Anda di halaman 1dari 28

REAKSI KIMIA DALAM PELAPUKAN

MINERAL/ PEMBENTUKAN TANAH


• Proses Kimia yang terlibat dalam Pelapukan
Mineral:
• Hidrasi
• Hidrolisis
• Oksidasi-Reduksi

• Proses Kimia yang terlibat dalam Pembentukan


Horizon:
• Pelarutan dan Pengendapan Al, Fe dan
Bahan Organik pada Horizon Albik dan
Spodik
• Pelapukan (weathering) merupakan fenomena
melemahnya ikatan ion-ion dalam mineral dan
batuan melalui proses-proses disintregasi dan
alterasi sebagai akibat aktivitas kimia, fisik dan
biologi.
• Pelapukan fisik disebabkan oleh tekanan-tekanan
fisik dalam batuan dan mineral.
• Hal inimengakibatkan batuan mengalami proses
disintegrasi, sehingga memiliki ukuran partikel
yang lebih kecil, tanpa mengalami perubahan
susunan kimia.
• Pelapukan kimia disebabkan oleh reaksi-reaksi
kimia. Dalam proses ini, hasil-hasil pelapukan
mengalami perubahan susunan kimia yang nyata.
PEMBENTUKAN TANAH - PELAPUKAN
Ion-ion hara mineral
dalam larutan

Oksida Fe dan Al

Silika

Liat Liat
3 lapis 2 lapis
Debu

Batuan induk Pasir/


Kuarsa
Bahan
induk halus
• Secara alami, proses pelapukan fisik maupun kimia dapat
terjadi secara simultan.
• Kedua proses fisik kimia ini mengakibatkan terjadinya
pelapukan batuan yang merupakan fenomena awal dari
terjadinya proses pembentukan tanah (soil formation).
• Secara alami, proses pelapukan fisik lebih dominan terjadi
pada atau dekat lingkungan permukaan tanah.
• Meskipun demikian, proses ini dapat pula berlangsung di
bawah permukaan tanah.
• Pertumbuhan akar ke dalam celah-celah batuan yang dapat
memecahkan batuan tersebut merupakan salah satu
contoh terjadinya pelapukan fisik di bawah permukaan
tanah.
Pengaruh Suhu
Alternate expansion and contraction due
to heating and cooling
• Pelapukan kimia dapat terjadi baik di permukaan tanah, di dalam
solum maupun di bawah solum atau pada bahan induk.
• Oleh karenanya, pelapukan kimia dibedakan menjadi pedochemical
weathering dan geochemical weathering.
• Pedochemical weathering adalah pelapukan kimia yang terjadi di
dalam solum tanah (horison A dan B)
• Geochemical weathering terjadi di bawah solum (horison C).
• Reaksi-reaksi kimia utama seperti pelarutan, hidrolisis, hidrasi,
oksidasi, reduksi dan karbonasi terjadi baik di dalam solum tanah
maupun pada bahan induk.
• Pencucian K dari mineral mika, alterasi liat oleh ion H, serta
pembentukan mineral liat dapat terjadi baik melalui proses
pedochemical weathering maupun geochemical weathering.
PELAPUKAN KIMIA
Pelunakan batuan & penguraian mineral
penyusunnya yang diikuti dengan
pembentukan mineral baru atau mineral
sekunder melalui proses kimiawi seperti
hidrasi-dehidrasi, oksidasi, reduksi,
hidrolisis dan pelarutan
Secara umum proses pelapukan menyebabkan:
(1) perubahan ukuran bahan menjadi lebih
kecil,
(2) pelepasan ion-ion atau bahan-bahan
terlarut ke dalam larutan tanah, serta
(3) pembentukan bahan-bahan baru seperti
mineral liat dan humus.
Fragmentasi batuan akan meningkatkan luas permukaan sehingga
mempermudah terjadinya pelapukan secara kimia
Mechanical weathering causes
increase in surface area

Dengan volume yang sama, tetapi jumlah yang lebih banyak akan mempunyai luas
permukaan yang lebih besar dibanding 1 batuan
Proses-Proses Pelapukan Kimia
Oksidasi
• Proses oksidasi akan terjadi bila tanah memiliki tata udara
atau aerasi yang baik (tersedia cukup oksigen).
• Proses oksidasi misalnya terjadi pada Fe dan Mn.
• Fe merupakan penyusun unit kristal dalam mineral dan
batuan.
• Selama batuan induk bersifat masif, Fe akan berada dalam
keadaan tereduksi (ferro).
• Bila dijumpai Fe pada permukaan mineral (dalam keadaan
oksidatif), maka besi ferro (Fe2+) akan dioksidasikan menjadi
besi ferri (Fe3+) menurut persamaan reaksi berikut:
• Perubahan ini akan menyebabkan mineral
menjadi mudah hancur.
• Jenis-jenis mineral yang mengandung Fe
antara lain adalah biotit, glaukonit,
hornblende, dan piroksen.
• Proses oksidasi besi akan menyebabkan warna
merah pada tanah seperti pada Oksisol.
Reduksi
• Proses ini terjadi bila difusi oksigen udara ke
dalam tanah sangat rendah atau apabila
oksigen tanah digunakan oleh mikrob aerobik.
• Proses reduksi menyebabkan Fe3+ diubah
menjadi Fe2+ yang bersifat lebih mobil,
sehingga lebih mudah tercuci dan
menyebabkan perubahan struktur mineral.
• Gejala reduksi terlihat dari warna tanah kelabu
bahkan sampai kehijauan.
• Pada keadaan tereduksi sempurna dan terus-
menerus, warna tanah akan berubah menjadi
kebiruan.
• Tanah-tanah di daerah pasang-surut mengalami
hal ini.
Oksidasi-Reduksi
• Proses ini sering terjadi pada horison C.
• Kelembaban tanah pada horison C pada umumnya
bersifat konstan sehingga tidak dijumpai keadaan
reduktif ataupun oksidatif yang dominan.
• Pada horison A dan B, keadaan oksidatif lebih dominan.
• Oleh karenanya, pergerakan Fe maupun Mn lebih banyak
dijumpai pada lapisan bawah yang lebih reduktif, dimana
pada kondisi ini kedua unsur ini bersifat lebih mobil.
• Oleh karena itu, konkresi Fe dan Mn lebih banyak
dijumpai pada lapisan bawah, demikian pula halnya
dengan Fe dan Mn bebas.
• Karena Mn bersifat relatif lebih mobil dibandingkan Fe,
maka dalam profil tanah konkresi Mn lebih sering
dijumpai berada di bawah konkresi Fe.
Hidrasi
• Proses ini merupakan gejala asosiasi molekul H2O
atau OH2 dengan mineral tanpa terjadinya
dekomposisi ataupun perubahan struktur
mineral.
• Meskipun tidak terjadi perubahan pada struktur
mineral, proses ini dapat menurunkan ketahanan
mineral.
• Pada dasarnya seluruh senyawa-senyawa yang
dijumpai dalam tanah berada dalam keadaan
berasosiasi dengan H2O (terhidrasi).
Hidrolisis
• Proses ini terjadi karena adanya ion H dalam larutan
tanah yang dapat melarutkan senyawa-senyawa -baik
dalam bentuk mineral sekunder maupun mineral
primer- melalui mekanisme penggantion kation
penyusun mineral dengan ion H.

• Adanya penggantian ini menyebabkan kerusakan pada


struktur kristal sehingga memudahkan pelepasan
kationkation yang tidak tahan terhadap pelapukan.
• Asam silikat yang terbentuk akan segera
berikatan dengan O ataupun OH membentuk
mineral amorf alofan atau haloisit yang
bersifat kristalin [Al2Si3O8(OH)4].
• Bila sebagian dari K-antarlapisan yang
digantikan, maka terbentuk mineral illit; dan
bila seluruh K-antarlapisan digantikan oleh H
maka terbentuk vermikulit atau monmorilonit.
Pelarutan
• Proses pelarutan (solution) terjadi pada
garam-garam dengan struktur sederhana
seperti karbonat atau klorida.
• Sebagai contoh, pada daerah berbahan induk
batu kapur, terjadi proses pelarutan sebagai
berikut:
Mekanisme Pelapukan
Pelapukan dapat terjadi melalui mekanisme:
(1) oksidasi-reduksi,
(2) pelepasan Al dari kristal menjadi
hidroksida melalui proses pertukaran,
(3) penggantian K pada mika, dan
(4) pembentukan lapisan Al pada mineral liat
tipe 2:1.
Oksidasi-Reduksi
• Dalam keadaan tereduksi, Fe2+ bersifat mobil dan
mudah larut, sehingga dapat menggantikan
kedudukan Al dalam Al-oktahedra maupun Al pada
komplek jerapan.
• Tergantikannya Al dalam Al-oktahedra ini akan
menyebabkan kerusakan pada struktur mineral liat.
• Keadaan demikian dapat terjadi pada tanah sawah.
• Dalam keadaan oksidatif, misalnya pada lahan
kering atau ketika tanah sawah sedang diberakan,
maka Fe berada dalam bentuk oksidatif Fe3+
sehingga dapat membentuk bercak-bercak Fe2O3
yang dapat berkembang menjadi konkresi besi yang
keras dan berwarna lebih merah.
Pelepasan Al dari Kristal menjadi Hidroksida
melalui Proses Pertukaran

• Mekanisme ini dapat terjadi misalnya pada


mineral liat monmorilonit yang jenuh Ca dan Mg
yang kemudian digantikan oleh H selama
terjadinya proses pelapukan masam, yaitu pada
daerah dengan curah hujan dan suhu tinggi.
• Karena penggantian ini, mineral liat menjadi tidak
stabil sehingga Al3+ dapat terlepas dari
permukaan mineral liat.
• Akibatnya struktur mineral liat menjadi rusak.
Penggantian (Kehilangan) K pada Mika
• Selama terjadinya proses biologis yang aktif
dalam tanah, dihasilkan ion H.
• Bila terjadi penggantian K-antarlapisan oleh ion
H, maka struktur mineral liat akan rusak.
• Apabila proses penggantian ini hanya
menimbulkan muatan (negatif) relatif sedikit,
maka dari bahan induk mika akan terbentuk illit.
• Bila penggantian mencapai sekitar 50%, maka
struktur mineral liat akan berubah total.
• Bila seluruh K-mika tergantikan, maka akan
terbentuk vermikulit atau monmorilonit.
Pembentukan Lapisan Al pada Mineral Liat Tipe 2:1

• Bila terjadi modifikasi secara pedogenetik pada


tanah-tanah masam, maka akan terjadi presipitasi
gugus Al-hidroksida pada antarlapisan vermikulit.
• Mineral liat dengan Al antarlapisan ini disebut
sebagai liat tipe 2:1 – 2:2 intergrade.
• Mekanisme ini menyebabkan muatan tanah akan
meningkat, tetapi karena posisinya tertutup maka
pengaruhnya terhadap Kapasitas Tukar Kation
(KTK) tanah tidak nyata.
Pelapukan, Pembentukan dan
Perkembangan Tanah
• Secara kimia apabila batuan berada dalam lingkungan dimana
batuan tersebut terbentuk, struktur dan ion-ion dalam
mineral penyusun batuan akan bersifat stabil.
• Namun sebaliknya dalam lingkungan fisik dan kimia di
permukaan tanah, struktur dan ion-ion dalam mineral
penyusun batuan akan bersifat tidak stabil.
• Pelapukan kimia merupakan perubahan secara lambat dari
ion-ion tersebut menuju ke keadaan yang lebih stabil.
• Dengan demikian, dari segi kimia, proses perkembangan
tanah (soil development) agak mirip dengan proses
pelapukan.
• Perubahan susunan kimia selama terjadinya proses
pelapukan (kimia) terutama merupakan akibat adanya kontak
dengan air, oksigen dan karbondioksida, sebagai agen
pelapukan.

Anda mungkin juga menyukai