Anda di halaman 1dari 2

Luqman Zaqiy Jatibenang 09/285829/SP/23714 Teknik Kehumasan Sketsa Biografi Bety Adiati Bety Adiati adalah salah satu

staf pengajar di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada. Berbekal pengalamannya sebagai praktisi periklanan, Bety mengampu beberapa mata kuliah konsentrasi Komunikasi Strategis. Hingga saat ini, Bety belum menampakkan kiprah menonjol di bidang akademis. Akan tetapi, perjalanan karir di dunia periklanan memberinya pengalaman yang cukup untuk mulai menjelajahi bidang ini. Bety mengambil jurusan Ilmu Komunikasi dan memperoleh S1 di Universitas Gadjah Mada pada tahun 1988. Pada 1989, ia pindah ke Jakarta dan memulai karirnya sebagai praktisi PR. Tidak lama kemudian, Bety melepaskan profesi tersebut dan beralih menjadi praktisi periklanan. Tampaknya Bety mengambil keputusan yang tepat, karena selanjutnya karir cemerlang ia capai di bidang ini. Pada tahun 1990, Bety memulai karirnya sebagai Media Buyer di Pelita Alembana. Ia bertahan di bagian media iklan hingga tahun 1994, hingga menjadi Media Manager di Artha Ad. Akan tetapi, pada tahun 1995 ia beralih ke bagian Client Services (Account Management) sebagai Account Manager menangani General Motors di Grafik McCann Erickson. McCann Erickson merupakan tumpuan awal Bety dalam mencapai karir cemerlangnya. Di McCann Erickson Bety mendapatkan kesempatan untuk mempelajari bidang periklanan lebih dalam. Selama bekerja untuk perusahaan ini, ia mengikuti beberapa pelatihan bidang periklanan dari kemampuan dasar hingga ahli, seperti kemampuan presentasi dan negosiasi. Pada akhirnya, di biro iklan ini pula lah ia mencapai sukses pertamanya sebagai eksekutif. Debut suksesnya ia lakoni seiring keberhasilannya meluncurkan produk Opel Blazer yang ditanganinya kala itu. Usai menjalani dua tahun kiprahnya untuk General Motors, Bety mulai berpikir untuk menangani produk lain. Akhirnya, ia pindah dari McCann Erickson ke EURO RSCG pada tahun 1997 dan menduduki jabatan Senior Account Manager. Di EURO, Bety menangani bermacam-macam klien dan produk seperti Intel, Volvo, dan Sara Lee Group termasuk didalamnya Sanex Facial Wash, Purol, dan Sara Lee Bakery. Selain itu, ia juga menangani produk-produk lokal seperti minyak goreng Sania, Kiranti, ABC Dent, pasta dan sikat gigi Formula, dan lain-lain. Pengembangan bisnis baru juga merupakan bagian yang menjadi pekerjaannya sebagai eksekutif. Di EURO RSCG, Bety berkesempatan menghadiri workshop regional dan konferensi-konferensi di Singapore, Malaysia, dan Hongkong. Pada tahun 2000, Bety memutuskan untuk pindah dari EURO RSCG ke Pratama Bozel, dalam posisinya sebagai Account Director. Keputusan ini dilakukan dalam rangka memperluas pengalamannya di bidang periklanan. Di Pratama Bozel, Bety kembali menangani produk-produk Sara Lee Group, termasuk di dalamnya Zwitzal, Brylcreem, semir

sepatu Kiwi, dan She. Di perusahaan barunya Bety juga berkesempatan untuk menangani produk dari dua perusahaan bahan makanan lokal, yaitu Indofood dan Japfa Group. Lowe Link Jakarta, salah satu biro iklan terkemuka di Indonesia, menjadi sasaran selanjutnya dalam perjalanan panjang karir Bety. Ia masuk ke Lowe pada tahun 2001 dan menduduki jabatan Account Director. Di Lowe, Bety menangani HSBC, Pizza Hut, Nestle, Isuzu, dan XL. Bety bertahan kurang dari setahun dan mengambil liburan selama tiga bulan, sebelum akhirnya bergabung dengan Bates Asia di tahun 2002. Di Bates lah Bety mulai memantapkan langkahnya dalam berkarir sebagai eksekutif periklanan, hingga menduduki posisi General Manager pada tahun 2005. Di Bates, Bety menangani beberapa klien dan produk seperti Nokia, HSBC, ABN AMRO, BII, Bank Niaga, Wendys, Wella, LG (Lemari Es dan AC), Supermi, ABBOTT (PediaSure dan Glucerna), Ultra Jaya (Ultra Milk, Buavita, teh kotak, Sari Kacang Hijau, Sari Asem), Sunco, Extraderm, Teh Poci, dan lain-lain. Selama bekerja di Bates, Bety memperoleh pengalaman serta jalan yang demikian terang untuk kembali membangun pengetahuannya. Jalan tersebut dilaluinya dengan menghadiri beberapa pelatihan dan konferensi bertaraf internasional. Pelatihan dan konferensi tersebut berlangsung di Singapura, Bangkok, India, dan Kamboja. Melalui kehadirannya dalam acara tersebut, Bety memperoleh pengetahuan baru di beberapa bidang kerja seperti Strategic planning, kemampuan presentasi, workshop Pelatihan untuk Trainer, pelatihan kepemimpinan, konferensi manajemen, dan lain-lain. Perjalanan Bety belum berakhir. Setelah menggali pengalaman dan berkarya di Bates, ia kembali mencoba hal baru. Pada tahun 2008, Bety memutuskan untuk meninggalkan Bates dan bergabung dengan JWT dalam rangka menangani Nokia bersama timnya yang juga menangani Nokia sebelumnya. Di JWT, Bety memfokuskan karirnya di satu bagian, yaitu Business Director untuk Nokia. Ternyata Nokia menjadi produk yang menutup perjalanan panjangnya. Tepat setelah Nokia selesai ditanganinya, pada tahun 2009, Bety meninggalkan industri periklanan. Setelah mengakhiri karirnya di bidang periklanan, Bety memutuskan untuk kembali ke kampung halaman keduanya, Yogyakarta. Di kota ini Bety mulai membangkitkan kembali ketertarikannya pada buku-buku, fotografi, dan bepergian ke berbagai tempat. Bersamaan dengan itu, Bety juga memperkaya pengetahuannya dengan menekuni bidang Antropologi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selama perjalanan karirnya, Bety menemui berbagai rupa dan sifat manusia. Hal inilah yang mungkin mendorongnya untuk menekuni bidang Antropologi, dimana manusia beserta budayanya dipelajari secara mendalam. Ketertarikannya pada ragam rupa manusia ternyata juga mendorongnya untuk terus menjelajah. Terbukti, hingga saat ini sudah banyak tempat yang dikunjunginya, baik di Indonesia maupun negara-negara lain di seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai