Anda di halaman 1dari 23

EVALUASI &

STRATEGI
PERCEPATAN
PENURUNAN
STUNTING
RAPAT KOORDINASI
SINERGITAS DAN AKSELERASI POLA HIDUP SEHAT
DALAM UPAYA PENINGKATAN DERAJAT KESEHATAN
DI JAWA TIMUR TAHUN 2022

BAPPEDA PROV. JATIM

Hotel Aria Gajayana Malang


Senin, 28 Maret 2022
2
20.394.280

20.484.509

3
KEBIJAKAN DAN
DASAR HUKUM
terkait
PENURUNAN
STUNTING

Peraturan Keputusan Menteri Keputusan Gubernur Jatim Surat Sekretariat


Presiden Nomor Bappenas Nomor No 188/436/KPTS/013/2021 Daerah Nomor
72 Tahun 2021 Kep.10/M.PPN/HK/02/ tentang Tim Koordinasi 910/12.132/201.3/
tentang 2021 tentang Pembinaan dan 2021 tentang
Percepatan Penetapan Perluasan Pengawasan Kinerja Penganggaran
Penurunan Kab/Kota Lokasi Pokus Kab/Kota Percepatan Program
Stunting Intervensi Penurunan Pencegahan Stunting Penurunan Stunting
Stunting Terintegrasi Terintegrasi Provinsi Jatim Terintegrasi di Jawa
Tahun 2022 Tahun 2021 - 2024 Timur
Stunting Nasional 2021 (SSGI)
STUNTING Stunting Jatim 2021 (SSGI)

NTT 37.80 BANGKALAN 38.90


Sulawesi Barat 33.80
Tahun 2007 – 2021 PAMEKASAN 38.70
Aceh 33.20 BONDOWOSO 37.00
NTB 31.40
LUMAJANG 30.10
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
30.20
30.00
14 SUMENEP
KOTA SURABAYA
29.00
28.90
MOJOKERTO 27.40
Kalimantan Barat 29.80 KOTA MALANG 25.70
Kabkota
Sulawesi Tengah 29.70 MALANG 25.70
Diatas jatim
Papua 29.50 NGANJUK 25.30
Gorontalo 29.00 TUBAN 25.10
Maluku 28.70 BOJONEGORO 23.90
Maluku Utara 27.50 JEMBER 23.90
SITUBONDO 23.70
Kalimantan Utara 27.50
JAWA TIMUR 23.50
Sulawesi Selatan 27.40
PROBOLINGGO 23.30
Kalimantan Tengah 27.40 GRESIK 23.00
Papua Barat 26.20 PACITAN 22.70
Sumatera Utara 25.80 KOTA PASURUAN 22.10
Sumatera Selatan 24.80 PASURUAN 21.50
Banten 24.50 Stunting Balita Indonesia & Jatim JOMBANG 21.20
Jawa Barat 24.50 LAMONGAN 20.50
Nasional Jatim BANYUWANGI 20.10
Indonesia 24.40
PONOROGO 20.00
Jawa Timur 23.50
KOTA PROBOLINGGO 19.00
Sumatera Barat 23.30

37.20
36.80
36.80

18.10

36.00
TRENGGALEK
Kalimantan Timur 22.80

32.81
KEDIRI 18.00

30.80
Jambi 22.40 MAGETAN 17.20

27.67
Jatim
24

26.86
Riau 22.30 SAMPANG 17.20

24.40
Peringkat

23.50
Bengkulu 22.10 NGAWI 16.20
Sulawesi Utara
Jawa Tengah
21.60
20.90
14 Kabkota
Dibawah
MADIUN
KOTA KEDIRI
15.90
15.70
Keb. Bangka Belitung 18.60 Nasional jatim KOTA BATU 15.00
SIDOARJO 14.80
Lampung 18.50
BLITAR 14.50
Kepulauan Riau 17.60 2007 2013 2018 2019* 2021** TULUNGAGUNG 13.10
DIY 17.30 KOTA BLITAR 12.90
DKI 16.80 Sumber: 2017-2018 RISKESDAS, *2019 SSGBI, **2021 SSGI KOTA MADIUN 12.40
Bali 10.90 KOTA MOJOKERTO 6.90
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 20.00 40.00 5
60.00
PERSENTASE ODF JATIM 2020 DESA/KELURAHAN ODF PERSENTASE ODF JATIM 2021
KOTA MALANG 100.0 KOTA MALANG 100.00
KOTA KEDIRI 100.0 Tahun 2021 KOTA KEDIRI 100.00
KOTA BLITAR 100.0 KOTA BLITAR 100.00
BANYUWANGI 100.0 BANYUWANGI 100.00
KOTA BATU 100.0 KOTA BATU 100.00
PAMEKASAN 100.0 PAMEKASAN 100.00
LAMONGAN 100.0 LAMONGAN 100.00
TUBAN GRESIK SAMPANG
KOTA MADIUN 100.0 BANGKALA
SUMENEP
KOTA MADIUN 100.00
MAGETAN 100.0 LAMONGAN N PAMEKASAN
KOTA
MAGETAN 100.00
NGAWI 100.0 BOJONEGORO
KOTA SURABAYA NGAWI 100.00
PACITAN 100.0
NGAWI MOJOKERT SIDOARJO PACITAN 100.00
TRENGGALEK 100.0 MADIU O
JOMBANG KOTA TRENGGALEK 100.00
BLITAR 100.0 N NGANJUK KOTA
MAGETAN
KOTA MOJOKERT PASURUAN
PROBOLINGGO BLITAR 100.00
PONOROGO 100.0 MADIU KEDIRI O
GRESIK 100.0 N KOTA
KOTA PASURUAN SITUBONDO PONOROGO 100.00
BATU
KOTA MOJOKERTO 100.0 PONOROGO KEDIR PROBOLINGGO
BONDOWOSO
GRESIK 100.00
KOTA KOTA
NGANJUK 93.0
I
BLITAR MALANG
KOTA MOJOKERTO 100.00
PACITAN TULUNGAGUNG
BOJONEGORO 84.0
LUMAJANG LUMAJANG 100.00
TRENGGALEK MALANG JEMBER
TULUNGAGUNG 81.2 BLITAR SAMPANG 100.00
BANYUWANGI
LUMAJANG 78.0 NGANJUK 100.00
SAMPANG 77.4 MADIUN 100.00
MADIUN 77.2 BOJONEGORO 83.95
JAWA TIMUR 66.3 TULUNGAGUNG 81.18
JOMBANG 61.4 Kabupaten/kota dengan ODF <60% JAWA TIMUR 76.35
SUMENEP 60.2 MOJOKERTO 74.01
SITUBONDO 50.0 Kabupaten/kota ODF > 60% KEDIRI 65.99
KOTA SURABAYA 46.1 BONDOWOSO 64.84
BANGKALAN 44.8 JOMBANG 63.40
61.03
KEDIRI 44.5 TREN DESA ODF JAWA TIMUR, 2018 – 2020 SITUBONDO
60.54
KOTA PASURUAN 44.1 SUMENEP
BONDOWOSO 42.9 Jatim 76.35 KOTA PASURUAN 52.94 Jatim
66.30
MALANG 41.8 58.10 KOTA SURABAYA 46.75
KOTA PROBOLINGGO 41.4 49.40 BANGKALAN 44.84
MOJOKERTO 34.9 66,3 MALANG 41.79 76,35
SIDOARJO 27.8 KOTA PROBOLINGGO 41.38
PROBOLINGGO 25.8 Sumber: Dinas TUBAN 28.66 Sumber: Dinas
22.2 Kesehatan Prov Jatim Kesehatan Prov Jatim
PASURUAN SIDOARJO 27.84
Update 31 Desember Update 31 Desember
TUBAN 21.3 2018 2019 2020 2021 PROBOLINGGO 25.76 2021
2020
JEMBER 14.1 Sumber: Profil Kesehatan Jawa Timur 2018 – 2021 PASURUAN 22.19
JEMBER 14.11
- 50.00 100.00 150.00 6
Dampak Pandemi Covid-19
Terhadap Stunting
1 3
Terbatasnya layanan 2
Kesehatan termasuk
layanan ANC-Ante 4
Natal Care, Post
Praktek Natal dan Kurangnya
Kurangnya
pengasuhan pembelajaran dini akses ke air
akses ke
yang tidak yang berkualitas bersih dan
makanan
baik sanitasi
bergizi

