Anda di halaman 1dari 24

PENGOBATAN

KOMPLEMENTER
INDONESIA
KELOMPOK 1
2

Definisi dan Jenis Obat Tradisional


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat
Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Republik Indonesia, tentang Ketentuan
Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat
tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi :
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak
memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan
klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau
turun temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim
khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan
memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin
3

b. Obat Herbal Terstandar


Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan bahan
bakunya telah di standarisasi. Obat herbal terstandar harus
memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau
praklinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku
yang digunakan dalam produk jadi. Contoh : Diapet
4

c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia, bahan
baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka
harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji klinis,
telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno, Tensigard,
Rheumaneer, X-gra dan Nodiar
5

Ketentuan obat herbal terstandar


Obat herbal Terstandar harus mencantumkan logo dan
tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR
Logo ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah
pembungkus brosur
Logo ;jari Jari daun 3 pasang yang terletak didalam
lingkaran DiCetak dengan warna hijau di atas dasar warna
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna
logo
Tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR harus jelas dan
mudah Dibaca diCetak dengan warna hitam diatas dasar
warna putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan
tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR
6

KRITERIA OBAT HERBAL TERSTANDAR


•Aman
•khasiat secara ilmiah melalui uji praaklinik
•Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
•Telah dilakukan standardisasi terhadap bahanbakuyang digunakan dalam produk jadi.

KEUNGGULAM PRODUK OHT


Telah melalui standardisasi bahan baku
Telah melalui uji toksisitas akut dan toksisitas subkronis sehingga aman untuk
dikonsumsi dalam jangka panjang.
Telah melalui uji manfaat khasiat sehingga dapat dibuktikan kebenaran khasiatnya Dan
mendapatkan pengakuan dan sertiikat dari BPOME.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN OBAT HERBAL TERSTANDAR


Harganya terjangkau
Efek samping relatIf kecil bahkan ada yang sama sekali tidak menimbulkan efek
samping jika digunakan secara tepat
Reaksinya lambat
Memperbaiki keseluruh system tubuh
Efektif untuk penyakit kronis yang sesuai diatas dengan obat kimia
7

MEKANISME OBAT HERBAL TERSTANDAR


•Obat kimia bekerja secara simptomatis
•Obat kimia hanya mampu memperbaiki beberapa system
tubuh
•Obat herbal bekerja langsung pada sumbernya dengan
memperbaiki keseluruhan system tubuh yakni dengan
memperbaiki sel1sel jaringan dan organ Organ tubuh
yang rusak serta dengan meningkatkan system kekebalan
tubuh.

CONTOH PRODUK OBAT HERBAL TERSTANDAR


•Diabmeneer
•Sanggolangit
8

PENGEMBANGAN OBAT HERBAL TERSTANDAR EKSTRAK


BANGLE (Zingiber Cassumunar Roxb.) TERHADAP EKSPRESI ICAM-1
DAN KADAR IL-10 SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER UNTUK
MENCEGAH KOMPLIKASI PADA MALARIA
Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai terapi komplementer baru
yang diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi
malaria yang berakibat fatal. Tujuan penelitian ini menguji
kemampuan ekstrak Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)
sebagai imunostimulan serta melihat efek sinergi dengan
obat antimalaria standar yaitu Artemisin secara in vivo dan
membuat formulasi granul efervesen yang dapat digunakan
sebagai terapi komplementer pada pengobatan malaria.
9

BANGLE (Zingiber Cassumunar Roxb.)


10

Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) merupakan rempah-


rempah dari famili yang sama dengan kunyit (Curcuma sp.)
dan mengandung 42 komponen antara lain sabinen,
terpinen-4-ol, seskuifeladren, sineol, asam dan gom,
asam-asam organik dan albuminoid serta kurkuminoid .
Kandungan flavonoid dalam Bangle memiliki efek sebagai
imunostimulan. Curcumin juga telah terbukti sebagai
imunomodulator dapat meningkatkan ekspresi CD36 pada
monosit atau makrofag yang memediasi terjadinya
fagositosis secara non-opsonisasi. Oleh karena itu
pemberian ajuvan bersama dengan obat antimalaria dapat
menjadi terapi yang efektif untuk malaria berat.
11

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental


laboratorik dengan rancangan Pre test and post test
controlled design, dengan subyek penelitian mencit Balb/C
dengan berat badan 20-30 g dan berumur 2-3 bulan
sebanyak 25 ekor, yang dibagi ke dalam 5 kelompok yang
diinduksi Plasmodium berghei strain ANKA dan diterapi
standar dengan Artemisinin yang kemudian dilihat efek
imunomodulasinya dengan melihat ekspresi gen ICAM-1
dan kadar IL-10.
Sebelum digunakan dalam pengujian, fraksi metanol
ekstrak Bangle distandarisasi dengan mengukur kadar
kurkumin dengan metode KLT-densitometri.
12

Hewan coba diadaptasikan selama 1 minggu di laboratorium


dan diberi pakan lalu diberi minum larutan fraksi metanol
ekstrak Bangle selama 14 hari untuk stimulasi respon imun
hewan coba. Setelah itu diinfeksi Plasmodium berghei dari
stok, setelah positif terinfeksi diterapi dengan Artemisinin
dosis 0,0364 mg/kg BB. Pada K-IV dan K-V tetap diberikan
ekstrak Bangle atau fraksi aktif ekstrak Bangle sampai akhir
pengobatan.
Lama pemberian terapi selama 7 hari, merujuk pada regimen
dosis Artemisinin yang diberikan secara peroral 0,04 mg/g
BB/hari selama 7 hari. Selama 7 hari perlakuan, derajat
parasitemia tetap diperiksa melalui pembuluh darah di ekor.
Setelah selesai terapi, mencit dinarkose dan diambil darah
intracardial untuk pemeriksaan kadar IL-10 dan limpa untuk
pemeriksaan ekspresi gen ICAM-1.
13

hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok yang tidak


diterapi, menunjukkan kadar IL-10 paling tinggi sebagai upaya untuk
menghambat aktivitas antigen malaria. Tubuh merespon terhadap
infeksi malaria dengan cara mengeluarkan sitokin pro-inflamasi
seperti IL-10, dan akibat adanya imunomodulasi yang telah dilakukan
sebelumnya, mengakibatkan kadar IL-10 ini meningkat sebagai
upaya mengeliminasi antigen malaria.
Berbeda halnya dengan kelompok yang mendapatkan terapi bangle
dan artemisinin yang hasil menunjukkan kadar IL-10 tidak ada atau
nol, pada hari ke-7 terapi, meskipun telah di stimulasi sebelumnya
seperti kelompok lain, karena antigen malaria telah di eliminasi oleh
pengobatan standart yaitu artemisinin yang dikombinasi dengan
bangle. Hasil yang serupa pada kelompok yang hanya diterapi bangle
saja atau artemisinin saja, meskipun kedua kelompok ini juga telah
distimulasi sebelumnya, tetapi parasit malaria telah di eliminasi oleh
obat standart ataupun bangle, sehingga kadar IL-10 tidak begitu
tinggi terdeteksi dalam darah.
14

Pada terapi yang menggunakan ekstrak Bangle ini, kerja sitokin-


sitokin proinflamasi ini dihambat oleh antiinflamasi yang dimiliki
oleh Curcumin yang terkandung dalam Bangle. Dengan
dihambatnya kerja TNF-a, IL-1, serta IFN-γ ini, maka ekspresi gen
ICAM-1 juga dapat ditekan. Senyawa curcumin inilah yang dapat
menurunkan INFγ dan peningkatan yang signifikan terhadap IL-10,
sehingga antibodi terhadap parasit malaria dibentuk secara besar-
besaran yang dapat melindungi dari serangan parasit malaria.
Fraksi bangle yang diberikan dapat merangsang pembentukan
immunomodulator, yang diharapkan nantinya akan meningkatkan
antibodi IL-10. Oleh karena itu, pemberian fraksi bangle sebagai
terapi adjuvan besama Artemisinin, dapat mencegah komplikasi
malaria, salah satunya yaitu malaria serebral. Hal ini dapat
dihubungkan bahwa terapi primer Artemisinin sebagai pembunuh
parasit, sedangkan pemberian bangle sebagai perangsang
pembentukan antibodi tubuh untuk meningkatkan perlindungan
terhadap parasit.
15

