Anda di halaman 1dari 38

Asuhan

kebidanan calon
akseptor mow
Kelompok 6
Anggota Kelompok

1. Murrachmawati Rizqi Hadiyono (P17321203029)


2. Bella Novelia Putri (P17321203030)
3. Yohana Bora (P17321203031)
4. Frida Indah Rahmaningrum (P17321203032)
5. Inggrit Mahening Dirgantari (P17321203033)
6. Wahyu Dinda Pospitaningrum (P17321203034)
Sub Pembahasan

01 02 03 04

Definisi Jenis Metode Kontra Indikasi Efek Jangka


MOW MOW MOW Panjang MOW

05 06
07

Tindakan Pemulihan Asuhan


Peroperatif Kembali MOW Kebidanan
MOW MOW
DEFINISI
MOW
Pengertian MOW
MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang
menyebabakan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak
dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan.

Tujuan MOW

Tujuan dari tindakan MOW adalah menghambat perjalanan sel telur perempuan
agar tidak dibuahi sperma.

Tindakan MOW  Dilakukan Oleh Tenaga Kesehatan Yang


Memiliki Dasar dan Pengetahuan Ilmu Bedah
Kelebihan Dan Kekurangan MOW

Kekurangan
Kelebihan
• Risiko dan efek samping
• Tidak mempengaruhi proses 
pembedahan.
menyusui (breastfeeding)
• Kadang-kadang sedikit
• Tidak menghambat hubungan
merasakan nyeri pada saat
suami istri
operasi
• Tidak ada efek samping
• Infeksi mungkin saja
dalam jangka panjang
terjadi,bila prosedur operasi
tidak benar.
Jenis
metode
mow
1. Mencapai Tuba Fallopi

A. Abdominal / Transabdominal
Laparotomi
 Metode laparotomi dilakukan dengan membuka rongga perut sehingga organ-organ reproduksi
terlihat sangat jelas. Tuba falopii kemudian diikat dan diangkat.
 Laparotomi hanya diperuntukan untuk perempuan karena diperlukan insisi yang panjang yang
panjang dan anestesi umum anestesi spiral.
 Laparotomi diperuntukan jika cara kontrasepsi lainnya gagal atau akibat komplikasi sehingga
memerlukan insisi yang lebih besar.
 Angka kegagalan : 0 – 2,7 % per 100 kehamilan.
 Keuntungan : mudah, aman dan efektifitas tinggi
 Kekurangan : resiko komplikasi lebih besar dan pendarahan lebih banyak
Mini - Laparotomi

 Sama dengan laparotomi hanya saja sayatan yang dibuat lebih kecil dan menggunakan
anestesi lokal. Sayatan dilakukan tepat diatas garis rambut kemaluan, lalu kedua saluran
tuba falopii diikat dan dipotong.
 Dibagi menjadi 2 yaitu :
a. sub – umbilikal / Infra – umbilikal : post partum
b. supra – pubis/Mini – Pfannenstial : post abortus
 Efektifitas : kegagalan 0,2 – 0,8 % dari 100 kehamilan
 Keuntungan : komplikasi yang ditimbulkan kecil dan memerlukan alat yang sederhana dan
tidak mahal.
 Kekurangan :waktu operasi lama (10 – 20 menit), meninggalkan bekas luka parut yang
cukup terlihat, dan angka infeksi lebih tinggi.
Laparoskopi

 Merupakan suatu pemeriksaan endoskopis dari bagian dalam rongga peritonium


dengan alat laparoskop yang dimasukan melalui dinding anterior abdomen.
 Merupakan gabungan dari 2 tindakan :
a. Laparoskopi
b. Oklusi tuba fallopii

 Efektifitas : kegagalan 0,2 – 1,3 % dari 100 kehamilan


 Kuntungan : komplikasi rendah, waktu cepat (5 – 10 menit) dan insisi kecil
sehingga meninggalkan bekas luka sedikit
 Kekurangan : resiko komlikasi serius, dan harga peralatan mahal serta
memerlukn perawatan yang teliti.
B. Pervaginal / Transvaginal
Kolpotomi

 Pada metode ini dokter akan menjangkau kedua saluran tuba falopii
melalui vagina dan dari belakang rahim.
 Dibedakan menjadi 2 :

a. Kalpatomi posterior
b. Kalpatomi anterior
 Efektivitas : kegagalan 0- 5,2 %
 Kelebihan : dapat dilakukan dengan rawat jalan, hanya memerlukan
waktu 5 – 15 menit, rasa sakit lebih kecil dan tidak ada insisi
abdominal sehingga tidak menimbulkan bekas luka.
 kekurangan : Gampang terjadi pendarahan yang diakibatkan oleh luka
vagina atau jahitan merorot / longgar
Kuldoskopi

 Kuldoskopi adalah suatu kegiatan medis dengan melihat rongga pelvis melalui alat
kulduskop yang dimasukan melalui fornix posterior ke dalam cavum douglas.
 Efektifitas : kegagalan 0 – 2 % dari 100 kehamilan
 Keuntungan : tidak meninggalkan bekas luka parut eksternal, dapat dilakukan
dengan rawat jalan, komplikasi dan morbiditas rendahdan waktu operasi
sebentar ( 10 menit atau kurang jika sudah terampil)
 Kekurangan : posisi akseptor yaitu posisi lutut – dada mungkin klien merasa
kurang nyaman.
C. Transcevical / Transuterine

Histeroskopi

 Prinsipnya sama dengan laparoskopi, tetapi tidak memakai trocar, tetapi suatu
vakum cervical adaptor untuk mencegah keluarnya gas saat dilatasi cerviks.
 Metode ini biasanya dilakukan jika terdapat penyakit pada rahim, atau dapat
disarankan kepada wanita yang sudah berumur. Dalam metode ini rahim diangkat
seluruhnya.
 Efektivitas : kegagalan masih tinggi 11 – 48 % dari 100 kehamilan.
 Keuntungan :tidak diperlukan insisi dan dapat dilakukan dengan rawat jalan
karena prosedur cepat.
 Kerugian : resiko perforasi uterus dan luka bakar, beresiko kehamilan ektopik
dan sering timbul kesulitan teknis untuk mencari lokasi erificum tubae.
Blind Delivery ( Tanpa Melihat Langsung)

 Operator tidak melihat langsung ke dalam cavum uteri untuk melokaliser orificium
tubae.
 Zat kimia untuk oklusi tuba fallopii dalam bentuk cair, pasta atu padat yang
dimasukan kedalam kateter, kanula atau pepetlalu didorong dengan alat pendorong
atau dengan pompa dalam melakukan prosedur ini.
 Efektifitas : kegagalan tinggi 12 – 49 % dari 100 kehamilan
 Keuntungan : pelaksanaan mudah dan dapat dilakukan dengan rawat jalan
 Kerugian : beberapa zat kimia sangat toksik terhadap jaringan, daya kerja zat
kimia irreversibel dan dosis dari zat kimia tidak selalu diketahui.
2. Oklusi / Penutupan Tuba Fallopii

 Proses pengikatan tuba fallopii untuk  Tempat dilakukan oklusi tuba fallopii
mencegah perjalanan dan pertemuan a. Infundibulum ( bagian distal/ fibriae)
spermatozoa dan ovum. b. Ampula atau isthmus ( bagian tengah)
c. Interstitial ( dekat utero tubal junction)
 Efektifitas : kegagalan tinggi 20 % dari
100 kehamilan  Cara oklusi tuba fallopii
 Keuntungan : hanya memerlukan keahlian a. Ligasi
dan keterapilan yang sedang, alat b. Elektro koagulasi
sederhana dan morbiditas rendah. c. Thermokoagulasi
d. Bands
 Kerugian : umumnya ireversible dan e. Clips
memerlukan perawatan rawat inap. f. Solid plugs
g. Fibriotexy
h. Ovariotexy
i. Sinar laser
Kontra
indikasi
mow
• Infeksi peritonium
• Penyakit jantung atau paru yang berat
• Adhesi pelvis karena endometritis / PID
• Obesitas yang ekstrim
• Hipertensi
• Anemia
• Massa tumor dalam pelvis
• Diabetes militus yang tidak terkontrol
• Penyakit pendarahan
• Keadaan gizi buruk
• Mempunyai penyakit traktus genetalia(septum uteri, polip, mioma
uteri)
EFEK SAMPING
JANGKA PANJANG
KONTRASEPSI
MOW
Perubahan Hormonal

• Umpan balik hormon antara kelenjar hypohyse dan kelenjar gonad, dan ditemukan
bahwa kadar FSH, LH dan estrogen tetap normal setelah kontap-wanita.

• Defisiensi progesterone dapat mempengaruhi pola perdarahan setelah kontap-


wanita.

Pola Haid

Frekueni pendarahan haid sedikit bertambahnya setelah kontap wanita, tetapi


sifat dasar dari problem perdarahan tampaknya bervariasi, tidak konsisten dan
secara statistik tidak bermakna.
Problem Ginekologi

Problem ginekologis terutama histerektomi atau operasi operasi ginekologis lain, pada masa
lalu disalahkan kepada kontap wanita sebagai akibat dari "post-tubal ligation syndrome“.

Problem Psikologis

• Wanita yang menjalani kontap pada usia muda ( ≤ 30 tahun) lebih sering
merasa tidak puas dibanding kan dengan wanita usia lebih tua, dan minta
dipulihkan kembali kontapnya, dengan alasan perubahan kehidupannya
misalnya bercerai lalu menikah lagi.
• Mengalami problem seksual atau problem perkawinan seperti libido yang
berkurang/hilang atau frekuensi sanggama yang berkurang
TINDAKAN
PREOPERATIF
MOW
1. Informed consent
2. Riwayat medis/kesehatan
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan laboratorium
PEMULIHAN
KEMBALI UNTUK
KONTRASEPSI
mow
Faktor-faktor yang mempengaruhi reversibilitas

1. Kesehatan umum dan kesehetan reproduktif akseptor


2. Efek dari tindakan kontrasepsi mantap pada tuba falopii
3. Teknik dan keterampilan bedah yang dipakai untuk
melakukan anastomose tuba falopii

Alasan meminta dilakukan reversal/pemulihan kembali


kontap

1. Ingin memiliki anak kembali


2. Bercerai/suami meninggal
3. Kehilangan/kematian anak
ASUHAN
KEBIDANAN
CALON AKSEPTOR
mow
Tinjauan kasus

Pengkajian

Tempat : RSUD Dr. Moewardi Kediri

Tanggal : 27 Mei 2021 Pukul : 13.00 WIB

A. Identitas Pasien Identitas Suami


1) Nama : Ny. W Nama : Tn. A
2) Umur : 45 tahun Umur: 46 tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Jawa
5) Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Swasta
7) Alamat : Bandar lor Kediri
Tinjauan kasus

B. Data Subyektif
1) Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin 3) Riwayat Menstruasi
melakukan KB MOW.Karena a) Menarche : umur 13 tahun
ibu merasa jumlah anak b) Siklus : ± 28 hari
sudah cukup c) Lama : ± 1 minggu
d) Banyaknya : sehari 2-3 x ganti pembalut
2) Riwayat Perkawinan
e) Teratur / tidak teratur : teratur tiap bulan
Ibu mengatakan menikah 1 f) Sifat darah : encer, ada gumpalan warna
kali umur 23 tahun, lamanya merah kehitaman
perkawinan sudah 12 tahun g) Dismenorhoe : pada hari pertama kadang
dan telah mempunyai 3 terasa sakit perut,tidak mengganggu aktivitas
anak.
Tinjauan kasus

4) Riwayat Obstetri (Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu)

