HANGTUA
PEKANBARU
H
Nama : Sugiarto
NIM : 17081025
Prodi : Teknik Informatika
Mata Kuliah: Technopreneurship
Dosen : Rika Melyanti, M.kom
BAB I
PENDAHULUAN
Teknologi dalam hal ini teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika
(information and communication technology–ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu
sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika
dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan
(computing) dan informasi (information) yang diseminasikan mempergunakan sarana
multimedia.
Istilah technopreneur itu sendiri adalah gabungan antara technology dan entrepreneur. Kata
entrepreneur memiliki makna seseorang yang pandai atau berbakat dalam mengenali produk
atau ide baru, memahami langkah-langkah produksi, mampu menyusun operasi untuk
pengadaan produk baru, cermat dalam memasarkannya, serta handal mengatur permodalan
operasinya. Singkatnya, seorang technopreneur adalah seorang entrepreneur yang
menggunakan aspek teknologi sebagai keunggulannya. Antara technopreneur dan
entrepreneur keduanya memiliki persamaan yaitu peduli profit. Namun seorang
technopreneur juga harus peduli teknologi. Bentuk keperduliannya itu bisa berupa
pengembangan ide-ide invensi yang ada menjadi solusi teknis teruji melalui riset-riset.
Percuma jika seorang mahasiswa hanya mendalami suatu ilmu pengetahuan untuk
mendapatkan nilai A saja. Mereka harus mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan dengan
sebuah kontribusi nyata yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Namun karena dia mendapatkan lebih banyak uang dari mengajar akhirnya dia memutuskan
berhenti menjadi OB dan memilih fokus mengajar. Hingga akhirnya dia lulus kuliah dan
mendaptkan penghargaan dari tempat kuliahnya karena memenangkan penghargaan dari
kompetisi yang mengubahnya menjadi lebih baik.
Setelah lulus kuliah, Danny pun mulai mengirimkan lamaran pekerjaan ke berbagai
perusahaan namun karena biaya untuk mencetak portofolionya besar dia pun mulai memutar
otk untuk menyakikan portofolionya dalam bentuk yang lebih ringkas sehingga mudah
disajikan ke perusahaan yang dituju.
Saat itu di tahun 1997, internet masih baru di Indonesia, hingga akhirnya Danny mempelajari
internet dan menemukan sebuah buku yang berjudul “HTML for Dummies yang
mengajarinya mengenai seluk beluk dunia internet. Dari sanalah Danny mampu menyajikan
portofolionya dalam bentuk soft copy hingga dia mendapat panggilan dari adobe yang tertarik
dengan karyanya dalam membuat situs dan ketrampilannya menggunakan photoshop.
Ketika berkerja di Adobe, Danny pun banyak melakukan inovasi salah satunya dengan
membuat agen periklanan yang bernama semut api colony yang kini sukses menjadi startup
periklanan yang banyak memperoleh penghargaan sebagai agensi terbaik.
Selain berhasil di semutapi, prestasi Dannya yang lain adalah keberhasilannya mengubah
Kaskus yang tadinya lebih monoton ke situs dewasa namun diubah menjadi situs yang
bergaya anak muda, hingga penggunanya naik hingga 300%. Selain Danny pun telah
membuat media sosial asli Indonesia bernama Mindtalk.
Andry Suhaili – founder dan CEO PriceArea
Setelah bereksperimen dengan beberapa usaha bisnis, ia membangun PriceArea pada tahun
2008 untuk membantu memungkinkan orang menemukan penawaran terbaru secara online.
Adi Kusma, Menolak Tawaran Orang Tua Meneruskan Bisnis Keluarga Karena Ingin
Buka Bisnis Sendiri
Berbekal tabungannya, sejumlah US$ 5 juta, Adi mendirikan PT. Supra Primatama Nusantara
yang bergerak di bidang jasa penyedia jaringan internet yang dia beri nama Biznet. Bukan lah
mudah bagi Adi untuk membuka jaringan internet di Indonesia, karena infrastruktur yang
masih terbatas dan tergantung dari Telkom. Meski begitu, Adi memutuskan untuk
membangun jaringan kabel optiknya sendiri.
Selain itu Adi juga terbilang berani dalam memutuskan harga premium yang terlampau mahal
namun dengan jaminan tersedianya akses internet yang cepat dan berkualitas.
Kini Jaringan Biznet telah tersedia di lebih dari 90 kota dan total panjang kabel Fiber Optic
juga telah mencapai 18.000 km. Pada tahun 2017, Biznet juga merencanakan untuk
membangun sekitar 3.000 – 4.000 KM jaringan Biznet Fiber untuk mencakup lebih banyak
area di Indonesia
Shinta Bubu founder dari Bubu.com
Namun belajar dari kegagalan itu, Shinta Bubu yang dikenal sebagai pelopor technopreneur
wanita Indoensia tidak menyerah. Ia terus mengembangkan idenya bahkan aktif sebagai
Angel Investor untuk membantu pendanaan bagi startup lokal berkarya dan meraih kemajuan.
Tak hanya itu, Shinta juga mendirikan organisasi bernama SVATA (Silicon Valley Asia
Technology Alliance) yakni organisasi non profit guna membangun jembatan antara pebisnis
atau technopreneur Indonesia dengan para pelaku bisnis besar di Silicon Valley, USA
Aulia Halimatussadiah
Kesimpulan
1. Fokus dengan bisnis yang dijalankan, jangan sampai mudah hilang fokus. Dalam
menjalankan bisnis selalu saja ada kesulitan.
Daftar Isi
1. https://www.hitsss.com/5-technopreneur-perempuan-indonesia-dengan-kiprah-dedikasi-di-
bisnis-digital/2/
2. https://goukm.id/daftar-9-pengusaha-sukses-bidang-teknologi-digital/
3.