Kelompok 1
Kelompok 1
POKOK MASALAH
Permasalahan yang menjadi objek dari penelitian dalam jurnal ini
KELOMPOK 1
seperti jumlah keterwakilan perempuan dalam Pemilu, dsb.
HASIL PENELITIAN
Temuan yang didapatkan Penulis setelah terlebih dahulu melakukan
penelitian dan didukung data-data yang relevan.
DISCUSSION
Puskapol UI ungkapkan dalam penelitiannya tahun 2016 bahwa
secara umum, terjadi penurunan jumlah pendaftar anggota
penyelenggara pemilu 2017-2022 yang cukup besar
dibandingkan waktu sebelumnya. Bawaslu RI memiliki 239
pendaftar, dengan 176 laki-laki dan 63 perempuan 26,4 % dari
total.
01. 02.
Problematika secara fundamental Undang-undang Pemilu mengamanatkan bahwa Affirmative action di Indonesia juga
terjadi Pada ranah praktiknya, Perempuan merupakan setidaknya 30% dari dipengaruhi oleh tafsir budaya dan
jumlah keterwakilan perempuan semua penyelenggara pemilu, termasuk di agama menurut Nur Hidayati
sebagai penyelenggara pemilu di Bawaslu. Namun nyatanya di lapangan masih Sardini, mantan Ketua Bawaslu RI.
Bawaslu, rata-rata masih berada di jauh di bawah angka 30%
bawah kuota 30%.
REPRESENTASI FORMAL
Pembahasan mengenai dukungan regulasi dan instrumen hukum yang mengakui hak
perempuan untuk terlibat secara penuh dalam proses politik dan pemilu dengan
kesetaraan yang setara dengan laki-laki.
UUD 1945.
DUHAM.
45
40
01 FAKTOR 1.
35 Kemiskinan dan Rendahnya Tingkat Pendidikan.
30
25
20 02 FAKTOR 2.
Faktor Penghambat dari Keberadaan Pranata Keluarga.
15
10
0
03 FAKTOR 3.
Keberadaan Sistem Multi Partai.
2009 2012-2017 2017-2022
2009 20
DATA 1.
Peningkatan representasi perempuan terjadi di 34
Bawaslu provinsi terjadi selama 2 periode. Dari total
188 anggota di 34 Bawaslu provinsi periode 2017-2022,
39 di antaranya adalah perempuan. Keterwakilan
perempuan di Bawaslu provinsi Indonesia meningkat
dari 17,6% menjadi 21%.
ANALISIS
Kehadiran perempuan bukan saja melalui kuota 30% sebagai penanda inkklusifitas
demokrasi dengan membuka ruang politik bagi kehadiran perempuan (tidak melulu
monopoli laki-laki), namun lebih dari itu, kehadiran perempuan semestinya juga
dibaca sebagai petanda bahwa proses-proses dan kualitas demokrasi juga
dimungkinkan meningkat melalui eksistensi dan kiprah perempuan dalam
mengawal pemilu.
09 2022 20
DATA 2.
Hanya Bawaslu Aceh dan Bawaslu Kalimantan Tengah,
dari 34 Bawaslu provinsi di Indonesia, yang memiliki
kehadiran perempuan lebih dari 30%. Sementara itu,
representasi perempuan masih kurang di enam
provinsi, antara lain Riau, Sumatera Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan
Papua.
REPRESENTASI DESKRIPTIF
Merujuk pada hasil penelitian, dapat dilihat bahwa representasi deskriptif
yang ditemukan menunjukan bahwa masih terdapat pemahaman yang
salah selama ini tentang representasi perempuan yang bekerja di bidang
publik. Sebagian besar masih mengacu kepada deskriptif tentang
kuantitas, namun masih sering mengabaikan faktor penting lainnya
seperti kualitas diri perempuan yang aktif di ruang publik. Termasuk
sebagai pengawas pemilu dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan demokrasi di lingkungannya.
REPRESENTASI SIMBOLIK
KELOMPOK 1
pengawas pemilu. Namun demikian, perempuan yang
bisa berkompetisi dengan pengawas laki-laki, biasanya
sudah kaya pengalaman sebagai aktivis organisasi
ataupun di bangku kuliah sebelumnya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
KELEBIHAN
Penulis mampu menganilisis data yang telah dikumpulkan kemudian menyimpulkan bahwa
berdasarkan representasi keterwakilan perempuan sebagai pengawas pemilu di Bawaslu, sesuai
teori Pitkin, maka perempuan anggota Bawaslu baik di tingkat provinsi di Indonesia maupun di
kabupaten kota di Jawa Timur masuk kategori ke dalam tipologi representasi simbolis.
KEKURANGAN
1. Penggunaan kalimat efektif tidak maksimal.
2. Terdapat beberapa data yang masih sangat deskriptif dan
tidak didukung oleh kajian ilmiah.
3. Data yang disampaikan masih sangat bersifat umum tidak
secara spesifik mengkaji isu di Jawa Timur.
L A S T PA RT
TERIMA
KASIH 😊