KLPK 5 Korban Pemerkosaan
KLPK 5 Korban Pemerkosaan
Anggota kelompok
FESTINAWATI. LB (C1914201022)
FILSIANUS ALDI SUSANTO (C1914201023)
FREDERIKA KAMUMU (C1914201024)
HERLINA YANI (C1914201025)
HERZA DWI CHAYANI (C1914201026)
Definisi
Perkosaan adalah tindakan yang mengarah keajakan/desakan seksual
seperti meraba, mencium, menyentuh dan atau melakukan tindakan-
tindakan lain yang tidak dikehendaki oleh korban, memaksa korban
menonton produk pornografi, ucapan-ucapan dengan maksud
merendahkan dan melecehkan yang mengarah pada aspek jenis
kelamin/ seks korban, memaksa melakukan hubungan seks tanpa
persetujuan korban dengan kekerasan fisik maupun tidak; memaksa
melakukan aktivitas seksual yang tidak disukai, menyakiti, melukai, dan
merendahkan Selain menyakiti fisik korban, perkosaan juga akan
mengalami masalah secara psikis sebagai dampaknya. Dampak
psikologis yang muncul dari perkosaan bisa mencakup perasaan sangat
marah, merasa bersalah, malu, jengkel, dan terhina. (Sulistyaningsih
dan Faturochman, 2002:8-14)
Gejala akibat
pemerkosaan
Secara fisik, korban
mengalami rasa sakit dan
pendarahan pada alat
kemaluan (vagina) setelah
peristiwa perkosaan. Korban
01
juga sering merasa pusing,
mual, dan ingin muntah.
Fase Reaksi Psikolog Terhadap Perkosaan
01 Fase disorganisasi
akut
02 Fase menyangkal
Fase
03 Reorganisasi
Dampak psikologis yang muncul pada korban
pemerkosaan
Sikap menyalahkan diri sendiri adalah
Menyalahkan diri kondisi yang paling umum dialami
sendiri korban pemerkosaan. Sikap inilah yang
paling menghambat proses
penyembuhan
Kondisi stres pascatrauma membuat
korban pemerkosaan lebih berisiko untuk
Bunuh
Bunuhdiri
diri
memutuskan bunuh diri. Tindakan ini
terutama dipicu oleh rasa malu dan
merasa tidak berharga.
Dalam kelompok masyarakat lain,
kriminalisasi pun dapat terjadi ketika
Kriminalisasi korban
pemerkosaan korban disalahkan karena dianggap
perilaku atau cara berpakaiannya yang
menjadi penyebab diperkosa.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan
adalah memberikan dukungan
simpatis, untuk menurunkan
trauma, emosional pasien dan
mengumpulkan bukti yang
ada untuk kemungkinan
tindakan legal.
Kasus
Seorang Remaja inisial.S berusia 18 tahun datang ke poliklinik jiwa di
antar oleh keluarga dengan keluhan bahwa si anak terus merasa gelisah Ibu
pasien juga mengatakan bahwa anaknya menjadi korban pemerkosaan. ibu
mengatakan beberapa hari sebelumnya pasien mengungkapkan bahwa dia
telah membuat aib keluarga dan mengatakan dirinya tidak berguna lagi. Ibu
mengatakan saat ini anaknya mengalami trauma berat dan pasien terus
merasa putus asa untuk menjalani hidupnya. Ibu juga mengatakan bahwa si
anak malu bertemu dengan orang sekitar, selalu bermimpi buruk, sulit tidur
dan hanya mengurung diri dikamar. Saat di lakukan pengkajian pasien
tampak tidak menatap lawan bicara, sulit fokus pada pertanyaan yang
diberikan , lebih banyak menunduk dan pasien tampak ketakutan dan
tegang. TTV : TD : 120/90mmHg . N : 90x/menit. RR : 20x/menit. S:
36,5°C
pengkajian
Nama : Mrs.S
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Faktor presipitasi : Ibumengatakan
bahwa anaknya
menjadi korban
pemerkosaan
Analisa data
Data Etiologi Masalah
DO :
• Pasien tampak ketakutan dan
gelisah
• Pasien tidak menatap lawan
bicara dan tegang
• Pasien tampak sulit tidur
DS : Perubahan pada citra tubuh Harga diri rendah
• Pasien mengatakan malu bertemu orang lain situasional
• Pasien mengatakan mengurung diri di kamar
• Pasien mengatakan telah membuat aib
keluarganya dan merasa dirinya tidak
berguna lagi
DO :
• Pasien tidak mau berkomunikasi
• Pasien tampak ketakutan
• Pasien terlihat lebih banyak menunduk saat
berjalan
DS : Pembatasan aktivitas jangka Keputusasaan
• Pasien mengatakan bahwa dia telah membuat aib
keluarga panjang
• Pasien merasa putus asa untuk menjalani
hidupnya
• Pasien juga sulit tidur
DO :
• Pasien tidak mau menatap lawan bicara
• Pasien tampak menunduk
Diagnosa keperawatan
1. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan(D.0080)