Anda di halaman 1dari 64

Kelompok 3

Anggota :
Teja hasbiyallah : 2018.10.00.02.011
Hilda Maulina : 2018. 01.00.02.012
Riri indah permata : 2018 01.00.013
Putra firdaus : 2018 .01.00.
Gangguan muskuloskeletal
Pengertian
Sistem Muskuloskeletal ini memiliki
komponen utama nya yaitu tulang dan jaringan ikat
dimana didalamnya sebagai penyusun tubuh yang
terdiri dari kurang lebih 25 % berat badan dan 50 %
terdiri dari otot. dari system ini juga difungsikan
sebagai penopang bentuk badan serta pergerakan
tubuh manusia system ini terdiri dari tulang, sendi,
otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan
khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN-ORGAN DALAM SISTEM MUSCULOSKELETAL

Muskuloskeletal terdiri atas :


Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan
ligamen
 Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi
1. Muskuler/Otot
1.1 Otot
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu
untuk berkontraksi. Terdapat lebih dari 600 buah otot
pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot
tersebut dilekatkan pada tulang-tulang kerangka tubuh
oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat di
bawah permukaan kulit.
Fungsi sistem muskuler/otot:
1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot
tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang
rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri
atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan
panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
1. Kontrakstilitas. Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat
atau tidak melibatkan pemendekan otot.
2. Eksitabilitas. Serabut otot akan merespons dengan kuat jika
distimulasi oleh impuls saraf.
3. Ekstensibilitas. Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang
melebihi panjang otot saat rileks.
4. Elastisitas. Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi atau meregang.
Jenis-jenis otot
a) Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan
melekat pada rangka.
1. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm,
berbentuk silindris dengan lebar berkisar antara 10
mikron sampai 100 mikron.
2. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di
bagian perifer.
3. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka
1. Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang
terdiri dari serabut-serabut berbentuk silinder yang
panjang, disebut myofiber /serabut otot.
2. Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel
yang mempunyai banyak nukleus ditepinya.
3. Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang
penuh dengan bermacam-macam organella, kebanyakan
berbentuk silinder yang panjang disebut dengan myofibril.
4. Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang
berbeda-beda ukurannya :
• yang kasar terdiri dari protein myosin
• yang halus terdiri dari protein aktin/actin.
b) Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan
involunter. Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding
berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,
reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
1. Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral.
2.Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron
(melapisi pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus
wanita hamil.
3. Kontraksinya kuat dan lamban.
Struktur Mikroskopis Otot Polos
• Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang disusun oleh
myofilamen-myofilamen.
jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot
distimulasi untuk berkontraksi.
1. Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh
darah besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik,
pada otot mata yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan
ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
2. Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun
dalam lapisan dinding organ berongga atau visera. Semua
serabut dalam lapisan mampu berkontraksi sebagai satu
unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau
miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal
untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
c) Otot Jantung
1. Merupakan otot lurik
2. Disebut juga otot seran lintang involunter
• Otot ini hanya terdapat pada jantung
• Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi
otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu
setiap kali berdenyut.
Kerja Otot
- Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan)
- Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup)
- Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
- Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
- Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor
(menyempitkan)
- Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh)
1.2 Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat
yang bersifat fleksibel, yang terbuat dari fibrous
protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulang
dengan otot atau otot dengan otot.
1.3 Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat
kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung
yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang
dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :
- Ligamen Tipis
Ligamen pembungkus tulang dan kartilago.
Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan
lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya
pergerakan.
- Ligamen jaringan elastik kuning.
Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan
yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti
pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
2. Skeletal
2.1 Tulang/ Rangka
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas
tulang-tulang. Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk
rangka. Bagian terpenting adalah tulang belakang.
Fungsi Sistem Skeletal :
1. Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
2. Membentuk kerangka yang yang berfungsi untuk menyangga
tubuh dan otot-otot yang.
3.Melekat pada tulang
4.Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan
salah satu jaringan pembentuk darah.
5. Merupakan tempat penyimpanan bagimineral seperti calcium
daridalam darah misalnya.
6. Hemopoesis
Struktur Tulang
- Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak
hidup (matriks).
- Matriks tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang).
- Osteoblas membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam
mineral.
- Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas baru akan
dibentuk.
- Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit
(sel tulang dewasa).
- Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan
tulang).
Jaringan tulang terdiri atas :
a. Kompak (sistem harvesian  matrik dan lacuna, lamella intersisialis)
b. Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan
pembuluh darah)
Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
1. Tulang Kompak
a. Padat, halus dan homogen
b. Pada bagian tengah terdapat medullary cavity yang mengandung
’yellow bone marrow”.
c. Tersusun atas unit : Osteon  Haversian System
d. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat
pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik
(lamellae).
e. Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang
disebut periosteur, membran ini mengandung:
1. Bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang
2. Osteoblas
2. Tulang Spongiosa
a. Tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut trabekula.
b. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan.
c. Rongga antara trebakula terisi ”red bone marrow” yang mengandung
pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.
d. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak dan pada ujung
Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya
1. Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna
2. Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan
pergelangan kaki
3. Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang
rusuk dan sternum
4. Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka,
pelvis
Pembagian Sistem Skeletal
1. Axial / rangka aksial, terdiri dari :
1. tengkorak kepala / cranium dan tulang-tulang muka
2. Ÿ columna vertebralis / batang tulang belakang
3. costae / tulang-tulang rusuk
4. sternum / tulang dada
2. Appendicular / rangka tambahan, terdiri dari
1. tulang extremitas superior
a. korset pectoralis, terdiri dari scapula (tulang
berbentuk segitiga) dan clavicula (tulang berbentuk
lengkung).
b. lengan atas, mulai dari bahu sampai ke siku.
c. lengan bawah, mulai dari siku sampai pergelangan
tangan.
d. tangan
1. tulang extremitas inferior: korset pelvis, paha,
tungkai bawah, kaki.
2.2 Sendi
Persendian adalah hubungan antar dua tulang sedemikian
rupa, sehingga dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya
gerakan.
1. Synarthrosis (suture)
Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan,
strukturnya terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan antara tulang di
tengkorak.
2. Amphiarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat digerakkan,
strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang
3. Diarthrosis
Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan
pergerakan, yang terdiri dari struktur sinovial. Contoh: sendi peluru
(tangan dengan bahu), sendi engsel (siku), sendi putar (kepala dan
leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).
Pengertian gangguan sistem
muskuloskeletal

Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah


keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat
ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima
beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi , ligamen atau tendon.
Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
dengan keluhan muskuloskeletal disorders (MSDs) atau cedera
pada sistem muskuloskeletal.

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi


dua, yaitu :
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang
terjadi pada saat otot meneritma beban statis, namun demikian
keluhan tersebut akan segera hilang apabila pemberian beban
dihentikan
2. Keluhan tetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat
menetap. Walaupun pemberian beban kerja telah dihentikan ,
namun rasa sakit pada otot tersebut terus berlanjut.
Faktor Penyebab Keluhan Pada Gangguan
Muskuloskeletal
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal yakni,
antara lain:
1. Faktor biologis (umur, jenis kelamin, dan lain-lain) 2.
Peregangan Otot yang Berlebihan
3. Aktivitas Berulang
4. Sikap Kerja Tidak Alamiah (Tidak Ergonomis)
5. Faktor Penyebab Sekunder :
 Tekanan
 Getaran
 Mikroklimat (Suhu)
6. Penyebab Kombinasi
 Umur
 Jenis kelamin
 Kebiasaan merokok
 Kesegaran jasmani
 Kekuatan fisik
 Ukuran tubuh (antropometri)
Gangguan muskuloskeletal

Keluhan pertama terhadap sistem


muskuloskeletal yaitu nyeri, rasa kaku dan kelemahan.
Gangguan pada muskuloskeletal ditandai dengan
pembengkakan sendi, kelemahan otot, gangguan
gerak. Penyakit ini pada umumnya terjadi pada lansia
dan pekerja.
1. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah suatu gangguan
persendian dimana terjadi perubahan berurangnya
tulang rawan sendi dan terjadi hipertropi tulang hingga
terbentuk tonjolan tulang pada permukaan sendi
(osteopit). Osteoarthritis dikenal sebagai penyakit
sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang
paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas).
Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban secar klinis ditandai oleh nyeri
deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.
Osteoarthritis diklasifikasi menjadi :
a. Tipe primer (idopatik), tanpa kejadian atau penyakit
sebelumnya yang berhubungan dengan osteoarthitis,
jenis ini terutama ditemukan pada wanita kulit putih,
usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan
nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal
interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakakkan
tulang (nodus heberden)
b. Tipe sekunder , seperti akibat trauma, infeksi dan
pernah fraktur, osteoarthritis dapat disebabkan oleh
penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia
sehingga menimbulkan osteoarthritis sekunder.
Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan
osteoarthritis sekunder sebagai berikut:
1) Trauma / insabilitas
osteoarthritis sekunder terutama terjadi akibat
fraktur pada daerah sendi, setelah menisoktemi,
tungkai bawah yang tidak sama panjang, adanya
hipermobilitas, instabilitas sendi, ketidaksejajaran dan
ketidakserasian permukaan sendi.
2) Faktor genetik / perkembangan
Adanya kelainan genetik dan kelainan
perkembangan tubuh (displasia efesial. Displasia
asetabular, penyakit Legg-Calve-Perthes, diskolasi
sendi panggul bawaan, tergelincirnya epifisis) dapat
menyebabkan osteoarthritis.
3) Penyakit metabolik / endokrin
osteoarthritis sekunder dapat pula disebabkan
oleh penyakit metabolik /sendi (penyakit okronosis,
akromegali, mukopolisakarida, deposisi kristal,atau
setelah infalamasi pada sendi. (misalnya ,
osteoarthritis atau artropati karena inflamasi)
Etiologi osteoarthritis

Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih belum


terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya
osteorthritis antara lain adalah :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis,
faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya
osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoarthritis hampir tak pernah pada anak-anak , jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan
bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar
air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis kelamin
wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut
dan sendi, dan lelaki lebih sering terkena osteoarthritis
paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruha
dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih
sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari
pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal
pada patogenesisostearthritis.
c. Genetic
faktor herediter juga berperan pada timbulnya
osteoarthritis missal, pada ibu dari seseorang wanita
dengan osteoarthritis pada sendi-sendi inter falang
distal terdapat dua kali lebih sering osteoarthritis pada
sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada
ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa
osteoarthritis. Heberden node merupaka salah satu
bentuk osteoarthritis yang biasanya ditemukan pada
pria yang kedua orang tuanya terkena osteoarthritis,
sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya
yang terkena.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada
osteoarthritis nampaknya terdapat perbedaan diantara
masing-masing suku bangsa, misalnya osteoarthritis
paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan
usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis lebih sering
dijumpai pada orang-orang Amerika asli dari pada kulit
putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
berat badan yang berlebihan nyata berkaitan
dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoarthritis baik wanita maupun pada pria.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
kegiatan fisik yang dapat menyebabkan
osteoarthritis adalah trauma yang menimbulkan
kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik
sendi tersebut.
g. Akibat penyakit radang sendi lain
infeksi ( arthritis rematord : infeksi akut, infeksi
kronis )menimbulkan reaksi peradangan dan
pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
Tanda dan gejala
pada umumnya , pasien osteoarthritis mengatakan bahwa
keluhan-keluhan yang dirasakannya lebih berlangsung lama, tetapi
berkembang secara perlahan berikut adalah keluhan yang dapat
dijumpai pada pasien osteoarthritis :
a. Nyeri sendi
keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa
nyeri yang melebihi gerakan lain.
b. Hambatan gerakan sendi
gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan
sejalan dengan pertambahannya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri
atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil
dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelag bangub tidur pagi.
d. Krepitasi
krepitasi atau rasa gemeretak yang timbul pada sendi
yang sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien
osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan
adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter
yang memeriksa.
e. Pembesaran sendi
sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar .
Pembengkakan sendi yang asimetris. Pembengkakan sendi
dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang
biasanya tidak banyak (<100 cc)atau karena adanya osteofit,
sehingga bentuk permukaan sendi berubah.
f. Tanda –tanda peradangan
tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerhan
) dapat dijumpai pada osteoarthritis karena adanya synovitis.
patofisiologi
Tulang rawan sendi merupakan sasaran utama
perubahan degenaratif pada osteoarthritis. Tulang rawan
sendi memiliki letak strategis yaitu di ujung-ujung tulang
untuk melaksanakan 2 fungsi yaitu 1) menjamin gerakan
yang hampir tanpa gesekan didalam sendi, berkat adanya
cairan sinovium, dan 2) disendi sebagai penerim beban,
menebarkan beban keseluruh permukaan sendi sedemikian
sehingga tulang dibawahnya dapat menerima benturan dan
berat tanpa mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini
mengharuskan tulang rawan elastis ( yaitu memperoleh
kembali arsitektur normalnya tertekan) dan memiliki daya
regang (tensile strenght) yang tinggi.
seperti pada tulang orang dewasa, tulang rawan
sendi tidak statis, tulang ini mengalami pertukaran,
komponen matriks tulang tersebut yang harus diuraikan
dan diganti. Keseimbangan ini dipertahankan oleh
kondrosit, yang tidak hanya menyintesis matrisks tetapi
juga mengeluarkan enzim yang menguraikan matriks.
osteoarthritis ditandai dengan perubahan
signifikan baik dalam komposisi maupun sifat mekanis
tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang
rawan yang mengalami degenarasi memperlihatkan
peningkatan kandungan air dan penurunan konsentrasi
proteoglikan dibandingkan dengan tulang rawan sehat.
Selain itu, tampaknya terjadi perlemahan jaringan kolagen, mungkin
karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe II, dan peningkatan
pemecahan kolagen yang sudah ada.kadar molekul perantar
tertentu, termasuk IL-1, TNF, nitrat oksida meningkat pada tulang
rawan osteoarthritis dan tampaknya berperan dalam perubahan
komposisi tulang rawan. Apoptosis juga meningkat, yang mungkin
menyebabkan penurunan jumlah kondrosit fungsional.
secara keseluruhan, perubahan ini cenderung menurunkan
daya regang dan kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai respons
terhadap perubahan regresif ini, kondorosit pada lapisan yang lebih
dalam berproliferasi dan berupaya memperbaiki kerusakan dengan
menghasilkan kolagen dan proteoglikan baru. Meskipun perbaikan
ini pada mulanya mampu mengimbangi kemerosotan tulang rawan,
sinyal molekular yang menyebabkan kondrosit lenyap dan matriks
ekstrasel berubah akhirnya menjadi predominan. Faktor yang
menyebabkan pergeseran dari gambaran repratif menjadi generatif
ini masih belum diketahui.
2. PMR ( Polymyalgia rheumatic)
Rematik polimialgia (PMR) adalah gangguan rematik yang
ditandai dengan nyeri ringan hingga berat pada pundak, panggul,
dan leher. Gangguan ini dapat terjadi secara bertahap dan
lambat atau terjadi secara mendadak (dalam satu malam).
Kekakuan otot, salah satu dari gejala utamanya, biasanya terjadi
pada pagi hari, sesaat setelah bangun tidur dan bertahan hingga
setidaknya 30 menit.
Seperti halnya kebanyakan penyakit peradangan, seperti radang
sendi, pengobatan bagi rematik polimialgia belum diketahui,
tetapi gejala-gejalanya dapat dihindari melalui kombinasi
pengobatan. Tujuannya adalah untuk mengurangi secara
signifikan kekambuhan dan pencegahan gejala-gejala tersebut
agar tidak memburuk.
Kondisi ini biasanya dirancukan dengan fibromialgia
karena keduanya menyebabkan nyeri otot (karena itu
disebut mialgia). Bagaimanapun juga keduanya berbeda.
Terlepas dari fakta bahwa PMR menyerang bagian tubuh
tertentu dan juga merupakan jenis peradangan otot.
Seseorang dengan fibromialgia, memiliki kepekaan
terhadap nyeri otot dan tulang belakang (muskuloskeletal)
terutama pada titik-titik pemicu. Seseorang didiagnosis
dengan fibro memiliki setidaknya 11 titik pemicu.
PMR juga biasanya dihubungkan dengan radang
dinding arteri (arteritis) sel raksasa, juga mengacu pada
arteritis temporal, yaitu gangguan peradangan yang
mempengaruhi kulit kepala, lengan, dan arteri leher.
Penyebab kondisi
Penyebab utama dari rematik polimialgia tidak
diketahui, walaupun beberapa penelitian mengutip sebagai
berikut:
1. Usia, penyakit ini sangat jarang diderita oleh seseorang
berusia di bawah 50 tahun, meskipun tetap memiliki
kemungkinan untuk terjadi dengan cepat seiring pertambahan
usia. Penyakit ini biasanya didiagnosis pada mereka yang
berusia di atas 65 tahun (usia rata-rata adalah 70 tahun).
2. Genetik dan Ras , pada penelitian Marco Cimmino yang
diterbitkan dalam Sejarah Penyakit Rematik, genetik telah
lama dipercaya menjadi penyebab PMR karena kelazimannya
di daerah tertentu di dunia. Penyakit ini biasanya umum
terdapat di Eropa Utara dibandingkan Eropa Selatan.
Polimialgia reumatik ditandai oleh:
1. Gangguan rasa nyaman yang hebat pada otot-otot
proksimal disertai pembengkakan ringan sekali.
2. Keluhan rasa pegal yang hebat pada otot-otot leher,
bahu dan pelvis.
3. Kekuan pada pagi hari dan sesudah periode tanpa
aktivitas
4. Demam ringan
5. Penurunan berat badan
6. Malaise
7. Anoreksia
8. Depresi
3. Artritis rematoid
Definisi Artritis Reumatoid Artritis
Reumatoid atau Rheumatoid arthritis(RA)adalah
penyakit autoimun sistemik . RA merupakan salah satu
kelainan multisistem yang etiologinya belum diketahui
secara pasti dan dikarateristikkan dengan destruksi
sinovitis . Penyakit ini merupakan peradangan sistemik
yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi
yang simetris . Penyakit RA ini merupakan kelainan
autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang
berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima
sendi.
Etiologi Artitis Reumatoid
EtiologiRA belum diketahui dengan pasti. Namun,
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang kompleks
antara faktor genetik dan lingkungan
a.Genetik, berupa hubungan dengangen HLA-DRB1dan faktor ini
memiliki angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%
b.Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari
Placental Corticotraonin Releasing Hormoneyang mensekresi
dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan substrat
penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi
esterogen dan progesteron pada respon imun humoral (TH2)
dan menghambat respon imun selular (TH1). PadaRA respon
TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron
mempunyai efek yangberlawanan terhadap
perkembanganpenyakit ini
c.Faktor Infeksi, beberapaagen infeksi diduga bisa
menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah
reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul
timbulnyapenyakitRA
d.Heat Shock Protein(HSP), merupakan protein yang
diproduksi sebagai respon terhadap stres. Protein ini
mengandung untaian (sequence)asam amino homolog.
Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana
antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi
dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi
silang Limfosit dengan sel Host sehingga mencetuskan
reaksi imunologis
e.Faktor Lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok
Faktor Resiko Artritis Reumatoid