5 6
Permasalahan Stunting
di Terbatasnya 7
persepsi dan
Jawa Timur Perilaku Pandemi Covid
Stunting disebabkan oleh Masih masyarakat memperlambat
faktor multidimensi sehingga beragamnya data terhadap penurunan
penanganannya perlu Stunting stunting stunting
dilakukan oleh multisektor
Komunikasi antara kader dan perangkat
desa kurang maksimal. Sinergi antara
perangkat desa dan perangkat daerah
setempat belum kuat.

Database yang terdapat di desa yang belum


terintegrasi dengan data yang lain, sehingga
sasaran penggunaan dana desa masih belum
menyasar keluarga dengan risiko stunting.

Pengawasan dan evaluasi dilapangan


menjadi kurang maksimal karena data
Permasalahan Stunting yang kurang memenuhi syarat.

Belum seluruh keluarga dengan balita


stunting tertangani dengan baik belum
di Lapangan semuanya dapat bansos. Program yang
dilaksanakan di desa belum sepenuhnya
mendukung percepatan penurunan stunting.
PERATURAN PRESIDEN NO. 72 TAHUN 2021 TENTANG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

Pasal 4 Pasal 5

Strategi Nasional Percepatan Pencapaian target tujuan


Dalam rangka pencapaian target
Penurunan Stunting sebagaimana pembangunan berkelanjutan
nasional prevalensi Stunting
dimaksud dalam Pasal 2 sebagaimana dimaksud pada ayat
sebagaimana dimaksud dalam
dilaksanakan untuk mencapai (1) dilaksanakan melalui
Pasal 4 ayat (2) ditetapkan target
target tujuan pembangunan pencapaian target nasional
antara yang harus dicapai
berkelanjutan pada tahun 2O3O. prevalensi Stunting yang diukur
sebesar 14% (empat belas persen)
pada anak berusia di bawah 5
pada tahun 2024.
(lima) tahun
Stranas Pencegahan Stunting
Pemerintah mendorong adopsi kebiasaan baru (new normal) dalam pelaksanaan kegiatan penurunan
stunting melalui modifikasi kegiatan secara daring

Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5


Komitmen dan visi Kampanye nasional Konvergensi, koordinasi, Mendorong kebijakan Pemantauan dan
pimpinan tinggi berfokus pada dan konsolidasi program “nutrional food security” evaluasi
negara pemahaman, nasional, daerah, dan
perubahan perilaku, masyarakat
komitmen politik, dan
akuntabilitas

• Pemerintah tetap Kampanye • Minimalisasi pemotongan Bantuan Sosial • Monev tetap


berkomitmen untuk diarahkan pada anggaran untuk diberikan kepada dilakukan;
melakukan penurunan praktek pemenuhan penurunan stunting; masyarakat, • Dilakukan studi
stunting pada masa gizi, PHBS dan • Pendampingan tetap terutama masyarakat untuk menghitung
pandemi; pemantauan dilaksanakan; tidak mampu dampak Covid-19
• Advokasi kepada • Intervensi dilanjutkan
pertumbuhan secara dengan penambahan terhadap scenario
daerah tetap dilakukan dengan modifikasi;
mandiri. jumlah KPM dan penurunan
bersama dengan K/L • Panduan pelaksanaan jenis makanan. Stunting.
terkait. layanan di masyarakat
dikembangkan.
Konvergensi percepatan pencegahan stunting adalah
intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan Aksi #1 Identifikasi sebaran stunting, ketersediaan
bersama-sama mensasar kelompok sasaran prioritas yang program, dan kendala dalam pelaksanaan integrasi
tinggal di desa untuk mencegah stunting

