Anda di halaman 1dari 32

KONSEP PEMBERANTASAN

KORUPSI
Banyak strategi dan upaya dilakukan untuk memberantas korupsi, tetapi perlu
diingat bahwa strategi tersebut harus disesuaikan dengan konteks masyarakat
maupun organisasi yang dituju. Dengan kata lain, setiap negara, masyarakat,
maupun organisasi harus mencari strategi yang tepat untuk mencari
pemecahannya. Untuk melakukan pemberantasan korupsi yang sangat penting
sekali diingat adalah karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat serta
lingkungan tempat mereka bekerja.
STRATEGI PEMBERANTASAN
KORUPSI
Rencana Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan
Korupsi
1. Pencegahan;
2. Penegakan hukum;
3. Harmonisasi peraturan perundang-undangan;
4. Kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil tindak pidana korupsi;
5. Pendidikan budaya antikorupsi;
6. Mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi.
Strategi Pemberantasan Korupsi menurut KPK

1. Strategi Represif
Strategi ini adalah strategi penindakan tindak pidana korupsi di mana seseorang
diadukan, diselidiki, disidik, dituntut, dan dieksekusi berdasarkan saksi-saksi dan
alat bukti yang kuat.
2. Strategi Perbaikan
Sistem Perbaikan sistem dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi. Caranya
dengan kajian sistem, penataan layanan publik melalui koordinasi, supervisi,
pencegahan, serta mendorong transparansi penyelenggara negara.
3. Strategi Edukasi dan Kampanye
Strategi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan yang memiliki peran strategis
dalam pemberantasan korupsi. Melalui strategi ini akan dibangun perilaku dan
budaya antikorupsi. Edukasi dilakukan pada segenap lapisan masyarakat sejak usia
dini. Ketiga strategi tersebut harus dilaksanakan secara bersamaan.
UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI
Berikut adalah berbagai upaya pencegahan yang saat ini tengah
dilaksanakan.

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi


a) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
b) Lembaga lain yang juga telah disediakan adalah lembaga Ombudsman
c) Pada tingkat kementerian ditingkatkan kinerja lembaga Inspektorat Jenderal.
d) Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik penting dibenahi sehingga
tidak memberi peluang untuk melakukan pungutan liar.
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
 Khusus untuk mengontrol pengadaan barang dan jasa oleh publik maka lelang
harus terbuka kepada publik.
 Sistem rekrutmen, sistem penilaian kinerja pegawai negeri serta hasil kerja perlu
dibangun
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
 Masyarakat hendaknya mempunyai akses untuk mendapatkan informasi.

 Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap bahaya korupsi serta


pemberdayaan masyarakat
 Pemberdayaan masyarakat untuk ikut mencegah dan memerangi korupsi

 Kebebasan media baik cetak maupun elektronik dalam menginfor- masikan bahaya
korupsi
 Keberadaan lembaga swadaya

masyarakat (LSM) atau ngos

 Menggunakan electronic surveillance untuk mengetahui dan mengumpulkan data


4. Pembuatan Instrumen Hukum
 Instrumen hukum dalam bentuk Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi yang telah ada juga telah didukung dengan instrumen hukum lainnya.
Contohnya, Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering, Undang-Undang
Perlindungan Saksi dan Korban, undang undang yang mengatur kebebasan Pers,
undang-undang yang mengatur mekanisme pelaporan korupsi oleh masyarakat yang
menjamin keamanan pelapor, dan lain-lain.
5. Monitoring dan Evaluasi
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan pemberantasan
korupsi untuk menilai capaian kegiatan. Melalui penilaian ini maka dapat diketahui
strategi mana saja yang efektif dan efisien dalam mencegah dan memberantas
korupsi.
Strategi nasional pencegahan korupsi (stranas PK) meluncurkan aksi pencegahan
korupsi 2023-2024 dengan tema digitalisasi untuk cegah korupsi. Peluncuran aksi ini
berdasarkan peraturan presiden nomor 54 tahun 2018 (pasal 5) yang menyebutkan
bahwa aksi pencegahan korupsi ditetapkan 2 tahun sekali oleh tim nasional
pencegahan korupsi (timnas PK).
 Adapun Aksi Pencegahan Korupsi untuk Tahun 2023-2024 terdiri dari 15 aksi, sebagai berikut;

1. Percepatan Penyelesaian Ketidaksesuaian Pemanfaatan Ruang dan Tumpang Tindih Perizinan Berbasis Lahan
Melalui Implementasi Kebijakan Satu Peta.
2. Pengendalian Ekspor Impor
3. Peningkatan Kualitas Data Pemilik Manfaat serta Pemanfaatan untuk Perizinan, Pengadaan Barang/Jasa.
4. Perbaikan Tata Kelola di Kawasan Pelabuhan.
5. Percepatan Proses Digitalisasi Sertifikasi Pendukung Kemudahan Berusaha.
6. Penguatan Digitalisasi Perencanaan Penganggaran di Tingkat Pusat, Daerah, dan Desa.
7. Peningkatan Efektifitas Pencegahan Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa.
8. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Melalui Intensifikasi danEkstensifikasi di sub-Sektor
Mineral dan Batubara (Minerba).
9. Penataan Aset Pusat.
10. Penguatan Partai Politik dalam Pencegahan Korupsi.
11. Optimalisasi Interoperabilitas Data Berbasis NIK Untuk Program Pemerintah.
12. Penguatan Aparat Pengawasan Interen Pemerintah (APIP) Dalam Pengawasan Program Pemerintah.
13. Penguatan Sistem Penanganan Perkara Tindak Pidana.
14. Optimalisasi Pengawasan Keuangan Desa dan Penataan Aset Desa.
15. Penguatan Integrasi Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara (ASN).
KERJASAMA INTERNASIONAL
DALAM PEMBERANTASAN
KORUPSI
1. GERAKAN ORGANISASI INTERNASIONAL

a. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)


 Pencegahan serta memberikan contoh pencegahan korupsi yang efektif di berbagai
negara. Dalam Global Program against Corruption dijelaskan bahwa korupsi dapat
diklasifikasi dalam berbagai tingkatan. Dinyatakan dalam Kongres PBB ke-10 di
Vienna, 10-17 April 2000 bahwa perhatian perlu ditekankan pada apa yang
dinamakan Top-Level Corruption. Masyarakat internasional menganggap bahwa
top-level corruption adalah jenis atau tipe korupsi yang paling berbahaya.
b. Bank Dunia (World Bank)
 World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption Core Program yang bertujuan untuk
menanamkan awareness mengenai korupsi dan perlibatan masyarakat sipil untuk
pemberantasan korupsi, termasuk menyediakan sarana bagi negara-negara berkembang
untuk mengembangkan rencana aksi Nasional untuk memberantas korupsi. Program yang
dikembangkan oleh Bank Dunia didasarkan pada premis bahwa untuk memberantas korupsi
secara efektif, perlu dibangun tanggung jawab bersama berbagai lembaga dalam masyarakat.
Oleh Bank Dunia, pendekatan untuk melaksanakan program anti korupsi dibedakan menjadi
2 (dua) yakni, pendekatan dari bawah (bottom-up) dan pendekatan dari atas (top-down).
c. OECD (Organization for Economic Co-Operation and Development)
 Pada tanggal 21 November 1997 telah mengadopsi convention on combanting
bribery of foreign public officials in international bussines transactions. Tujuan
dikeluarkannya instrumen ini adalah untuk mencegah dan memberantas tindak
pidana suap dalam transaksi bisnis international.
d. Masyarakat Uni Eropa
 Di negara-negara Uni-Eropa, pemberatasan korupsi secara internasional dimulai
pada sekitar tahun 1996. Tahun 1997, the council of eruope program againts
corruption menerima kesepakatan politik untuk memberantas korupsi dengan
menjadikan isu sebagai prioritas. Pemberantasan ini dilakukan dengan pendekatan
serta pengertian bahwa: karena korupsi mempunyai banyak wajah dan nerupakan
masalah yang kompleks dan rumit, maka pemberantasan korupsi harus dilakukan
dengan pendekatan multidisiplin, monitoring yang efektif dilakukan dengan
kesungguhan dan komprehensif serta diperlukan adanya fleksibilitas dalam
penerapan hukum
2. GERAKAN LEMBAGA SWADAYA INTERNASIONAL

a. Transparency International b. TIRI (Making Integrity Work)


Transparency International (TI) adalah TIRI (Making Integrity Work) adalah sebuah
sebuah organisasi internasional non- organisasi independeninternasional non
pemerintah yang memantau dan pemerintah yang memiliki head-office
mempublikasikan hasil-hasil penelitian diLondon, United Kingdom dan memiliki
mengenai korupsi yang dilakukan oleh
kantor perwakilan dibeberapa negara
korporasi dan korupsi politik di tingkat
termasuk Jakarta. TIRI didirikan dengan
Internasional.
keyakinan bahwa dengan integritas,
kesempatan besar untuk perbaikan dalam
pembangunan berkelanjutan dan merata
diseluruh dunia akan dapat tercapai.
C. Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi

1) UnAgainst Corruption (Unac) ited 2) Convention On Bribery Of Foreign Public


Official In International Business
Nations Convention
Transacttion
Salah satu intrumen internasional yang Convention on Bribery of Foreign
sangat penting dalam rangka pencegahan Public Official in International Business
dan pemberantasan korupsi adalah united Transaction adalah sebuah konvensi
Nations Convention Against Corruption internasional yang dipelopori oleh OECD.
yang telah ditandatangani oleh lebih dari Konvensi Anti Suap ini menetapkan standar-
140 negara. Penandatanganan pertama kali standar hukum yang mengika (Legaly binding)
dilakukan di Merida, Yucatan, Mexico, pada negara- negara peserta untuk mengkriminalisasi
tanggal 31 Oktober 2003. Beberapa hal pejabat publikasing yang menerima suap (bribe)
penting yang diatur dalam konvensi adalah: dalam transaksi bisnis internasional. Konvensi
masalah pencegahan, kriminalisasi, ini juga memberikan standar-standar atau
kerjasama internasional, dan pengembalian langkah-langkah yang terkait yang harus
aset-aset korupsi. dijalankan oleh negara peserta sehingga isi
konvensi akan dijalankan oleh negara-negara
peserta secara efektif.
DASAR HUKUM
PEMBERANTASAN KORUPSI
1. UU NO. 3 TAHUN 1971 TENTANG PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA KORUPSI

 UU No. 3 tahun 1971 ini dinyatakan tidak berlaku lagi setelah


digantikan oleh Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. KETETAPAN MPR NO XI/MPR/1998 TENTANG
PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS KKN
 Usai rezim Orde Baru tumbang diganti masa Reformasi, muncul Tap MPR Nomor
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Sejalan dengan TAP
MPR tersebut, pemerintah Presiden Abdurrahman Wahid membentuk badan-badan negara untuk
mendukung upaya pemberantasan korupsi, antara lain: Tim Gabungan Penanggulangan Tindak
Pidana Korupsi, Komisi Ombudsman Nasional, Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara
dan beberapa lainnya.
 Dalam TAP MPR itu ditekankan soal tuntutan hati nurani rakyat agar reformasi pembangunan
dapat berhasil, salah satunya dengan menjalankan fungsi dan tugas penyelenggara negara
dengan baik dan penuh tanggung jawab, tanpa korupsi. TAP MPR itu juga memerintahkan
pemeriksaan harta kekayaan penyelenggara negara, untuk menciptakan kepercayaan publik.
3. UU NO 28 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN
NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS KKN

Undang-undang ini dibentuk di era Presiden BJ Habibie pada tahun 1999 sebagai komitmen
pemberantasan korupsi pasca tergulingnya rezim Orde Baru. Dalam UU no 28 tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN ini dijelaskan definisi soal
korupsi, kolusi dan nepotisme, yang kesemuanya adalah tindakan tercela bagi penyelenggara
negara.
Dalam UU juga diatur pembentukan Komisi Pemeriksa, lembaga independen yang bertugas
memeriksa kekayaan penyelenggara negara dan mantan penyelenggara negara untuk mencegah
praktik korupsi. Bersamaan pula ketika itu dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU) dan Ombudsman
4. UU NOMOR 20 TAHUN 2001 JO UU NO. 31/1999 TENTANG
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Undang-undang di atas telah menjadi landasan hukum pemberantasan tindak


pidana korupsi di tanah air. UU ini menjelaskan bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau yang
berakibat merugikan negara atau perekonomian negara
Definisi korupsi dijelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU ini. Berdasarkan pasal-
pasal tersebut, korupsi dipetakan ke dalam 30 bentuk, yang dikelompokkan lagi
menjadi 7 jenis, yaitu penggelapan dalam jabatan, pemerasan, gratifikasi, suap
menyuap, benturan kepentingan dalam pengadaan, perbuatan curang, dan kerugian
keuangan negara.
5. PERATURAN PEMERINTAH NO 71 TAHUN 2000 TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT
DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN
DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Melalui peraturan ini, pemerintah ingin mengajak masyarakat turut membantu
pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran serta masyarakat yang diatur dalam peraturan
ini adalah mencari, memperoleh, memberikan data atau informasi tentang tindak pidana
korupsi. Masyarakat juga didorong untuk menyampaikan saran dan pendapat untuk
mencegah dan memberantas korupsi.
Hak-hak masyarakat tersebut dilindungi dan ditindaklanjuti dalam penyelidikan perkara
oleh penegak hukum. Atas peran sertanya, masyarakat juga akan mendapatkan
penghargaan dari pemerintah yang juga diatur dalam PP ini.
6. UU NO 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI
PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Undang-Undang No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi menjadi pencetus lahirnya KPK di masa Kepresidenan Megawati Soekarno
Putri. Ketika itu, Kejaksaan dan Kepolisian dianggap tidak efektif memberantas tindak
pidana korupsi sehingga dianggap pelu adanya lembaga khusus untuk melakukannya.

 UU ini kemudian disempurnakan dengan revisi UU KPK pada 2019 dgn terbitnya
Undang-Undang No 19 Tahun 2019. Dalam UU 2019 diatur soal peningkatan
sinergitas antara KPK, kepolisian dan kejaksaan untuk penanganan perkara tindak
pidana korupsi
7. UU NO 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG

Pencucian uang menjadi salah satu cara koruptor menyembunyikan atau


menghilangkan bukti tindak pidana korupsi. Dalam UU ini diatur soal penanganan
perkara dan pelaporan pencucian uang dan transaksi keuangan yang mencurigakan
sebagai salah satu bentuk upaya pemberantasan korupsi.

Dalam UU ini juga pertama kali diperkenalkan lembaga Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengkoordinasikan pelaksanaan
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia.
8. PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2018 TENTANG
STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI (STRANAS
PK)
Perpres ini merupakan pengganti dari Perpres No 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka
Menengah Tahun 2012-2014 yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
kebutuhan pencegahan korupsi.
 Ada tiga fokus dalam Stranas PK, yaitu Perizinan dan Tata Niaga, Keuangan Negara, dan
Penegakan Hukum dan Demokrasi Birokrasi.
9. PERATURAN PRESIDEN NO.102/2020 TENTANG TENTANG
PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBERANTASAN TINDAK
PIDANA KORUPSI.

Diterbitkan Presiden Joko Widodo, Perpres ini mengatur supervisi KPK terhadap instansi
yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan Kejaksaan Republik Indonesia.

Perpres ini juga mengatur wewenang KPK untuk mengambil alih perkara tindak pidana
korupsi yang sedang ditangani oleh Polri dan Kejaksaan. Perpres ini disebut sebagai bagian
dari upaya untuk memperkuat kinerja KPK dalam pemberantasan korupsi.
10. PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 33 TAHUN 2019 TENTANG
KEWAJIBAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANTI
KORUPSI (PAK) DI PERGURUAN TINGGI

Pemberantasan korupsi bukan sekadar penindakan, namun juga pendidikan dan


pencegahan. Oleh karena itu Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
mengeluarkan peraturan untuk menyelenggarakan pendidikan antikorupsi (PAK)
di perguruan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai