Perlindungan Sekolah Daring - 11 Feb 2021 Autosaved 1
Perlindungan Sekolah Daring - 11 Feb 2021 Autosaved 1
PERLINDUNGAN ANAK
DARI KEKERASAN SELAMA
SEKOLAH DARING
Disampaikan oleh
Dra. Retno Sudewi, Apt, M.Si, MM
Kepala Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah
pada acara Seminar Online
“Bahagia Bersama Bunda dan Anak di Masa Sekolah Daring”
yang diselenggarakan oleh RSJD dr. Amino Gondohutomo
pada tanggal 11 Februari 2021
Benarkah Kekerasan Pada Anak Masih
Dapat Terjadi di Sekolah Daring?
Yuk, Kita Cek Faktanya!
CONTOH KASUS KEKERASAN
SELAMA DARING
Apa Kata Anak-Anak di Jateng
tentang Sekolah Daring?
Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah pada
bulan September 2020 melakukan Polling terhadap
1.159 responden anak di Jawa Tengah tentang persepsi
anak selama Belajar dari Rumah
Ini juga sebagai sarana hak penghargaan terhadap
pandangan anak
Hambatan Anak Selama Proses Belajar dari Rumah
Siapa yang Membantu Anak Belajar di Rumah?
Terdapat banyak permasalahan anak yang dihadapi selama kegiatan belajar-mengajar online,
seperti:
Anak merasa sangat bosan, karena aktivitas belajar di rumah yang monoton dan merasa kurang
produktif
Kesulitan sinyal dan keterbatasan kuota internet yang dimiliki anak
Kondisi rumah terlalu bising, sempit, terbatasnya meja dan masalah lainnya yang menggangu
belajar anak.
Tidak semua anak memiliki alat komunikasi yang memadai, seperti laptop atau handphone android
Beberapa pengajar belum terlalu menguasai teknologi informasi dan terkadang kurang jelas dalam
menyampaikan materi secara online, sehingga menjadi kurang efektif
Kurangnya koordinasi antara guru dan anak selama proses kegiatan belajar-mengajar
Pemberian tugas dan ulangan di luar jam belajar online seringkali menyulitkan anak,
yang juga berdampak pada guru karena hasil pembelajaran siswa pun menjadi tidak maksimal
Apa masalah anak (lanjutan)
Sumber: SIMFONI-PPA
kekerasan.kemenppa.go.id
(Data diunduh setiap tanggal 1 bulan berikutnya)
Jenis & Bentuk Kekarasan Yang Dialami
Anak Selama Pandemi Covid-10
JENIS BENTUK PELAKU
FISIK Dipukul, di jewer, dicubit, ditendang, Orang tua, kakak,
dll saudara, tetangga
SEKSUAL Pelecehan seksual melalui media Ayah/Bapak,
sosial , perkosaan (pencabulan & saudara, teman,
persetubuhan), dipaksa menikah pacar, tetangga,
(perkawinan anak) guru les /kursus
Ditampar Dijewer
3%
BENTUK 9%
KEKERASAN
Dikurung Dijambak
4% 6%
Ditendang Ditarik
4% 5%
Survei KPAI
(8-14 Juni 2020, melibatkan 25.164 responden)
Sebab – Faktor Pendorong
Tingkat stress orang tua karena PHK dan pendapatan rumah
tangga menurun, sementara pengeluran di masa pandemi Covid-19
meningkat (contoh : pulsa internet, masker, sanitizer, vitamin, asupan
gizi, tugas belajar anak, listrik, air bersih, dll)
Beban orang tua terutama Ibu meningkat karena urusan rumah
tangga bertambah dimasa pandemi (bekerja, belajar, bermain,
hiburan-semuanya dilakukan di rumah)
Tingkat stress dan kebosanan anak yang tingi selama belajar dan
bermain di rumah (masa covid-19)
Anak lebih sering bermain Gadget daripada belajar /mengerjakan
tugas sekolah.
Tugas belajar anak di rumah yang banyak dan sulit bagi anak &
orang tua.
Kemampuan pengasuhan & pendampingan thdp anak oleh orang
tua menurun selama pandemi (fokus pada ekonomi rumah tangga –
terumata rumah tangga miskin). Contoh menejemen emosi,
komunikasi dg anak
Risiko Terjadinya Kekerasan pada Anak
Selama Sekolah Daring
Situasi keluarga/rumah yang
Anak menjadi korban kekerasan tidak nyaman membuat anak
dari orang tua / pengasuhnya yang semakin kesulitan belajar di
Anak terpapar pornografi
dipicu situasi belajar di rumah rumah
dan menjadi korban
yang kurang nyaman
cyberbullying
Permasalahan orang tua yang dapat
Kurangnya Pengawasan Terbatasnya keterampilan orang tua berdampak pada anak (seperti
OrangTua/ Pengasuh dalam mendampingi anak kesulitan ekonomi selama pandemi)
Bahaya Dampak Kekerasan Pada Anak
ADOPSI
PERMANEN (Jangka Panjang)
PANTI
SEMENTARA
1. ANAK SEKOLAH
2.B. LEMBAGA SD-SMP-SMA-SMK/MI-MTs-MA/SLB
PENGASUHAN ALTERNATIF BOARDING SCHOOLS
RUMAH
SAKIT
LPKA
LKSA
Daycare/TPA
dll
BEKERJASAMA
SELAMA PANDEMI
MENETAP DAN
KEBERLANJUTAN
27
ORANGTUA SEBAGAI SAHABAT ANAK: 9-M
Memberi Menghargai Mengajak anak
pujian & waktu privasi berpendapat dan
apresiasi anak berdiskusi
Menjadi
pendamping yang Membangkitkan rasa
baik dalam belajar percaya diri dengan
memberi
tanggungjawab
1. Komitmen
3. Kreatif Aksi
2. Komunikasi
Kunci Utama
3-K
MEMBANGUN RELASI DENGAN
CINTA
C CERMATI PERAN AYAH DAN IBU
2. Keluarga: Ortu/Pengasuh
4. Infrastruktur Pendukung:
menyiapkan kebutuhan dan
Sarpras (RASS, dll), Transportasi
Umum memenuhi Protokol memberikan pemahaman kpd Anak
hg Anak mampu menerapkan
Kesehatan
Protokol Kesehatan
Sumber: Diolah dari berbagai sumber, Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kemen PPPA, 2020
PERAN KUNCI
ORANG TUA
ANAK
SATUAN
PENDIDIKAN
Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Melindungi Anak
Selama Mas Covid-19
Membuka layanan konsultasi, konseling dan pendampingan bagi
keluarga, orang tua dan anak dimasa pandemi Covid-19 (PUSPAGA)
Melakukan pemantauan terhadap situasi anak di masa pandemi Covid-
19 dengan membuat sistem data anak rentan berbasis aplikasi (APEM
KETAN)
Membuka pengaduan kekerasan terhadap anak di SPT/UPTD PPA
Provinsi Jawa Tengah dengan protokol kesehatan
Memberikan layanan dan pendampingan kepada anak korban
kekerasan termasuk anak konflik dengan hukum (medis, hukum,
rehabilitasis sosial, reintegrasi sosial)
Mendorong PATBM di seluruh Jawa Tengah untuk aktif memantau
situasi anak di wilayahnya dan memberikan layanan konsultasi,
konseling dan pendampingan kepada anak
Lanjutan...
UU N0. 16 th 2019
Perubahan UU N0 1 th 1974
Perkawinan diijinkan untuk anak laki-laki
dan perempuan sudah mencapai umur
19th
Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah menginisiasi
gerakan bersama yang masif untuk mencegah terjadinya
perkawinan usia anak.
GERAKAN
#JOKAWINBOCAH
“Jo Kawin Bocah” berasal dari bahasa Jawa
yang secara harfiah:
Jo : Ojo atau Jangan
Kawin : Menikah
Bocah : Anak
Usia 21 tahun bagi perempuan menjadi Sebuah pernikahan dapat diren- Individu yang menikah harus
batasan karena diharapkan secara biol- cakan dengan baik setiap persoalan mampu mandiri secara finan-
ogis organ kesehatan reproduksi sudah rumah tangganya, baik kapan akan
tumbuh sempurna begitu pula secara
sial, mandiri dalam penga-
mempunyai anak, jumlah anak
mental sudah siap menghadapi masa suhan anak, mandiri dalam
ideal yang diinginkan, jarak kelahi-
kehamilan. Pada usia 21 tahun diharap- sosial spiritual sehingga di-
kan sudah menyelesaikan jenjang pen- ran antar anak, sudah dapat mem-
persiapan pendidikan untuk harapkan terwujud keluarga
didikan setingkat SMA/SMK, sehingga
diharapkan sudah memiliki ketrampilan anaknya serta mampu meren- yang harmonis serta berper-
dan mampu mengasuh serta mendidik canakan dan mengatur keuangan spektif kesetaraan gender
anaknya dengan baik. dengan baik. dan hak anak.
PEMERINTAH AKADEMISI (PSW/ PSGA)
(DinasPPPA, Disdik, Dinkes,
Dinsos, BKKBN, Kemenag)
SINERGI BERSAMA
dalam pencegahan perkawinan anak,
dilakukan secara
KOMUNITAS (PATBM, PKK, BKOW, Fatayat NU, Muslimat NU, Unicef, Setara, DWP,
Bayangkari, Darma Pertiwi, YKSS, PW Aisyah, NU, Muhammadiyah, WHDI, PWKI,
WKRI,PGRI, IBI, IDI, IDAI, Forum PUSPA)
12
Terima kasih
@dp3ap2kb_jateng
@dp3ap2kb_jateng
dp3akb.jatengprov.go.id
dp3ap2kb.jateng