Faktor resiko dalam peningkatan terjadinyaRA


antara lain jenis kelamin perempuan, ada riwayat
keluarga yang menderitaRA, umur lebih tua, paparan
salisilat dan merokok. Resiko juga mungkin terjadi
akibat konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari,
khusunya kopi decaffeinated. Obesitas juga merupakan
faktor resiko.
PatofisiologiArtritis Reumatoid
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang
menyerang sendi. Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan
sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi makrofag
dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular
dan terjadi proliferasi sel-sel endotel kemudian terjadi
neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat
mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel
inflamasi.Terbentuknya pannusakibat terjadinya pertumbuhan
yang iregular pada jaringan sinovial yang mengalami inflamasi.
Pannuskemudian menginvasi dan merusak rawan sendi dan
tulang Respon imunologi melibatkan peran sitokin,
interleukin,proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini
mengakibatkan destruksi sendi dan komplikasi sistemik
Manifestasi KlinisArtritis Reumatoid
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan
sarung tendo, tetapi paling sering di tangan. RA juga
dapat menyerang sendi siku,kaki, pergelangan kaki dan
lutut. Sinovialsendi,sarung tendo, dan bursa menebal
akibat radangyang diikuti oleh erosi tulang dan
destruksi tulang disekitar sendi .
Manifestasi klinis RA terbagi menjadi 2 kategori
yaitu manifestasi artikular dan manifestasi
ekstraartikular.Manfestasi artikular RA terjadi secara
simetris berupa inflamasi sendi, bursa, dan sarung
tendo yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan
kekakuan sendi, serta hidrops ringan. Tanda kardinal
inflamasi berupa nyeri, bengkak, kemerahan dan
teraba hangat mungkin ditemukan pada awalatau
selama kekambuhan, namunkemerahan dan perabaan
hangat mungkin tidak dijumpai padaRA kronik. Sendi-
sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi
manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini
mungkin berupa gejalaasimptomatik setelah bertahun-
tahun dari onset terjadinya
Gangguan tulang belakang
Gangguan pada tulang belakang terjadi karena
adanya perubahan posisi tulang belakang, sehingga
menyebabkan perubahan kelengkungan batang tulang
belakang. Gangguan yang disebabkan oleh kelainan
tulang belakang dikelompokkan menjadi empat
kelompok, yaitu:
1. Skoliosis, melengkungnya tulang belakang ke arah
samping, mengakibatkan tubuh melengkung ke arah
kanan atau kiri
2. Kifosis, perubahan kelengkungan pada tulang
belakang secara keseluruhan sehingga orang menjadi
bongkok
3. Lordosis, melengkungnya tulang belakang di
daerah lumbal atau pinggang ke arah depan
sehingga kepala tertarik ke arah belakang
Gangguan pada sistem otot
Otot berperan penting dalam aktivitas gerak manusia
sehingga gangguan pada otot akan mempengaruhi aktivitas
gerak. Gangguan pada otot dapat terjadi dalam beberapa
bentuk seperti berikut ini:
1. Atrofi
Atrofi merupakan penurunan fungsi otot karena otot
mengecil atau kehilangan kemampuan untuk berkontraksi.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit poliomielitis
yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini
menyebabkan kerusakan saraf yang mengkoordinasi otot ke
anggota gerak bawah.
2. Hipertrofi
Hipertrofi merupakan otot yang berkembang
menjadi lebih besar dan kuat. Hipertrofi disebabkan
aktivitas otot yang kuat sehingga diameter serabut-
serabut otot membesar
3. Hernia abdominalis
Hernia abdominalis merupakan sobeknya
dinding otot abdominal sehingga usus memasuki
bagian sobekan tersebut.
Gangguan fisiologis
1. Rakhitis
Rakhitis merupakan penyakit tulang yang disebabkan
kekurangan vitamin D. Vitamin D berperan dalam proses
penimbunan senyawa kapur di tulang. Kekurangan vitamin D
akan menyebabkan tulang menjadi tidak keras. Pada penderita
rakhitis terlihat bagian kaki (tulang tibia dan fibula) melengkung
menyerupai huruf X atau 0
2. Mikrosefalus
Mikrosefalus merupakan gangguan
pertumbuhan tulang tengkorak sehingga kepala
berukuran kercil. Kepala berukuran kecil karena
pertumbuhan tulang tengkorak pada masa bayi
kekurangan kalsium.
3. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan gangguan tulang dengan gejala
penurunan massa tulang sehingga tulang rapuh. Hal ini
dikarenakan lambatnya osifikasi dan penghambatan reabsorpsi
(penyerapan kembali) bahan bahan tulang. Osteoporosis terjadi
karena ketidakseimbangan hormon kelamin pada pria maupun
wanita.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai