Anda di halaman 1dari 15

Sistem Reproduksi Pria dan Wanita, Siklus Ovarium, dan Siklus Endometrium

Sistem reproduksi merupakan salah satu sistem dalam tubuh manusia yang berpengaruh dalam daur hidup kehidupan manusia. Sistem reproduksi merupakan sistem tubuh yang memiliki ciri khas yang berbeda tergantung dari jenis kelamin seseorang. Sistem reproduksi antara lakilaki dan perempuan sungguh sangat berbeda. Siklus-siklus yang ada pada sistem reproduksi antara laki-laki dan perempuan juga berbeda bergantung pada usia individu tersebut. Sistem reproduksi tidak secara langsung berpengaruh terhadap homeostasis tubuh, tetapi berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan individu. Sistem reproduksi ini tersusun dari beberapa organ yang sering disebut sebagai organ kelamin. Pada laki-laki, organ reproduksi yang utama adalah testis dan pada perempuan adalah ovarium. Kedua organ reproduksi ini memiliki fungsi yang sama, yaitu penghasil sel-sel kelamin dan mengeluarkan hormon-hormon steroid (Vander et al, 2001). Pada laki-laki, testis memproduksi spermatozoa sebagai sel kelamin pada laki-laki dan mengeluarkan hormon testosteron. Pada perempuan, ovarium memproduksi ovum sebagai sel kelamin pada perempuan dan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang digunakan untuk aktivitas organ. Sistem reproduksi pada pria terdiri dari organ reproduksi, saluran reproduksi, dan kelenjar-kelenjar tambahan. Organ reproduksi pria terdiri atas organ eksterna (penis dan skrotum) dan organ interna (testis). Penis berfungsi dalam aktifitas seksual, sedangkan testis berperan dalam proses spermatogenesis (pembentukan sperma). Penis pada pria terdiri dari tiga lapisan silinder dan jaringan erektil, dua korpora kavernosa lateral dan satu korpus spongiosum, yang berisi uretra. Pada ujung penis terdapat glans penis yang mengandung banyak saraf yang sensitive dan terdapat sebuah meatus uretra di ujungnya. Glans penis dilindungi oleh kulit terluarnya yaitu prepusium. Prepusium inilah yang diambil ketika seorang pria disunat (Bobak, 1996). Testis ini terletak di sebuah kantong yang disebut skrotum. Di dalam testis terdapat tubulus seminiferus, disinilah tempat terjadinya spermatogenesis.

Di dalam dinding tubulus seminiferus inilah terbentuk sel-sel sperma yang imatur yang kemudian bermigrasi melalui lumen tubulus. Ada dua sel penyusun tubulus, yaitu sel sertoli yang menyusun bagian dalam tubulus dan sel interstisium Leydig yang menyusun bagian luar tubulus. Sperma yang imatur mendapat asupan makanan dari sel-sel sertoli selama masa pematangan. Sel-sel sertoli mensekresi protein pengikat androgen (testosteron) yang berfungsi dalam proses spermatogenesis. Sel-sel interstisium Leydig mengeluarkan testosteron yang penting untuk pematangan sperma dan kelangsungan hidup sel-sel sertoli (Corwin, 2009).

Saluran reproduksi pria terdiri dari epididimis, vas deferens dan duktus ejakulatoris. Epididimis merupakan tempat pematangan sperma setelah sperma dibentuk di tubulus seminiferus. Penghantaran sperma dari epididimis ke duktus lainnya dilakukan oleh otot polos di sepanjang epididimis yang berkontraksi mendorong sperma keluar dari epididimis (Sloane, 2001). Vas deferens berfungsi sebagai saluran serta tempat penyimpanan sperma sementara sebelum di salurkan ke luar, sedangkan duktus ejakulatoris berfungsi sebagai saluran pengeluaran sel sperma ketika aktivitas seksual berlangsung. Selain organ reproduksi dan saluran reproduksi, ada juga kelenjar-kelenjar tambahan pada organ reproduksi pria. Kelenjar-kelenjar tambahan tersebut terdiri dari kelenjar prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral (kelenjar cowper). Kelenjar prostat merupakan kelenjar berbentuk seperti buah kenari yang terletak tepat di bawah kandung kemih. Sewaktu perangsangan seksual, prostat mengeluarkan cairan encer seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam duktus ejakulatori. Cairan ini berfungsi untuk menetralisir asiditas vagina dan meningkatkan motilitas sperma. Vesika seminalis merupakan kelenjar seks tambahan pada pria. Sekresinya disalurkan ke duktus eferen. Fungsi dari sekresi kelenjar ini antara lain, sebagai sumber energi untuk sperma (sekresi mengandung fruktosa), menghasilkan prostaglandin untuk merangsang kontraksi otot polos organ reproduksi, dan mengencerkan semen supaya tidak terlalu kental. Kelenjar bulbouretral mensekresi mukusnya yang berguna untuk lubrikasi sewaktu terjadinya hubungan seksual. Kelenjar aksesori ini berperan penting dalam pengeluaran semen pada laki-laki. Sekitar 60% cairan semen total berasal dari vesika seminalis, 20% dari kelenjar prostat, dan sebagian kecil disekresi oleh kelenjar bulbouretral (Bobak, 1996).

Selain sperma, hormon juga penting dalam siklus reproduksi pada pria. Beberapa hormone yang berpengaruh terhadap sistem reproduksi pria adalah Gonadotropin Releasing Hormone, FSH, LH, testosteron, progesteron, dan growth hormone. Gonadotropin Releasing Hormone disekresikan oleh hipotalamus yang berfungsi merangsang pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Lutenizing Hormone (LH) oleh hipofisis anterior. FSH menstimulasi sel sertoli dalam proses spermatogenesis yakni membantu konversi spermatid menjadi spermatozoa (spermiogenesis). LH menstimulasi sel Leydig untuk mensekresikan testosteron. Testosteron berfungsi sebagai inisiator dalam proses spermatogenesis, yakni berperan dalam proses pembelahan sel-sel germinal testis. Estrogen berasal dari konversi testosteron oleh sel sertoli yang membantu dalam proses spermiogenesis. Growth hormone berfungsi mengontrol secara keseluruhan fungsi-fungsi metabolisme di dalam testis. Sebagai fungsi utama organ reproduksi, yaitu melakukan aktifitas seksual, ada beberapa tahapan aktifitas seksual pada pria. 1. Ereksi. Penis mengeras dan memanjang selama rangsangan seksual. Ereksi terjadi akibat pengaktifan serabut saraf parasimpatis ke penis yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah. 2. Lubrikasi. Terjadi karena pengaktifan saraf parasimpatis yang dapat meningkatkan sekresi mukus pada glands uretra dan glands bulbouretral. Sekresi mukus ini akan membantu penetrasi penis terhadap vagina. 3. Emisi. Sewaktu kenikmatan seksual mencapai suatu titik kritis, pengaktifan saraf simpatis ke penis menyebabkan kontraksi vas deferens dan ampula. Hal ini menyebabkan terjadi emisi, yaitu terdorongnya sperma keluar dari vas deferens dan ampula melalui duktus ejakulatoris ke dalam uretra. 4. Ejakulasi. Penambahan semen ke dalam uretra bagian dalam, menimbulkan perasaan penuh. Serabut sensorik yang berjalan ke korda spinalis menyampaikan perasaan ini sehingga terjadi pengaktifan lebih lanjut saraf simpatis dan kontraksi otot polos duktus. Selama kontraksi ini, semen terdorong keluar secara kuat melalui uretra 5. Resolusi. Setelah melalui orgasme, pria memperlihatkan kebalikan rangsang seksual, termasuk hilang ereksi serta kembalinya pola denyut jantung dan pernapasan normal.

Seperti organ reproduksi pada pria, organ reproduksi wanita juga terdiri dari organ eksternal dan organ internal. Organ reproduksi eksternal dinamakan vulva atau pudendum. Organ reproduksi eksternal ini terdiri dari: a. Mona Pubis Adalah bantalan jaringan lemak dan kulit yang terletak di atas simfisis pubis. Bagian ini tertutup rambut pubis yang setelah pubertas. b. Labia Mayora Adalah dua lipatan kulit longitudinal yang merentang ke bawah dari mona pubis yang menyatu dari sisi posterior perineum, yaitu kulit antara pertemuan dua lipatan dan anus. Labia mayora homolog dengan skrotum pada laki-laki. c. Labia Minora Adalah dua lipatan kulit diantara labia mayora. Lipatan ini tidak berambut, tetapi mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat. Labia minora memanjang dari klitoris secara obligue ke bawah dan samping belakang sepanjang 4 cm disisi orifisium vagina. d. Klitoris Klitoris homolog pada penis laki-laki, tetapi lebih kecil dan tidak memiliki mulut uretra. Klitoris terdiri dari dua akar, satu batang, dan satu glans klitoris. Batang klitoris mengandung dua korpora kavernosum yang tersusun dari jaringan erektil. Saat menggembung dengan darah selama eksitasi seksual, bagian ini bertanggungjawab untuk ereksi klitoris. e. Vestibula Adalah area yang dikelilingi labia minora. Vestibula menutupi mulut uretra, mulut vagina, dan duktus kelenjar barkolin. Kelenjar bartolin homolog dengan kelenjar bulbouretral pada laki-laki. Kelenjar ini memproduksi beberapa tetes sekresi mukus untuk membantu melumasi orifisium vaginal saat eksitasi seksual. Bulba vestibular adalah massa jaringan erektil dalam di substansi jaringan labial. Bagian ini sebanding dengan korpora spongiosum penis. f. Orifisium uretra adalah jalur keluar urin dari kandung kemih. Tepi lateralnya mengandung duktus untuk dua kelenjar parauretral yang dianggap homolog dengan kelenjar prostat pada laki-laki.
5

g. Mulut vagina terletak di bawah orifisium uretra. Himen (selaput dara), suatu membran yang bentuk dan ukurannya bervariasi, melingkari mulut vagina.

Organ reproduksi internal wanita terdiri dari: a. Ovarium Panjang 3 cm sampai 5 cm, lebar 2 cm sampai 3 cm, dan tebal 1 cm. Berebntuk seperti kacang kenari. Masing-masing ovarium terletak pada dinding samping rongga pelvis posterior dalam sebuah ceruk dangkal, yaitu fosa ovarian, dan ditahan dalam posisi tersebut oleh mesentrum pelvis (lipatan peritoneum antara peritoneum viseral dan

peritoneum pareital). Ovarium adalah satu-satunya organ dalam rongga pelvis yang retroperitonasi (terletak di belakang peritoneum). Ovarium dilapisi epitelium germinal (permukaan). Jaringan ikat ovarium disebut stroma dan tersusun dari korteks pada bagian luar dan medula pada bagian dalam. Medula ovarium adalah area terdalam. Medula mengandung pembuluh darah dan limfatik, serabut saraf, sel-sel otot polos, dan sel-sel jaringan ikat. Korteks adalah lapisan stroma luar yang rapat. Korteks mengandung folikel ovarian (unit fungsional pada ovarium) Perkembangan folikel ovarian terdiri dari oogenesis prenatal, postnatal, dan postpubertal. Oogenesis prenatal berproliferasi selama kehidupan janin dan merupakan asal dari 6 sampai 7 juta oosit primer. Saat lahir jumlah folikel primordial dalam ovarium berkurang menjadi 2 juta. Pada usia tujuh tahun, 300.000 oosit primer bertahan, saat pubertas 50.000 sampai 100.000 folikel mampu bertahan untuk menyediakan oosit pada ovulasi
6

mendatang. Saat pubertas, siklus perkembangan folikel primordial dimulai . Setiap bulan, sejumlah folikel primer terbentuk dari beberapa folikel primordial dan salah satu diantaranya akan mengalami maturitas dan ovulasi. Saat ovulasi, oosit membebaskan diri dari sel-sel yang menyelubunginya dan mengembang bebas dalam antrum yang diselubungi korona radiata. Oosit terdorong keluar dari permukaan ovarium disertai dengan sebagian cairan folkular dan korona radiata yang melekat padanya. Jika oosit tidak dibuahi, oosit akan berdisintegrasi dalam beberapa hari. b. Tuba Falopi Tuba falopi menerima dan mentraspor oosit ke uterus setelah ovulasi. Setiap tuba uterin dengan panjang 10 cm dan diameter 0,7 cm, ditopang oleh ligamen besar uterus. Salah satu ujung lainnya membuka ke dalam rongga pelvis. Dinding tuba uterin terdiri dari serabut otot polos, jaringan ikat, dan sebuah lapisan epitel bersilia yang sirkular, tersusun secara longitudinal. Oosit bergerak di sepanjang tuba menuju uterus karena getaran silia dan kontraksi peristaltik otot polos. Oosit memerlukan waktu sampai 4 sampai 5 hari untuk sampai ke uterus. Fertilisasi biasanya terjadi di 1/3 bagian atas tuba falopi. c. Uterus Adalah organ tunggal muskular dan berongga. Oosit yang telah dibuahi akan tersusun dalam lapisan endometrium uterus dan dipenuhi kebutuhan nutrisinya untuk tumbuh dan berkembang sampai lahir. Uterus berbentuk seperti buah pir terbalik dan dalam keadaan tidak hamil memiliki panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan diameter 2,3 cm. Organ ini terletak dalam rongga pelvis diantara rektum dan kandung kemih. Umumnya, letak uterus hampir horisontal di atas kandung kemih. Dinding uterus terdiri dari bagian terluar serosa (perimetrum); bagian tengah meometrium (lapisan otot tengah); dan bagian terdalam lapisan endometrium. Endometrium menjalani perubahan siklus selama menstruasi dan membentuk lokasi impalantasi untuk ovum yang dibuahi. Endometrium tersusun dari dua lapisan: (1) Pada lapisan superfisial (strotum fungsionalis), endometrium lebih tebal, lapisan ini mengandung lapisan kelenjar yang merespon hormon steroid dan biasanya hampir secara keseluruhan runtuh saat menstruasi. (2) Pada lapisan basal (statum basalis), tidak berubah selama siklus berlangsung

Fundus uterus adalah bagian bundar yang letaknya superior terhadap mulut tuba uterin. Badan uterus adalah bagian luas yang berdinding tebal yang mebungkus rongga uterus. Serviks adalah bagian leher bawah uterus yang terkontriksi. Portio vaginalis adalah serviks yang menonjol ke dalam ujung bagian atas vagina. d. Serviks Serviks merupakan bagian paling bawah uterus yang disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis. Muara sempit antara kavum uteri dan kanal endoserviks disebut ostium interna. Sedangkan muara sempit anatara endoserviks dan vagina disebut ostium eksterna. e. Vagina Vagina adalah tuba fibromuskular yang dapat berdistensi. Organ ini merupakan jalan lahir bayi dan aliran menstrual, fungsinya adalah sebagai organ okulasi perempuan. Vagina panjangnya 8 cm-10 cm. Organ ini menghadap uterus pada sudut rata-rata sekitar 45 0 dari vestibula genitalia ekternal dan terletak antara kandung kemih dan uretra di sisi anterior, dan rektum di sisi posterior. Dinding vagina tersusun terdiri adventisia terluar, satu lapisan otot polos, dan epitelium sekuamosa bertingkat yang dikenal sebagai lapisan vagina. Sel-sel pada lapisan vagina memiliki reseptor yang terikat pada membran untuk estrogen. Sebelum pubertas dan setelah monopause, lapisan vagina menjadi lebih tipis dan hampir seluruhnya terdiri dari lapisan basal. Selama tahun-tahun reproduktif dan karena pengaruh estrogen, lapisan vagina menjadi lebih tebal dan terdiri dari 40 lapisan basal, sel intermediete, dan sel superfisial.

Uterus pada organ reproduksi wanita disokong oleh ligamentum-ligamentum. Ligamentum-ligamentum tersebut terdiri dari: 1. Ligamentum latum, merupakan lipatan peritonium yang menonjol dan jaringan fibromuskular yang berjalan dari uterus ke sisi lateral pelvis. Pada ligamen ini terjadi pembentukan ligamentum kardinale yang berasal dari pemadatan fasia. 2. Ligamentum teres, ligamentum ini berjalan dari kornu anterior uterus ke arah anterior dan inferior dan menyangga organ yang berada di atasnya. 3. Ligamentum sakrouterina, berjalan ke arah posterior dari serviks dan ligamentum kardinate ke sakrum. Ligamentum ini terbagi dua sehingga dapat melintasi rektum kemudian menyatu kembali. 4. Ligamentum puboservikalis, ligamentum ini berjalan dari bagian depan serviks ke arah anterior hingga bagian belakang tulang pubis terbagi dua untuk melintasi uretra.

Pada proses reproduksi, orang reproduksi bagian luar dan dalam pada perempuan disokong oleh keberadaan otot panggul yang terdiri dari: 1. Muskulus levator ani, otot-otot ini membentuk lembaran otot yang lebar dari bagian belakang pubis ke sakrum dan koksigeus dengan membentang samoai dinding lateral pelvis. Dari dinding samping, otot levator ani berjalan ke bawah dan ke dalam untuk bertemu di bagian tengah. 2. Muskulus perineus superfisialis, terletak di bawah lembaran otot levator ani dan datang dari pubis sakrum dan dinding lateral pelvis untuk menyatu di antara vagina dan rektum. 3. Korpus perineus, terletak diantara vagina bagian bawah dan rektun bagian bawah. Korpus perineus bergeser dan tergencet menjadi rata oleh presenting part janin sebelum melahirkan.

10

Pada organ reproduksi wanita, terdapat dua siklus yang berpengaruh terhadap proses reproduksi wanita, yaitu siklus ovarium dan siklus endometrium. Siklus ovarium merupakan siklus yang terjadi sebagai persiapan pelepasan sel telur (ovum). Pada bayi perempuan yang baru lahir, pada ovariumnya terdapat 2 juta oogonia. Degenerasi sel telur berlangsung sesudah lahir dan saat puber tinggal 400.000 oogonia. Setelah beberapa mitosis, oogonia berubah menjadi oocyt. Oocyt primer memasuki profase pembelahan meosis I, maka tidak terbentuk oocyt baru. Oocyt inilah yang akan menjadi materi pembuatan folikel pada ovarium. Proses tersebut dinamakan folikulogenesis. Pada folikulogenesis terjadi proses sebagai berikut. 1. Setelah pembentukan oocyt primer, epitel yang terbentuk menjadi epitel selapis gepeng melingkari oocyt primer. Terbentuklah foliker primer. 2. Epitel folikel selapis gepeng menjadi kuboidal dan berlapis. 3. Epitel mensekresi cairan folikuli yg akan berkumpul dalam Antrum folliculi. 4. Stroma ovarium di sekeliling folikel berdiferensiasi membentuk theca eksterna dan theca interna. 5. Ukuran oocyt bertambah besar 6. Sel granulosa membentuk lapisan disebut membran gramulosa 7. Pembentukan zona pellucida. Zona Pellucida masih terdapat pada waktu telur yg sudah dibuahi mencapai endometrium uterus 8. Vaskularisasi jaringan ikat theca interna 9. Terbentuknya folliculostatin, yaitu substansi yang terdapat dalam cairan folikuli yang secara spesifik mengatur FSH yang disekresi oleh sel granulosa. 10. Volum oocyt berlipat menjadi 40 kali. Intinya hanya membesar 3 kali sehingga pertambahan besar folikel disebabkan akumulasi nutrien pada sitoplasma sel telur. Folikel dalam kondisi ini dinamakan folikel De Graff.

11

Setelah melalui proses folikulogenesis, masuklah dalam fase ovulasi. Proses terjadinya ovulasi adalah sebagai berikut. 1. Terjadi pada hari ke 12-16 siklus Folikel De Graaf. 2. Diameter 10-12 mm. 3. Tempat dimana folikel menonjol ke permukaan ovarium disebut stigma merupakan tunika albuginea korteks yang tipis dan avaskuler. 4. Terlempar sel telur keluar dari folikel disebabkan: - tekanan intra foliker bertambah - rupturnya stigma Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus luteum. Pembentukan korpus luteum terdiri dari: 1. Proliferasi a. Pasca ovulasi, dinding folikel mengerut, ruangan bekas antrum terisi darah. b. Theca interna berinvaginasi, pembuluh darah bervasodilatasi. c. Endotel pembuluh menyusup ke lapisan granulosa dan ruang bekas antrum. d. Sel K yaitu sel-sel theca yang bermigrasi ke bagian sentral koagulum di ruangan bekas antrum

12

2. Vaskularisasi a. Ruangan bekas antrum terisi darah mulai di organisasi. b. Koagulum berada di ruangan bekas antrum berwarna abu-abu pucat, disusupi fibroblast, belum tampak kapiler, terdapat fokus-fokus perdarahan kecil-kecil. c. Lapisan sel granulesa tampak pembuluh darah berdilatasi. 3. Maturasi a. Sel K mendominasi massa korpus luteum, mengandung lipid dan fosfatase alkali. b. Sel-sel lutein mengalami vakuolisasi di bagian perifer sitoplasma, menandakan sel tersebut sedang aktif. c. Vakuolisasi sitoplasma pada sel theca lutein lebih lama daripada sel granulosa lutein. d. Korpus luteum yang sudah matur diameter 1-3 cm memenuhi 1/3 ovarium. Warna korpus luteum mature kuning terang 4. Regresi a. Mulai hari ke-23 siklus menstruasi, korpus luteum berdegenerasi. b. Koagulum sentral mengalami obliterasi menjadi jaringan ikat, pigmen-pigmen darah difagosit oleh leukosit, proliferasi kapiler terhenti. c. Inti sel granulosa lutein memucat, vakuolisasi berkurang, terjadi akumulasi lemak pada sel-sel. d. Sel-sel theca lutein tampak mengelompok. e. Inti-inti sel K menjadi hiperkromatis, batas sel sukar dilihat. f. Pada masa regresi, korpus luteum kehilangan masa lemak (lipid staining material) secara progresif. g. Regresi korpus luteum berlangsung sampai haid terjadi h. Bila ada kehamilan, regresi tertunda atas pengaruh chorionic gonadotrophin.

Siklus endometrium atau siklus haid terdiri dari tiga fase yaitu fase menstruasi, fase proliferasi, dan fase sekresi atau fase progestasional (Sherwood, 2001). Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004). Fase menstruasi ditandai oleh pengeluaran darah dan debris endometrium dari vagina. hari pertama haid dianggap sebagai awal siklus baru. Saat korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi ovum yang dikeluarkan dari siklus sebelumnya, kadar
13

estrogen dan progesteron di sirkulasi turun drastis. Karena efek netto estrogen dan progesteron adalah mempersiapkan endometrium untuk inplantasi ovum yang dibuahi, penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung secara hormonal. Penurunan kadar hormonhormon ovarium dan juga merangsang pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium, sehingga aliran darah ke endometrium terganggu. Penurunan penyaluran O2 yang terjadi menyebabkan kematian endometrium. Perdarahan yang timbul melalui disintegrasi pembuluh darah itu membilas jaringan endometrium yang mati ke dalam lumen uterus. Pada setiap kali haid, seluruh lapisan endometrium terlepas, kecuali suatu lapisan yang akan menjadi bakal regenerasi endometrium. Prostlagandin uterus juga merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium. Kontraksi-kontraksi itu membantu mengeluarkan darah melalui vagina sebagai darah haid. Darah yang mengalir lambat melalui endometrium akan membeku di dalam rongga uterus. Fibrinolisin, suatu pelarut fibrin yang mencairkan darah sebelum keluar dari vagina. Namun, apabila darah terlalu cepat mengalir keluar, fibrinolisin belum memiliki cukup waktu untuk bekerja, sehingga darah haid dapat membeku terutama jika jumlahnya sangat banyak. Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari. Dengan demikian, haid berhenti dan fase proliperatif siklus uterus baru dimulai. Sewaktu darah haid berhenti, di uterus tertinggal satu lapisan tipis endometrium kurang dari 1 mm. Estrogen merangsang proliferasi sel epitel, kelenjar, dan pembuluh darah di endometrium sehingga ketebalan lapisan ini dapat mencapai 3 sampai 5 mm. fase proliperatif yang didominasi oleh estrogen berlangsung dari akhir haid sampai ovulasi. Kadar estrogen puncak memicu lonjakan LH yang menyebabkan ovulasi. Setelah ovulasi, pada saat sebuah korpus luteum terbentuk uterus memasuki fase sekretorik atau progestasional yang bersamaan waktunya dengan fase luteal ovarium. Korpus luteum mengeluarkan sejumlah besar progesteron dan estrogen. Progestreon bekerja pada endometrium tebal yang sudah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi jaringan yang kaya pembuluh dan glikogen. Jika tidak terjadi pembuahan dan implantasi, endometrium beregresi dan siklus akan dimulai kembali.

14

Referensi: Bobak, Irene M et al. (1996). Buku Ajar Keperawatan Maternitas ed.4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Bobak L. dan Jansen (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Corwin, Elisabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi ed.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Farrer, H. (1996). Perawatan Maternitas. Edisi 2. (terj. Andry Hartono). Jakarta: EGC Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem ed.4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Sherwood, L. (2004). Human physiology: From cells to systems, 5th ed. California: Thomson Learning. Sloane, Ethel. (2001). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

15

Anda mungkin juga menyukai