Keadaan
  Tgl/ Thn Tempat Umur Jenis    
anak
NO Partus Partus Kehamilan Partus Anak Nifas
sekarang

JK BB PB Kea Laktasi
          daan  

1 2013 BPS 9 tahun Spontan Perem 3300 48 cm Baik 3 bulan Hidup


puan gram

2 2015 BPS 7 tahun Spontan Laki- 3400 50 cm Baik 6 bulan Hidup


laki gram

3 2021 BPS 5 Bulan Spontan Perem 3300 47 cm Baik 4 bulan Hidup


puan gram
Tinjauan kasus

5) Riwayat KB

a. Ibu mengatakan setalah kelahiran anak pertama menggunakan KB suntik selama 1


tahun Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
b. Ibu mengatakan setelah kelahiran anak kedua menggunakan KB suntik selama 6
tahun Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan

6) Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang : -
b. Riwayat Penyakit Sistemik : -
c. Riwayat Penyakit Keluarga : -
d. Riwayat Keturunan Kembar : -
 
Tinjauan kasus

Aktivitas
7) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari Ibu mengatakan setiap hari bekerja sebagai ibu rumah
tangga, seperti : menyapu, memasak, mencuci, mengepel
Nutrisi dan menyeterika.
Ibu mengatakan makan sehari 3 kali
porsi sedang (nasi, lauk pauk, sayur Personal Hygiene
dan buah) dan minum ±6 gelas air putih Ibu mengatakan mandi sehari 2 kali yaitu jam 06.30 dan
dan 1 gelas teh. jam 16.00, keramas 2 hari sekali, gosok gigi sehari 2 kali,
dan ganti baju dan pakaian dalam sehari 2 kali.
Eliminasi
Ibu mengatakan BAK sehari ± 5 kali, Pola seksual
warna kuning jernih dan BAB 1 kali Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual seminggu 2
sehari, kosistensi lembek dan warna kali pada saat tidak terjadinya bercak darah.
kekuningan.
Merokok, Jamu, Alkohol Dan Obat-obatan
Istirahat Ibu mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah
Ibu mengatakan tidur sehari ± 9 jam, minum jamu, tidak pernah minum alkohol dan tidak
tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 pernah minum obat-obatan kecuali dari dokter atau
jam. bidan.
Tinjauan kasus

Pola seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual seminggu 2 kali pada saat tidak
terjadinya bercak darah.

Merokok, Jamu, Alkohol Dan Obat-obatan


Ibu mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah minum jamu, tidak pernah
minum alkohol dan tidak pernah minum obat-obatan kecuali dari dokter atau
bidan.

8) Data Psikologis
Ibu mengatakan dalam mengikuti KB tidak ada paksaan
dari siapapun, baik suami ataupun keluarga sangat
mendukung keputusan ibu.
Tinjauan kasus

C. Data Objektif
2) Pemeriksaan Sistematis
1. Pemeriksaan Fisik
  a. Kepala
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : 1. Rambut : Bersih,tidak ada ketombe, tidak
Composmentis rontok,warna hitam
c. TTV : 2. Muka : Tidak pucat dan tidak ada oedema
TD: 130/70 mmHg, 3. Mata : Conjungtiva : Warna kemerahan, Sklera
S : 36,5 ºC : Warna putih
N : 80x/menit, 4. Hidung : Simetris, bersih dan tidak ada
R : 20 x/menit polip
d. TB : 155 cm 5. Telinga : Simetris, bersih dan tidak ada
e. BB : 50 kg serumen
6. Mulut/Gigi/Gusi : Bersih, tidak
stomatitis/tidak caries/ tidak berdarah.
Tinjauan kasus

b. Leher

1. Kelenjar Gondok : Tidak ada


pembesaran kelenjar d. Abdomen
gondok 1. Pembesaran Uterus : Tidak ada
2. Tumor : Tidak ada benjolan di leher pembesaran uterus
3. Pembesaran Kelenjar 2. Benjolan/Tumor : Tidak ada benjolan
4. Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar 3. Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan
limfe 4. Luka Bekas Operasi : Tidak ada luka
bekas operasi.
c. Dada dan Axilla
1. Mammae : normal dan tidak ada benjolan
2. Axilla : tidak ada benjolan dan nyeri
Tinjauan kasus

e. Anogenital
1. Vulva Vagina : tidak ada varices, luka, iritasi, nyeri, pembesaran kelenjar bartolini,
dan tidak ada pengeluaran pervagina.
2. Inspeculo : warna vagina merah muda, vulva normal tidak ada varices/ oedema.
3. Pemeriksaan Dalam
Portio/Servik : keras dan mencucu, posisi uterus normal, tidak ada erosi, benjolan, nyeri, dan
Pada anus tidak ada hwemoroid

f. Ekstremitas
Tidak ada varices pada kaki dan tidak ada oedema pada kaki

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Hb: 11,6 gr%
Tinjauan kasus
Interpretasi Data
b. Masalah 
Tanggal 27 Mei 2021 Pukul 13.45 WIB
Ibu cemas menghadapi
a. Diagnosa Kebidanan
tindakan pembedahan
Ny. W umur 45 tahun P3A0 akseptor Pra KB
 c. Kebutuhan
MOW Data Dasar
  Informasi tentang tindakan
DS :
operasi MOW.
1. Ibu mengatakan umur 45 tahun
2. Ibu mengatakan melahirkan 3 kali
Diagnosa Potensial
3. Ibu mengatakan ingin menggunakan KB MOW DO :
Keadaan umum : baik Pendarahan pada daerah tuba
Kesadaran : composmentis Antisipasi/ Tindakan Segera 
TTV : TD : 110/70 mmHg, S:
36,5ºC Kolaborasi dengan dokter Sp.Og
N : 80 x/menit, meliputi
R : 20 x/menit pemberian obat-obatan
Tinjauan kasus

Perencanaan Pelaksanaan
Tanggal 27 Mei 2021 Pukul 13.50 WIB Tanggal 27 Mei 2021
1. Konseling tentang MOW yaitu 1. Pukul 14.00 WIB memberikan konseling MOW
tentang manfaat, 2. Pukul 14.10 WIB menanyakan kembali pada ibu
keterbatasan ,waktu melakukan apakah sudah mantap memilih metode
tubektomi, yang dapat atau tidak kontrasepsi MOW
dapat menjalani tubektomi 3. Pukul 14.15 WIB memberikan informed consent
2. Berikan informed consent sebagai persetujuan dari klien dan suami
3. Tanyakan kembali pada ibu apakah 4. Pukul 14.20 WIB menyiapkan ibu menjelang
sudah mantap memilih metode tindakan operatif sesuai dengan advis dokter
kontrasepsi MOW yaitu: menganjurkan puasa 1 hari, memasang
4. Siapkan ibu menjelang tindakan infuse 20 tpm, memasang cateter tetap,
operatif sesuai dengan advis dokter. melakukan skeren
Tinjauan kasus

Evaluasi
 Tanggal 27 Mei 2021
1. Ibu mengerti penjelasan dari bidan
2. Ibu bersedia menandatangani informed consent
3. Ibu sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW
4. Sudah dilakukan tindakan menjelang operatif sesuai advis dokter
yaitu;
a. Ibu mulai puasa sejak jam 06.00 WIB
b. Ibu dipasang infus RL 20 tpm jam 14.00 WIB
c. Ibu dipasang cateter jam 14.05 WIB
d. Ibu diskeren jam 14.10 WIB
e. Operasi dilakukan pada jam 15.10 WIB dan selesai jam 16.15 WIB.
Daftar pustaka

• Hanafi Hartanto. (2004). Keluarga Berencana dan


Kontrasepsi.Pustaka Sinar Harapan:Jakarta
• Sari Priyanti & Agustin Dwi Syalfina (2017). BUKU AJAR
KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA
BERENCANA. CV Kekerta Group : Surakarta
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai