Anda di halaman 1dari 16

SIFAT KIMIA TANAH

• Koloid Tanah
Koloid berasal dari bahasa Yunani yang berarti seperti lem (glue
like). Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik
tanah yang sangat halus sehingga mempunyai luas permukaan
yang sangat tinggi persatuan berat (massa).
• koloid tanah terdiri dari liat (koloid anorganik)
dan humus (koloid organik)
• koloid berukuran kurang dari 1 μ, sehingga tidak semua fraksi
liat < 2 μ termasuk koloid.
• Mineral Liat
Mineral liat adalah mineral yang berukuran kurang dari 2 μ,
terbentuk karena rekristalisasi (sintesis) dari senyawa-senyawa
hasil pelapukan mineral primer atau alterasi (perubahan)
langsung dari mineral primer yang telah ada
• Mineral liat dalam tanah dibedakan menjadi: (1) Mineral liat
Al-silikat,(2) Oksida-oksida Fe dan Al dan (3) Mineral-mineral
primer.
• Liat bemuatan negatif pada permukaannya, sehingga mampu
menarik (menjerap) kation K+, Na+, NH4+, Ca2+, Mg2+, H+, Fe3+,
dan Al3+ pada permukaannya.
• Jumlah kation yang mampu diserap oleh liat bervariasi
menurut jenis liat.
• Akar tanaman mengambil kation-kation yang dijerap oleh liat
melalui proses pertukaran kation. Makin tinggi kemampuan
liat/koloid menjerap kation, maka makin tinggi kemampuan
tanah menyediakan nutrisi bagi tanaman.
• Pencucian akan mengurangi secara perlahan-lahan kation-
kation basa dan meningkatkan kation-kation masam seperti H+,
Al3+, dan Fe3+
1. Liat Al-Silikat
Mineral Al-Silikat dapat dibedakan menjadi: (a) Mineral liat Al-Silikat yang mempunyai bentuk kristal yang baik
(kristalin) misalnya kaolinit, haloisit, montmorilonit,ilit dan (b) mineral liat Al-Silikat amorf, misalnya alofan.

Liat silikat berbentuk lempengan-lempengan mempunyai struktur berlapis-lapis.Setiap unit terdiri dari molekul
silika tetra hedral dan alumina octahedral.

Silika tetrahedral tersusun dari 1 atom Si yang dikelilingi secara rapat oleh 4 atom oksigen sehingga
membentuk prisma segitiga.

Alumina octahedral tersusun dari 1 atom Al yang dikelilingi oleh 6 atom oksigen, membentuk 8 sisi octahedron
dimana Al merupakan titik koordinasinya.
Sumber muatan negative liat berasal dari 2 mekanisme yaitu (1) ionisasi
gugusan hidroksil dan (2) substitusi isomorfik.
Ionisasi gugusan hidroksil terjadi pada permukaan liat dimana –Al-OH atau –
Si-OH akan melepaskan ion H+ dan menghasilkan –Al-O- atau –Si-O-.
Mekanisme ini bergantung pada pH tanah. Makin tinggi pH tanah maka
ionisasi gugusan hidroksil makin tinggi pula.
Subtitusi isomorfik terjadi saat suatu ion disubsitusi oleh ion lainnya di dalam
liat, dimana ion tersebut mempunyai ukuran yang hampir sama namun
muatan positifnya lebih rendah. Misalnya ion Si4+ diganti oleh ion Al3+, atau
ion Al3+ diganti oleh ion Fe2+ atau ion Mg2+.
Berdasarkan komponen penyusunnya liat silikat dapat dibagi menjadi: tipe
1:1 tipe 2:1 dan tipe 2:2.
• Tipe 1:1 tersusun dari 1 lempeng silikat tetrahedral dan 1 lempeng
alumina octahedral.
• Tipe 2:1 tersusun dari 2 lempeng silica tetrahedral yang mengapit 1
lempeng alumina octahedral.
• Tipe 2:2 tersusun dari 2 lempeng silikat tetrahedral dan 2 lempeng
alumina octahedral.
Tipe 2:1 tersusun dari 2 lempeng silica tetrahedral yang mengapit 1 lempeng alumina
octahedral (kiri).
Tipe 2:2 tersusun dari 2 lempeng silikat tetrahedral dan 2 lempeng alumina
octahedral (kanan).

Mineral liat silikat amorf yang terpenting adalah alofan yang terdapat pada tanah
berasal dari abu volkan (Andosol) dan diperkirakan dari pelapukan gelas volkanik atau
mineral feldspar. Mineral ini mempunyai kapasitas tukar kation tinggi, tetapi dapat
memfiksasi P dengan kuat.
• 2. Oksida-oksida Fe dan Al
Umumnya terdapat pada tanah-tanah tua di daerah tropika misalnya tanah.
Jenis oksisol mineral liat oksida yang paling sering ditemukan pada tanah
adalah gibsit, hematit, limonit. Oksida-oksida ini mempunyai kapasitas tukar
kation rendah, sering bermuatan positif dan dapat melakukan fiksasi P
dengan kuat.
• 3. Mineral-mineral primer
Di dalam fraksi liat sering ditemukan pula mineral primer seperti kuarsa,
feldspar dan sebagainya. Mineral tersebut serupa dengan yang ditemukan
didalam fraksi pasir atau debu tetapi ukurannya sangat halus yaitu kurang dari
2 μ.

• Koloid Organik : humus


Humus bersifat amorf, mempunyai kapasitas tukar kation yang lebih tinggi
dari mineral liat dan lebih mudah dihancurkan jika dibandingkan dengan liat.
Sumber muatan negatif dari humus terutama adalah gugusan karboksil dan
gugusan phenol.
• Muatan dalam humus adalah muatan tergantung pH.
Berdasarkan atas kelarutannya dalam asam dan alkali, humus disusun
oleh tiga jenis bagian utama,yaitu:
1. Asam fulvat: berat molekul paling kecil, warna paling terang, larut
baik dalam asam maupun dalam akali. Aktif dalam reaksi-reaksi
kimia.
2. Asam humat: larut dalam alkali tetapi tidak larut dalam asam, aktif
dalam reaksi kimia.
3. Humin: berat molekul paling besar, warna paling gelap, tidak larut
dalam asam maupun alkali. Tidak aktif dalam reaksi kimia.

4.3. Kapasitas Tukar Kation


Kation adalah ion yang bermuatan positif. Karena permukaan koloid
tanah bermuatan negatif, maka dapat mengikat/menjerap kation-
kation. Walaupun demikian kation-kation tersebut dapat
dipertukarkan dengan kation lain di dalam larutan tanah. Proses ini
disebut dengan pertukaran kation.
Kelompok liat Kemampuan Kemampuan KTK Tipe Lingkungan
dan penyusun mengembang melekat dimana
utamanya jika basah kelompok ini
terdapat
Montmorilonit Tinggi Tinggi Tinggi 2:1 Daerah arid sampai
humid dengan
(O, Si, Al) pencucian terbatas
Illite Rendah Rendah Sedang 2:1 Subhumid dan
daerah dingin, bahan
(O, Al, Si, K) induk mengandung
mineral mika
Vermikulit Tinggi Sedang Sedang 2:1 Subhumid-humid
mengandung banyak
(O,Si,Al, Mg) mineral mika
Klorit Tidak Tidak 2:1 Liat yang terbentuk
pada sediment
(O, Al, Si) marine
Kaolinit Hampir tidak Ringan Rendah 1:1 Lembab, hangat
sampai panas.
(O, Al, Si) ada Subhumid-humid
tanah mengalami
pencucian
Sesquioksida Tidak Tidak Rendah Basah, panas,
pencucian intensif,
(O, Fe, Al) tanah-tanah tropika
tua
Amorphos Tidak Rendah Rendah Pencucian yang
cepat pada tanah-
(O, Al, Si) tanah vulkanik muda
• Jumlah kation yang berada di dalam larutan berhubungan
dengan jumlah kation yang dapat dipertukarkan.
• Bila konsentrasi kation di dalam larutan tanah meningkat, maka
sebagai kation dari larutan tersebut akan diikat oleh koloid tanah
menjadi kation yang dapat dipertukarkan.
• Sebaliknya, apabila konsentrasi kation di dalam larutan
menurun, maka sebagian kation dapat tukar akan dilepaskan
menuju larutan tanah.
• Koloid tanah bersifat sebagai gudang tempat pertukaran kation:
dapat mencegah kehilangan nutrisi tanaman (kation) karena
pencucian, memperbaiki kemasaman maupun kebasaan tanah,
dapat merubah sifat fisika tanah, serta berperan dalam
memurnikan air perkolasi.
• Nutrisi tanaman seperti ammonium, kalium, kalsium, dan
magnesium diambil oleh akar tanaman melalui proses
pertukaran ion.
• Apabila kation Na berada dalam jumlah yang tinggi pada daerah
pertukan kation maka partikel tanah akan mengalami dispersi
(terpecah-pecah).
• Partikel ini akan menyumbat pori-pori tanah, sehingga lapisan tanah
akan menjadi impermeable. Sebaliknya apabila kalsium berada dalam
jumlah yang tinggi pada daerah pertukaran maka struktur tanah akan
menjadi lebih baik (berflokulasi), dan sesuai untuk perkembangan akar
tanaman.
• Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kemampuan tanah untuk
mempertukarkan kation-kation yang dinyatakan dalam mg
equivalent kation/100g tanah (meq/100g).
• Setiap jenis tanah mempunyai KTK yang berbeda, tergantung dari
jumlah liat, jenis liat, jumlah bahan organik dan pH tanah.
• Makin tinggi jumlah liat maupun bahan organik tanah maka KTK makin
besar. Tanah yang didominasi oleh liat montmorilonit mempunyai KTK
lebih besar daripada tanah yang didominasi oleh liat kaolinit. Akhirnya
makin tinggi pH tanah maka KTK juga akan makin tinggi
Tekstur Tanah KTK (meq/100g)
Berpasir 1-5
Lempung berpasir halus 5-10
Lempung dan lempung 5-15
berdebu
Lempung berliat 15-30
Liat 30

4.4. Pertukaran Anion


Selain bermuatan negatif, koloid tanah juga mempunyai sedikit muatan
positif sehingga mampu menjerap anion.
• Biasanya kapasitas tukar anion (KTA) jauh lebih kecil dari KTK tanah.
• Tanah yang mempunyai KTA relatif tinggi adalah liat amorphus, sesquioksida,
serta tanah pH rendah (tanah masam).
• Pertukaran anion biasa terjadi pada tepi koloid tanah yang bermuatan positif.
Misalnya liat –Al-SO4-2, atau liat –Ca-H2 PO4-. Seperti kation, anion juga
mempunyai deret liotrop (Bolt, 1976 dalam Tan, KH, 1995).
• Deret liotrop anion adalah: SiO4-4 > PO4-3 >> SO4-2 > NO3- ≡ Cl-
4.5. Reaksi Tanah
• Reaksi tanah dinyatakan dengan pH tanah.
• Reaksi tanah mempengaruhi kelarutan mineral di dalam tanah.
• Tanah sangat masam (pH 4-5) biasanya mengandung konsentrasi Al dan
Mn yang tinggi dan dapat meracuni tanaman. Sebaliknya pada tanah
tersebut kelarutan nutrisi P rendah sehingga tanaman dapat kekurangan
P.
• Pada tanah bereaksi alkalin (pH 7,5-8,5), maka kelarutan nutrisi mikro
kecuali Mo, serta nutrisi P juga rendah.
• Biasanya kelarutan nutrisi tanaman berada pada tingkat yang baik pada
pH netral (6,5-7,0).
• Tanaman mempunyai daya adaptasi terhadap reaksi tanah yang berbeda.
• pH tanah juga mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam
tanah. Secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
pH tanah yang terlalu rendah akan menghambat perkembangan bakteri
(dekomposer).
• Tanah pada daerah dengan curah hujan yang tinggi biasanya mempunyai
pH rendah, sedang pada daerah dengan curah hujan rendah pH nya tinggi.
• Upaya yang biasa dilakukan untuk menaikan pH tanah adalah
memberikan kapur. Untuk menurunkan pH tanah agak sulit dilakukan,
namun pemberian bahan organik dan pupuk-pupuk yang bersifat masam
dalam waktu lama diharapkan dapat menurunkan pH tanah.

4.6. Kejenuhan Basa


• Kejenuhan basa suatu tanah menggambarkan perbandingan antara
kation-kation basa dengan total kation suatu tanah yang dinyatakan
dalam %.
• Kation-kation basa adalah K+, Ca2+, Mg2+, dan Na+. Pada tanah dengan pH
tinggi biasanya kejenuhan basa juga tinggi dan sebaliknya pada tanah pH
rendah kejenuhan basanya rendah.
• Kejenuhan basa menentukan mudah tidaknya tanaman mendapat
nutrisi. Makin tinggi kejenuhan basa suatu tanah, makin mudah tanah
tersebut menyediakan nutrisi bagi tanaman.
• Tanah dengan kejenuhan basa <60% akan sulit menyediakan nutrisi bagi
tanaman.
4.7. Kapasitas Menyangga Tanah (Buffer Capacity)
Tanah mempunyai kemampuan untuk mempertahankan pH tanahnya.
Kemampuan ini yang dikenal dengan kapasitas menyangga tanah.
• Makin besar kapasitas menyangga tanah, maka makin sukar tanah
tersebut dirubah pH nya. Oleh karena itu tanah untuk menaikan pH
tanah sebesar 1 unit maka tanah dengan kapasitas menyangga tinggi
memerlukan kapur jauh lebih banyak daripada tanah dengan kapasitas
menyangga yang rendah.
• Tanah bertekstur pasir mempunyai kapasitas menyangga tanah
lebih rendah daripada tanah dengan tekstur liat.
• Tanah yang mengandung bahan organik tinggi mempunyai
kapasitas menyangga tanah yang lebih tinggi dari tanah yang kadar
bahan organiknya rendah.
• Makin tinggi KTK tanah makin tinggi pula kemampuan menyangga
tanah.

Anda mungkin juga menyukai