Anda di halaman 1dari 7

Disusun oleh : Putri Andini

Pertemuan 1 Sabtu, 18 Agustus 2012

Pendeskripsian Watak Tokoh Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro,1995: 165). Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Sudjiman(1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Menurut Sudjiman (1988:17-18) berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran pemimpin disebut tokoh utama atau protagonis. Protagonis selalu menjadi tokoh yang sentral dalam cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Menurut Nurgiyantoro (1995:176) berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan novel atau cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung. Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan. Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokohnya serta memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya atau cerita yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pengertian penokohan lebih luas dibanding tokoh karena penokohan mencakup bagaimana perwatakannya, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Menurut Nurgiyantoro (1995:194-210) ada dua penggambaran perwatakan dalam prosa fiksi yaitu sebagai berikut:

1). Secara eksplositori Teknik eksplositori sering juga disebut sebagai teknik analitis, yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan diskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat watak, tingkah laku atau bahkan ciri fisiknya.

2). Secara dramatik Penampilan tokoh cerita dalan teknik dramatik dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi.Wujud penggambaran teknik dramatik dapat dilakukan dengan sejumlah teknik, di antaranya adalah: Teknik cakapan Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. Teknik tingkah laku Teknik tingkah laku mengarah pada tindakan yang bersifat nonverbal, fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai menunjukkan reaksi tanggapan, sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat-sifat kediriannya. Teknik pikiran dan perasaan Pikiran dan perasaan, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh dalam banyak hal akan mencerminkan sifat-sifat kediriannya juga. Bahkan pada hakikatnya, pikiran dan perasaannyalah yang kemudian dijadikan tingkah laku verbal dan nonverbal. Teknik arus kesadaran Arus kesadaran merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangandan aliran proses mental tokoh, dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak (Abrams dalam Nurgiyantoro 1995:206). Teknik reaksi tokoh lain Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku orang lain, dan sebagainya yang berupa rangsangan dari luar diri tokoh yang bersangkutan. Teknik pelukisan latar Suasana latar sekitar tokoh juga sering dipakai untuk melukiskan kediriannya. Pelukisan suasana latar dapat lebih mengintensifkan sifat kedirian tokoh. Teknik pelukisan fisik Keadaan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya, atau paling tidak pengarang sengaja mencari dan memperhubungkan adanya keterkaitan itu. Misalnya, bibir tipis menyaran pada sifat ceriwis dan bawel.

Ada berbagai cara penggambaran watak tokoh, antara lain sebagai berikut: 1). Cara langsung Dalam teknik ini pengarang langsung melukiskan tokoh, baik fisiknya, sosialnya, atau kejiwaannya. Pengarang langsung memberitahukan kepada pembaca tentang watak para tokoh dalam ceritanya. Contoh: Ditemani Ibu Saleha, yang juga sudah tahu duduk perkaranya, Pak RT menghadapi wanita itu. Seorang wanita muda yang meski tidak begitu cantik juga tidak tergolong jelek. Seorang wanita yang hidup dengan sangat teratur. Pergi ke kantor dan pulang ke rumah pada waktu yang tepat. Bangun dan tidur pada jam yang telah ditentukan. Makan dan membaca buku pada saat yang selalu sama. Begitu pula ketika ia harus mandi, sambil menyanyi dengan suara serak-serak basah. (Dikutip dari cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, oleh Seno Gumira Ajidarma, Horison Tahun XXXIV, No. 1, Januari 2000, halaman 22,dalam http://guruumarbakri.blogspot.com/).

2). Cara tak langung Cara ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: a. Deskripsi fisik Bentuk tubuh tokoh sering menggambarkan wataknya. Namun, cara ini harus diterapkan secara hati-hati karena belum tentu wajah yang jelek dan kasar menggambarkan watak yang kasar. Berikut ini contoh penggambaran watak melalui deskripsi fisik. Tubuhnya kurus kering. Matanya kecil seperti biji sawo. Rambutnya panjang dan bercabang, terikat sekenanya di belakang tengkuknya. Gadis itu pucat, bibirnya berkomatkamit sambil memeluk buku-buku usang.

b. Ucapan tokoh Ucapan tokoh dapat digunakan untuk menggambarkan pikiran, perasaan, sifat, kesukaannya, hal-hal yang dibencinya, atau yang lain. Contoh berikut menunjukkan hal itu. Kang Hermain jangan kaget, Siti tersenyum di depan pintu kamar kontrakanku yang kumuh. Siti hanya minta dibawa keliling Jakarta sehari ini saja. Sehari ini? aku kaget karena merasa tak siap,Mengapa tak Siti Katakan lewat surat kalau datang hari ini dan minta diantar hari ini juga? Mengapa Akang seperti tak mau? wajah Siti seperti merajuk, Keberatan mengantar Siti? Bukan keberatan, Ti. Tapi, aku harus minta izin karena hari ini hari kerja, aku berkata meyakinkan Siti, Nanti bisa dipecat aku kalau bolos. Zaman susah begini, setengah mati untuk mendapatkan pekerjaan. Tapi, Siti tak mau mendengar alasanku. (Dikutip dari buku kumpulan cerpen Rawa, oleh Korrie Layun Rampan, halaman 117, dalam http://guru-umarbakri.blogspot.com/).

c. Perbuatan tokoh Perilaku tokoh juga dapat digunakan untuk menggambarkan watak tokoh. Berikut ini contoh penggambaran watak melalui perbuatannya. Berikut ini contoh pelukisan watak tokoh dengan menggunakan perbuatan tokoh. Sebenarnya, siapa sih yang menjahili adikku, buku-bukuku di kelas, menyembunyikan sepatuku, he ...!!!?? Emangnya kenapa, itu kan salah kamu sendiri yang teledor!! Dan asal kamu tahu saja, bukan aku yang melakukannya, tahu!! Apa?!! Si kurus mendelik. Mukanya memerah. Walaupun seandainya aku yang melakukan, kenapa kamu tidak langsung menegurku ... apa karena re... re.... Rekonsiliasi maksudmu!! Bedabah! Asu!! Dasar gendut tak tahu aturan, rekonsiliasi dijadikan alasan. Kugibeng kau!! Tangan si kurus meraih kepala si gendut dan menjepitnya di ketiak. Si gendut sempat terhuyung, tapi akhirnya dia mampu berkelit dan memberikan perlawanan setimpal. Bogeman mentah mendarat di hidung si kurus. Merah.Ada darah mewarnai pertarungan antara dua bocah itu. (Dikutip dari Rekonsiliasi, oleh M. Tsany Ubaidillah, dalam Horison, Tahun XXXVII, No. 12, Desember 2003, dalam http://guru-umarbakri.blogspot.com/).

d. Reaksi atau ucapan tokoh lain Cara ini juga banyak digunakan untuk menggambarkan watak tokoh. Contoh: Tapi bukan Marto Manuk namanya jika ia putus asa sampai di situ. Ia telah dikenal begitu sabar ketika sedang memikat burung. Selama dalam perjalanan benaknya terus berputar mencari daya upaya. Dan saat ia membelokkan sepedanya di pintu pasar, sebuah akan jita muncul di benak Marto Manuk. Katuranggan. Ya katuranggan. Aku harus cepat-cepat menemui Wagiyo (Dikutip dari cerpen Katuranggan, karya Slamet Nurzaini dalam Pelajaran Mengarang: Cerpen Pilihan KOMPAS 1993, dalam http://guru-umarbakri.blogspot.com/). e. Deskripsi lingkungan Lingkungan juga dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan watak tokoh. Tokoh yang kamarnya berantakan, banyak puntung rokok, dan ada botol bir tentu akan menggambarkan watak tokoh yang berbeda bila dibandingkan dengan tokoh yang kamarnya banyak buku, alas kasur dan bantal tertata rapi.

Anda mungkin juga menyukai