.8 -44.9 -48.7 -18.3 -14.0 21.7
522 - Alat Angkutan Bukan Untuk Industri -82.8 -30.7 -43.3 -23.5 -14.5 58.8 26.9 33.9 -68.8 -14.4 45.1 59.3 -7.9
610 - Barang Konsumsi Tahan Lama -0.9 25.5 6.5 46.4 9.2 27.0 4.1 7.0 22.6 36.0 -16.3 96.9 12.3
620 - Barang Konsumsi Setengah Tahan Lama 13.4 17.4 2.4 6.6 8.8 18.3 29.7 38.6 0.6 12.5 -16.1 -1.0 2.6
630 - Barang Konsumsi Tak Tahan Lama 7.6 5.8 -4.0 14.2 17.9 14.0 9.1 25.7 11.1 -1.6 -4.2 9.8 3.0
700 - Barang Yang Tak Diklasifikasikan -72.2 -27.0 483.3 -96.9 -57.3 -70.8 35.4 -70.2 15.4 -95.2 -95.3 3,502.7 615.4

II. Bahan Baku 2.3 11.0 6.3 7.0 10.6 0.7 5.7 15.2 3.5 9.4 -3.2 0.5 1.4
111 - Makanan & Minuman(Primary), Unt.Industri -8.9 43.5 29.6 32.3 52.6 5.8 14.9 9.4 14.7 5.7 27.5 -9.4 22.8
121 - Makanan & Minuman(Process), Unt.Industri 3.1 37.5 59.9 72.0 68.2 69.9 79.3 61.4 79.1 69.5 -2.8 10.1 50.9
210 - Bahan Baku Untuk Industri (Primary) -23.0 -21.9 -14.5 -9.2 -15.9 -25.4 -1.2 4.9 10.1 -15.1 -14.9 -8.2 4.4
220 - Bahan Baku Untuk Industri (Processed) 1.8 9.4 7.4 12.7 10.0 -0.6 3.2 8.6 -4.8 7.8 -4.4 3.5 0.7
310 - Bahan Bakar & Pelumas (Primary) 83.8 -22.9 -58.1 -10.9 46.2 11.0 -41.1 -13.2 41.1 166.5 -2.9 168.1 -54.2
322 - Bahan Bakar & Pelumas(Processed) -26.0 -25.8 32.1 87.5 8.1 101.0 90.0 -15.3 15.2 69.0 -42.0 -56.1 32.5
420 - Suku Cadang & Perlengkapan Barang Modal 14.3 5.7 1.0 -2.0 2.6 0.7 5.5 31.4 11.5 14.9 -4.1 -1.2 -3.3
530 - Suku Cadang & Perlengkapan Alat Angkutan 11.6 41.1 -5.1 -24.5 10.0 7.6 14.6 25.3 9.8 12.5 -0.8 -8.2 -14.7

III. Barang Modal -10.4 -16.6 -9.7 -15.3 1.7 -12.5 -6.3 2.5 -6.2 -2.4 -15.2 10.0 -5.8
410 - Barang Modal Kecuali Alat Angkutan -10.9 -16.3 -8.4 -20.9 2.7 -16.7 -3.6 0.1 -6.0 -2.2 -19.5 5.4 -12.0
510 - Mobil Penumpang -33.1 -11.6 -9.1 -14.9 2.0 4.9 38.8 21.8 -44.9 -48.7 -18.3 -14.0 21.7
521 - Alat Angkutan Untuk Industri 4.5 -25.5 -22.6 70.7 -7.1 40.0 -31.4 57.9 2.2 22.1 25.8 79.6 40.6

Anda mungkin juga menyukai