Kesimpulan
Dari penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
pemberian Artemisinin dikombinasi fraksi metanol ekstrak
Bangle dapat menghambat ekspresi gen ICAM-1 dan
meningkatkan IL-10 pada mencit Balb/C yang diinfeksi
Plasmodium berghei ANKA secara signifikan dan
memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan
diberikan Artemisinin atau fraksi metanol ekstrak Bangle
secara tunggal. Hal ini membuktikan bahwa fraksi
metanol ekstrak Bangle dapat menjadi pilihan yang tepat
sebagai terapi komplementer pada malaria.
16

PENGEMBANGAN EKSTRAK DAUN DAN BUAH KENITU


(Chrysophyllum cainito L.) UNTUK OBAT HERBAL
TERSTANDAR DIABETES MELLITUS
Senyawa polifenol tumbuhan merupakan kelompok
senyawa yang penting bagi manusia karena memiliki
berbagai aktivitas biologi seperti antibakteri, antikanker dan
antioksidan. Polifenol bersifat antioksidan yang mampu
melindungi sel pankreas dari reaksi peroksidasi berantai
yang disebabkan oleh ROS (Reactif oxygen species) .
Dariberbagai studi in vivo pada tikus diabetes, polifenol
diketahui menurunkan stress oksidatif dengan cara
menangkap ROS dan mencegah kerusakan sel
17

BUAH KENITU (Chrysophyllum cainito L.)


18

Buah kenitu (Chrysophyllum cainito L., suku Sapotaceae)


atau star apple adalah buah yang berasal dari Amerika
Tengah yang banyak tumbuh di Indonesia. Buah kenitu
diketahui mengandung berbagai polifenol antioksidan seperti:
katekin, epikatekin, galokatekin, epigalokatekin, kuersetin,
kuersitrin, isokuersitrin, mirisitrin, dan asam galat.
Selain itu, buah kenitu mengandung antosianin antioksidan
sianidin-3-O-glukopiranosida. Daun kenitu juga mengandung
senyawa antioksidan amirin asetat dan asam gentisat. Pada
penelitian sebelumnya, telah diuji aktivitas antioksidan tiga
varian buah kenitu yang tumbuh di daerah Jember, Jawa
Timur. Ekstrak air, ekstrak metanol dan fraksi etil asetat buah
kenitu Jember menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap
radikal bebas 1,1-difenil-2-pikril hidrazil (DPPH)
19

Secara umum, kenitu banyak digunakan untuk pengobatan


tradisional berbagai macam penyakit. Daun kenitu dapat
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Infus daun
yang kaya akan tanin dipercaya oleh masyarakat Kuba di
Miami sebagai obat kanker . Infus daun juga digunakan untuk
pengobatan diabetes dan rematik persendian. Dekok daun
digunakan untuk mengobati nyeri dada.
Buah kenitu selain dikonsumsi secara langsung juga
digunakan untuk pengobatan. Buah yang sudah masak
digunakan sebagai anti inflamasi pada keadaan laringitis dan
pneumonia serta pengobatan diabetes melitus. Buah yang
masak ini juga digunakan untuk pengobatan diabetes.
Di Venezuela, buah yang belum masak digunakan untuk
gangguan pencernaan. Meski demikian, konsumsi buah
secara berlebihan menyebabkan konstipasi. Dekok kulit buah
digunakan untuk mengobati nyeri dada
20

Pada penelitian ini,uji aktivitas antidiabetes dilakukan dengan cara


menguji daya hambat ekstrak daun dan buah kenitu terhadap
enzim glukosidase. Uji hambatan a-glukosidase dilakukan menurut
metode Moradi-Afrapoli
Pada uji ini digunakan 20 µla-glukosidase(0,5 unit/ml) dan 120
µl 0,1 M dapar fosfat pH 6,9. Sebagai substrat digunakan p-
Nitrophenyl-a-D-glukopiranosida 5 mM dalam dapar yang sama.
Sebanyak 10µl ekstrak uji dalam berbagai konsentrasi dilarutkan
dalam DMSO, dicampur dengan larutan enzim dalam sumuran
(microplate wells) dan diinkubasi pada 37°C selama15 menit.
Selanjutnya ke dalam sumuran ditambahkan 20 µl larutan substrat
dan diinkubasi lagi pada 37°C selama15 menit. Reaksi enzimatis
kemudian dihentikan dengan penambahan 80 µl larutan natrium
karbonat 0,2 M. Absorban larutan uji dalam sumuran dibaca pada
405 nm di microplate reader.Sebagai kontrol digunakan campuran
dalam sumuran tanpa ekstrak uji. Sebagai blanko digunakan
campuran dalam sumuran tanpa enzima-glukosidase.
21

Kemudian dilakukan Standarisasi ekstrak


• Skrining Fitokimia
Dilakukan skrining fitokimia untuk mengetahui keberadaan
kandungan fitokimia dalam ekstrak seperti glikosida fenol, tanin,
flavonoid, flavonol,proantosianidin, alkaloid, antrakuinon dan
saponin
• Penentuan fenol total
Penentuan kandungan fenol total di dalam ekstrak uji
menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan sedikit modifikasi
• Penentuan flavonoid total
Penentuan kandungan flavonoid total di dalam ekstrak uji
menggunakan metode Ordonez
• Penentuan proantosianidin total
Penentuan kandungan proantosianidin total di dalam ekstrak uji
menggunakan metode Sun
22

Pembuatan ekstrak
simplisia buah kenitu diekstraksi dengan
menggunakan pelarut etanol 70 % dengan metode
ekstraksi ultrasonikasi. Berat simplisia yang telah
dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer
sebanyak 40 g . Volume pelarut untuk ekstraksi
sebanyak 280 ml.
23

Uji Aktivitas Antidiabetes


Pada penelitian ini,uji aktivitas antidiabetes dilakukan
dengan cara menguji daya hambat ekstrak daun dan buah
kenitu terhadap enzim -glukosidase. Uji hambatan a-
glukosidase dilakukan menurut metode Moradi-Afrapoli.
Setelah diperoleh % hambatan atau inhibisi, dihitung nilai IC
sampel, yakni konsentrasi sampel yang menghambat 50%
enzim. Nilai dinyatakan dengan rerata ± simpangan baku,
dengan tiga kali replikasi dari penelitian yang telah
dilakukan.
Harga IC rata-rata ekstrak buah kenitu bulat besar
sebesar 6133,333; buah kenitu bulat kecil sebesar 9110;
dan buah kenitu hijau lonjong sebesar 4735. Data tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak buah kenitu hijau lonjong
memiliki aktivitas antidiabetes terbesar.
24

Proses ekstraksi dengan ultrasonikasi berbagai varian daun


kenitu menghasilkan ekstrak dengan rentang bobot 21-23 g
dengan randemen berkisar antara 54-57 %. Ekstrak etanol 70%
buah kenitu bulat kecil memiliki harga IC terbesar sehingga
aktivitas antidiabetes terendah, sedangkan ekstrak buah kenitu
hijau lonjong memiliki harga IC terkecil dan aktivitas antidiabetes
tertinggi. Dari penentuan kadar polifenol total dan flavonoid total,
diketahui bahwa ekstrak buah kenitu hijau lonjong memiliki kadar
tertinggi, sedangkan ekstrak buah kenitu bulat kecil memiliki
kadar terendah. Selain itu, penentuan kadar proantosianidin total
menunjukkan bahwa ekstrak buah kenitu bulat besar memiliki
kadar tertinggi, sedangkan ekstrak buah kenitu bulat kecil
memiliki kadar terendah. Dari hasil penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kandungan polifenol dan flavonoid berperan
pada tingginya aktivitas antidiabetes dari ekstrak buah kenitu
hijau lonjong.

Anda mungkin juga menyukai