Anda di halaman 1dari 46

SURVEILANS COVID-19

Seksi Surveilans Dinkes Kabupaten Ponorogo


Tahun 2020
Ponorogo, 10 Maret 2020
Tanda & Gejala COVID-19
 Gejala umum berupa:
 Demam ≥38°C,
 Batuk,
 Pilek,
 Nyeri tenggorokan dan
 Sesak napas.

 Orang sakit dengan gejala tersebut pernah melakukan perjalanan


ke China dan/ negara terjangkit lainnya), atau pernah
merawat/kontak dengan penderita COVID-19  perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.
Klasifikasi Kasus COVID-19
 Klasifikasi kasus COVID-19, yaitu
Orang Dalam Risiko (ORD)
Orang Dalam Pemantauan (ODP),
 Pasien Dalam Pengawasan (PDP),
- PDP tanpa penyakit penyerta (DM, HT, HIV/AIDs, dll)
- PDP dengan penyakit penyerta
 Kasus Probable, dan
 Kasus Konfirmasi.
Huruf Merah : inovasi Jatim
DEFINISI OPERASIONAL
Pasien dalam Pengawasan
1. Seseorang yang mengalami:
a. Demam (≥380C) atau ada riwayat demam,
b. Batuk/ Pilek/ Nyeri tenggorokan,
c. Pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis
dan/atau gambaran radiologis
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan sistem
kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala dan
tanda menjadi tidak jelas.
DAN
Memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit* pada
14 hari terakhir sebelum timbul gejala;
2. Seseorang dengan demam (≥380C) atau ada riwayat demam
ATAU ISPA ringan sampai berat pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala, memiliki salah satu dari paparan berikut:
a. Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19; ATAU
b. Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang
berhubungan dengan pasien konfirmasi COVID-19; ATAU
c. Memiliki riwayat perjalanan ke Provinsi Hubei (termasuk Kota
Wuhan), China; ATAU
d. Kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada
14 hari terakhir ke Provinsi Hubei (termasuk Kota Wuhan)

*negara terjangkit: negara yang melaporkan transmisi 2019-nCoV lokal oleh WHO
(update dapat dilihat melalui situs http://infeksiemerging.kemkes.go.id).
Orang dalam Pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam (≥380C)
atau ada riwayat demam ATAU ISPA ringan sampai
berat tanpa pneumonia yang memiliki riwayat
perjalanan ke negara yang terjangkit* pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala.

*negara terjangkit: negara yang melaporkan transmisi 2019-nCoV lokal oleh WHO
(update dapat dilihat melalui situs http://infeksiemerging.kemkes.go.id).
Kasus Probabel
Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk COVID-19
tetapi inkonklusif (tidak dapat disimpulkan) atau seseorang
dengan dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau
beta coronavirus.

Kasus Konfirmasi
Seseorang yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif.

Orang yang memiliki riwayat perjalanan ke Provinsi Hubei (termasuk Kota Wuhan),
China pada 14 hari terakhir tanpa gejala adalah orang dalam karantina.
Perbedaan Kriteria Pasien dalam Pengawasan
dan Orang dalam Pemantauan
  Pasien dalam Orang dalam
pengawasan pemantauan
Gejala:
1. Demam (≥380C) / Riwayat demam V V   V  
2. Batuk / Pilek / Nyeri tenggorokan V   V   V
3. Pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/atau
gambaran radiologis V        

Faktor risiko:
1. Riwayat perjalanan ke negara terjangkit* pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala
V     V V

2. Memiliki riwayat paparan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala:  V  V


a. Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi 2019-nCoV; ATAU
b. Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang merawat pasien konfirmasi
2019-nCoV; ATAU
c. Memiliki riwayat perjalanan ke Provinsi Hubei (termasuk Kota Wuhan), China
pada 14 hari terakhir; ATAU      
d. kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke
Provinsi Hubei (termasuk Kota Wuhan)
Klasifikasi Kasus COVID-19 (Jatim)
 Klasifikasi kasus COVID-19, yaitu
Orang Dalam Risiko (ORD)
Orang Dalam Pemantauan (ODP),
 Pasien Dalam Pengawasan (PDP),
- PDP tanpa penyakit penyerta (DM, HT, HIV/AIDs, dll)
- PDP dengan penyakit penyerta
 Kasus Probable, dan
 Kasus Konfirmasi.
Huruf Merah : inovasi Jatim
Klasifikasi Kasus COVID-19 (Jatim)
Pasien Dalam Orang Dalam Orang
Pengawasan Pemantauan Dalam Resiko
(PDP) (ODP) (ODR)
Gejala
1. Demam/ Riwayat Demam √ √ √ √
2. Batuk/Pilek/ Nyeri Tenggorokan √ √ √ √
3. Pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/ atau gambaran √
radiologis
Faktor risiko
1. Riwayat perjalanan ke China atau wilayah/negara yang terjangkit dalam waktu 14 √ √
hari sebelum timbul gejala
2. Memiliki riwayat paparan salah satu atau lebih : √
a. Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19 ; ATAU
b. Bekerja atau menghubungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien
konfirmasi COVID-19 di China atau wilayah/negara yang terjangkit; ATAU
c. Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah
teridentifikasi) ; ATAU
d. Memiliki demam (≥ 38O C) atau ada riwayat demam, memiliki riwayat perjalanan √
ke Wuhan ATAU kontak dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan ke
Wuhan (ada hubungan epidemiologi)
3. Riwayat perjalanan ke China atau wilayah/negara yang terjangkit (13 Negara) dan √
saat tiba di Bandar kedatangan (laut/udara, domestik/internasional) TIDAK ada
gejala sakit (demam, batuk, pilek, dll)
ALUR DETEKSI DINI DAN
RESPON
RESPON YANG DILAKUKAN
PASIEN DALAM ORANG DALAM
PENGAWASAN PEMANTAUAN
Rujuk ke RS Rujukan
V

