Anda di halaman 1dari 6

I.

Judul dan Tanggal Pengamatan Judul Pengamatan Tanggal Pengamatan : Memperkirakan Kuantitas Polusi Air Hujan :

II.

Tujuan 1. 2. Mengetahui pengaruh hujan asam terhadap pertumbuhan tanaman Membuat laporan ilmiah hasil percobaan

III.

Dasar Teori Pengertian Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang harus benar-benar difikirkan oleh umat manusia. Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan turunnya asam dari atmosfir ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari atmosfir ke bumi bukan hanya dalam kondisi basah tetapi juga kering. Sehingga dikenal pula dengan istilah deposisi (penurunan / pengendapan) basah dan deposisi kering (Laras, 2006). Bhatfi et.al (1992) mengemukakan bahwa hujan asam dapat terjadi ketika ada reaksi antara air, oksigen dan zat-zat asam lainnya di atmosfer. Sinar matahari akan mempercepat terjadinya reaksi antar zat-zat tersebut. Deposisi basah mengacu pada hujan asam, kabut dan salju. Ketika hujan asam ini mengenai tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan, tergantung dari konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah, buffering capacity ( kemampuan air atau tanah untuk menahan perubahan pH ), dan jenis tumbuhan/hewan yang terkena. Deposisi kering mengacu pada gas dan partikel yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfir jatuh kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin membawa gas dan partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah dan pohon (Laras, 2006). Ketika hujan turun ,partikel asam yang menempel di bangunan atau pohon tersebut akan terbilas, menghasilkan air permukaan (runoff) yang asam. Angin dapat membawa material asam pada deposisi kering dan basah melintasi batas kota dan Negara sampai ratusan kilometer. Untuk mengukur keasaman hujan

asam igunakan pH meter. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki pH dibawah 5,0 ( Air murni mempunyai pH 7 ). Makin rendah pH air hujan tersebut , makin berat dampaknya bagi mahluk hidup. Sumber Lehr et. Al ( 2005) membagi 3 jenis polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam yaitu sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx) dan volatile organic compounds (VOCs) atau zat-zat organic yang mudah menguap. Sumber dari kandungan sulfur alami diudara sebagian besar sekitar 25 sampai 30% berasal dari letusan gunungapi seperti di El Chichon tahun 1982 atau Gunung Pinatubo pada tahun 1991. Hidrokarbon juga dapat menyebabkan hujan asam, asam karboksilik, HCOO, dan asam

metilkarboksilik, CH3CO, merupakan hasil dari oksidasi emisi biota laut maupun darat. Selain secara alami gas sulfur juga berasal dari pembakaran batubara (Tjasyono, 2004, Lehr et. Al, 2005,) dan berasal dari emisi industri. Pada tahun 1983 United Nations Environment Programme memperkirakan besarnya sulfur yang dilepaskan antara 80-288 juta ton tiap tahunnya dan sekitar 69 juta ton diantaranya berasal dari aktivitas manusia.

(http://www.ace.mmu.ac.uk, 2010) Nitrogen oksida (NOr = NO + NO2) selain berasal dari letusan gunung api, sumber dari zat ini adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas stratosfertroposfer, dan pembakaran biomassa. NO merupakan hasil pembakaran bahan bakar hidrokarbon, baik bahan bakar fosil maupun dari biomassa. besarnya oksida nitrogen yang dilepaskan antara 20-90 juta ton tiap tahunnya dari alam dan sekitar 24 juta ton diantaranya berasal dari aktivitas manusia (http://www.ace.mmu.ac.uk), 2010). Amoniak dihasilkan dari emisi pupuk. Sumber-sumber pencemar ini berasar dari pembuangan asap mesin (kendaraan bermotor dan stasiun pembangkit energy) dan pembakaran biomassa (Tjasyono, 2004). Produksi N2O (termasuk CO2, HNO3, dan CH4) dapat menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah kaca dimana N2O memiliki masa tinggal lebih dari 150 tahun di atmosfer sebelum terurai (Crutzen, 1987 dalam Lehr et. Al ( 2005).

Pembentukan

Fenomena Hujan Asam (http://en.wikipedia.org) Hujan asam terdiri dari berbagai macam ion baik anion maupun kation. Kondisi keseimbangan ionnya adalah [H] + [Nat] + [Na4] + 2[Ca2] = 2[SO421 + 2[S032] + [NOfl + [C1] + [OH] + [HCO3] + 2[CO32] Hal utama yang mempengaruhi pH hujan adalah karbon dioksida (CO2) dalam bentuk asam karboksilik dalam air. Reaksi karbon dioksida adalah sebagai berikut: CO2 gas + H20 > H2CO3 (2) H2CO3 >HCO3 + H (3) HCO3 >CO3 + H Emisi SO2, NO, dan NH3 merupakan transformasi dari bentuk gas kemudian larut dalam air hujan dimana terjadi reaksi kimia antara gas dan air. Sulfur dioksida ditransformasikan sebagai berikut: SO2+OH > HOSO2 Dalam bentuk cair, reaksi lain dapat terjadi. Contohnya: SO2 + H2O SO2 x H2O (14) SO2 x H2O> HSO3 + H (15) HSO3 > S032 + H

Nitirit oksida (NO) sangat cepat beroksidasi menjadi NO2, khususnya ketika bereaksi dengan ozon: NO +O3>NO2 +O2 Dari situ terlihat bahwa NO mengalami trasnformasi menjadi asam nitrit ketika bereaksi dengan hidroksida NO2+OH>HNO3 Cara Pengukuran Hujan asam diukur menggunakan skala pH, air murni memiliki pH sekitar 7 sedangkan hujan yang normal bersifat agak asam karena adanya kandungan karbon dioksida yang terlarut didalamnya sehingga pH-nya sekitar 5,5. Pengukuran hujan asam dapat menggunakan botol, kemudian air hujan ditampung dalam botol tersebut. Dengan menggunakan indikator pH maka tingkat kebasaan maupun keasaman hujan dapat diketahui. Jika ingin mengetahui pengaruh hujan asam pada batuan sesuatu yang dapat dilakukan adalah menampung air hujan pada botol dengan corong terbalik, kemudian air yang tertampung diteteskan pada batuan yang diuji. Pengujian dapat dilakukaan pada batuan beku dan batuan sedimen. Sebagai contoh batuan beku yang diambil untuk sampel adalah batu andesit sedangkan batu sedimen berupa batu gamping. Sifat batu granit yang sudah asam maka ketika terkena tetes air hujan yang asam, batu tersebut tidak ikut terlarut. Sebaliknya, pada batu gamping yang memiliki sifat basa, maka batu gamping akan terlarut dan air yang melarutkan batu tersebut menjadi keruh.

IV.

Alat dan Bahan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Empat pot/gelas air mineral bekas Dua buah botol penyemprot Kertas pH Pipet tetes satu buah Pena penanda/label Mistar Tanah

8. 9.

Air Sari jeruk nipis

10. Biji kacang tanah

V.

Cara Kerja 1. 2. Isi keempat pot atau gelas air mineral bekas dengan tanah. Beri label/tanda dua pot dengan label asam dan dua pot lainnya dengan label normal. 3. 4. 5. 6. Tanam satu biji kacang tanah pada setiap pot. Letakkan keempat pot di tempat yang cukup terkena cahaya matahari. Setiap dua hari, siram dengan air. Lakukan terus hingga daunnya tumbuh. Buat larutan asam dengan cara mencampurkan lima tetes sari jeruk nipis dengan satu liter air. Ukur larutan asam dengan menggunakan kertas pH. Tingkat keasaman larutan yang diharapkan adalah 3. Jika terlalu asam, tambahkan air. Jika kurang asam tambahkan jeruk nipis. 7. Isi satu botol penyemprot dengan larutan asam, sedangkan botol penyemprot lainnya dengan air biasa. Jangan lupa memberi tanda air biasa pada botol penyemprot berisi air dan label air asam pada botol penyemprot berisi larutan asam. 8. Semprotkan air dalam penyemprot berlabel air biasa di daun pada tanaman pot berlabel normal. 9. Semprotkan larutan asam dalam penyemprot berlabel air asam di daun pada tanaman pot berlabel asam. 10. Tulis pada buku catatanmu hipotesis (dugaan) tentang pertumbuhan tanaman kacang yang telah disemprot dengan air biasa dan yang disemprot dengan air asam. Hipotesa yang kamu buat perlu didasarkan pada informasi dari buku tentang pengaruh hujan asam terhadap pertumbuhan tanaman. 11. Ulangi langkah 8 dan 9 setiap hari selama dua minggu. Ukur tinggi tanaman dengan menggunakan mistar setiap hari. Catat hasil

pengukuranmu.

12. Buatlah laporan hasil pengamatan yang berisi: a. Judul b. Tujuan c. Alat dan bahan d. Cara kerja e. Hasil pengamatan. Hasil pengamatan berisi tinggi tanaman dari mulai hari pertama penyemprotan hingga hari ke-14 penyemprotan dalam bentuk grafik. f. Kesimpulan. Bandingkan hipotesis yang kamu buat dengan hasil percobaanmu. Apakah hasil percobaanmu mendukung hipotesis?

Anda mungkin juga menyukai