Anda di halaman 1dari 33

Stunting, dan Kegiatan Konvergensi Pencegahan

Stunting.
0
10
20
30
40
50
60

17.7
27.5
DKI Jakarta
DI Yogyakarta
Bali
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
Sulawesi Utara
Banten
Kalimantan Utara

⋆ Sangat pendek : TB/U<-3SD


Lampung
Riau
Papua Barat
Bengkulu

Indikator tinggi badan menurut umur (TB/U):


Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Sumatera Barat
Jambi
2013
30.8
37.2

INDONESIA
⋆ Pendek: TB/U ≥-3SD s/d <-2SD Jawa Barat
Jawa Tengah
Maluku Utara
2018

Sumatera Selatan
Sumatera Utara
Sulawesi Tengah
Gorontalo
Jawa Timur
Papua
Kalimantan Selatan
PADA BALITA MENURUT PROVINSI, 2013-2018

Kalimantan Barat
Nusa Tenggara Barat
2
PROPORSI STATUS GIZI SANGAT PENDEK DAN PENDEK

Maluku
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Aceh
Sulawesi Barat
42.6
51.7

Nusa Tenggara Timur


Stunting Merupakan Kegawat-daruratan Nasional
1 dari 3 Anak di Indonesia Menderita Stunting

3
Angka Stunting di Indonesia Jauh Lebih Buruk dari Beberapa Negara di Afrika

4
“Stunting, Dampak dan Pencegahannya”

Simak dan catat untuk beberapa hal:


• Arti stunting
• Penyebab stunting
• Akibat/dampak stunting
• Cara mencegah/menangani stunting

5
Stunting adalah Kondisi Kekurangan Gizi Kronis
Secara fisik anak stunting memiliki tinggi badan di bawah standar
pertumbuhan anak normal seusianya (WHO)*

6
Penyebab stunting dapat dikelompokan dalam dua kelompok:

1. Kurang gizi
• Tidak mampu menyediakan bahan
makanan
• Pola konsumsi yang salah
• Pola asuh yang salah

2. Penyakit
• Air minum tidak aman konsumsi
• Sanitasi tidak layak
• Tidak mendapat layanan kesehatan
Opik, 4 Tahun Rasyid, 3
secara memadai
Berat Bayi Lahir Tahun,
Rendah Lahir Normal

7
Akibat Stunting

Jangka Pendek: Jangka Panjang:


• Gangguan • Tingkat kecerdasan rendah
perkembangan otak • Prestasi belajar tidak baik
• Gangguan • Prestasi kerja tidak baik
pertumbuhan fisik (produktivitas rendah).
Kematian • Gangguan • Kalah bersaing dalam
perkembangan mencari kerja.
motorik pada bayi • Cenderung gemuk diusia tua
sehingga menderiita penyakit
degeneratif (hipertensi,
jantung, diabetes, dll)

Dampak jangka panjang:


Kerugian negara karena generasi penerus
mengalami kondisi yang tidak sehat dan tidak
produktif 8
Cara Pencegahan Stunting
(intervensi Stunting)

Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif


1. Untuk mengatasi 1. Untuk mengatasi penyebab
penyebab langsung tidak langsung supaya
(kurang gizi dan penyakit) kecukupan pangan dan tidak
terjadi infeksi.
2. Lebih banyak dikerjakan 2. Dilakukan semua pihak diluar
oleh bidang kesehatan. bidang kesehatan
3. Sebagai intervensi jangka 3. Sebagai intervensi jangka
pendek panjang

9
10
Contoh Pencegahan Stunting
No. PAKET LAYANAN SPESIFIK SENSITIF

1 Kesehatan Ibu dan Anak • Pemeriksaan kehamilan (4x) • Pengolahan gizi seimbang
• Pemberiaan Pil Fe keluarga.
• Pertolongan persalinan oleh • Pemantauan minum pil Fe.
tenaga kesehatan • Menerapkan ASI-Ekslusif.
• Pemeriksaan masa nifas ( 3 x) • Menerapkan MP-ASI
• IMD (Inisiasi Menyusu Dini) : • Konsumsi garam beryodium
Colostrum, ASI Eklusif, MP-ASI. • Pencegahan malaria
• Imunisasi lengkap • Pencegahan kecacingan
• Pemberian obat cacing dan obat
malaria

2 Konseling gizi terpadu • Penanganan KEK (kekurangan • Peningkatan ekonomi keluarga


energi kronis) • Pemanfaatan pekarangan
• Penyuluhan gizi dan pengolahan rumah/ kebun gizi
makanan • Promosi PHBS
• PMBA (pemberian makanan bayi
dan anak)

11
Contoh Pencegahan Stunting
No. PAKET LAYANAN SPESIFIK SENSITIF
• Menyiapkan • Penerbitan akte kelahiran, KTP, KK
form keterangan • Pemberian Kartu Jaminan Sosial
proses kelahiran • BPJS
• Program subsidi keluarga miskin:
• KIS
3 Perlindungan Sosial
• KIP
• PKH
• Beras miskin

• Penyuluhan • Penyediaan sarana air minum


PHBS dan • Penyediaan jamban (keluarga/umum)
4 Sanitasi dan air bersih Sanitasi • Pengolahan limbah keluarga (sampah dan
limbah cair)

• Kegiatan Bina Keluarga Balita


• Latihan pengasuhan anak (kelas parenting).
5 Layanan PAUD
• Menerapkan pola asuh anak.

12
PENCEGAHAN GIZI BURUK PADA BALITA
a. Prinsip Pencegahan:
SEDINI MUNGKIN
1. Penyiapan kesehatan dan status gizi ibu hamil dilakukan sejak masa
remaja dan selanjutnya saat usia subur

Pencegahan Hygiene dan


Pernikahan Dini Sanitasi
Konsumsi TTD
dan Kehamilan Personal dan
pada Remaja Lingkungan

Konseling Pra Pencegahan Peningkatan


Nikah KEK Kepesertaan KB

14
b. Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi <Usia 6 Bulan
Pencegahan jangka pendek adalah dengan melakukan IMD, memberikan ASI
Eksklusif, pemantauan pertumbuhan sejak awal kehidupan, pemeriksaan
neonatal esensial menggunakan MTBM (bayi muda 0-2 bulan) dan
pemeriksaan balita sakit menggunakan formulir MTBS.

15
Faktor risiko gizi buruk bagi bayi < 6 bulan yang sering ditemukan antara lain:

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

01
Bayi lahir sebelum waktunya (preterm/prematur)

02
Penyakit dan kelainan bawaan

03
Pola asuh yang tidak menunjang proses tumbuh
kembang bayi dan gangguan kesehatan ibu setelah
04 melahirkan
Upaya pencegahan gizi buruk pada bayi usia < 6 bulan

upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak dalam paket pelayanan Seribu
Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

17
c. Pencegahaan Gizi Buruk pada Balita 6-59 bulan:

Pemberian Makanan Sesuai Rekomendasi


01
Pencegahan Penyakit Infeksi
02
d. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Prinsip pencegahan gizi buruk: menemukan kasus yang


berisiko mengalami gizi buruk

Penemuan balita dengan hambatan pertumbuhan sedini


mungkin di Posyandu atau fasilitas kesehatan primer.

19
KESALAHAN MENILAI STATUS PERTUMBUHAN

Berat Badan Berat Badan


Bulan Lalu Bulan ini

DIBANDINGKAN

PENILAIAN KADER/ TENAGA


KESEHATAN

ASAL NAIK

20
21
Dua tahun pertama kehidupan adalah periode
kritis bagi anak. Masa ini merupakan kesempatan
emas dalam memenuhi maupun memperbaiki
asupan nutrisi anak agar tercapai tumbuh
kembang yang optimal serta mencegah terjadi
masalah kesehatan di kemudian hari.

22
1. CARA PENIMBANGAN
• Letakkan bandul geser
pada angka nol, jika
• ujung kedua paku
timbang tidak dalam
posisi
• lurus, maka timbangan
perlu ditera atau
• diganti dengan yang
baru.
23
2.Pastikan bandul geser berada pada angka
NOL

24
3.Pasang sarung timbang/celana timbang/kotak
timbang yang kosong pada dacin
4. Seimbangkan dacin
yang telah dibebani
dengan
sarung timbang/celana
timbang/kotak timbang
dengan memberi
kantung plastik berisikan
pasir/batu diujung batang
dacin, sampai kedua
jarum di atas tegak lurus

25
5. Menimbang Balita

26
Cara Mengukur Panjang Badan/Tinggi Badan
Anak < 2 tahun
• Pengukuran dilakukan telentang
• Jika diukur tingginya (berdiri) maka ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi
menjadi panjang badan

Anak ≥ 2 tahun dan anak sudah mampu berdiri tegak


• Pengukuran dilakukan berdiri tegak
• Jika diukur panjangnya (telentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi
menjadi tinggi badan.

Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukur
panjang badan (infantometer/stadiometer) dengan kriteria kuat/tahan lama, presisi
sampai 0,1 cm, sudah dikalibrasi dan memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI)
27
Posisi balita dan pengukur Posisi tangan asisten pengukur (memegang
telinga) dan posisi kepala

Posisi pengukur yang benar (mata tegak lurus Posisi kaki yang benar, telapak kaki menempel tegak lurus
ke jendela baca alat pengukur) pada papan penggeser
CARA MENGUKUR
TINGGI BADAN PADA ANAK

29
Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)

• Dilakukan pada balita umur 6-59 bulan


• Menggunakan pita LiLA balita
• Pastikan pita LiLA tidak sobek, lusuh, lembab atau angka tidak
terbaca/kabur.

Pita LiLA Balita

30
LILA anak 6-59 bulan

• Selalu mengukur lengan kiri


• Buka pakaian pada lengan kiri
• Tekuk siku
• Cari puncak bahu [1] [2]
• Cari ujung siku [3]

31
LILA anak 6-59 bulan

 Taruh benang pada puncak bahu [4] hingga ujung


siku [5]
 Ukur panjang lengan atas
 lipat benang menjadi dua dan temukan ujung
benang di ujung puncak bahu untuk menentukan
titik tengah lengan
 Tandai titik tengah pada kulit menggunakan
bolpen [6]

32
Terima
kasih
Tarima Kasih
Hatur Nuhun
MaturSuwun
Tampiaseh
Teurimeng Geunaseh

33

Anda mungkin juga menyukai