Anda di halaman 1dari 9

Petunjuk :

1. Pelajari materi menulis cerita cekak (cerkak)


2. Pelajari contoh cerkak yang disediakan
3. Kerjakan tugas menulis tugas!

Materi Menulis Cerita Cekak

Definisi
Sudah banyak ahli mendefinisikan cerita cekak atau cerkak --
cerita pendek dalam bahasa Indonesia cerkak adalah karangan fiksi
yang relatif pendek dan menceritakan peristiwa tunggal.
Cerkak memiliki unsur-unsur intrinsik yang mencakup tema,
tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar dan pelataran,
sudut pandang, majas, dan amanat.
Selain unsur-unsur intrinsik, penulis seyogianya memperhatikan
pula unsur lain yang tak kalah penting yaitu struktur cerita yang
mencakup penggambaran situasi, penegangan (bibit konflik), konflik,
klimaks (puncak konflik), dan peluruhan. Struktur cerita itu bukan
urutan yang harus diwujudkan dalam penyajian sebuah cerkak.

Tema
Tema merupakan gagasan sentral sesuatu yang hendak
dikisahkan dalam tulisan. Tema merupakan inti permasalahan yang
dikemukakan penulis dalam karyanya. Oleh karena itu, tema
merupakan simpulan dari berbagai peristiwa yang terkait dengan
penokohan dan latar.
Tema bisa apa saja, baik berasal dari peristiwa nyata atau
imajinasi.
Penulis berkarya untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca.
Gagasan itu bisa berkait dengan aspek kemanusiaan, perjuangan,
kekejaman, cinta, dan sebagainya. Namun, tema biasanya tidak
disampaikan secara eksplisit, tetapi tersembunyi di dalam rangkaian
kisah. Bahkan, tema biasanya ditemukan atau disadari oleh pembaca
setelah selesai membaca.
1
Tokoh dan Penokohan
Tokoh cerita adalah orang yang diceritakan dalam sebuah kisah.
Satu tokoh pun dapat menjadi unsur intrinsik cerkak, lebih-lebih dua,
tiga, atau seterusnya. Tokoh tersebut memiliki karakter yang disebut
penokohan.
Tokoh cerita bisa disebut sebagai medium bagi penulis untuk
menggerakkan jalan cerita. Melalui tokoh cerita, sebuah cerkak
digerakkan dari suatu peristiwa ke peristiwa lain yang membentuk
alur. Namun demikian, penulis tidak hanya menciptakan tokoh cerita,
tetapi harus menegaskan bagaimana karakter tokoh tersebut.
Bagaimana ia bersikap, berperilaku, berpikir, bertutur, dan
seterusnya dengan konsisten dari awal hingga akhir.
Demikian pula jika penulis menciptakan tokoh lain, baik sebagai
tokoh tambahan (figuran) dan antagonis (lawan) dari tokoh utama.
Tokoh-tokoh penambah atau tokoh antagonis itu pun harus memiliki
karakter yang konsisten. Jika pun ada perubahan karakter maka harus
dengan alasan-alasan yang logis atau karena ada persitiwa-peristiwa
yang memengaruhi kondisi psikologis tokoh. Jika tidak demikian, atau
ada inkonsistensi dalam pengarakteran, berkemungkinan akan
membuat pembaca bingung. Sebagai contoh, tokoh yang semula
punya karakter jahat tiba-tiba berubah menjadi baik hati dengan
alasan yang tidak jelas. Kebingungan pembaca seperti itu mungkin
terjadi jika penulis tidak konsisten menjaga atau ‘memelihara’
karakter tokoh cerita.
Kadang-kadang dalam sebuah cerita, tokoh antagonis tidak hanya
satu tetapi banyak, bahkan berkelompok. Yang harus menjadi
catatan penting adalah bahwa tokoh-tokoh antagonis tersebut
diciptakan salah satunya untuk memunculkan konflik. Jika penulis
menciptakan konflik tanpa tokoh antagonis, kemungkinan besar
tidak akan memunculkan ketegangan bagi pembaca. Konflik akan
terasa datar-datar saja.
Umumnya ada dua teknik penulis dalam menggambarkan sifat
tokoh cerita. Pertama, dengan menjelaskan sifat tokoh (teknik
analitik) seperti contoh berikut ini yang menggambarkan sifat tokoh
Hatma yang kesatria.

Hatma lemes. Wis ora bisa kumecap apa-apa. Hatma pancen


2
salah. Lan ya ngakoni salah ....(Cerkak “Salahe Hatma” karya Dani Elti,
Panjebar Semangat Nomor 4, 28 Januari 2023).

Kedua, dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan


perilaku atau perbuatan si tokoh (teknik dramatik). Berdasarkan
teknik tersebut, penulis menarasikan karakter melalui tuturan,
gerak-gerik, atau perilaku tokoh, seperti penggambaran tokoh Uli
yang tidak grusa-grusu (penuh pertimbangan) berikut ini.

Meh wae Uli ngetokake HP-ne saka njero tas arep mbukak
WhatsApp, arep kirim chat menyang Hatma. Nanging dipenggak
dening atine dhewe. Uli isih nyabarake atine. Bareng tekan ngomah
sawise sholat Isya Uli kirim chat. Unine cendhak: Awake dhewe pisah.
Titik. Kuwi dina Setu. (Cerkak “Salahe Hatma” karya Dani Elti,
Panjebar Semangat Nomor 4, 28 Januari 2023).

Mana yang akan kita pilih? Dua-duanya bisa diterapkan. Kadang-


kadang penulis menggunakan teknik analitik atau dramatik saja,
tetapi ada pula yang mengombinasikannya. Jika penokohan hanya
digambarkan dengan menggunakan teknik analitik seperti contoh
pertama, efek sugestif dalam benak pembaca berkurang, atau
suasana cerita tidak dramatis.
Penokohan diandalkan juga sebagai kekuatan cerkak. Tokoh
suami yang kecewa karena istrinya membiarkan anak mereka
menghabiskan gulai miliknya dalam kutipan berikut ini.

“Bune, endi gulene?” pitakonku.


“Emmm…anu Pakne, iki mau dientekne anakmu lanang Rafi karo
kanca-kancane. Aku ya mung ngicipi sethithik mau.”
“Oalah kok ora dingengehi babar blas. Piye iki?”
“Lha jenenge bocah-bocah isih semega. Iki mau dienggo nyuguhi
kanca-kancane Rafi Pakne. Malah tambah tempe goreng barang. Wis
panjenengan ngalah wae. Dakgorengke endhog wae ya? Dicampuri
oncang lan bumbu, dadine endhog dadar sing dijenengi omelet ngono
kae lho.”
“Emoh Bune.” (Cerkak “Slilit” karya Ki Sudadi dalam
https://lensasastra.id/2022/12/04/slilit/)

Alur dan Pengaluran


3
Alur adalah rangkaian cerita. Sebuah cerita bisa dibuat panjang
serta menarik perhatian pembaca karena keberadaan alur.
Sementara pengaluran tersembunyi pada rangkaian alur.
Alur dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu alur maju (cerita
dirangkai dari awal hinggal akhir), alur kilas balik (flash back, yakni
kisah diceritakan dari akhir terlebih dahulu, kemudian menerawang
ke belakang, menceritakan peristiwa-peristiwa yang sudah dilalui
oleh tokoh cerita, dan alur campuran (cerita tidak dirangkai dari awal,
tapi tiba-tiba menceritakan bagian tengah kisah terlebih dahulu).

Latar dan Pelataran


Latar atau setting merupakan tempat cerita berlangsung. Latar
bisa berupa latar fisik (rumah, kantor, pasar, dan sebagainya), latar
geografis (kampung, gunung, sawah, pantai, dan sebagainya), latar
waktu (siang, malah, pagi, dan sebagainya), dan latar suasana atau
situasi sosial (zaman pagebluk corona, zaman komunis, zaman
perang revolusi kemerdekaan, zaman Mataram, dan sebagainya).
Sementara pelataran adalah gambaran keadaan yang sangat intensif
disampaikan oleh penulis. Karena unsur suasana yang dibangun oleh
penulis melalui tulisannya, pembaca akan sangat mudah terlibat
pada cerita itu secara emosional. Pembaca seakan-akan merasakan,
terlibat secara fisik dan emosional, atau menjadi bagian dari kisah
yang dituturkan.

Sudut Pandang (Point of View)


Sudut pandang berupa teknik pengungkapan cerita yang
menunjukkan posisi penulis cerkak; umumnya berupa aku-an, kamu-
an, dan dia-an; dapat juga omnipotent (serbatahu).
Umumnya para penulis pemula menggunakan sudut pandang
orang pertama: aku-an, yang biasanya menceritakan pengalaman
sendiri. Namun demikian penggunaan sudut pandang orang pertama
tidak serta merta menunjukkan bahwa tulisan merupakan
pengalaman sendiri.
Berikut contoh penggunaan berbagai sudut pandang dalam
cerkak.
Berikut contoh pemakaian sudut pandang orang pertama: aku-an.

Aku isih penasaran, sapa sejatine sing lagi dadi guyonan


bocah-bocah kuwi? Ibune sapa? Sajake guyonan nanging sing
4
dakrasakake kok ukarane kaya ngece. Ah, dhasare apa aku wae
sing GeEr, gegedhen rumangsa. Durung nganti limang menit, aku
krungu swara jangkah playune Bhre, dheweke mlayu mlebu
omah, raine katon mbesengut. Aku lan anak lanangku kuwi
adhep-adhepan ing ngarep lawang kamar, Bhre nyawang aku
kanthi mripat njenggureng. Aku ora ngerti apa sing arep
ditakokake, ananging saka panyawange katon banget yen cetha
kebak pitakonan. (Cerkak “Chat kanggo Bhre” karya Ucik
Fuadhiyah. Panjebar Semangat No.1 Edisi 7 Januari 2023)

Contoh penggunaan sudut pandang orang ketiga: dia-an.

Prawito lan Sekar sejatine kanca lawas. Olehe


sesambungan wis wiwit biyen nalika padha-padha sekolah SMK
ing kutha Ngawi. Prawito lulusan SMK Jurusan Multimedia, dene
Sekar adik kelase setaun sing njupuk Jurusan Tata Busana. Lulus
SMK Prawito sabenere kepengin banget nerusake kuliah ing
Jurusan kang padha, yakuwi Multimedia. Ananging, ya merga
kahanan ekonomi keluarga pas-pasan, cita-citane kudu kandheg.
(Cerkak “Mutiara kang Kabuwang” karya Ucik Fuadhiyah.
Panjebar Semangat. No. 47 Edisi 19 November 2022)

Contoh penggunaan sudut pandang orang kedua: engkau-an.

Adate, saben sesasi pisan awakmu ngajak aku tilik omah


saprelu resik-resik. Kuwi wae yen dhong longgar wektune, merga
awakmu ya isih repot mulang neng salah siji SMP ing kutha
kabupaten. Kamangka omah gedhong kuwi jane mono posisine
cukup strategis. Daerah Bawen, sacedhake lokasi wisata Dusun
Sumilir. Nanging, saiki wis beda kahanane. Awakmu wis ora nate
sanja apamaneh ngajak tilik omah. (Cerkak “Bulik Lastri” karya
Ucik Fuadhiyah, berupa manuskrip belum dipublikasikan)

Contoh penggunaan sudut pandang omnipotent (serbatahu).

Murdani, Petinggi Watulandhep, muring-muring. Tinuk,


anake wedok, njaluk idin melok mlaku saka Tegaldawa, Rembang,
5
tekan Semarang.
“Kowe aja nekat, Nuk! Ngeman awak. Mbokkira mlaku
satus seket kilo ki entheng? Mbokkira kaya wong dolan? Gak, aku
gak ngidini,” ujare Murdani karo mencereng nyawang anake
wedok sing ndhingkluk tanpa ucap.
………………………………………………………………………..
Tinuk ijeh meneng ae. Gak kumecap, gak nyawang bapake
sing tambah suwe tambah banter swarane. Murdani rumangsa
dhadhane dikilani, rumangsa gak digape. (Cerkak “Bapak Ngetut
Lakune Anak” dalam Gunawan Budi Susanto, Cik Hwa, Kumpulan
Cerkak, Semarang: Cipta Prima Nusantara, cetakan kelima, 2021,
25-45.)

Majas
Majas atau kiasan adalah cara melukiskan sesuatu untuk
meningkatkan dan memperbanyak efek melalui perbandingan atau
menyamakan sesuatu dengan yang lain. Majas mengubah nilai rasa
atau menimbulkan konotasi tertentu.
Ada banyak majas, antara lain metafora dan personifikasi.
Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan
arti yang sebenarnya, melainkan sebagai penggambaran yang
berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya mlakune kaya
macan luwe, untune kaya miji timun, dll.
Personifikasi adalah pengumpamaan (pelambangan) benda mati
sebagai orang atau manusia, seperti bentuk pengumpamaan alam
dan rembulan menjadi saksi sumpah setia. Contoh dalam bahasa
Jawa adalah gegodhongan ngawe-awe ngajak kaya ngampirake,
mendhung peteng mlaku ngalor.

Amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang
ingin disampaikan penulis kepada pembaca melalui cerita. Pesan
biasanya ditemukan secara implisit ketika pembaca menamatkan
pembacaannya. Dewasa ini pesan cerita atau amanat yang ingin
disampaikan penulis tidak hanya bersifat hitam-putih seperti pada
masa-masa awal kesusastraan Indonesia. 
 

6
Contoh Cerkak 1

Kanca Saklawase
Jenengku Fajar, aku nduwe konco kang jenenge sodiq. Sodiq iku konco
ku awet aku cilik. Sodiq iku uwonge apikan yo setia kawan. Biasane sodiq
ngundang aku tukang ngantukan, tapi aku yo ora duwe roso risih nek di
undang ngono kui mungkin wes biasa dadi yo gak tak gowo ati.
“Duwar...itik-itik suarane sodiq ngageti aku. Kowe lho jhan ngaget-ngageti
i aku wae, nek aku jantungen piye gelem po awakmu tanggung jawab?
Jawabku marang Sodiq. Ngapurane lah jar, kowe sih ngantukan wae, kae
uwis bel masuk, selak di seneni mengko karo pak guru-guru balas sodiq
marang aku. Sak uwise iku aku lan sodiq mlebu kelas bareng-bareng.
Bel bali sekolah uwes di muni’ke, koyo biasane aku karo sodiq bali bareng,
naning tekan setengah perjalanan aku karo sodiq kepisah amergo sodiq
lagi arep mampir mareng tukang jahitan jupuk klambine ibuke. Akhire aku
bali dewean, la teko-teko buku sek tak gowo tibo “buukkkk” ditabrak bocah
cilik.
“Sepurane mas aku gak sengojo e'” “Yo rapopo dek mung buku kok seng
gigal, mulakno nek mlaku kui seng ati-ati ya dek” “Enggeh mas” Koyo
biasane aku budal sekolah jam setengah pitu, yo koyo biasane aku melu
pelajarane pak guru lan bu guru. Naming kok dino iki ora koyo biasane,
sodiq kok gak ketok sedino kie, dadeake khawatir maring pikiran aku, aku
mutuske bali sekolah maring omahe sodiq.
Tekan ngarep omahe tika yo bedo ora koyo biasane suasanane ki sepi
banget koyo gak ono uwong. Terus akhire aku takon marang pak satpam,
jebule sodiq ora nek omah kono alias pindah anyar. Bali seko omahe sodiq
aku lagi kepikiran loh kenopo kok sodiq pindah kok ora neng kono wae?
Yo kenopo kok sodiq gak ngomong karo aku? Kan aku kancane? Malah
aku dadi bingung dewe karo sodiq.
Minggu isuk aku pamitan marang ibuk arep nggoleki alamat omahe sodiq
sek anyar. 1 jam luih jebule aku muter-muter nglewati dalan sempit-sempit
akhire yo ketemu omahe sodiq batinku. Aku kaget tekan ngarep omahe
sodiq seng biasane urip enak lan kepenak saiki malah urip nek tempat sek
kumuh lan sempit.
Contoh Cerkak 2

Katresnan Instagram
Ajuning kemajuan jaman prasasat datan bisa dibendung maneh, jarene
wong akeh sinebut globalisasi. Globalisasi dewe, saumpama dijarwakake
kanthi basa jawa yaiku tansaya sumpeg lan rupake alam donya iki merga
saking majune teknologi kang anjrah engga tekan karang padesan.
Dadine, nadyan ana suwaliking bumi bisa krasa cedhak merga majuning 7
tehnologi kang ora tinemu ing jaman sadurunge.
Coba dipenggalih, rong puluh taun kepungkur yen wong kepengin omong-
omongan karo anake sing mapan ana Jakarta yo gelem ora gelem kudu
menyang Jakarta. Utawa suwalike, si anak kudu bali menyang lemah
kelairane. Kamangka, omahe ana Yogya. Ateges jarak antarane Yogya-
Jakarta klebu adoh, sak ora-orane butuh ragad ora sethithik yen bakal
sesambungan. Umpama bisa sesambungan, sranane telpon ana wartel,
kirim layang utawa telgram.
Ning saiki, tahun 2022 iki, aja maneh Jakarta, selagine kepengin ngobrol
karo keluarga sing mapan ana Amerika wis dudu barang angel maneh.
Sing jenenge Handphone prasasat wis pating glethak saben papan.
Tegese HP wis dudu barang larang maneh. Jaman aku sekolah
kepungkur, aja kok ngimpi nyekel HP, selagine gambar lan bentuke wae
durung weruh. Lha saiki, anakku sing isih kelas 3 SD wae cekel-cekelane
HP, lha apa ora jamane wis owah?
Kamangka, bocah SD saiki kathik sing jenenge nyekel komputer wis
canggihe ora jamak. Sejene kuwi, internet, twitter, engga sing aran
Facebook anjrah tekan karang padesan. Mbukak sing jeneng facebook,
twitter, yahoo massanger, lsp ora kudu ndadak nyang warnet, bisa diakses
liwat HP. Mula ora jeneng aneh maneh, yen donya sing jembar ngilak-ilak
prasasat dadi cupet tanpa wates.
Contone, FB, Twitter, Instagram, bisa dadi srana kanggo iklan utawa
bisnis. Bisa uga kanggo dakwah agama, lan uga ngudi ngelmu. Yo merga
ngenut ombyaking jaman iku, aku reka-reka melu gawe akun Instagram,
Kanyatan, ora nganti let sasen-sasen akun IG-ku wis tambah kanca nganti
ewonan wong. Senadyan durung nate ketemu, nanging lewat akun
kekancan IG iku awakku bisa gegojekan kanthi bebas klawan kanca anyar
sing babar blas ora tak ngerteni papan dununge.

8
Tugas pembelajaran daring
Kamis, 13 April 2023

TUGAS INDIVIDU:

1. MENULIS CERKAK. TEMA BEBAS.

SEBISA MUNGKIN GUNAKAN TEMA ATAU MENGAKAT MASALAH

ATAU MEMGANGKAT KEARIFAN LOKAL DAERAH ATAU DUNIA

ANAK.

2. KERJAKAN DENGAN CARA DIKETIK DAN DIKIRIM DI GRUP BAHASA

JAWA.

3. KARYA HARUS ORISINIL TIDAK BOLEH MELIHAT DI INTERNET!

Anda mungkin juga menyukai