Isolasi Rumah Sakit


V V*

Isolasi Diri di Rumah V


Pengambilan Spesimen
V

Notifikasi ke PHEOC
V V

*Keputusan ditentukan kasus per kasus:


1. Pasien adalah lansia dan memiliki riwayat komorbid
2. Ruang isolasi masih mencukupi
SURVEILANS
COVID-19
TUJUAN SURVEILANS

1. Melakukan deteksi dini orang dalam pengawasan/


dalam pemantauan/ probabel/konfirmasi COVID-
19 di pintu masuk negara dan wilayah
2. Mendeteksi adanya penularan dari manusia ke
manusia
3. Mengidentifikasi faktor risiko COVID-19
4. Mengidentifikasi daerah yang berisiko terinfeksi
COVID-19
Sumber Informasi Global 2019-nCOV
 Situs resmi WHO (https://www.who.int/) untuk mengetahui negara
terjangkit dan wilayah yang sedang terjadi KLB 2019-nCoV.
 Peta penyebaran COVID-19 yang mendekati realtime oleh Johns
Hopkins University - Center for Systems Science and Engineering
(JHU CSSE) akses pada link https://gisanddata.maps.arcgis.com/
apps/opsdashboard/index.html#/bda7594740fd40299423467b48e
9ecf6.
 Sumber lain yang terpercaya dari pemerintah/ kementerian
kesehatan dari negara terjangkit (dapat diakses di
www.infeksiemerging.kemkes.go.id)
Deteksi Dini dan Respon di Pintu Masuk Negara

 Penemuan kasus COVID-19di pintu masuk negara dari


negara/wilayah terjangkit.
 Jika memenuhi kriteria orang dalam pengawasan maka dilakukan:
 Tatalaksana dan merujuk ke RS rujukan
 Lakukan tindakan penyehatan terhadap barang dan alat angkut
 Mengidentifikasi penumpang lain yang berisiko (kontak erat)
 Terhadap kontak erat (dua baris depan belakang kanan kiri) dilakukan karantina.
 Melakukan pemantauan terhadap petugas yang kontak dengan pasien.
 Pencacatan pemantauan menggunakan formulir terlampir (lampiran 3)
 Notifikasi ke Ditjen P2P melalui PHEOC ditembuskan ke Dinas Kesehata Provinsi
dan dilakukan pencatatan menggunakan formulir (lampiran 1).
Bila memenuhi kriteria orang dalam pemantauan, maka dilakukan:
• Tatalaksana sesuai diagnosis yang ditetapkan
• Pemberian HAC dan komunikasi risiko mengenai infeksi
coronavirus,
informasi bila selama masa inkubasi mengalami gejala perburukan
maka segera memeriksakan ke fasyankes dengan menunjukkan
HAC kepada petugas kesehatan selain itu pasien diberikan
edukasi untuk isolasi diri (membatasi lingkungan di rumah)
• Notifikasi ke Dinkes Prov dan Kab/Kota untuk pemantauan di
tempat tinggal menggunakan formulir (lampiran 1)
“Penumpang dan kru lainnya yang tidak
berisiko juga dilakukan pemeriksaan suhu
menggunakan thermal scanner, pemberian
HAC dan komunikasi risiko”
Pengawasan Kedatangan Alat Angkut
 Meningkatkan pengawasan alat angkut khususnya yang berasal dari
wilayah/negara terjangkit, melalui pemeriksaan dokumen kesehatan alat
angkut dan pemeriksaan faktor risiko kesehatan pada alat angkut.
 Memastikan alat angkut tersebut terbebas dari faktor risiko penularan virus
COVID-19.
 Jika dokumen lengkap dan/atau tidak ditemukan penyakit dan/ atau faktor
risiko kesehatan, terhadap alat angkut dapat diberikan persetujuan bebas
karantina.
 Jika dokumen tidak lengkap dan/atau ditemukan penyakit dan/ atau faktor
risiko kesehatan, terhadap alat angkut diberikan persetujuan karantina
terbatas, dan selanjutnya dilakukan tindakan kekarantinaan kesehatanyang
diperlukan (seperti disinfeksi, deratisasi, dsb).
Deteksi Dini dan Respon di Wilayah
 Penemuan kasus dilakukan di puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes) lainnya.
 Penemuan orang dalam pengawasan perlu melakukan kegiatan sebagai
berikut:
 Tatalaksana sesuai kondisi pasien dan rujuk ke RS rujukan

 Fasyankes segera melaporkan dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota

 setempat. Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi yang


kemudian diteruskan ke Ditjen P2P melalui PHEOC menggunakan form notifikasi (lampiran
4).
 Melakukan penyelidikan epidemiologi selanjutnya mengidentifikasi dan pemantauan kontak erat.

 Pengambilan spesimen dilakukan di RS rujukan yang selanjutnya RS berkoordinasi dengan Dinkes


setempat untuk pengiriman sampel dengan menyertakan formulir penyelidikan epidemiologi (lampiran
5), formulir pengiriman spesimen (lampiran 6) dan surat pengantar dinas kesehatan setermpat
(lampiran 7).
Bila memenuhi kriteria orang dalam pemantauan maka
dilakukan:
1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien
2. Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit
COVID-19
3. Pasien diberikan perawatan rumah namun pasien tetap
dalam pemantauan petugas kesehatan puskesmas
4. Fasyankes segera melaporkan secara berjenjang dalam
waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota/Provinsi.
Kegiatan Deteksi & Respon di Puskesmas
Deteksi Dini Respon
Meningkatkan surveilans Influenza Like Illness (ILI) Melakukan tatalaksana sesuai dengan kondisi pasien dan
dan pneumonia merujuk ke RS rujukan sesuai dengan SOP (Standar Prosedur
Operasional) dengan memperhatikan prinsip-prinsip PPI
Melakukan surveilans aktif/pemantauan terhadap Melaporkan penemuan kasus dalam waktu 1x24 jam ke Dinkes
pelaku perjalanan dari wilayah/negara terjangkit Kab/Kota
selama 14 hari sejak kedatangan ke wilayah
berdasarkan informasi dari Dinkes setempat
Mengidentifikasi kontak erat yang berasal dari Melakukan penyelidikan epidemiologi berkoordinasi dengan
masyarakat maupun petugas kesehatan Dinkes Kab/Kota
Melakukan pemantauan terhadap kasus dan kontak Melakukan komunikasi risiko terhadap masyarakat
erat minimal satu kali masa inkubasi terpanjang.
Pencatatan pemantauan kontak
Melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait
Kegiatan Deteksi & Respon di Rumah Sakit
Deteksi Dini Respon
Meningkatkan surveilans ISPA berat Melakukan tatalaksana sesuai dengan SOP bila menemukan
kasus dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengendalian
infeksi
Mendeteksi kasus dengan demam dan gangguan RS rujukan melakukan pengambilan spesimen berkoordinasi
pernafasan serta memiliki riwayat bepergian ke dengan Dinkes setempat terkait pengiriman
wilayah/negara terjangkit dalam waktu 14 hari
sebelum sakit (menunjukkan HAC)
Melakukan pemantauan kontak erat yang berasal dari Melaporkan kasus dalam waktu 1x24 jam ke Dinkes setempat
keluarga pasien, pengunjung, petugas kesehatan
Melakukan komunikasi risiko
dengan keluarga pasien
Kegiatan Deteksi & Respon di Dinas Kesehatan
Kab/Kota
Deteksi Dini Respon
Melakukan pemantauan dan analisis kasus ILI dan Melaporkan pasien dalam pengawasan 2019-nCoV ke
pneumonia melalui Sistem Kewaspadaan Dini pusat dalam waktu 1x24 jam ke PHEOC dan ditembuskan ke
dan Respon (SKDR) Dinkes Provinsi
Melakukan pemantauan berita atau rumor yang Melakukan penyelidikan epidemiologi bila ada laporan pasien
berkembang terkait dengan kasus 2019-nCoV di dalam pengawasan 2019-nCoV
masyarakat melalui media atau sumber informasi
lainnya dan melakukan verifikasi terhadap berita
tersebut
Memonitor pelaksanaan surveilans 2019-nCoV yang Melakukan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan bila
dilakukan oleh puskesmas diperlukan

Melakukan surveilans aktif 2019- nCoV rumah sakit Melakukan komunikasi risiko pada masyarakat
untuk penemuan kasus
Menlakukan penilaian risiko Berkoordinasi dengan RS dan laboratorium dalam pengambilan
dan pengiriman spesimen
Kegiatan Deteksi & Respon
di Dinas Kesehatan Provinsi
Deteksi Dini Respon
Melakukan pemantauan dan analisis kasus ILI dan Melaporkan pasien dalam pengawasan 2019-nCoV dalam
pneumonia melalui SKDR waktu 1x24 jam ke PHEOC

Melakukan pemantauan berita atau rumor yang Melakukan penyelidikan epidemiologi bersama dengan
berkembang terkait dengan kasus COVID-19 di Kab/Kota bila ada laporan pasien dalam pengawasan 2019-
masyarakat melalui media atau sumber informasi nCoV
lainnya dan melakukan verifikasi terhadap berita
tersebut

Meneruskan notifikasi laporan dalam pengawasan Melakukan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan bila
COVID-19 dari KKP ke Dinkes yang bersangkutan diperlukan

Melakukan penilaian risiko Melakukan komunikasi risiko pada masyarakat

Membuat Surat Kewaspadaan yang ditujukan bagi Melakukan umpan balik dan pembinaan teknis di Kab/Kota
Kab/Kota
Kegiatan Deteksi & Respon
di Tingkat Pusat
Deteksi Dini Respon
Melakukan pemantauan dan analisis kasus ILI dan Melakukan notifikasi ke WHO jika ditemukan kasus konfirmasi
pneumonia melalui SKDR
Melakukan pemantauan berita atau rumor yang Melakukan penyelidikan epidemiologi bersama Dinkes
berkembang terkait dengan kasus 2019-nCoV di Prov/Kab/Kota
masyarakat melalui media atau sumber informasi
lainnya dan melakukan verifikasi terhadap berita
tersebut

Melakukan analisis situasi secara berkala terhadap Melakukan pemeriksaan spesimen kasus 2019-nCoV
perkembangan kasus 2019-nCoV
Membuat Surat Edaran yang ditujukan bagi Dinkes Melakukan mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan bila perlu
Provinsi dan Unit Pelayanan Teknis (UPT)

Melakukan umpan balik dan pembinaan teknis di


Prov/Kab/Kota dan melakukan komunikasi risiko
pada masyarakat baik melalui media cetak atau elektronik
PE dan Penanggulangan KLB
 Jika ditemukan satu kasus konfirmasi COVID-19 maka dinyatakan
sebagai KLB.
 Setiap pasien dalam pengawasan, orang dalam pemantauan,
maupun probabel harus dilakukan penyelidikan epidemiologi.
Kegiatan penyelidikan epidemiologi dilakukan juga untuk
menemukan kontak erat
 Tujuan penyelidikan epidemiologi sebagai berikut:

a. Mengetahui karakteristik epidemiologi, gejala klinis dan virus


b. Mengidentifikasi faktor risiko
c. Mengidentifikasi kasus tambahan
d. Memberikan rekomendasi upaya penanggulangan
Tahapan PE KLB :
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan segera dengan mengirimkan W1 ke Dinkes Kab < 24 jam
3. Persiapan Penyelidikan : Persiapan Formulir, Tim PE, Logistik tms APD dan
obat obatan
4. Pelaksanaan PE
5. Pengolahan dan analisis data
6. Penyusunan laporan PE
PENCATATAN DAN
PELAPORAN
Setiap penemuan kasus baik di pintu masuk negara maupun wilayah
harus melakukan pencatatan sesuai dengan formulir (terlampir) dan
menyampaikan laporan. Selain formulir untuk kasus, formulir
pemantauan kontak erat juga harus dilengkapi. Laporan hasil orang
dalam pemantauan, pemantauan kontak erat, dan pemantauan
orang dalam karantina dilaporkan setiap hari oleh petugas
surveilans Dinkes setempat secara berjenjang hingga sampai kepada
Dirjen P2P cq. PHEOC.
EOC
KESIAPSIAGAAN COVID-19
KESIAPSIAGAAN (Tata Laksana Spesimen)
KESIAPSIAGAAN (Tata Laksana Spesimen)
KESIAPSIAGAAN
KESIAPSIAGAAN
KESIAPSIAGAAN
KESIAPSIAGAAN
KESIAPSIAGAAN
KESIAPSIAGAAN
KESIAPSIAGAAN
PENILAIAN RESIKO :
Berdasarkan hasil PE maka dapat dilakukan penilaian risiko cepat
yang meliputi :
1. ANALISIS BAHAYA
2. PAPARAN/KERENTANAN
3. KARAKTERISTIK RESIKO BERDASARKAN KEMUNGKINAN DAN
DAMPAK
Sehingga penilaian resiko cepat dapat digunakan sbg upaya untuk
menentukan rekomendasi penanggulangan kasus COVID-19
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai