Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Pasien Dengan Hipotiroid

Kelompok 2

1. Anatacia Madeline Paais


2. Angelina Saina
3. Angelina Stefany
4. Anisa Ekasari Our
5. Tabita Parimo
KONSEP DASAR MEDIS
Defenisi

Hipertiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya


hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai
optimal.
Hipotiroi merujuk pada kondisi yang dikarakteristikkan oleh tak
disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan
pelambatan semua fungsi tubuh dan mental secara umum.
Etiologi

1. Hipotiroidisme Pada Orang Dewasa


Hipotiroidisme pada orang dewasa dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Produksi hormone yang tidak adekuat
b. Kegagalan hipofisis memproduksi TSH

2. Hipotiroidisme Pada Anak


Hipotiroidisme pada anak yaitu :
a. Perkembangan embrionik mengalami defek (penyebab paling sering) sehingga
timbul kelainan konginital
b. Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin
c. Obat-obat anti tiroid yang digunakan selama kehamilan dan menyebabkan
kretinisme pada bayi
d. Tiroiditis autoimun yang kronik (kretinisme trjadi sesudah usia 2 tahun)
e. Defisiensi yodium selama kehamilan
Patofisiologi

Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis,


atau kelenjar tiroid yang semuanya merupakan bagian dalam mekanisme umpan
balik negative yang sama. Akan tetapi, gangguan pada hipotalamus dan hipofisis
jarang menyebabkan hipotiroidisme. Hipotiroidisme primer, yang merupakan
gangguan kelenjar tiroid itu sendiri paling sering ditemukan. Tiroiditis autoimun
kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis, terjadi ketika autoantibodi
menghancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis autoimun kronis yang disertai
penyakit gondok (goiter) dinamakan tiroiditis Hashimoto. Penyebab proses
autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas memainkan peranan dan subtype
antigen leukosit manusia yang spesifik dikaitkan dengan resiko yang lebih besar. Di
luar kelenjar tiroid, antibody dapat mengurangi efek hormone tiroid melalui dua
cara. Pertama, antibody dapat menyekat reseptor TSH (Thyroid-Stimulating
Hormone) dan mencegah produksi TSH. Kedua, antibody antitiroid yang sitotoksik
dapat menyerang sel-sel tiroid.
Pathway
Manefestasi Klinik

1. Kelambanan berfikir lambat, dan gerakan yang canggung dan lambat


2. Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung
3. Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan
kaki
4. Intoleransi terhadap suhu dingin
5. Penurunan laju metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu
makan dan absorpsi zat gizi yang melewati usus
6. Konstipasi
7. Perubahan fungsi reproduksi
8. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan
rapuh
Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan T3 dan T4 serum


Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.
• T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)
• T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)
• TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)

b) Pemeriksaan TSH
Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal yang
direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH,
maka dapat dibedakan anatara pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal
Komplikasi

1. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermi
tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran yang menyebabkan koma
2. Kematian dapat terjadi tanpa penggatian TH dan stabilisasi gejala
3. Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
mencakup penggantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osreoporosis, dan fibrilasi atrium
Penatalaksanaan

1. Modifikasi Aktivitas
2. Pemantauan yang berkelanjutan
3. Pengaturan suhu
4. Dukungan emosional
5. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
Pada bagaian identitsa pasien meliputi nama, umur (paling sering terjadi pada
umur 30-60 tahun, alamat, pekerjaan, pendidikan, nomor register)

2. Riwayat Kesehatan
• Keluhan Utama:
Klien biasanya mengeluh merasa lelah, tidak tahan dingin, haid yang deras,
keringat berkurang, kulit terasa kering dan dingin, suara parau, edema pada
kelopak mata bawah.

• Riwayat Kesehatan Sekarang:


Tanyakan kepada klien apakah mengalami haid yang deras dan lama serta merasa
lemah, keringat berkurang, tidak tahan dingin, odema kelopak mata bawah.
Tanyakan apakah tambah berat pada waktu pagi dan cuaca dingin serta setelah
aktivitas sedang dan berat. Tanyakan pada klien usaha yang telah dilakukan dalam
menangani keluhan nyeri, serta mengkonsumsi obat-obat hipotiroidisme dan
bagaimana pengontrolannya.
• Riwayat Penyakit Dahulu:
Defisiensi iodium, oprasi tiroid sebelumnya, atau pengobatan hipertiroid
sebelumnya yang berlebihan.

• Riwayat Kesehatan Keluarga:


Dalam keluarga klien, kaji kelain kongenital waktu kecil, riwayat persalinan,
riwayat penyakit DM, kardiovaskuler, dan infeksi.
3. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum: somnolen
• TTV
TD : < 80/120 mmHg (menurun)
RR : < 20 kali/menit
N : < 80 kali/menit
T : < 36,5 oC
B. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan suhu tubuh b.d hipotiroidisme


b. Intoleransi aktivitas b.d penurun kognitif
c. Pola nafas tidak efektif b.d depresi ventilasi
Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

Perubahan suhu tubuh b.d Setelah dilakukan perawatan , - Berikan tambahan


hipotiroidisme pemeliharaan suhu tubuh pasien lapisan pakaiaan atau
normal. Dengan Kriteria Hasil: tambahan selimut
- Mengalami berkurangnya rasa - Hindari dan cegah
nyaman dan intoleransi penggunaan sumber
terhadap hawa dingin panas dari luar
(misalnya, bantal
- Mempertahankan suhu tubuh panas, selimut listrik
dasar atau penghangat)
- Melaporkan rasa hangat yang - Pantau suhu tubuh
adekuat dan berkurangnya pasien dan melaporkan
gejala menggigil penurunannya dari nilai
dasar suhu normal
pasien
- Lindungi terhadap
pajanan hawa dingin
dan hebusan angin
Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan perawatan - Atur interfal waktu


penurunan kognitif selama pasien mengalami antar-aktivitas untuk
peningkatan toleransi aktivitas. meningkatkan
Dengan Kriteria Hasil: istirahat dan latiha
yang dapat ditolerir
- Beraktivitas dalam perawatan
mandiri - Bantu aktivitas
perawatan mandiri
- Melaporkan penurunana ketika pasien berada
tingkat kelelahan dalam keadaan lelah
- Memperlihatkan perhatian - Berikan stimulasi
dan kesadaran pada melalui percakapan
lingkungan dan aktivitas yang
tidak menimbulkan
- Melaporkan tidak adanya rasa stress
nyeri dada, peningkatan
kelelahan atau gejala sesak - Pantau respon pasien
napas yang menyertai terhadap peningkatan
peningkatan aktivitas aktivitas
Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan perawatan selama, - Pantau frekuensi,
b.d depresi ventilasi perbaikan status respiratorius dan kedalaman, pola
pemeliharaan pola nafas yang normal. pernafasan; oksimetri
Dengan Kriteria Hasil: denyut nadi dan gas
darah arterial
- Memperlihatkan perbaikan status
pernafasan dan pemeliharaan pola - Dorong pasien untuk
pernafasan yang normal nafas dalam dan batuk
- Menunjukan frekuensi, kedalaman - Berikan obat (Hipnotik
dan pola respirasi yang normal dan Sedatif) dengan
hati-hati
- Menarik nafas dalam dan batuk
ketika dianjurkan - Pelihara saluran nafas
pasien dengan
- Menunjukan suara nafas yang maelakukan
normal tanpa bising tambahan pada pengisapan dan
auskultasi dukungan ventilasi jika
diperlukan
- Menjelaskan rasional penggunaan
obat yang berhati-hati
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai