Anda di halaman 1dari 58

Mekanisme

pertahanan dan sistem


immun mukosa
gastrointestinal
Pembimbing: dr. Astri fenisa

dr. Ronald dr. Randhi Rinaldi


dr. Rafika Aninda Fauzia
dr. Ghina Aghniya dr. Akbar Azizi
dr. Sheila Sumargo drg. Erza Kurniawan
drg. Niken Laksmitarani
dr. Mochamad Akbar Azizi
dr. Deddy Oskar
Sistem Imun Saluran Cerna

▪ Sistem Imun Saluran Cerna Sistem


imun saluran cerna merupakan organ
kekebalan tubuh utama (Ouwehand,
2002). Antibodi utama yang diproduksi
di usus adalah imunoglobulin (Ig)A
yang biasanya ditemukan dalam
bentuk dimer
▪ Berbeda dengan IgG, IgA tidak
memicu reaksi inflamasi, antibodi ini IgA di transport menuju lumen usus melalui sel epitel pada
kripta mukosa dan dapat melekat pada sel epitel. IgA
hanya mengikat antigen dan berfungsi untuk mengikat patogen dan racun yang diproduksi
menyingkirkannya dari saluran cerna oleh patogen.
tanpa menyebabkan reaksi inflamas
(Janeway, Travers, Walport, Shlomchik, figure 10.24 Immunobiology, Garland Science 2005)
▪ Fungsi utama sistem imun
saluran cerna adalah untuk
menyingkirkan antigen,
namun di sisi lain juga
berfungsi untuk memberikan
toleransi terhadap antigen
tertentu karena pada
dasarnya semua komponen
makanan dan mikroflora usus
adalah suatu antigen.
Struktur Sistem Imunologi Mukosa
Fungsi Sistem Imun Mukosa

Melindungi membrane mukosa dari invasi dan


kolonialisasi mikroba berbahaya

Melindungi pengambilan (uptake) antigen-antigen terdegradasi


(cth. Makanan yang tercerna, material udara terhirup, bakteri
komensal

Melindungi berkembangnya respon imun yang


berpotensi merugikan bila antigen mencapai tubuh
Maturasi Sistem Imun Saluran Cerna

2 bulan setelah
Saat lahir: Konsentrasi IgA lahir, igA menjadi
Imatur, hanya rendah, antibodi antibodi utama
sedikit sel B utama nya IgM sama dengan
kadar dewasa
Gambaran sistem imun mukosa
Mekanisme pertahanan sistem imun

Mekanis barrier
kimiawi spt
enzim ▪ Sel-sel seperti netrofil
Sistem immune fagostik, makrofag,
innate (spt
Mekanis barrier
neutrophil dendritic sel, sel NK
fisik
fagositik, dan (natural killer), sel mast
makrofag) berperan dalam
eliminasi pathogen dan
Mekanisme inisasi respon imun
pembersihan
antigen
adaptif
Fungsi dan jumlah spesies microbial pada saluran cerna

• Lambung yang dikolonisasi oleh Helicobacter


phylori. Habitat bakteri ini adalah epitel yang
dilapisi mukus dan tidakmenghasilkan asam
• Ileum memiliki kolonisasi tertinggi, diikuti oleh
jejunum, dan duodenum. Hal ini disebabkan
karena makanan bergerak relatif lambat di dalam
ileum sehingga memungkinkan populasi bakteri
tumbuh dan mencapai konsentrasi 107 – 109
cfu/ml.
• Duodenum mengandung mikroflora dalam
jumlah paling sedikit karena pH makanan yang
rendah setelah keluar dari lambung dan adanya
sekresi jus pankreas serta asam empedu.

(Ianniti, I and Palmieri, B. 2010)


Sistem Imun pada Saluran Cerna
▪ Saliva
▪ Tonsil, Adenoid
▪ Asam lambung
▪ Sekresi / Enzymes
▪ Empedu dan Pankreas
▪ Mukosa dan Mukus
▪ Epithelial barrier
▪ Gerakan Peristaltik
▪ IgA
▪ Bacterial flora
Infeksi Mikroba pada saluran cerna

• Banyak mikroba melalui makanan dan minuman dapat menginfeksi


saluran pencernaan dan menyebabkan gastroenteritis.

• Komponen endogen atau antigen mikroba dapat menyebabkan


berbagai efek toksik.

• mikotoksin bisa masuk ke saluran usus; Karena ukurannya, endogen


mikroba dapat menghindar mekanisme perlindungan kekebalan
tubuh normal saluran cerna dan menimbulkan penyakit.
SISTEM IMUN NON-SPESIFIK

▪ Imunitas nonspesifik atau "bawaan" adalah garis depan pertahanan


dalam melawan mikroorganisme di saluran cerna
▪ Mekanisme dasar yang digunakan oleh host untuk menghindari
infeksi mikroba dengan barier epitel,
▪ Sekresi cairan merupakan bentuk imunitas nonspesifik yang lain
dalam saluran GI.
Mekanisme Imun Nonspesifik
Saluran Pencernaan

(Fisik)

(Sekresi)
(Mikroflora)

(Seluler)
Fungsi Saliva
▪ Lisozim mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan
dalam sistem imun
▪ Laktoperosidase mengkatalisis oksidasi CNS (thiosianat) menjadi
OSCN (hypothio) yang mampu menghambat pertukaran zat bakteri
dan pertumbuhannya
▪ Agregasi mikroorganisme digumpalkan oleh komponen-komponen
saliva seperti imunoglobulin
▪ Kolonisasi bakteri di dalam rongga mulut akan terhalang
Tonsil
▪ Tonsil terdiri dari jaringan limfoid
yang dilapisi oleh epitel respiratori.
▪ Cincin Waldeyer merupakan jaringan
limfoid yang membentuk lingkaran di
faring yang terdiri dari tonsil
palatina, tonsil faringeal (adenoid),
tonsil lingual, dan tonsil tubal
▪ Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.
▪ Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon,lisozim dan
sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar
▪ Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan
▪ asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel
limfosit T dengan antigen spesifik
Adenoids

▪ Adenoid merupakan masa


limfoid yang berlobus dan
terdiri dari jaringan limfoid
yang sama dengan yang
terdapat pada tonsil.
LAMBUNG
▪ Asam lambung (HCl) berfungsi untuk membunuh mikroorganisme patogen yang
masuk secara tidak sengaja bersama makanan/tertelan
Sekresi Empedu dan Pankreas
▪ Asam empedu dan sekresi pankreas yang mengandung protease seperti tripsin dan
karboksipeptidase juga dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap patogen mikroba.
Sistem Imun Mukosa
•Imunitas mukosa melindungi permukaan epitel internal.

•Komponen sistem imun mukosa mencakup unsur-unsur limfoid yang terkait dengan
permukaan dalam tubuh

▪ Gut associated lymphoid tissue (GALT)


▪ Tonsils
▪ Adenoids
▪ Peyer’s patches
▪ Appendix

▪ Intraepithelial lymphocytes
▪ Lamina propria lymphocytes
Permukaan mukosa usus merupakan meedia pertahanan
tubuh untuk melindungi dan mencegah infeksi
Peran Mukosa

No Response
(Tolerance)

•Eradication
Response •Containment
(Immune Activation)
•Disease

mucosal barrier
Antigen Uptake oleh sel usus
Imunoglobulin A (IgA)
▪ Imunoglobin utama di dalam tubuh
▪ Saluran cerna adalah sumber utama
▪ Disintesis oleh sel plasma di lamina propria
▪ Diangkut melalui epitel oleh SC1
▪ Melindungi terhadap mikroba agen infeksius
▪ Mencegah pelekatan bakteri atau toksin pada epitel
IgA
•Pada manusia, IgA ditemukan dalam bentuk monomer dan dimer

•IgA Monomeri sebagian besar diproduksi di sumsum tulang dan ditemukan terutama di darah.

•IgA dimer sebagian besar diproduksi di lamina propria jaringan mukosa dan ditemukan terutama
di sekresi eksternal.

•IgA dimer secara aktif diangkut ke sekresi eksternal melalui reseptor imunoglobulin polimer
Sekretori IgA
▪ Imunoglobulin terpenting diseluruh permukaan mukosa yang berfungsi sebagai
penolakan infeksi adalah IgA,
▪ IgA kadarnya dalam cairan saliva lebih tinggi dalam bentuk Sekretori IgA (SIgA).
▪ SIgA bertindak sebagai perlindungan mukosa mulut terutama untuk memecah antigen
▪ SIgA merupakan pertahanan imun spesifik yang dominan pada ,rongga mulut.
▪ SlgA membatasi melekatnya sptreptokokus oral, gonococci dan anggota
enterobacteriaceae pada sel epitel, mengaglutinasi bakteri, menetralkan racun, enzim
dan virus-virus dalam rongga mulut.
Gut-associated lymphoid tissue (GALT).
Lamina Propria Lymphocytes

▪ Ditemukan di bawah epitel di stroma


▪ Sebagian besar CD4 + (Sel T Helper)
▪ Sel TH1: respons yang dimediasi oleh sel (patogen intraselular)
▪ Sel TH2: tanggapan yang dimediasi antibodi (alergen, parasit)
Bacterial Flora Saluran Cerna
▪ Cepat ada pada usus setelah lahir
▪ Lebih dari 400 spesies
▪ Flora individu secara imunologis berbeda
▪ Hubungan simbiosis dengan host
▪ Probiotik
Kolonisasi bakteri patogen pada usus
Hubungan Penyakit dengan
Sistem Imun Saluran cerna
Pengaruh Zat Gizi terhadap sistem imun saluran cerna
 Infeksi saluran pencernakan sering terjadi pada individu yang kekurangan gizi
 Kekurangan Energi Protein merupakan penyebab utama imunodefisiensi.
KESIMPULAN
• Sistem mun saluran cerna merupakan organ kekebalan
tubuh utama.
• Sistem imunitas mukosa ternyata mempunyai sifat
kompatemenisasi dimana ada hubungan imunitas antara
satu kompartemen dengan kompatemen lainnya.
• Vaksinasi mukosa dan imunoterapi kelihatannya
mempunyai prospek baik untuk tatalaksanan infeksi di
masa mendatang.
Contoh Kasus
Lupus Mesenteric Vasculitis dengan Komplikasi Perforasi Ileum
Anamnesa

Ny.S, 37 th

Keluhan Utama: Nyeri Perut


Nyeri perut sejak 12 jam SMRS, dirasakan pada seluruh bagian perut,
nyeri seperti tertusuk-tusuk dan dirasakan terus menerus. Awalnya
terasa kembung lalu nyeri. Mual (-), Muntah (-) deman (-) melena (-)
diare (-)
Riw. SLE (+) sejak 2016, obat : azathioprine 50 mg/24 jam dan Methyl
Prednisolone 16mg/12jam
Pemeriksaan Fisik

▪ Kesan umum : sakit berat


▪ Status gizi : cukup (berat badan 58 kg, tinggi badan 162 cm, BMI 22,1 kg/m2)
▪ Kesadaran : komposmentis
▪ Tekanan darah : 80/60 mmHg
▪ Nadi : 110x/menit
▪ RR : 22 x/menit
▪ Suhu axila : 37,3°C
▪ Kepala : Wajah : moon face (+), butterfly appearance (-), discoid rash (-)
Mata: conjungtiva anemis -/-
▪ Leher :JVP PR + 0 cmH2O ; KGB tidak teraba
▪ Thorax : Pulmo : Inspeksi simetris, Auskultasi VBS kanan = kiri simetris, Rh -/- , Wh -/-
palpasi tidak ditemukan peningkatan taktil vokal fremitus; Perkusi ditemukan sonor
▪ Cor :
- inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- perkusi : batas jantung kanan 1 cm lateral parasternal kanan, batas kiri jantung 1 cm
medial garis midklavikula kiri
- auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-)
▪ Abdomen : Distensi (+), defans muskuler (+), bising usus menurun, nyeri tekan
khususnya di kuadran bawah, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak ditemukan
ballottement; perkusi suara timpani.
▪ Rectal Touche : didapatkan Tonus Sphincter Anus/TSA positif, mukosa licin, darah (-),
lender (+), melena (-), tidak teraba massa ataupun nodul, feses ada warna kuning dan
ampula recti tidak kolaps.
▪ Ekstrimitas teraba agak dingin, edema-/-
Laboratorium

▪ WBC 2,67 x 103/μl; ▪ SGOT 24,5 U/L; ▪ PPT 15,2 detik (10,8-
▪ neutrophil 1,72 x 103/μl; 14,4);
▪ limfosit 0,79 x 103/μl;
▪ SGPT 67,5 U/L;
▪ INR 1,26 (0,9-1,1);
▪ monosit 0,14 x 103/μl; ▪ BUN 24 mg/dL;
▪ basofil 0,02 x 103/μl; ▪ APTT 26,7 detik (24-36).
▪ kreatinin 0,68 mg/dL;
▪ RBC 4,81 x 106/ μl; ▪ Analisis gas darah
▪ Glukosa darah sewaktu ▪ pH 7,49;
▪ Hb 14,55 gr/dl; 113 mg/dl; ▪ pCO2 31,9 mmHg;
▪ HCT 46,60%; ▪ Natrium serum 137 ▪ pO2 198,4 mmHg;
mmol/L; ▪ BEecf -0,2 mmol/L;
▪ MCV 96,84 fL; ▪ HCO3- 23,6 mmol/L;
▪ Kalium serum 4,06 ▪ SO2c 99,5%;
▪ MCH 30,23 g/dL; mmol/L; ▪ TCO2 24,6 mmol/L.
▪ PLT 186,9 x 103/ μl;
Thorax PA

Efusi Pleura Kiri Minimal


Abdomen 3 Posisi

foto Left Lateral Decubitus (LLD) dan erect tampak gambaran udara bebas subdiafragma kanan kiri, air fluid
level pada region abdomen kanan kiri atas, adanya subhepatic air dengan kesan pneumoperitoneum,
dilatasi gaster, kolon dan sebagian usus halus serta sentinel loop pada region abdomen bawah
mengesankan adanya lokal inflamasi regio tersebut.
Diagnosis

▪ Peritonitis akut generalisata et causa suspek perforasi Hollow organ


et causa suspek lupus mesenteric vasculitis + SLE (dalam perawatan)
Terapi

▪ BEDAH
▪ NGT untuk dekompresi
▪ NaCl 0,9% loading 1500 cc intravena
▪ NaCl 0,9%: aminofluid:D5% 1:1:1 20 tpm
▪ Cefotaxim 1 gr/8 jam IV
▪ Metronidazole 500 mg/8 jam IV
▪ Norepinephrine 0,1 mcg/kgBB/menit untitrasi dengan flow rate 2,17
cc/jam
▪ R/Laparotomi eksplorasi cito
▪ ANESTESI
▪ ASA III
▪ Loading NaCl 1000 cc
▪ Akses CVC
▪ Puasa minimal 8 jam
▪ Methyl Prednisolone 62,5 mg IV 1 jam sebelum tindakan
Durante Operasi

▪ Cairan Peritoneum : adanya cairan


berwarna kehijauan dan debris
▪ Ileum : perforasi diameter 2 x 0,5
cm sekitar 130 cm dari ligamentum
Treitz dan 50 cm dari ileo colic
junction
▪ Kemudian dilakukan biopsi
dilanjutkan dengan primary hecting
dan double layer. Setelah selesai
kemudian luka operasi ditutup
kembali.
Histopatologi

▪ radang supuratif dengan jaringan granulasi.


Digesti Karbohidrat
Digesti Protein
Digesti Lemak
Patofisiologi LMV
Add a Slide Title - 4

Thank You

Anda mungkin juga menyukai