Aksi #8 Melakukan reviu kinerja


pelaksanaan program dan keggiatan Aksi #2 Menyusun rencana kegiatan untuk
terkait penurunan stunting selama 1 tahun meningkatkan pelaksanaan integrasi
terakhir intervensi gizi

Aksi #7 Melakukan pengukuran


Aksi #3 Menyelenggarakan rembuk
pertumbuhan dan perkembangan anak
stunting tingkat kabupaten/kota
balita dan publikasi angka stunting
kab/kota

Aksi #4 Memberikan kepastian hukum


Aksi #6 Meningkatkan sistem pengelolaan
bagi desa untuk menjalankan peran dan
data stunting dan cakupan intervensi di
kewenangan desa dalam intervensi gizi
tingkat kabupaten/kota
terintegrasi

Aksi #5 Memastikan tersedianya dan berfungsinya kader yang membantu


Pemerintah Desa dalam pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi di tingkat
desa
ISU-ISU DESA LOKUS

Penentuan desa lokus hasil analisa


situasi lebih lambat dari siklus
Data e-PPGBM belum terupdate Belum adanya koordinasi antar perencanaan daerah (khusus tahun
(terbarukan); OPD untuk penentuan desa lokus; daerah);

Penentuan desa lokus belum sama Pengumpulan data stunting dari


dengan hasil cakupan intervensi Desa lokus belum tentu disetujui Kabupaten/Kota cenderung
gizi spesifik dan sensitif; oleh kepala daerah; terlambat;

13
ISU-ISU CAKUPAN INTERVENSI
S P E S I F I K S E N S I T I F

Cakupan layanan belum menyasar kepada Rumah Memastikan data cakupan akurat, update, dan
01 01
Tangga 1000 HPK; kredibel (Bisa dipercaya);

Data cakupan belum akurat, update, dan kredibel Monitoring pelaksanaan fisik (contoh sarana air
02 02
(Bisa dipercaya); minum yang belum maksimal);

Belum terpenuhinya sarana dan prasarana kesehatan Perubahan perilaku hidup sehat dan pemenuhan
03
03 yang menyasar kepada Rumah Tangga 1000 pangan keluarga;
HPK;
Perubahan budaya lokal terkait dengan tradisi
04
Pelaksanaan pemantauan pelayanan yang masih pernikahan dini;
04 belum maksimal dilakukan secara berkala sesuai
dengan SOP/Juknis yang berlaku; Masih rendahnya pendidikan terhadap anak usia
05
2-6 tahun yang terdaftar di PAUD;
Masih adanya perilaku Rumah Tangga 1000 HPK
05 yang belum sadar kepada pentingnya terhadap 06 Masih rendahnya pola asuh dari orang tua.
layanan kesehatan ibu dan anak;
14
ISU-ISU REGULASI & KELEMBAGAAN

Belum semua Belum semua tim Kurangnya Belum optimalnya Kelembagaan


pemerintah koordinasi pemahaman tim dunia usaha dalam kabupaten/kota
kabupaten/kota kabupaten/kota koordinasi menurunkan angka belum memiliki
memiliki regulasi tidak memiliki kabupaten/kota stunting; rencana monitoring
terkait dengan anggaran untuk pelaksanaan aksi evaluasi
kelembagaan kegiatan tim; konvergensi stunting implementasi
penurunan stunting; terintegrasi; regulasi;

15
REKOMENDASI DESA LOKUS
Mendorong perbaikan data e-PPGBM terbarukan melalui advokasi kepada Dinkes
Kabupaten/Kota;

Meningkatkan Koordinasi antar OPD dalam penggunaan data desa lokus;

Memastikan pelaksanaan aksi konvergensi disesuaikan dengan siklus perencanaan


dan penganggaran;

Mendorong kabupaten/kota untuk melakukan Aksi 1 sesuai dengan siklus


perencanaan (Musdes, Musrenbangcam, Musrenbang Kab/Kota);

Meningkatkan kapasitas Provinsi untuk mendorong kabupaten/kota dalam


mengusulkan penentuan desa lokus agar tepat waktu;

16
REKOMENDASI CAKUPAN INTERVENSI GIZI
S P E S I F I K S E N S I T I F

Memastikan data cakupan akurat, update, dan


Memastikan cakupan layanan kesehatan ibu dan 01
01 kredibel (Bisa dipercaya);
anak pada Rumah Tangga 1000 HPK terpenuhi;
Pelaksanaan monitoring dalam pelaksanaan fisik
Memastikan data cakupan akurat, update, dan
02 (contoh sarana air minum yang belum
02
kredibel (Bisa dipercaya); maksimal);

Melakukan koordinasi antar OPD untuk


Provinsi dan Kabupaten/Kota memastikan sarana 03 mendorong perubahan perilaku hidup sehat,
03 dan prasarana kesehatan memadai untuk Rumah
pola asuh dan pemenuhan pangan keluarga;
Tangga 1000 HPK;
Melakukan advokasi kepada para pemangku
Monitoring pelaksanaan pelayanan dilakukan 04 kepentingan terhadap perubahan budaya lokal
04 secara berkala sesuai dengan SOP/Juknis yang terkait dengan tradisi pernikahan dini;
berlaku;
Melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan
Perubahan perilaku kepada Rumah Tangga 1000 05 untuk meningkatkan pendidikan terhadap
05
HPK; anak usia 2-6 tahun;
17
REKOMENDASI PERATURAN & KELEMBAGAAN

Mendorong pemerintah Kabupaten/Kota untuk memiliki regulasi terkait


dengan kelembagaan penurunan stunting;

Melakukan advokasi kepada tim koordinasi Kabupaten/Kota untuk


menyiapkan anggaran tim;

Meningkatkan pemahaman tim kordinasi Kabupaten/Kota pelaksanaan aksi


konvergensi stunting terintegrasi;

Memastikan keterlibatan dunia usaha dalam menurunkan angka stunting;

Melakukan advokasi kepada pemerintah Kabupaten/Kota untuk memiliki


rencana monitoring evaluasi implementasi.

18
Peran Pemerintah Provinsi Jawa Timur

19
• Menyusun PERGUB Stunting
Terintegrasi Tahun 2021 - 2024
• Membentuk SK Tim Koordinasi
Pembinaan dan Pengawasan
Kinerja Kab/Kota Percepatan
Pencegahan Stunting
Terintegrasi 2021-2024

• Melakukan Sinergi Program dan Kegiatan


dalam penurunan stunting serta
mengkonsolidasikan Alokasi
Pendanaannya
• Melakukan Pembinaan dan Pengawasan
dalam penilaian 8 Aksi Konvergensi
• Melaksanakan Rapat Koordinasi Stunting
yang melibatkan Pusat, Provinsi dan
Kabupaten Kota serta Stakeholder lainnya
• Mengalokasikan belanja bantuan keuangan
untuk kabupaten/kota melalui Program
Inovasi ke Daerah Seperti Kegiatan Buaian,
Honor Ponkesdes
• Melakukan Koordinasi antara OPD Provinsi
dan Kabupaten/Kota yang terkait dengan
pelaksanaan Aksi Konvergensi

20
BEBERAPA HAL KUNCI YANG PERLU DIDORONG
(tercantum dalam rancangan Perpres Percepatan Penurunan Stunting)

21
Terima Kasih
23

Anda mungkin juga menyukai