Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Gedung
“Mekanisme Penegakan
Peraturan Hukum
Daerah di Kota Bandung”
Dr. R. BAGUS WAHYUDIONO, SH, MH
KEPALA BIDANG PENEGAKAN
PRODUK HUKUM DAERAH
SATPOL PP KOTA BANDUNG
DASAR HUKUM
Pasal 1 Angka 12
Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran yang selanjutnya disingkat RISPK adalah segala hal yang berkaitan dengan
perencanaan tentang sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran dalam lingkup kota, lingkungan dan
bangunan.
Pasal 1 Angka 13
Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran yang selanjutnya disingkat RSCK adalah bagian dari Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran yang merupakan rencana kegiatan untuk mengantisipasi sebelum kebakaran terjadi.
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Pasal 1 Angka 17
Pemilik Bangunan Gedung adalah Orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah
sebagai Pemilik Bangunan Gedung..
Pasal 1 Angka 18
Pengguna Bangunan Gedung adalah Pemilik Bangunan Gedung dan/atau bukan Pemilik Bangunan Gedung
berdasarkan kesepakatan dengan Pemilik Bangunan Gedung, yang menggunakan dan/atau mengelola bangunan
gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Pasal 1 Angka 24
Penanggulangan bahaya kebakaran adalah upaya yang dilakukan dalam rangka memadamkan bahaya kebakaran.
Pasal 1 Angka 32
Sarana Penyelamatan Jiwa adalah sarana yang terdapat pada bangunan gedung yang digunakan untuk menyelamatkan
jiwa dari kebakaran dan bencana lain.
Pasal 1 Angka 33
Akses Pemadam Kebakaran adalah akses/jalan atau sarana lain yang terdapat pada bangunan gedung yang khusus
disediakan untuk masuk petugas dan unit pemadam ke dalam bangunan gedung.
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Pasal 1 Angka 39
Manajemen Keselamatan Kebakaran Gedung atau MKKG adalah bagian dari manajemen gedung untuk mewujudkan
keselamatan penghuni bangunan gedung dari kebakaran dengan mengupayakan kesiapan instalasi proteksi kebakaran
agar kinerjanya selalu baik dan siap pakai..
Pasal 1 Angka 40
Rekomendasi adalah Petunjuk Teknik Pemasangan alat Proteksi Kebakaran, serta besarannya yang harus dibangun
atau disediakan oleh pemilik bangunan atau perusahaan untuk memenuhi persyaratan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran pada bangunan.
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Pasal 1 Angka 44
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis...
Pasal 1 Angka 45
Pencegahan Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko
bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana...
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Pasal 55
Pada tahap perencanaan pembangunan gedung baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Dinas memberikan
masukan rekomendasi teknis kepada Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang bangunan dan
penataan ruang mengenai sistem proteksi kebakaran, akses mobil pemadam, sumber air untuk pemadaman, pos
pemadam kebakaran untuk dijadikan acuan pemberian perizinan blok plan.
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Pasal 57
1)Pada tahap pelaksanaan pembangunan gedung baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Dinas melaksanakan
pengawasan berkala dan/atau pengawasan bersama Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan di bidang
bangunan dan penataan ruang dan/atau Tim Penilai Teknis (TPT) untuk memeriksa kesesuaian antara gambar instalasi
bangunan yang merupakan lampiran Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dengan pelaksanaan di lapangan..
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Pasal 58
1)Sebelum Bangunan Gedung baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 akan digunakan,
dilakukan Pemeriksaan terhadap kinerja Sistem Proteksi Kebakaran terpasang, akses pemadam
kebakaran dan sarana penyelamatan jiwa.
2)Apabila berdasarkan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah memenuhi
persyaratan, Dinas memberikan persetujuan berupa surat persetujuan sebagai dasar untuk
penerbitan Sertifikat Laik Fungsi.
Pencegahan dan
Penanggulangan Gedung DISPUSIP
Bahaya Kebakaran pada Kota Bandung
Bangunan Gedung
Pasal 62
(1)Pemilik, pengguna dan/atau badan pengelola Bangunan Gedung yang akan mengubah fungsi Bangunan Gedung atau bagian
Bangunan Gedung tertentu sehingga menimbulkan klasifikasi resiko kebakaran lebih tinggi wajib melaporkan kepada Perangkat
Daerah yang menyelenggarakan sub Urusan Pemerintahan bidang Bangunan Gedung dan yang menyelenggarakan urusan bidang
kebakaran dan bencana
(2)Bangunan Gedung atau bagian Bangunan Gedung tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan Proteksi
Kebakaran, akses pemadam kebakaran dan sarana penyelamatan jiwa sesuai dengan Potensi Bahaya Kebakaran
(3)Dalam hal Bangunan Gedung atau bagian Bangunan Gedung tertentu sudah dilengkapi dengan Proteksi Kebakaran, akses
pemadam kebakaran dan sarana penyelamatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dinas memberikan persetujuan berupa
Rekomendasi atas perubahan fungsi.
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2022
Tentang Pencegahan, Penanggulangan Bahaya Kebakaran dan Bencana
Perizinan
Pasal 68
(1)Setiap perorangan dan badan usaha yang melaksanakan pemasangan sistem instalasi proteksi kebakaran harus mendapat izin
Wali Kota atau Dinas.
(2)Setiap perusahaan dan/atau badan usaha yang memasang, mendistribusikan, memperdagangkan atau mengedarkan segala jenis
alat pencegahan dan pemadam kebakaran dan atau usaha pemeliharaan, perawatan, perbaikan, pengisian kembali dan penggantian
alat pemadam kebakaran di Daerah Kota, harus mendapat izin dari Wali Kota atau Dinas.
(3)Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang atau
diperbaharui dengan cara mengajukan permohonan kembali.
(4)Setiap orang atau Badan yang tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), dikenakan sanksi
administratif berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. penghentian sementara kegiatan;
d. penghentian tetap kegiatan;
e. pencabutan sementara izin;
f. pencabutan tetap izin
g. denda administratif, dan/ atau
h. sanksi administratif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Ketentuan Larangan
Pasal 70
Setiap orang atau badan hukum dilarang:
a.mengambil dan atau menggunakan air dari hydrant/reservoir/tandon/ bak air kebakaran, untuk kepentingan apapun
selain kepentingan pemadam kebakaran;
b.membakar sampah atau barang-barang bekas lainnya pada tempat-tempat yang membahayakan;
c.menyalakan alat penerangan yang mempergunakan bahan bakar minyak tanpa pengamanan dari bahaya kebakaran;
d.memproduksi, memperdagangkan ataupun memakai kompor yang tidak memenuhi persyaratan keamanan dan
keselamatan dari bahaya kebakaran;
e.menyimpan bahan karbit atau bahan sejenis lainnya yang dalam keadaan basah dapat menimbulkan gas yang mudah
terbakar;
f.menyimpan benda dan seluloid (bahan untuk membuat plastik), kecuali etalase toko dan untuk penggunaan sehari-hari
dalam logam yang tertutup dengan jarak kurang dari 1 (satu) meter dari segala jenis alat penerangan kecuali
penerangan listrik minimal 10 (sepuluh) centimeter;
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
Ketentuan Larangan
Pasal 70
g.menyimpan film ditempat yang berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar;
h.menggunakan sinar x diruang terbuka kecuali diruang khusus serta memperhatikan suhu tertentu
i.menempatkan benda dan atau cairan yang mudah terbakar di dalam ruangan tempat dipergunakan sinar x;
j.mengangkut bahan bakar bahan kimia dan bahan sejenis lainnya yang mudah terbakar dengan mempergunakan
kendaraan yang bukan peruntukannya atau bak terbuka;
k.menimbun atau membakar limbah kayu pengolahan maupun penggergajian dengan tidak memperhatikan
pengamanan dari bahaya kebakaran;
l.menggunakan peralatan dan/atau bahan pemadam kebakaran yang tidak sempurna lagi atau rusak;
m.menggunakan bahan pemadam kebakaran yang dalam penggunaannya dapat menimbulkan proses atau reaksi kimia
yang membahayakan; dan
n.memindahkan atau mengambil barang-barang dari daerah kebakaran tanpa izin dari petugas.
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
KETENTUAN PIDANA
Pasal 107
(1)Setiap orang dan/ atau Badan yang melanggar ketentuan dalam pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 dapat diancam dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
(2)Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.
(3)Selain sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap pelanggaran dimaksud dapat
dibebankan biaya paksaan penegakan hukum seluruhnya atau sebagian.
(4)Besarnya biaya paksaan penegakan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dalam keputusan Wali Kota.
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
PENYIDIKAN
Pasal 108
(1)PPNS pada Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Kota dapat diberi
kewenangan untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran yang diancam
pidana dalam ketentuan Peraturan Daerah ini.
(2)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NO. 1205 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG
BAB I
KETENTUAN UMUM (Pasal 1)
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN (Pasal 2)
BAB III
RUANG LINGKUP (Pasal 3)
BAB IV
PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
Bagian Kesatu
Jarak Antar Bangunan Gedung
Pasal 4
Bagian Kedua
Akses Kendaraan Pemadam Kebakaran
Pasal 5 – Pasal 11
Bagian Ketiga
Penataan Lingkungan
Paragraf 1
Pencegahan dan
Penataan Lingkungan dan Gedung
Penanggulangan
Pasal 12 Bahaya Kebakaran pada
Paragraf 2 Bangunan Gedung
Pencegahan Kebakaran pada
Lingkungan Perumahan dan Bangunan Gedung
Pasal 13 sampai Pasal 15
Paragraf 3
Penempatan Alat Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung
Pasal 16 – Pasal 19
Bagian Ketiga
Persyaratan Umum, Jenis Kebakaran dan
Alat Pemadam Api Ringan
Paragraf 1
Persyaratan Umum
Pasal 20 – Pasal 28
Paragraf 2
Jenis Kebakaran
Pasal 29
Paragraf 3
APAR
Pencegahan dan
Pasal 30- Pasal 32
Penanggulangan
Bagian Kelima Bahaya Kebakaran pada
Alarm Kebakaran Bangunan Gedung
Pasal 33
Bagian Keenam
Klasifikasi Tingkat Ketahanan Api
Pasal 34 – Pasal 35
Bagian Ketujuh
Ketentuan Teknis dan Jenis Alat Proteksi Kebakaran
pada SPBU dan SPBE
Pasal 36-Pasal 37
Bagian Kedelapan
Sarana Penyelamatan Jiwa pada Bangungan Gedung
Paragraf 1
Sarana Jalan Keluar
Pasal 38 sampai Pasal 41
Paragraf 2
Akses Eksit
Pasal 42
Paragraf 3
Eksit Pelepasan Pencegahan dan
Pasal 43 Penanggulangan
Paragraf 4 Bahaya Kebakaran pada
Tanda Arah Bangunan Gedung
Pasal 44 s/d Pasal 45
Paragraf 5
Sistem Manajemen Asap
Pasal 46
BAB III
REKOMENDASI, PERIJINAN DAN SERTIFIKASI
Bagian Kesatu
Tata Cara Permohonan dan Pencabutan
Rekomendasi Pemasangan Alat Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran
Paragraf 1
Rekomendasi Pemasangan
Alat Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
Pasal 47 s/d Pasal 48
Paragraf 2
Tata Cara Penerbitan Rekomendasi Teknis
Pasal 49 – Pasal 50
Paragraf 3
Tata Cara Pencabutan Rekomendasi Teknis
Pasal 51
Pencegahan dan
Bagian Kedua Penanggulangan
Tata Cara Permohonan dan Pencabutan Bahaya Kebakaran pada
Rekomendasi Rehabilitasi Bangunan/Gedung Bangunan Gedung
Paragraf 1
Rekomendasi Rehabilitasi
Pasal 52
Paragraf 2
Tata Cara Permohonan Rekomendasi Rehabilitasi
Pasal 53 s/d Pasal 54
Paragraf 2
Tata Cara Pencabutan Rekomendasi Rehabilitasi
Pasal 55
Bagian Ketiga
Ijin Penjualan Alat Pencegahan dan Pemadaman
Kebakaran
Paragraf 1
Tata Cara Penerbitan Izin
Pasal 56 s/d Pasal 58
Bagian Keempat
Tata Penerbitan dan Pencabutan Sertifikasi Kelaikan
Fungsi
Alat Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pencegahan dan
Paragraf 1 Penanggulangan
Sertifikasi Kelaikan Fungsi Alat Pencegahan dan Bahaya Kebakaran pada
Penanggulangan Kebakaran Bangunan Gedung
Pasal 59 – Pasal 62
Paragraf 2
Tata Cara Permohonan Sertifikasi
Pasal 63
Paragraf 3
Masa Berlaku Sertifikat Sertifikasi
Pasal 64 – Pasal 66
BAB IV
PENANGANAN PERISTIWA KEBAKARAN
Bagian Kesatu
Laporan Peristiwa Kebakaran
Pasal 67
Bagian Kedua
Penanggulangan Pemadaman Kebakaran
Pasal 68 s/d Pasal 71
BAB V
Pencegahan dan
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Penanggulangan
Bagian Kesatu Bahaya Kebakaran pada
Pembinaan dan Penyuluhan Bangunan Gedung
Pasal 72
Bagian Kedua
Kerja Sama dengan Pihak Ketiga
Pasal 74
Bagian Ketiga
Pembentukan Satwankar
Pasal 75
Bagian Keempat
Pembentukan Satwankar pada Lingkungan
Perumahan dalam Lingkungan Permukiman
Pasal 76
Bagian Ketiga
MPK pada Bangunan/Gedung
Pasal 77
Bagian Keenam
Pemeriksaan Berkala Pencegahan dan
Pasal 78 Penanggulangan
Bagian Ketujuh Bahaya Kebakaran pada
Prosedur Pemeriksaan Berkala Bangunan Gedung
Pasal 79
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 81
OMNIBUS LAW
Secara terminologi, omnibus berasal dari Bahasa Latin yang berarti untuk semuanya. Dalam konteks hukum, omnibus
law adalah hukum yang bisa mencakup untuk semua atau satu undang-undang yang mengatur banyak hal. Dengan kata
lain, omnibus law artinya metode atau konsep pembuatan regulasi yang menggabungkan beberapa aturan yang
substansi pengaturannya berbeda, menjadi satu peraturan dalam satu payung hukum.
KEMENTERIAN https://jakarta.kemenkumham.go.id/berita-kanwil-terkini-2/metode-omnibus-
HUKUM DAN HAM law-dalam-pembentukan-produk-hukum-daerah
Omnibus Law adalah suatu metode atau konsep pembuatan regulasi yang menggabungkan beberapa
aturan yang substansi pengaturannya berbeda, menjadi satu peraturan dalam satu payung hukum.
Regulasi yang dibuat senantiasa dilakukan untuk membuat undang-undang yang baru dengan
membatalkan atau mencabut juga mengamandemen beberapa peraturan perundang-undangan
sekaligus.
Konsep Omnibus Law ini dalam undang-undang bertujuan untuk menyasar isu besar yang
memungkinkan dilakukannya pencabutan atau perubahan beberapa undang-undang sekaligus (lintas
sektor) untuk kemudian dilakukan penyederhanaan dalam pengaturannya, sehingga diharapkan
tidak terjadi konkurensi/persengketaan dan atau perlawanan antara norma yang satu dengan yang
OMNIBUS LAW
PERWAL segera
PP Terbaru
MENYESUAIKAN
Pasal 255 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa
“Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk untuk UU Nomor 23
menegakkan Perda dan Perkada, menyelenggarakan Tahun 2014
ketertiban umum dan ketenteraman, serta Tentang
Pemerintahan Daerah
menyelenggarakan perlindungan masyarakat
Pasal 1
Angka 8
Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi kewenangan
khusus olah Undang-Undang untuk melakukan penyidikan.
Angka 9
Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
Kota Bandung yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan terhadappelanggaran Peraturan
Daerah yang memuat ketentuan tindak pidana.
Angka 10
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981 untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya
Perda Nomor 2 Tahun 2016
tentang Penyidik Pegawai Negeri
Sipil
Pasal 1
Angka 13
Yustisi adalah operasi Penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang
dilakukan oleh PPNS secara terpadu dengan sistem peradilan di tempat.
Angka 14
Non Yustisi adalah operasi Penegakan Hukum yang tanpa melalui proses peradilan.
JENIS PELANGGARAN PERDA
(Sumber: LKPJ Th.2022)
TERTIB
BANGUNAN
BERKENAAN DENGAN
Sertifikasi Keselamatan Kebakaran (SKK)