Anda di halaman 1dari 27

PERSALINAN DENGAN VACUM EKSTRAKSI

PERSALINAN DENGAN VACUM EKSTRAKSI


A. Definisi Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya. ( Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 ; 331 ) Ekstraksi Vacum adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi. ( Maternal dan Neonatal ; 495 ) Ekstraksi Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip anatara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vacum ekstraktor. ( Sarwono ; Ilmu Kebidanan ; 831 ) Ekstraksi Vacum adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor. ( Standar Pelayanan Kebidanan ; 60 ) Vacuum is an operation for the delivery of the fetal head from the mother by use of a vacuum extractor applied to the fetal scalp on presence of maternal effort (Hughes). Ekstraktor vakum adalah suatu instrumen obstetrik untuk melahirkan bayi. Aplikasi ekstraktor vakum : outlet, rendah dan tengah seperti pada ekstraksi forsep. B. Alat-alat Ekstraksi Vacum 1. Mangkok ( cup ) Mangkok ini dibuat untuk membuat kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk dapat mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang terbuat dari baha logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastic kurang traumatis disbanding dengan mangkuk logam. mangkuk umumnya berdiameter 4 cm sampai dengan 6 cm. pada punggung mangkuk terdapat: o Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik. o Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung. o Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction ) Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap cairan atau udara. 2. Rantai Penghubung Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk denga pemegang.

3. Pipa Penghubung Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan negative.pipa penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk dengan botol. 4. Botol Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang mungkin ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll ) Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran : a. Saluran manometer b. Saluran menuju ke mangkuk c. Saluran menuju ke pompa penghisap 5. Pompa penghisap Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik.

C. Indikasi Ibu : memperpendek persalinan kala II, penyakit jantung kompensata, penyakit paru fibrotik, kelelahan ibu. Janin : adanya gawat janin, memerlukan persalinan segera. Waktu : persalinan kala II lama.

D. Kontra Indikasi Ruptur uteri membakat, ibu tidak boleh mengejan, panggul sempit. Bukan presentasi belakang kepala, presentasi muka atau dahi. Kepala belum masuk pintu atas panggul. Pembukaan serviks tidak lengkap. Bukti klinis adanya CPD. Kontraindikasi Relatif. Preterm atau TBJ </> Penurunan kepala di panggul tengah.

Tidak kooperatif Syarat Syarat Vacum

E.

Pembukaan lengkap atau hampir lengkap. Presentasi kepala, janin aterm, TBJ >2500 g Cukup bulan ( tidak prematur ). Tidak ada kesempitan panggul. Kepala sudah masuk pintu atas panggul. Anak hidup dan tidak gawat janin. Penurunan H III / IV ( dasar panggul ). Kontraksi baik. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan. Ketuban sudah pecah / dipecahkan. Analgesia yg sesuai. Kandung kencing ibu kosong.

F.

Persiapan Tindakan

Persiapkan ibu dalam posisi litotomi. Kosongkan kandung kemih dan rektum. Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik. Beri infus bila diperlukan. Siapkan alat-alat yang diperlukan.

G. Teknik Ekstraksi 1. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui posisi kepala, apakah ubun-ubun kecil terletak di depan atau kepala, kanan/kiri depan, kanan/kiri belakang untuk menentukan letak denominator. 2. Lakukan episiotomi primer dengan anestesi lokal sebelum mangkuk dipasang pada primigravida. Sedangkan pada multipara, episiotomi dilakukan tergantung pada keadaan perineum. Dapat

dilakukan episiotomi primer atau sekunder (saat kepala hampir lahir dan perineum sudah meregang) atau tanpa episiotomi. 3. Lakukan pemeriksaan dalam ulang dengan perhatian khusus pada pembukaan, sifat serviks dan vagina, turunnya kepala janin dan posisinya. Pilih mangkuk yang akan dipakai. Pada pembukaan serviks lengkap, biasanya dipakai mangkuk nomor 5. 4. Masukkan mangkuk ke dalam vagina, mula-mula dalam posisi agak miring, dipasang di bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Pada presentasi belakang kepala, pasang mangkuk pada oksiput atau sedekat-dekatnya. Jika letak oksiput tidak jelas atau pada presentasi lain, pasang mangkuk dekat sakrum ibu. 5. Dengan satu atau dua jari tangan, periksa sekitar mangkuk apakah ada jaringan serviks atau vagina yang terjepit. 6. Lakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga negative -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan 0,2 kg/ cm2, tunggu selama 2 menit. Lalu naikkan tekanan 0.2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai sesuai tenaga vakum yang diperlukan, yaitu 0,7 sampai 0,8 kg/cm2. 7. Sebelum mengadakan traksi, lakukan pemeriksaan dalam ulang, apakah ada bagian lain jalan lahir yang ikut terjepit. 8. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu diminta mengejan. Tarik mangkuk sesuai arah sumbu panggul dan mengikuti putaran paksi dalam. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk agar selalu dalam posisi yang benar, sedang tangan kanan menarik pemegang. Traksi dilakukan secara intermiten bersamaan dengan his. Jika his berhenti traksi juga dihentikan. 9. Lahirkan kepala janin dengan menarik mangkuk ke atas sehingga kepala melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion, sementara tangan kiri penolong menahan perineum. Setelah kepala lahir, pentil dibuka, lalu mangkuk dilepas. Lama tarikan sebaliknya tidak lebih dari 20 menit, maksimum 40 menit.

H. Klasifikasi Persalinan Dangan Ekstraksi Forsep 1. Forsep outlet Kepala terlihat di introitus tanpa harus membuka labia. Kepala janin telah berada di dasar panggul. Sutura segitalis berada pada: Diameter AP atau Posisi oksiput kanan/kiri anterior atau posterior.

Kapala janin berada pada atau di atas perineum.

2. Forsep Rendah Bagian terendah kepala ada pada station +2 atau lebih (Hodge 3-4), dua jenis : Rotasi 45 derajat atau kurang. Rotasi lebih dari 45 derajat

3. Forsep Tengah Kepala sudah masuk pintu atas panggul. Bagian terendah kepala di atas station +1. Plihan lain untuk forsep tengah adalah seksio sesarea akses untuk melakukan seksio sesarea sangat penting saat melakukan persalinan dengan forsep.

I.

Tips

Jangan memutar kepala bayi dengan cara memutar mangkok. Putaran kepala bayi akan terjadi sambil traksi. Tarikan pertama menentukan arah tarikan. Jangan lakukan tarikan di antara his. Jika tidak ada gawat janin, tarikan terkendali dapat dilakukan maksimum 30 menit.

J.

Kegagalan

Ekstraksi vacum dianggap gagal jika : Kepala tidak turun pada tarikan. Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit, Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.

Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan. Jangan lanjutkan jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.

K. Penyebab Kegagalan Tenaga vacum terlalu rendah. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat. Selaput ketuban melekat. Bagian jalan lahir terjepit. Koordinasi tangan kurang baik. Traksi terlalu kuat. Cacat alat, dan Disproporsi sefalopelvik yang sebelumnya tak diketahui.

L.

Komplikasi

o Ibu : Perdarahan akibat atonia uteri / trauma. Trauma jalan lahir. Infeksi.

o Janin : Aberasi dan laserasi kulit kepala. Sefalhematoma, akan hilang dalam 3 4 minggu. Nekrosis kulit kepala. Perdarahan intrakranial sangat jarang. Jaundice.

Fraktur klavikula. Kerusakan N.VI dan VII.

M. Upaya Menghindari Komplikasi o Pastikan indikasi dan syarat penggunannya. o Penempatan mangkuk tepat. o Hindari terjepitnya jaringan lunak ibu. o Arah tarikan yang benar. o Hindari kekuatan tarikan yang berlebihan. o Koordinasikan tarikan dengan usaha meneran. o Awasi penurunan /pengeluaran. o Terapkan the rule of threes,penghentian tindakan

N. Keuntungan Ekstraksi vakum Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian mengurangi frekwensi SC. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun dahi. Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya. Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan.untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak. Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala ( missal pada letak dahi ). Tidak ada peningkatan morbiditas neonatus yang bermakna. Lebih sedikit membutuhkan anestasi regional/umum. Lebih sedikit trauma terhadap vagina/perineum ibu. Kerugian Ekstraksi Vakum.

Sefalhematoma Perdarahan subaponeurotik (subgaleal) Perdarahan retina pada neonatus Tidak jelas bermakna secara klinis Cenderung gagal, perlu alternatif lain. Informasi kepada pasien kemungkinan risiko-risiko ini. Dokumentasi Persalinan dengan Tindakan. Prosedur harus tercatat dengan jelas pada setiap kasus. Dokumentasi ini harus menjelaskan intervensi dan tindakan yang telah dilakukan. Termasuk gambaran tentang cara pelaksanaan teknik tindakan dan indikasi-indikasinya

O. Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum Kerugian dari tindakan fukum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasanga cup sampai dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress ( gawat janin ) alatnya relative lebih mahal disbanding dengan forcep biasa.

P. Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum


Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar Penurunan tekanan harus berangsur-angsur Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari jam Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)

Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature

Q. Bahaya-Bahaya Tindakan Ekstraksi Vacum 1. Terhadap Ibu

Robekan bibir cervic atau vagina karena terjepit kepala bayi dan cup. 2. Terhadap Anak

Perdarahan dalam otak. Caput succedaneum artificialis akan hilang dalam beberapa hari.

R. Masalah Keperawatan

Gangguan pemenuhan ADL Nyeri akut Resti infeksi

S. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan No DIAGNOSA KEPERAWATAN 1 Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik

INTERVENSI KEPERAWATAN

Bimbing pasien melakukan ROM pasif sebelum melakukan ROM aktif dua kali sehari Ajarkan anggota keluarga cara-cara untuk membantu dalam ADL

Ajarkan pasien atau keluarga untuk merencanakan atau melakukan ADL

Berikan umpan balik positif untuk pencapaian hal-hal kecil dalam perawatan diri

Identifikasi sumber-sumber dalam sistem dukungan sosial pasien, dan pada masyarakat yang lebih luas, yang dapat membantu dalam memenuhi ADL diluar batas kemampuan pasien

2 Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Berikan informasi tentang berbagai strategi untuk menambah penurunan rasa nyeri ( relaksasi, petunjuk imageri )

Ajarkan atau awasi pasien menggunakan strategi yang dipilih untuk menambah penurunan rasa nyeri

Ajarkan pasien untuk memakai daftar harian dari nyeri dan aktifitas untuk menentukan apa yang mencetuskan atau mengurangi rasa nyeri

Memberikan perhatian terhadap penggunaan bahasa untuk menggambarkan rasa nyeri dan kedalamannya.

3 Resti infeksi berhubungan dengan luka jahitan perinium

Ajarkan pasien untum memilih makanan yang tinggi kalori, tinggi protein, tinggi vitamin. Makanan tersebut dapat meningkatkan penyembuhan dan regenerasi selularserta memproduksi limfosit

Ikuti langkah-langkah untuk pencegahan gangguan integritas kulit

Cuci tangan selalu sebelum kontak dengan pasien

Ganti balut 2 kali sehari

DAFTAR PUSTAKA

Azzawi Al Farogk. ( 1991 ). Teknik Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. EGC Bagian Obstetri dan Genokologi. (1997). Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang: FKUI. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan , dan Keluarga Berencana untuk Pendidik Bidan. Jakarta : ECG.. Mochtar, Rustam. 1998. Sinpsis Obstetri. Jakarta : ECG. Prawirohario, Sarwono. 2002. Asuhan Maternal dan Nonatal. Jakarta : YBPSP. Purnawan J. Atiek SS. Husna A. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUI Sastrawinata, Sulaiman. 1993. Obstetri Fisiologi. Bandung : Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Varney, Helen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : ECG.

KONSEP DASAR A. Pengertian Post partum atau masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115). Sedangkan menurut Prawirohardjo (2001 : 187) post partum adalah masa dimana alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil, yang dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3742 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2000 : 100). Sedangkan Farrer (2001 : 118) berpendapat bahwa persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau post matur) mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi verteks (puncak kepala) terlaksana tanpa bantuan, tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat) mencakup kelahiran plasenta yang normal. Fase laten kala II kontraksi rahim yang lemah disekitar waktu pembukaan lengkap sering kali dijumpai fase laten kala II sering dipandang abnormal dan dapat ditangani sebagai inersia uteri. Pada fase aktif kala II ditandai dengan penurunan janin dan usaha untuk mengejan tanpa sadar, fase ini kadang-kadang disebut sebagai bagian panggul dari persalinan, periode mengejan, kontraksi usaha mengejan dan posisi tubuh wanita merupakan kekuatan yang tergabung untuk melahirkan bayi (Simkin, 2005 : 89). Persalinan dengan vakum esktraksi adalah suatu persalinan buatan di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vakum) pada kepalanya (Prawirohardjo, 2000 : 10). Menurut Saifuddin (2000 : 495) vakum ekstraksi merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Sedangkan Mochtar (1998 : 120) berpendapat bahwa vakum ekstraksi merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir. B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita Anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna, yang terletak di dalam rongga pelvis dan genital eksterna yang terletak di perineum. (Menurut Bobak 2004;29 ). 1. Struktur eksterna 1. Mons pubis atau mons veneris Adalah jaringan lemak subkutan berbentuk lunak dan padat. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) dan ditumbuhi rambut berwarna hitam, kasar dan ikal pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum awitan haid

2. Labia mayora Adalah dua lipatan kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis. Sensitivitas labia mayora terhadap sentuhan, nyeri dan suhu tinggi, hal ini diakibatkan adanya jaringan saraf yang menyebar luas yang juga berfungsi selama rangsangan seksual. 3. Labia minora Adalah lipatan kulit panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke arah bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, terdapat banyak pembuluh darah sehingga tampak kemerahan. 4. Klitoris Adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual. 5. Vestibulum Merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora) dibatasi oleh klitoris dan perinium, dalam vestibulum terdapat muara-muara dari introiuts vagina uretra, kelenjar bartolini dan kelenjar skine. 6. Fourchette Adalah lipatan jaringan tranversal yang pipih dan tipis, terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis tengah di bawah orifisium vagina. 7. Perineum Adalah daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. 2. Struktur interna 1. Ovarium Merupakan kelenjar terletak di kanan kiri uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopi terikat oleh ligamentum latum uterus (mesovarium dan ovari proprium). Saat ovulasi (pematangan folikel degraf dan mengeluarkan ovum), ukuran ovarium dapat menjadi 2 kali lipat untuk sementara. Sebelum menarche permukaan ovarium licin, setelah maturitas sexual timbul luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. Fungsi ovarium adalah : 1. Memproduksi ovum 2. Memproduksi hormon (estrogen dan progesteron) 2. Tuba falopi atau tuba uterin Sepasang tuba falopi melekat pada fundus uterus memanjang ke arah lateral, panjang 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan peritonium (luar), lapisan otot tipis (tengah), lapisan mukosa (dalam). Tuba falopi terdiri 4 segmen meliputi : 1. Interstitialis: Bagian yang terdapat di dinding uterus 2. Ismus: Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya 3. Ampularis: Bagian yang berbentuk saluran leher tempat konsepsi agak lebar

4. Infundibulum: Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria untuk menangkap ovum kemudian menyalurkan ke tuba

Fungsi tuba falopi adalah menghantarkan ovum dari ovarium ke uterus. Perjalanan ovum dalam tuba fallopi didorong oleh gerakan peristaltik lapisan otot yang dipengaruhi oleh estrogen dan prostaglandin. Aktifitas ini terjadi saat ovulasi. 3. Uterus Adalah organ berotot, terletak di dalam pelvis antara rektum dan vesika urinaria, panjang 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm, berat 50 gram. 1. Uterus terdiri dari : 1. Fundus uteri: Merupakan benjolan bulat dibagian atas dan terletak di atas insersi tuba falopi. 2. Korpus uteri: Bagian yang mengelilingi cavum uteri (rongga rahim) berfungsi sebagai tempat janin berkembang. 3. Ismus/servik uteri Ujung servik menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri, dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internium 2. Fungsi uterus : Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, pembuahan ovum secara normal terjadi di dalam tuba uterin, endometrium disiapkan untuk menerima ovum yang telah dibuahi, dan ovum tertanam dalam endometrium. Pada waktu hamil uterus bertambah besar dindingnya menjadi tipis tetapi kuat dan besar sampai ke luar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin. Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar. 4. Vagina Tabung yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum sampai uterus 7,5 cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan vagina 9 cm, lebih pendek dari dinding belakang, pada puncak vagina menonjol leher rahim (servik uteri) yang disebut porsio. Bentuk vagina lapisan bagian dalam berlipat-lipat disebut rugae. 5. Servik (bagian paling bawah uterus) Disusun oleh jaringan ikat fibrosa, serabut otot, jaringan elastis, karakteristik servik atau kemampuannya meregang pada saat melahirkan anak pervaginaan, dipengaruhi oleh jaringan ikat yang banyak dan kandungan serabut yang elastis. Lipatan di dalam lapisan endoservik dan 10 % kandungan serabut otot. C. Etiologi 1. Teori-teori terjadinya persalinan menurut Manuaba (1998 : 158) :

1. Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. 2. Teori penurunan progesteron Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu. 3. Teori oksitosin internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat besarnya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai 4. Teori prostaglandin Teori prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan terjadinya persalinan 5. Teori hipotalamus-pituatri dan glandula suprarenalis Teori menunjukkan pada kehamilan dengan anersefalus, sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi mulainya persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan. 2. Indikasi dilakukan vakum ekstraksi menurut (Prawirohardjo, 2000 : 82) : 1. Untuk mempercepat kala II misalnya : penyakit jantung kompensta, penyakit paru-paru fibrotik. 2. Waktu kala II yang memanjang 3. Gawat janin (masih kontroversi) 4. Kelelahan ibu 5. Partus tak maju 3. Penyebab lambatnya kala II menurut (Simkin, 2005 : 13) 1. Posisi dan strategi lain untuk dugaan janin oksiput posterior atau oksiput transversal menetap. 2. Diduga disproporsi kepala panggul (CPD). 3. Diduga terjadi distasia emosional D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis masa nifas menurut Depkes (2004 : 6) 1. Adaptasi fisik 1. Tanda-tanda vital Pada 24 jam pertama suhu meningkat hingga 38C sebagai akibat efek dehidrasi

2.

3.

4.

5.

6.

7.

selama persalinan. Pada hari ke-2 sampai sepuluh suhu meningkat karena adanya infeksi kemungkinan mastitis infeksi infeksi traktus urinarius. Periode 6-8 hari sering terjadi bradikadi. Sistem kardiovaskuler Tekanan darah ibu harus kembali stabil sesudah melahirkan. Berkeringat dan menggigil disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, komponen darah yang meliputi haemoglobin, hematokrit, dan eritrosit ibu post partus sesuai sebelum melahirkan. Sistem tractus urinarius Selama proses persalinan kandung kemih merupakan sasaran untuk mengalami trauma yang dapat disebabkan karena tekanan dan edema. Perubahan ini dapat menimbulkan overdistensi dan pemenuhan kandung kemih yang terjadi selama 2 hari post partum. Hematuri pada periode early post partum menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih selama persalinan, selanjutnya bisa terjadi infeksi pada saluran kemih. Aseton dapat terjadi karena dehidrasi setelah persalinan lama, aliran darah ke ginjal glomerular filtration dan ureter dalam waktu sebulan secara bertahap akan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Sistem endokrin Mengikuti lahirnya placenta maka segera terjadi penurunan estrogen, progesteron dan prolaktin dengan cepat. Pada wanita tidak menyusui prolaktin akan terus menurun sampai normal pada minggu pertama. Perubahan payudara kolostrum sebelum produksi susu dapat muncul pada trimester III kehamilan dan dilanjutkan pada minggu pertama post partum. Sistem gastrointestinal Kembalinya fungsi normal usus besar biasanya pada minggu pertama post partum. Sistem muskuloskeletal Otot abdomen secara bertahap atau melebar selama kehamilan, menyebabkan pengurangan tonus otot yang akan terlihat jelas pada periode post partum. Sistem reproduksi 1. Involusi uteri Pada akhir kala III ukuran uterus panjang 14 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm, berat kurang lebih 1000 gram sama dengan umur 16 minggu kehamilan. 2. Kontraksi uterus Dengan adanya kontraksi uterus akan menjepit pembuluh darah uterus sehingga perdarahan dapat terhenti. 3. Lochea Adalah sekret yang berasal dari kavum uteri yang dikeluarkan melalui vagina pada masa nifas. Macam-macam lochea antara lain : lochea rubra, lochea serosa, lochea alba, lochea purulenta, lochiostatis. 4. Cervix Servik dan segmen uterus dengan bawah akan tampak edema tipis dan terbuka pada beberapa hari setelah melahirkan. 5. Vagina dan perineum Secara bertahap akan kembali ke sebelum hamil dalam 6-8 minggu setelah post partum.

2. Adaptasi psikologi; menurut (Bobak, 2000 : 740) 1. Proses parenting (proses menjadi orang tua) adalah masa menjadi orang tua secara biologis mulai sat terjadinya penemuan antara ovum dan sperma. 2. Attachment dan bonding adalah proses terjadinya rasa cinta dan menerima anak dan anak menerima serta mencintai orang tua. 3. Peran tugas dan tanggung jawab orang tua sesudah kelahiran Ada 3 periode tugas dan tanggung jawab menurut (Bobak, 2000 : 745) 1. Periode awal Periode ini orang tua akan mengorganisir hubungan orang tua dengan anaknya. 2. Periode konsol idasi Mencakup egoisasi terhadap peran (suami-istri, ayah, ibu, orang tua, anak, saudara-saudara). 3. Periode pertumbuhan Orang tua-anak akan berkembang dalam peranannya masing-masing sampai dengan dipisahkan oleh kematian. 4. Penyesuaian ibu (maternal adjustment) Ada 3 fase perilaku ibu, menurut (Bobak, 2000 : 743) 1. Fase dependent (taking in) Pada hari 1-2 pertama ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri. 2. Fase dependent-independen (taking hold) Ibu mulai menunjukkan perluasan, fokus intervensi yaitu memperlihatkan bayinya. 3. Fase dependen Dalam fase ini terjadi ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayi lebih meningkat. E. Patofisiologi Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses persalinan kelahiran yaitu passenger (penumpang yaitu janin dan placenta), passagway (jalan lahir), powers (kekuatan) posisi ibu dan psikologi (Farrer, 1999 : 189). Penumpang, cara penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan janin. Maka dari itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan. Kekuatan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter. Posisi ibu, posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan, posisi tegak memberi sejumlah keuntungan yaitu rasa letih hilang, merasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi. Pada kala II memanjang upaya mengedan ibu menambahi resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke placenta dianjurkan mengedan secara spontan jika tidak ada kemajuan penurunan kepala maka dilakukan ektraksi vakum untuk menyelamatkan janin dan ibunya (Simkin, 2005 : 2150). Dengan tindakan vakum ekstraksi dapat menimbulkan komplikasi pada ibu seperti robekan pada

servik uteri dan robekan pada dinding vagina. Robekan servik (trauma jalan lahir) dapat menyebabkan nyeri dan resiko terjadinya infeksi (Doenges, 2001 : 388) dan komplikasi pada janin dapat menyebabkan subgaleal hematoma yang dapat menimbulkan ikterus neonatorum jika fungsi hepar belum matur dan terjadi nekrosis kulit kepala yang menimbulkan alopenia (Prawirohardjo, 2002 : 840.) Pengeluaran janin pada persalinan menyebabkan trauma pada uretra dan kandung kemih dan organ sekitarnya (Reeder, 1999 : 645). Kapasitas kandung kemih post partum meningkat sehingga pengeluaran urin pada awal post partum banyak sehingga dapat mengakibatkan perubahan pola eliminasi urin (Doenges, 2001 : 295). Nyeri dapat mengakibatkan aktivitas terbatas sehingga terjadi penurunan peristaltik usus yang menyebabkan konstipasi (Manuaba, 2003 : 64). Setelah bayi dilahirkan uterus akan menyesuaikan dengan keadaan tanpa janin kemudian memulai proses kontraksi dan retraksi, plasenta akan mulai terangkat dari dinding uterus sehingga pembuluh darah besar yang ada dalam uterus di belakang plasenta akan berdarah dan darah yang keluar akan mengisi retroplasenta. Jika sudah terisi darah perdarahan berhenti dan darah membeku hal ini menyebabkan kontraksi uterus lebih lanjut sehingga terjadi pelepasan plasenta (Farrer, 1999 : 61). Setelah plasenta lahir terjadi penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron dan digantikan hormon hipofise anterior yaitu prolaktin yang akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI (Farrer, 1999 : 193). Kelenjar hipofise posterior menghasilkan oksitosin sebagai reaksi terhadap pengisapan puting. Oksitosin mempengaruhi selsel mioepitel yang mengelilingi alveoli mamae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah diekskresikan oleh kelenjar mamae (Farrer, 1999 : 201). Isapan bayi menimbulkan rangsangan hipofise melalui nervus interkostalis 4-6, menuju dorsal root, spinal cord nucleus praventrikularis dan supra optikus sehingga oksitosin dapat dikeluarkan. Fungsi oksitosin yaitu merangsang mioepitel sekitar alveoli dan duktus berkontraksi sehingga ASI dapat dikeluarkan, merangsang kontraksi uterus sehingga mempercepat involusi uteri (Manuaba, 2003 : 66). F. Pathway

G. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik post partum menurut Mochtar ( 1998 : 118) meliputi : 1. 2. 3. 4. 5. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, suhu badan. Payudara : ASI, putting susu, areola Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum. Sekret yang keluar misalnya lochea, flour albus. Keadaan alat-alat kandungan

Pemeriksaan post partum dengan episiotomi berfokus pada REEDA kemerahan (redness), pembengkakan (edema) bintik biru (echimosis) pengeluaran cairan (discharge), penyatuan jaringan (aproximation). Pemeriksaan post vakum ekstraksi menurut (Saefudin, 2002) meliputi : 1. Pemeriksaan bimanual untuk menemukan bukaan servik, besar, arah dan konsistensi uterus dan kondisi fornises. 2. Pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan penera kavum uteri. H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekstraksi menurut Mochtar (1998 : 112) adalah :

1. Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. 2. Segera mobilisasi dan realimentasi. 3. Konseling keluarga berencana. 4. Berikan antibiotika cukup. 5. Pada luka perinium lama lakukan perineoplastik dengan membuka luka dan menjahitnya kembali sebaik-baiknya. I. Fokus Pengkajian Fokus pengkajian post partum menurut Doenges (2001 : 387) antara lain : 1. Aktivitas atau istirahat Dapat tampak berenergi atau kelelahan atau keletihan, mengantuk. 2. Sirkulasi Nadi biasanya lambat (50 sampai 70 dpm) karena hipersensitivitas vagal. Tekanan darah bervariasi, mungkin lebih rendah pada respons terhadap analgesia atau meningkat pada respons terhadap pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan. Edema bila ada, mungkin dependen atau dapat meliputi ekstremitas atas dan wajah atau mungkin umum. Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai 400-500 ml untuk kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesarea. 3. Integritas ego Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah, misalnya eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak berminat (kelelahan). 4. Eliminasi Hemoroid sering ada dan menonjol. Kandung kemih mungkin teraba di atas simfisis pubis. Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliran urinarius. 5. Makanan atau cairan Dapat mengeluh haus, lapar atau mual. 6. Neuro sensori Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesia spinal atau analgesia kauda. Hiperfleksia mungkin ada. 7. Nyeri atau ketidaknyamanan Dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misalnya setelah nyeri, trauma jaringan atau perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh atau menggigil. 8. Keamanan Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit. Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat. 9. Seksualitas Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilikus. Drainase vagina atau lokhea jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa bekuan kecil. Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis atau rabas. Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara. Payudara lunak, dengan puting tegang. 10. Penyuluha atau pembelajaran Catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.

11. Pemeriksaan diagnostik Hemoglobin atau hematokrit, jumlah darah lengkap, urinalisis. J. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi Fokus intervensi pada pasien post partum spontan berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan menurut (Tucker ,1998 : 869)adalah sebagai berikut : 1. Nyeri berhubungan dengan episiotomi, nyeri setelah melahirkan dan atau ketidaknyamanan payudara. 1. Intervensi : 1. Atasi nyeri berikan obat sesuai program 2. Berikan kantong es pada perineum 3. Anjurkan ibu untuk mengeratkan bokong bersamaan bila duduk pada luka episiotomi nyeri. 4. Antisipasi kebutuhan terhadap penghilang nyeri 5. Anjurkan ibu untuk menggunakan tehnik relaksasi 6. Periksa payudara setiap 4 sampai 8 jam 7. Izinkan ibu menggunakan bra penyongkong setiap waktu 8. Kompres payudara selama 15 menit 3 menit setiap 1-3 jam 9. Massase payudara secara manual tekan payudara 2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insisi atau laserasi 1. Intervensi : 1. Observasi kondisi episiotomi dan dokumentasi setiap hari 2. Perhatikan terhadap peningkatan suhu tubuh atau perubahan lain pada parameter vital sign 3. Lakukan perawatan perineum 4. Perhatikan dan laporkan adanya drainase bau busuk 5. Berikan antibiotik sesuai program 3. Konstipasi berhubungan dengan episiotomi dan hemoragi sekunder terhadap proses kelahiran. 1. Intervensi : 1. Jamin masukan cairan adekuat 2. Berikan pelunak feses atau laksatif sesuai program 3. Anjurkan pasien untuk ambulasi sesuai toleransi 4. Perhatikan diit reguler 4. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pasca persalinan 1. Intervensi : 1. Anjurkan cairan per oral. 2. Ukur masukan dan haluaran selama 24 jam 3. Pertahankan cairan parenteral dengan eksitosik program 4. Hindari massage yang tidak perlu 5. Ganti pembalut perineal setiap 30-60 menit sesuai kebutuhan 6. Bila fundus lunak masage sampai keras

5. Resiko retensi urin berhubungan dengan trauma dan edema lanjut sekunder terhadap kelahiran. 1. Intervensi : 1. Anjurkan cairan setiap hari sampai 3 liter kecuali dikontraindikasikan 2. Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam setelah melahirkan 3. Berikan tehnik untuk membantu berkemih sesuai kebutuhan dengan berkemih rendam bokong 6. Resiko terhadap perubahan peran orang tua berhubungan dengan transisi pada masa menjadi orang tua. 1. Intervensi : 1. Penuhi ketergantungan ibu selama berada pada fase 2-3 hari pertama 2. Bantu dan ajarkan ibu untuk melakukan semua tugas perawatan bayi 3. Ajarkan ibu dan pengunjung tehnik mencuci tangan yang baik 4. Libatkan pasangan atau orang tua atau orang terdekat dalam perawatan bayi dan penyuluhan 5. Hindari tehnik negatif pada ibu 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan pasca persalinan. 1. Intervensi : 1. Demonstrasikan perawatan payudara 2. Tekankan pentingnya diit nutrisi 3. Anjurkan pasien untuk menghindarkan koitus selama 4-6 minggu atau sesuai intruksi dokter. 4. Jelaskan pentingnya kebersihan perineum 5. Jelaskan pentingnya latihan ringan pada awal Doenges (2001 : 237) juga menambahkan diagnosa yang muncul pada post partum berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1. Berduka berhubungan dengan kematian janin atau bayi 1. Intervensi : 1. Libatkan pasangan dalam perencanaan perawatan 2. Identifikasi ekspresi dan tahap berduka 3. Tentukan makna kehilangan terhadap kedua anggota pasangan 4. Perhatikan pola komunikasi antara anggota pasangan dan sistem pendukung 5. Kuatkan realita situasi dan anjurkan diskusi dengan klien 6. Anjurkan keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan mendengar 7. Kaji beratnya depresi 8. Perhatikan tingkat aktivitas klien, pola tidur, nafsu makan, personal 2. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurang informasi. 1. Intervensi : 1. Berikan rencana penyuluhan dengan menggunakan format yang standarisasi.

2. Pertahankan status psikologis klien dan respon terhadap kelahiran bayi dan peran menjadi ibu 3. Anjurkan partisipasi dalam perawatan bila klien mampu 4. Demonstrasikan tehnik-tehnik perawatan bayi 5. Kaji ulang tingkat pengetahuan pasien 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, tindakan invasif. 1. Intervensi : 1. Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan dengan cermat 2. Bersihkan luka dan ganti balutan bila basah 3. Perhatikan jumlah dan bau lochea 4. Kaji suhu, nadi, dan jumlah sel darah putih 5. Perhatikan perawatan perineal dan kateter 6. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis (sangat gembira, ansietas) nyeri. 1. Intervensi : 1. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. 2. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat. 3. Berikan lingkungan yang tenang. 4. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI. DAFTAR PUSTAKA 1. Bobak, Loudermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas (terjemahan), Edisi 4, EGC, Jakarta 2. Bobak, M..I., Jensen, D. M., 2000, Perawatan Maternitas dan Ginekologi (terjemahan), Edisi 1, YIA. PKP, Bandung. 3. Carpenito, L.J., 2001, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik (terjemahan), EGC, Jakarta. 4. Depkes, RI., 2004, Asuhan Keperawatan Post Partum Mata Ajaran Keperawatan Maternitas, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Semarang. 5. Dongoes, M.E., 2001, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Pasien (terjemahan), Edisi 2, EGC, Jakarta. 6. Farrer, H., 1999, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta. 7. Manuaba, I.B.G., 1998, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta. 8. Potter and Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek, Edisi 4, EGC, Jakarta 9. Prawirohardjo, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. 10. Prawirohardjo, 2000, Ilmu Kebidanan, Y.B.P.S.P, Jakarta. 11. Reeders, S.J., 1997, Maternity Nursing Family Newborn and Klomens Healt Care, Lippinclot, Company, Philadelphia. 12. Saefuddin, A.B., 2000, Buku Acuan Nasional (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal), JNPKK POGI, Jakarta.

13. Tucker, S.M., 1998, Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi (terjemahan), EGC, Jakarta. 14. Underwood, J. C., 1999, Patologi umum dan sistemik, Editor edisi Bahasa Indonesia, sarjadi, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Definisi Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrator vakum atau ventouse (Depkes RI,2002). Menurut Mansjoer Arif (1999) tindakan ini dilakukan dengan memasang sebuah mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (Cuningham F 2002). Etiologi 1. Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2005). 2. Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005). 3. Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:

Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan adanya hipoksia. Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi. Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada ibu (Prawirohardjo, 2005).

Teknik Ekstraksi Vakum Ekstraktor vakum hanya digunakan pada persentasi belakang-kepala. Dalam keadaan terpaksa, ekstraksi dengan ekstraktor vakum dapat dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap tetapi sedikit-dikitnya 7 cm. Begitu pula ekstraksi vakum masih boleh digunakan, apabila pada presentasi belakang kepala, kepala janin sudah sampai hodge II tetapi belum sampai hodge III, asal tidak ada diproporsi sefalopelvik. Dalam pemakaian ekstraktor vakum, mangkok yang dipilih harus sesuai dengan besarnya pembukaan, keadaan vagina, turunnya kepala janin dan tenaga untuk tarikan yang diperlukan. Umumnya yang dipakai ialah mangkok dengan diameter 50 mm (Cuningham F, 2002). Pada umumnya kala II yang lama merupakan indikasi untuk melakukan ekstraksi dengan cunam berhubung dengan meningkatnya bahaya ibu dan janin (Mansjoer Arif, 1999). Pada presentasi belakang-kepala dengan kepala belum sampai di dasar panggul, dan persentase muka setelah kala II lamanya 3 jam pada seorang primigravida dan 2 jam pada multipara dilakukan pemeriksaan dengan seksama (jika perlu dengan memasukkan 4 jari atau seluruh tangan ke dalam vagina) apakah sungguh-sungguh kepala sudah masuk dalam rongga panggul dengan ukuran terbesar, dan apakah tidak ada rintangan apapun pada panggul untuk melahirkan

kepala. Dalam hal kepala janin sudah melewati pintu atas panggul dengan ukuran terbesar, putaran paksi dalam kepala sudah atau hampir selesai, dan dalam hal tidak adanya kesempitan pada bidang bawah panggul, persalinan diselesaikan dengan ekstraksi cunam (Mansjoer Arif, 1999). Indikasi Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi porcef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial (Mansjoer Arif, 1999). Syarat dari Ekstraksi Vakum: a. Janin aterm b. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi) c. Pembukaan serviks sudah lengkap d. Kepala janin sudah enganged. e. Selaput ketuban sudah pecah atau jika belum, dipecahkan. f. Harus ada kontraksi uterus atau his dan tenaga mengejan ibu. Komplikasi Ekstraksi Vakum Pada ibu, ekstraksi vakum dapat menyebabkan perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin ekstrasi vakum dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala, cepal hematoma, subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dapat menimbulkan alopesia (Mansjoer Arif, 1999). Prosedur Ekstraksi Vakum Ibu tidur dalam posisi lithotomi. Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks (Mansjoer Arif, 1999). Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubunubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : 0,7 sampai-0,8 kg/cm2. Hal ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit (Rustam Mochtar, 1999). Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh

mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul (Rustam Mochtar, 1999). Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat kearah muka penolong. Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan harus mengikuti putaran paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis (Rustam Mochtar, 1999). Bila his berhenti, maka traksi juga dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan his. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala liahir, pentu dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva. Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan: 1. Tenaga vakum terlalu rendah 2. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh mangkuk. 3. Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkram dengan baik. 4. Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk. 5. Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik. 6. Traksi terlalu kuat 7. Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung. 8. Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir. Keunggulan Keunggulan 1. 2. 3. 4. dan Kerugian Ekstraksi Vakum

Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi) Tidak diperlukan narkosis umum Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir Ekstraksi vakum dapat dipakai pada kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap 5. Trauma pada kepala janin lebih ringan (Rustam Mochtar, 1999). Kerugian 1. Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama 2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.

3. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara. (Rustam Machtar, 1999).

Anda mungkin juga menyukai