Anda di halaman 1dari 37

)

H
(R
MATEMATIKA DASAR
l y
n
Barisan dan Deret
o
Rahmadi Hidayat, M.Eng.
y
Department of Geological Engineering
op

Gadjah Mada University


1
)
Outline

H
1. Definisi barisan dan deret

(R
2. Menentukan suku ke-n suatu barisan aritmetika

l y
dan jumlah n suku pertama suatu deret
aritmetika

n
3. Menentukan suku ke-n suatu barisan geometri

o
dan jumlah n suku pertama suatu deret
geometri
4. Menghitung jumlah deret geometri tak hingga
5. Menyelesaikan masalah geologi yang berkaitan
y
dengan barisan dan deret
op

2
)
Definisi Barisan

H
(R
• Barisan bilangan  suatu susunan bilangan
yang memiliki urutan matematika tertentu
• Contoh:
l y
n
– 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, … (suku berikutnya ditambah

o
2 dari suku sebelumnya)
– 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, … (suku berikutnya dikali 2
dari suku sebelumnya)
– 9, 3, 1/3, 1/9, 1/27, … (suku berikutnya
y
merupakan kelipatan 1/3 dari suku sebelumnya)
op

3
)
Hubungannya dengan Geologi?

H
(R
• Anda sedang melakukan penelitian lapangan
di singkapan batholit (granitik). Anda

l y
mengambil beberapa sampel batuan beku

n
secara berurutan dari bagian luar menuju
dalam batholit:

o
– Sampel ke-1  ukuran fenokris Qz 4 mm,
– Sampel ke-2  ukuran fenokris Qz 6 mm,
– Samplel ke-3  ukuran fenokris Qz 8 mm,
y
Prediksi jika anda mendapatkan sampel ke-10 ?
op

4
)
Hubungannya dengan Geologi? (2)

H
(R
Sampel ke- 1 2 3 … n

y
Ukuran Fenokris

l
Qz 4 6=2x2+2 8=2x3+2 … 2 × +2

o n
• Dengan memperhatikan pola susunan sampel dan ukuran
fenokris kuarsa, ternyata terdapat hubungan antara urutan
sampel dengan besarnya ukuran fenokris kuarsa batholit
tersebut
• Jika terdapat sampel ke- , maka terdapat rumusnya
y
adalah :
op

2 × + 2 milimeter
• Jadi, jika kita prediksi sampel ke-10, maka ukuran fenokris
5
kursa  2 x 10 + 2 = 22 mm
)
Hubungannya dengan Geologi? (3)

H
(R
• Setelah anda analisis sampel – sampel yang
diambil dari batholit, ternyata ada

l y
peningkatan jumlah mineral Orthoklas dalam

n
tiap sampelnya:

o
– Sampel ke-1  jumlah Ortoklas 1%,
– Sampel ke-2  jumlah Ortoklas 3%,
– Sampel ke-3  jumlah Ortoklas 6%,
– Sampel ke-4  jumlah Ortoklas 10%, Prediksi
y
jika anda mendapatkan sampel ke-10?
op

6
)
Hubungannya dengan Geologi? (4)

H
(R
Sampel ke- 1 2 3 4 … n

y
Jumlah 1= 3= 6= 10=

l
Ortoklas (1x2) (2x3) (3x4) (4x5) … n x(n +1)
2 2 2 2 2

o n
• Dengan memperhatikan pola susunan sampel dan jumlah
persentase ortoklas, ternyata terdapat hubungan
• Jika terdapat sampel ke- , maka terdapat rumusnya
adalah : (n x(n +1))/2 %
y
• Jadi, jika kita prediksi sampel ke-6, maka persentase mineral
ortoklas  (6 x(6 +1))/2 = 21 %
op

7
)
Macam Barisan

H
• Barisan Berhingga  Barisan yang

(R
mempunyai domain himpunan bilangan asli

l y
berhingga {1, 2, 3,…, }, untuk suatu

n
bilangan asli

o
• Barisan Tak Berhingga  yang mempunyai
domain himpunan semua bilangan asli {1, 2,
3,…}
y
op

8
)
Suku ke-n

H
(R
• Setiap bilangan (kawan suatu bilangan asli)
dalam suatu barisan disebut suku barisan

l y
tersebut  Suku ke- (suku umum) suatu

n
barisan adalah kawan bilangan asli ,

o
• Biasa ditulis dengan simbol , , , dan
sebagainya, sehingga suatu barisan biasa
• Dinyatakan dengan simbol seperti { }.
Apabila rentang nilai tidak ditulis,
y
dianggap barisannya tak berhingga.
op

9
)
Barisan Aritmetika

H
• Barisan aritmetika  barisan bilangan yang

(R
mempunyai suatu pola tertentu, yakni selisih setiap

y
dua suku berturutan sama atau tetap.

l
• Setiap suku kecuali suku pertama pada barisan
aritmetika diperoleh dari suku sebelumnya dengan cara

n
menambah/ menguranginya dengan suatu bilangan
tetap.

o
• Bilangan tetap tersebut dinamakan beda atau selisih
(biasanya disimbolkan dengan b)
• Jika adalah suku ke- suatu barisan
maka +1 − = atau +1 = + untuk = 1, 2,
aritmetika,
y
3,… dengan suatu bilangan(konstanta) tertentu.
op

10
)
Deret Aritmetika (2)

H
(R
• Suatu barisan aritmetika dapat ditentukan
oleh dua hal, yakni:

l y
– dua suku barisan tersebut, atau

n
– salah satu suku dan bedanya, atau

o
– salah satu suku dan jumlah beberapa suku
pertama yang memuat suku yang diketahui
tersebut, atau
– jumlah beberapa suku pertama dan
y
bedanya.
op

11
)
Deret Aritmetika (3)

H
(R
• Hal tersebut berarti:

y
– Apabila diketahui dua suku, maka beda dan jumlah

l
suku pertama barisan aritmetika dapat dihitung;
– Jika diketahui salah satu suku dan beda, maka suku

n
ke- dan jumlah suku pertama dapat dihitung;

o
– Jika diketahui satu suku dan jumlah beberapa suku
pertama yang memuat suku yang diketahui tersebut,
maka suku ke- dan beda dapat dihitung;
– Jika diketahui jumlah suku pertama dan beda, maka
y
suku ke- dapat diketahui.
op

12
)
Diketahui Salah Satu Suku dan Beda

H
(R
• Misalkan diketahui adalah suku ke-
barisan aritmetika yang
suatu
mempunyai beda .

l y
• Misalkan adalah suku ke- .

o n
y
op

13
)
Diketahui Salah Satu Suku dan Beda (2)

H
(R
Diketahui suatu barisan aritmetika mempunyai
suku ke-5 (k) adalah 10 (ak) dan beda 3 (b).
Tentukan suku ke-15!

l y
n
• Suku ke-15 

o
15 = 5 + (15
− 5)
= 10 + (10)3 = 40.
y
op

14
)
Diketahui Dua Suku Barisan Aritmetika

H
(R
• Misalkan diketahui dan adalah dua suku suatu
barisan aritmetika dengan > .

l
• Selanjutnya, misalkan adalah beda
barisan aritmetika tersebut.
y
berlaku:


+1 = +
+2 = +1 + =
n
• Menurut definisi barisan aritmetika,

o
+ 2 ,…, = +( − ) ,
sehingga diperoleh
y
• Suku ke- barisan aritmetika tersebut adalah:
op

15
)
Diketahui Dua Suku Barisan Aritmetika (2)

H
Jika diketahui suku ke-5 (m) dan suku ke-10 (k)

(R
suatu barisan aritmetika berturut-turut adalah 3

l y
(am) dan 28 (ak), tentukan suku ke-1
• Beda 

o n
• Barisan aritmetikanya adalah:
Suku
= 28 + (
y
op

− 10)5
• Suku ke-1  28 (1 − 10)5 = -
16
Diketahui Salah Satu Suku dan

)
H
Jumlah Suku Pertama

(R
• yang menyatakan jumlah suku pertama
suatu barisan  = 1 + 2 + 3 + + .
• Maka :

l y
o n
• Jadi, jumlah suku pertama suatu barisan
aritmetika dapat dinyatakan dengan salah satu
suku dan beda atau suku pertama dan suku ke-
y
.
op

17
Diketahui Salah Satu Suku dan

)
H
Jumlah Suku Pertama (2)

(R
Jika diketahui suku ke-5 dan suku ke-10 suatu barisan aritmetika
berturut-turut adalah 3 dan 28, tentukan jumlah 15 suku

y
pertamanya.

l
• Beda  

• Suku ke-1 

• Suku ke-15 
o n
1 = 28 + (−9)5 = −17

15 = 28 + (5)5 = 53
y
• Jumlah 15 Suku pertama 
op

18
Diketahui jumlah suku pertama

)
H
dan beda
• Dari hasil pada penjelasan sebelumnya

(R
diperoleh hubungan antara jumlah

l y
suku pertama, salah satu suku, dan beda
suatu barisan aritmetika.

o n
• Apabila diketahui jumlah suku pertama dan
beda, maka dapat dicari salah satu sukunya
(misalnya suku pertama).
• Setelah diperoleh salah satu suku, maka suku
ke- dapat ditentukan untuk setiap
y
bilangan asli.
op

19
Diketahui jumlah suku pertama
dan beda (2)
Jika suatu barisan aritmetika mempunyai beda 4 (b)
dan jumlah 16 suku pertama adalah 528 (S16), tentukan

l y
deret aritmatikanya.
• Suku pertama 

o n
528 = 16 = 161 + 8(16 − 1)
= 16 1 + 8 × 15
(528−480)/16 ×=4
y
1
op

a1 = 3
• Maka deret dimulai dari  3, 7, 11, 15, 19, … 20
Exercise 1
Sampel ke-5 sebuah urutan batupasir tebalnya adalah 11 m, dan
jumlah tebal sampel ke-8 dengan sampel ke-12 sama dengan 52 m.
Jumlah ketebalan 8 sampel batupasir pertama?
• a₈ + a₁₂ = 52 (a+7b)
+(a+11b) = 52
2a+18b = 52
1a+9b =26………………(1)
• a₅ = a + 4b =11……………………..
(2)
• 1a + 9b = 26
1a + 4b = 11 -
5b = 15 => b = 3
• 1a + 4b = 11 1a + 4.3 =
11  a = -1
• S₈ = 8/2 (2(-1)+(8-1)3) = 4 (-2+21) = 76 meter
21
)
Exercise 2

H
(R
Pada penelitian jumlah kadar ppm Mg dalam berurutan dalam
singkapan, jika sampel ketiga dan ketujuh dijumlahkan ada 56

y
ppm. Jika sampel keenam dan kesepuluh dijumlahkan ada 86

l
ppm, maka kadar ppm sampel pertama dan jumlah ppm awal 5

n
sampel tersebut?
• a₃ + a₇ = 56  a₅ = 56/2= 28

o
• a₆ + a₁₀ = 86 a₈ = 86/2= 43
• a₈ - a₅ = 43 – 28  3b = 15  b = 5
• Suku ke-1 
a1 = 28 + (1-5)5 = 8 ppm
y
• Jumlah 5 suku awal 
op

S5 = 5/2
(2(8)+(5-1)5) = 90 ppm 22
Barisan Geometri
• Barisan geometri  tiap suku (kecuali suku pertama)
diperoleh dengan cara mengalikan suku sebelumnya
dengan dengan suatu bilangan tetap selain nol.
• Hasil bagi atau rasio setiap suku dengan suku
sebelumnya selalu sama.
• Bilangan pengali atau hasil bagi tersebut dinamakan
pembanding atau rasio bersama
• Disimbolkan dengan huruf
• Jadi, barisan 1, 2, 3,… merupakan suatu
barisan geometri apabila terdapat ≠ 0
sedemikian hingga:

23
)
Rumus Suku ke-n Barisan Geometri

H
• Misalkan barisan 1, 2, 3,… merupakan suatu

(R
barisan geometri. Menurut definisi, berarti terdapat

y
≠ 0 sedemikian hingga:

l
2 = 1

n
3 = 2 = 12

o
4 = 3 = 13


= −1 −1

= apabila
• Jadi, 1 suku pertama suatu barisan geometri
y
adalah dan rasionya , maka suku ke- 
op

24
)
Rumus Suku ke-n Barisan Geometri (2)

H
(R
• Bagaimana jika yang diketahui dua suku yang tidak
berturutan?

l y
• Jika dan adalah berturut-turut suku ke-
dan suku ke- suatu barisan geometri (anggap>

n
)

o
• Suku pertamanya adalah dan rasionya adalah
.
• Dari hasil di atas diperoleh:
y
• Dari (2) dapat dihitung ,
op

• Dari (1) dapat dihitung , dan barisan geometrinya


dapat ditentukan. 25
)
Rumus Suku ke-n Barisan Geometri (3)

H
(R
Jika suku ke-1 satu barisan geometri adalah 27 dan
suku ke-4 sama dengan 1, tentukan barisan geometri

l y
tersebut.
• Diketahui:

n
– 1 = 27 dan 4 = 1

o
– 4 =1 3
– 1 = 27 3
– = 1/3
• Barisan geometrinya 
y
op

= 27 −1, = 1, 2, 3,…
26
Hubungan Barisan Geometri
dan Barisan Aritmetika
• Perhatikan barisan geometri
, , 2, 3,….
• Suku pertama dan rasio . Logaritma suku-suku
barisan geometri tersebut membentuk barisan 
log , log , log 2 , log 3 ,…
atau
log , (log + log ), (log + 2 log ), (log + 3 log ),…
• Ternyata membentuk barisan aritmetika dengan suku
pertama log dan beda log .
• Jadi, logaritma suku-suku barisan geometri membentuk
barisan aritmetika.
27
Jumlah n Suku Pertama
Barisan Geometri
• Jumlah suku pertama suatu barisan
geometri merupakan deret geometri 
= 1 +1 + 2 1
+
+ 1 −1

dengan 1 suku pertama


dan
≠ 1 adalah rasionya.
• Jika kedua ruas dikalikan , maka diperoleh
= 2+ + 1 −1 + 1

+ 28
Jumlah n Suku Pertama

)
H
Barisan Geometri (2)
• (1) Apabila ≠ 1, maka 

(R
(a)

l y
atau (b)

n
• Ada yang mengatakan/menuliskan bahwa rumus
(a)berlaku untuk 0 < < 1 dan (b) berlaku

o
untuk lain  Hal ini tidak sepenuhnya benar,
karena kedua rumus adalah identik dan berlaku
untuk semua ≠1
• (2) Untuk = 1, 1 = 2 = 2 = = 
y
= 1
op

29
Jumlah n Suku Pertama
Barisan Geometri (2)
Diketahui deret geometri 2, 6, 18, 54, ...;
tentukan : rasio deret tersebut; suku ke-21 dan
jumlah 9 suku pertama.
• Rasio deret tersebut adalah: 6/2 = 18/6 =
54/18 = 3
• Suku pertama = 2 dan rasionya = 3, maka
suku ke- adalah = 2 × 3 −1, sehingga suku
ke-21 adalah 21 = 2 × 320 = 6.973.568.802
• = 19682
30
)
Exercise 1

H
Jika ketebalan dari sampel batupasir secara vertikal

(R
diprediksi membentuk barisan geometri, diketahui bahwa

y
lapisan batupasir pertama adalah 3 cm dan sedangkan

l
lapisan ke-9 adalah 768 cm. Berapa ketebalan batupasir ke-
7 dan jumlah ketebalan lapisan batupasir 1 - 7?

n
• a = 3 cm dan U₉ = 768 cm

o
Un = ar
U₉ = 3r⁸ = 768
r⁸ = 256
r =2
• U₇ = 3. 2⁶ = 3.
y
•64 = 192 cm  S7=3(27-1)/(2-1)= 381 cm
op

31
)
Exercise 2

H
(R
Ketebalan lapisan batupasir ke-5 (barisan geometri)
adalah 243 cm, terlihat perbandingan antara

l y
batupasir ke-9 dengan batupasir ke-6 adalah 27 kali.
Tebal lapisan ke-6? jumlah kumulatifnya?
• U₅ = 243 = a.r⁴

o n
• a9/a6 = a.r8/a.r5= r³ = 27
r=3a=3
• a6 = a.r5 = 3 . 35 = 729 cm
y
•  S6=3(36-1)/(3-1)= 1092 cm
op

32
)
Exercise 3

H
Terdapat 7 sisipan batupasir dalam interval

(R
batulanau. Terlihat berurutan, semakin ke atas

y
semakin tebal dan menuruti aturan geomoetri. Jika

l
tebal sisipan paling bawah adalah 6 cm dan paling

n
atas 384 cm, tebal keseluruhan sisipan tersebut ?

o
• a1 = a = 6
• a7 = ar6 = 384
6r6 = 384
r6 = 64  r = 2
y
•  S7=6(27-1)/(2-1)= 762 cm
op

33
)
Deret Geometri Tak Hingga

H
(R
• Pada dasarnya, tidak mungkin menghitung
deret tak berhingga, karena tidak tahu berapa
suku terakhirnya.

l y
n
• Akan tetapi dalam matematika kita dapat

o
menggunakan konsep limit.
y
op

34
)
Deret Geometri Tak Hingga (2)

H
(R
• Sebelumnya kita sudah mendapatkan rumus jumlah suku
pertama suatu deret geometri yang rasionya selain 1, yakni

• Apabila nilai

l y
mendekati tak berhingga berarti

n
kita menjumlahkan deret tak berhingga, dan ini
biasanya dituliskan sebagai:

o
y
op

35
)
Deret Geometri Tak Hingga (3)

H
(R
• Keberadaan nilai jumlah tak berhingga suatu
deret geometri sangat tergantung pada nilai
rasionya, yakni .

l y
n
• Untuk | | > 1, lim→∞ tidak mempunyai

o
nilai
 (hasilnya ±∞), sehingga ∞ tidak dapat
dihitung, dalam deret geometri 
• divergen.
Untuk −1 < < 1, lim →∞ = 0
y
op

36
)
Deret Geometri Tak Hingga (4)

H
(R
Jika tebal lapisan sisipan batupasir pada lapisan
batulempung yang sangat tebal (dianggap deret

l y
geometri tak hingga)  1, ¼, 1/16, …. Tentukan

n
jumlahnya!

o
• a = 1, r = ¼
•  1/(1-(1/4)) = 1/(3/4)
 Stakhingga = 4/3 cm
y
op

37

Anda mungkin juga menyukai