Anda di halaman 1dari 109

Ia telah terbukti mustahil untuk mendefinisikan "bagian yang adil" dalam cara yang secara umum dapat diterima,

atau untuk memuaskan para anggota komunitas di mana mereka diperlakukan "secara adil." Dengan berlawanan, ketidakpuasan sudah memuncak dengan setiap usaha tambahan untuk menerapkan kesetaraan hasil. Banyak dari semangat moral di balik dorongan untuk kesetaraan hasil muncul dari menyebarnya keyakinan bahwa adalah tidak adil sebagian anak-anak seharusnya memiliki keunggulan besar terhadap lainnya sekadar karena mereka kebetulan mempunyai orangtua yang kaya. Tentu saja ini tidak adil. Namun, ketidakadilan dapat mengambil banyak bentuk. Ia dapat mengambil bentuk warisan propertiobligasi dan saham, rumah, pabrik; ia juga dapat mengambil bentuk pewarisan talentakemampuan musikal, kekuatan, kejeniusan matematika. Penurunan properti bisa diintervensi dengan lebih siap daripada pewarisan talenta. Namun dari sudut pandang etika, apakah ada perbedaan di antara keduanya? Tetapi banyak orang benci akan penurunan/pewarisan properti namun bukan penurunan talenta. Lihat pada isu yang sama dari sudut pandang orangtua. Jika Anda ingin memastikan anak Anda memiliki pendapatan lebih tinggi dalam hidupnya, Anda dapat melakukannya dalam berbagai cara. Anda bisa membelikannya pendidikan yang akan

memperlengkapinya untuk mengejar sebuah pekerjaan yang menjanjikan pendapatan tinggi; atau Anda dapat membentuknya dalam sebuah bisnis yang akan menghasilkan pendapatan lebih tinggi daripada yang bisa dicapainya dengan menjadi seorang karyawan gajian; atau Anda dapat meninggalinya properti, pendapatan yang akan

memungkinkannya untuk hidup lebih baik. Apakah ada perbedaan etika di antara ketiga cara untuk menggunakan properti Anda ini? Atau kembali, jika negara meninggali Anda

dana untuk dibelanjakan atas dan melampaui pajak, apakah seharusnya negara mengizinkan Anda untuk membelanjakannya pada kehidupan liar namun tidak untuk meninggalkannya kepada anak-anak Anda? Isu-isu etis yang terlibat adalah tidak kentara dan rumit. Mereka bukan untuk dipecahkan oleh formula yang demikian disederhanakan sebagai "bagian adil untuk semua." Bahkan, jika kita mengambil itu dengan serius, para kaum muda dengan kemampuan musikal yang lebih sedikit seharusnya diberikan jumlah terbesar atas pelatihan musik guna mengompensasikan kerugian yang diturunkan atas mereka, dan mereka dengan bakat musik lebih besar seharusnya dicegah dari mempunyai akses terhadap pelatihan musik yang bagus; serta dengan serupa atas semua kategori lain dari kualitas pribadi yang diwariskan. Itu mungkin "adil" bagi kaum muda yang kurang berbakat, tetapi apakah ia akan "adil" bagi mereka yang berbakat, apalagi terhadap mereka yang harus bekerja guna membayari pelatihan kaum muda yang kurang berbakat, atau terhadap orang-orang yang terhalangi dari manfaat yang bisa jadi berasal dari kultivasi talenta dari mereka yang berbakat? Hidup adalah tidak adil. Ia mencoba memercayai bahwa pemerintah dapat mengoreksi sifat dasar apa yang sudah ditelurkan. Tetapi adalah juga penting untuk mengakui seberapa banyak kita diuntungkan dari ketidakadilan yang amat sangat kita sesalkan. Tidak ada yang adil mengenai Marlene Dietrich dilahirkan dengan kaki yang indah di mana kita semua ingin memandangnya; atau tentang Muhammad Ali dilahirkan dengan keahlian yang membuatnya menjadi petinju hebat. Namun di sisi lain, jutaan orang yang sudah menikmati memandang kepada kaki Marlene Dietrich atau menonton salah satu pertandingan Muhammad Ali telah diuntungkan dari sifat dasar ketidakadilan yang

menghasilkan seorang Marlene Dietrich dan seorang Muhammad Ali. Jenis dunia apa ia akan menjadi jika setiap orang merupakan duplikat dari setiap orang lainnya? Adalah tentu saja tidak adil bahwa Muhammad Ali seharusnya mampu memeroleh jutaan dollar AS dalam satu malam. Tetapi akankah ia bahkan menjadi lebih tidak adil bagi orang-orang yang menikmati menonton dia, dalam pencarian sebagian abstrak ideal dari kesetaraan, Muhammad Ali tidak diperbolehkan mendapatkan lebih untuk satu malam pertandinganatau untuk tiap hari yang dihabiskan dalam rangka mempersiapkan pertandingandibandingkan orang terendah pada tiang totem dapat memeroleh untuk sehari kerja yang tidak membutuhkan keahlian di galangan? Ia bisa jadi dimungkinkan untuk melakukan itu, tetapi hasilnya akan mengingkari masyarakat kesempatan untuk menonton Muhammad Ali. Kita sangat meragukan bahwa dia akan berkeinginan untuk menjalani cara pelatihan yang sulit yang mendahului pertandingan-pertandingannya, atau mempersoalkan dirinya sendiri pada jenis pertandingan yang telah dilakukannya, jika dia dibatasi pada bayaran seorang pekerja galangan yang tidak memiliki keterampilan. Selain itu segi lain dari isu rumit keadilan dapat diilustrasikan dengan

mempertimbangkan permainan kesempatan, misalnya, sebuah sore di bakarat (sejenis judi yang menggunakan kartu). Orang-orang yang memilih untuk bermain mungkin memulai sore dengan tumpukan keping yang setara, namun seiring permainan berproses, tumpukan-tumpukan tersebut akan menjadi tidak setara. Pada akhir malam, sebagian akan menjadi pemenang besar, sedangkan sebagian lain akan menjadi pecundang. Atas nama kesetaraan ideal, apakah seharusnya para pemenang diwajibkan membayar kembali kepada pihak yang kalah? Itu akan mengambil semua kesenangan keluar dari permainan. Tidak juga bahkan mereka yang kalah akan menyukai hal tersebut. Mereka mungkin akan

menyukainya untuk satu malam, tetapi akankah mereka kembali untuk bermain jika mereka mengetahui bahwa apapun yang terjadi, ia akan berakhir dengan sama persis dari mana mereka memulainya? Contoh ini memiliki kecocokan lebih besar untuk dikerjakan dengan dunia nyata daripada seseorang bisa jadi pertama kali menduganya. Setiap hari masing-masing dari kita membuat keputusan yang melibatkan pengambilan suatu peluang. Terkadang ia merupakan peluang besarseperti ketika kita memutuskan pekerjaan apa yang hendak dikejar, hendaki menikahi siapa, apakah hendak membeli sebuah rumah atau melakukan sebuah investasi besar. Lebih sering lagi ia merupakan peluang kecil, seperti ketika kita memutuskan film apa yang hendak ditonton, apakah hendak menyeberangi jalan dengan melawan arus lalu-lintas, apakah hendak membeli satu surat berharga dibandingkan lainnya. Setiap kali pertanyaannya adalah, siapa yang menentukan peluang apa yang kita ambil? Itu pada akhirnya tergantung pada siapa yang menanggung konsekuensi dari keputusan. Jika kita menanggung konsekuensi, kita bisa membuat keputusan. Namun kalau seseorang lain menanggung konsekuensi, seharusnyakah kita atau akankah kita diperbolehkan untuk membuat keputusan? Jika Anda memainkan bakarat (sejenis judi yang menggunakan kartu) sebagai seorang agen untuk seseorang lain dengan uang miliknya, akankah dia, atau seharusnyakah dia, memperbolehkan Anda lingkup tidak terbatas untuk pembuatan keputusan? Apakah dia tidak hampir pasti untuk menetapkan sebagian batasan pada diskresi Anda? Akankah dia tidak meletakkan sebagian aturan bagi Anda untuk pengamatan? Untuk mengambil sebuah contoh yang sangat berbeda, jika pemerintah (misalnya, para kolega pembayar pajak Anda) mengasumsikan biaya kerusakan banjir terhadap rumah Anda, dapatkah Anda diperbolehkan dengan bebas

untuk memutuskan secara bebas apakah hendak membangun rumah Anda pada semata karena banjir? Ia bukanlah kebetulan bahwa peningkatan intervensi pemerintah ke dalam keputusan-keputusan pribadi telah sejalan dengan dorongan untuk "bagian yang adil bagi semua." Sistem di bawahnya di mana masyarakat menghasilkan keputusan-keputusan mereka sendiridan menanggung sebagian besar dari konsekuensi atas keputusan mereka adalah sistem yang telah eksis dalam jumlah besar untuk mayoritas sejarah kita. Merupakan sistem yang memberi Henry Ford, Thomas Alva Edison, George Eastman, John D. Rockefeller, James Cash Penney insentif untuk mentransformasi masyarakat kita selama dua abad terakhir. Ia merupakan sistem yang memberi orang lain insentif untuk menyediakan modal usaha guna mendanai perusahaan-perusahaan yang berisiko di mana para inventor ambisius sekaligus para kapten industri tersebut berjalan. Tentu saja, terdapat banyak pihak yang kalah di sepanjang jalankemungkinan lebih banyak mereka yang kalah daripada mereka yang menang. Kita tidak mengingat nama-nama mereka. Namun untuk mayoritas bagian mereka melangkah dengan mata mereka terbuka. Mereka mengetahui kalau mereka sedang mengambil kesempatan. Dan menang atau kalah, masyarakat secara keseluruhan diuntungkan dari keinginan mereka untuk mengambil kesempatan. Kekayaan yang diproduksi oleh sistem ini berasal terutama dari pengembangan produk atau jasa baru, atau cara baru untuk menghasilkan produk atau jasa, atau dari mendistribusikannya secara luas. Akibat penambahan pada kekayaan masyarakat secara keseluruhan, pada kesejahteraan massal masyarakat, berjumlah hingga berkali-kali lipat atas kekayaan yang dikumpulkan oleh para inovator. Henry Ford memeroleh kekayaan

besar. Negara memeroleh sarana transportasi yang murah dan handal serta teknik-teknik produksi massal. Lebih jauh lagi, dalam banyak kasus kekayaan swasta terutama diabdikan pada akhir bagi manfaat masyarakat. Yayasan Rockefeller, Ford, dan Carnegie merupakan yang paling terkenal dari banyak manfaat swasta yang begitu menonjol sebagai konsekuensi dari sistem operasi yang berkorespodensi pada "kesetaraan peluang" dan "kebebasan" sebagaimana istilah-istilah ini dipahami hingga belakangan. Satu contoh terbatas mungkin memberi rasa pencurahan aktivitas filantropi pada abad ke19 dan awal abad ke-20. Dalam sebuah buku yang didedikasikan kepada "filantropi kebudayaan di Chicago sejak era tahun 1880-an hingga 1917," Helen Horowitz menuliskan: // Pada peralihan abad, Chicago merupakan kota dari kontradiksi impuls: ia merupakan pusat komersial yang berurusan dengan komoditas dasar dari suatu masyarakat industri maupun sebuah masyarakat yang terperangkap dalam angin peningkatan budaya. Sebagaimana seorang komentator menempatkannya, kota itu adalah "kombinasi aneh dari babi dan Plato." Manifestasi utama dorongan Chicago menuju kebudayaan adalah pembentukan institusiinstitusi kebudayaan besar dari kota tersebut di tahun 1880-an dan awal 1890-an (Art Institute, Newberry Library, Chicago Symphony Orchestra, University of Chicago, Field Museum, Crerar Library). . . . Lembaga-lembaga ini merupakan fenomena baru di kota itu. Apapun daya pendorong awal di balik pendiriannya, ia sebagian besar tertata, berkelanjutan, serta dikendalikan oleh sekelompok pebisnis. . . . Namun sementara didukung dan dikelola swasta, lembagalembaga tersebut didesain bagi keseluruhan kota. Para komisaris mereka telah beralih

pada filantropi kebudayaan tidak sebegitu untuk memuaskan estetis pribadi atau kerinduan ilmiah sebagaimana untuk memenuhi tujuan-tujuan sosial. Terganggu oleh kekuatan-kekuatan sosial mereka tidak dapat mengendalikan serta memenuhi dengan gagasan-gagasan idealistik tentang budaya, para pebisnis ini menyaksikan di museum, perpustakaan, simponi orkestra, serta universitas sebuah cara untuk memurnikan kota mereka serta menghasilkan sebuah kebangkitan sipil. 5 // Filantropi sama sekali tidak terbatas pada institusi-institusi kebudayaan. Terdapat, sebagaimana Horowitz menuliskan dalam hubungan lain, "sejenis ledakan aktivitas dari banyak level berbeda." Dan Chicago bukanlah kasus yang terisolir. Agaknya, sebagaimana Horowitz menempatkannya, "Chicago tampak melambangkan Amerika."
6

Periode yang sama menyaksikan pendirian Hull House di Chicago di bawah Jane Addams, yang pertama dari banyak perumahan permukiman yang didirikan di seluruh negara guna menyebarkan kebudayaan serta pendidikan di antara kaum miskin dan untuk membantu mereka dalam problem-problem keseharian mereka. Banyak rumah sakitrumah sakit, rumah yatim piatu, serta badan-badan amal lain didirikan pada periode yang sama. Tidak ada inkonsistensi antara sistem pasar bebas dengan pengejaran tujuan luas sosial dan budaya, atau antara sebuah sistem pasar bebas dengan perasaan kasihan untuk mereka yang kurang beruntung, apakah belas kasihan itu mengambil bentuk, sebagaimana yang dikerjakannya pada abad ke-19, dari aktivitas amal swasta, atau, sebagaimana ia kian dikerjakan di abad ke-20, dari bantuan melalui pemerintahbahwa pada kedua kasus ia merupakan ekspresi keinginan guna membantu pihak lain. Namun, terdapat semua perbedaan di dunia, antara dua jenis bantuan melalui pemerintah yang

tampak sepintas lalu serupa: pertama, 90 persen dari kita setuju untuk memberlakukan pajak pada diri kita sendiri guna membantu 10 persen yang terbawah, dan kedua, 80 persen pilihan untuk memberlakukan pajak pada 10 persen bagian teratas guna membantu yang 10 persen terbawahcontoh terkenal milik William Graham Sumner dari B dan C memutuskan apa yang seharusnya dikerjakan D untuk A.
7

Yang petama bisa jadi

bijaksana atau tidak bijaksana, suatu cara yang efektif dan tidak efektif guna membantu mereka yang kurang mampunamun adalah konsisten dengan keyakinan dalam kesetaraan peluang maupun kebebasan. Yang kedua mencari kesetaraan hasil dan adalah sepenuhnya anti-thesis terhadap kebebasan. SIAPA YANG MENYOKONG KESETARAAN HASIL? Terdapat sedikit dukungan bagi tujuan kesetaraan hasil meskipun derajat di mana ia telah menjadi hampir sebuah pasal iman keagamaan di antara para intelektual dan meskipun ketenarannya dalam pidato para politisi serta pembukaan perundang-undangan. Pembicaraan yang sama didustai oleh perilaku pemerintah, dari para intelektual yang mayoritas dengan semangat mendukung sentimen-sentimen egaliter, serta dari publik secara garis besar. Bagi pemerintah, satu contoh nyata adalah kebijakan menuju lotere dan perjudian. New York Statedan terutama New York Cityadalah dengan luas dan dengan tepat dipandang sebagai basis sentimen egaliter. Namun pemerintahan New York State melakukan lotere dan menyediakan fasilitas untuk taruhan pada balapan tersebut. Ia rajin berkampanye guna membujuk warga negaranya agar membeli tiket undian serta bertaruh pada pertandingandengan ketentuan yang memberikan keuntungan sangat besar kepada pemerintah. Pada saat yang bersamaan ia mencoba menekan "jumlah" permainan, di

mana, sebagaimana ia terjadi, menawarkan ekstra yang lebih baik daripada undian pemerintah (terutama ketika akun diambil dari keringanan yang lebih besar atas penghindaran pajak ketika memenangkan perlombaan). Inggris Raya, sebuah basis, jika bukan tempat kelahiran, dari sentimen egaliter, memperbolehkan klub judi swasta dan bertaruh pada perlombaan serta pada event-event olahraga lainnya. Bahkan, bertaruh merupakan masa lalu nasional sekaligus sumber utama dari pendapatan pemerintah. Bagi para intelektual, bukti yang paling jelas adalah kegagalan mereka untuk mempraktikkan apa yang banyak dari mereka mengajarkannya. Kesetaraan hasil dapat dipromosikan pada basis yang dikerjakan sendiri (do-it-yourself). Pertama, memutuskan dengan tepat apa yang Anda maksud dengan kesetaraan. Apakah Anda ingin mencapai kesetaraan di dalam negara Amerika Serikat? Dalam suatu kelompok negara-negara terpilih sebagai satu keseluruhan? Di dalam dunia sebagai suatu keseluruhan? Apakah kesetaraan dinilai dalam pemahaman pendapatan per orang? Per keluarga? Per tahun? Per dekade? Per seumur hidup? Pendapatan dalam bentuk uang semata? Atau mencakup item-item nonmoneter seperti nilai sewa dari sebuah rumah yang dimiliki sendiri; tanaman pangan yang ditumbuhkan bagi kepentingan sendiri dari seseorang; layanan yang diberikan oleh anggota keluarga yang tidak bekerja untuk uang, terutama oleh para ibu rumah tangga? Bagaimana halangan atau keuntungan fisik maupun diperkenankan? Bagaimanapun Anda memutuskan isu-isu ini, Anda bisa, jika Anda seorang egaliter, memperkirakan pendapatan uang apa yang akan berkorespondensi terhadap konsep kesetaraan Anda. Jika pendapatan aktual Anda adalah lebih tinggi daripada itu, Anda dapat menyimpan jumlah tersebut serta mendistribusikan sisanya kepada masyarakat mental

yang berada di bawah level itu. Jika kriteria Anda adalah untuk mencakup dunia sebagaimana dikemukakan oleh retorika yang paling egaliter ia seharusnyasesuatu yang kurang dari, misalkan, 200 dollar AS per tahun (dalam nilai dollar AS di tahun 1979) per orang akan menjadi sebuah jumlah yang akan berkorespondensi terhadap konsepsi kesetaraan yang terlihat implisit dalam sebagian besar retorika egaliter. Yakni mengenai pendapatan rata-rata per orang di seluruh dunia. Apa yang telah disebut Irving Kristol sebagai "kelas baru"para birokrat pemerintah, para akademisi yang penelitiannya disokong oleh dana pemerintah atau yang

dipekerjakan di dalam "lembaga-lembaga pemikir" yang didanai pemerintah, para staf dari apa yang banyak disebut sebagai "kepentingan umum" atau kelompok-kelompok "kebijakan publik", jurnalis serta dalam industri komunikasiadalah di antara penyuara yang paling rajin atas doktrin kesetaraan. Namun mereka mengingatkan kita sangat banyak dari kaum tua, jika tidak adil, menyaksikan mengenai Quakers: "Mereka datang ke Dunia Baru untuk mengerjakan hal-hal yang baik, dan mengakhiri hal-hal baik." Para anggota kelas baru secara umum adalah di antara orang-orang yang bergaji tertinggi di masyarakat. Dan untuk banyak di antara mereka, menyuarakan kesetaraan serta mempromosikan atau mengelola hasil legislasi telah terbukti merupakan sarana efektif untuk mencapai pendapatan tinggi sedemikian. Semua dari kita menemukan ia mudah untuk mengidentifikasi kesejahteraan kita sendiri dengan kesejahteraan masyarakat. Tentu saja, seorang egaliter mungkin memprotes bahwa ia kecuali satu tetesan di samudera, bahwa dia akan berkeinginan mendistribusikan kembali kelebihan

pendapatannya atas konsep dia tentang kesetaraan pendapatan jika setiap orang lainnya diharuskan mengerjakan yang sama. Pada satu level anggapan ini bahwa keharusan akan

mengubah berbagai hal adalah kelirubahkan jika setiap orang lainnya mengerjakan hal serupa, kontribusi spesifik dia terhadap pendapatan lainnya akan tetap menjadi tetesan di samudera. Kontribusi individual dia akan menjadi sebesar itu jika dia hanyalah satusatunya kontributor sebagaimana jika dia merupakan satu dari banyak. Bahkan, ia akan menjadi lebih bernilai karena dia dapat menarget kontribusinya untuk melangkah pada yang sangat terburuk di antara mereka yang dipandangnya sebagai para penerima yang cocok. Pada tingkatan kewajiban lainnya akan mengubah hal-hal secara drastis: jenis masyarakat yang akan muncul jika tindakan redistribusi sedemikian adalah sukarela adalah secara bersama-sama berbedadan, oleh standar kita, teramat lebih disukai terhadap jenis yang akan muncul jika redistribusi diwajibkan. Orang-orang yang meyakini bahwa sebuah masyarakat dari kesetaraan yang dipaksakan adalah lebih baik juga dapat mempraktikkan apa yang mereka ajarkan. Mereka dapat bergabung dengan satu dari banyak komunitas di negara ini maupun di tempat lain, atau mendirikan yang baru. Dan, tentu saja, adalah sepenuhnya konsisten dengan keyakinan dalam kesetaraan pribadi atau kesetaraan peluang dan kebebasan di mana sekelompok individu yang ingin hidup dalam cara itu seharusnya bebas untuk mengerjakan hal sedemikian. Tesis kita yang mendukung kesetaraan hasil adalah mendapatkan dukungan kuat dari sejumlah kecil orang-orang yang berkeinginan bergabung dengan komunitas semacam itu dan dari kerapuhan komunitas yang telah dibentuk. Kaum egaliter di Amerika Serikat mungkin keberatan bahwa sedikitnya komunitas serta kerapuhan mereka mencerminkan kehinaan di mana suatu masyarakat kapitalis" yang dominan mengunjungi komunitas sedemikian serta mengakibatkan diskriminasi di mana mereka dipaksa untuk merasakan sesuatu. Itu bisa jadi benar untuk Amerika Serikat

namun seiring Robert Nozick telah menunjuk, terdapat satu negara di mana itu tidak benar, di mana, secara berlawanan, komunal-komunal egaliter sedemikian dipandang dan dihargai. Negara tersebut adalah Israel. Komunal terutama permukiman pertanian di Israel (kibbutz) memainkan peran utama dalam permukiman Yahudi awal di Palestina dan terus memainkan peran penting di negara Israel. Bagian yang tidak proporsional dari para pemimpin Israel diambil dari kibbutzim (komunal terutama permukiman pertanian di Israel). Jauh dari menjadi sumber ketidaksepakatan, keanggotaan di dalam kibbutz memberikan status sosial serta mendorong penerimaan dengan baik. Setiap orang bebas bergabung atau meninggalkan kibbutz, dan kibbutzim menjadi organisasi sosial yang dapat terus hidup. Tetapi tidak ada, dan tentu saja bukan sekarang ini, mempunyai lebih dari sekitar 5 persen populasi Yahudi dari Israel terpilih menjadi anggota kibbutz. Persentase tersebut dapat dipandang sebagai estimasi tinggi dari bagian masyarakat yang akan secara sukarela memilih sistem yang memaksakan kesetaraan hasil dalam preferensi terhadap sistem yang dicirikan oleh ketidaksetaraan, keragaman, serta peluang. Perilaku publik mengenai pajak pendapatan yang dimodifikasi adalah lebih bercampur. Jajak pendapat belakangan mengenai pengenalan pajak pendapatan negara yang dimodifikasi di sebagian negara yang tidak memilikinya, serta pada peningkatan dalam derajat modifikasi di negara-negara lain, secara umum telah terkalahkan. Di pihak lain, pajak pendapatan federal sangat beregulasi, minimal di atas kertas, meskipun ia juga berisikan sejumlah besar klausula ("celah-celah") yang dengan kuat mengurangi derajat regulasi pada praktiknya. Pada pertunjukan ini, terdapat paling tidak toleransi publik atas jumlah moderat dari perpajakan redistributif.

Namun, kita berspekulasi untuk mengemukakan bahwa popularitas Reno, Las Vegas, dan sekarang Atlantic City adalah tidak kurang tepat sebuah indikasi dari preferensi publik daripada pajak pendapatan federal, editorial di New York Times dan Washington Post, serta halaman New York Review of Books. KONSEKUENSI KEBIJAKAN EGALITER Dalam membentuk kebijakan kita sendiri, kita bisa belajar dari pengalaman negaranegara Barat di mana kita berbagi latar belakang intelektual dan budaya bersama, dan di mana darinya kita menurunkan banyak dari nilai-nilai kita. Bisa jadi contoh yang paling mengandung pelajaran adalah Inggris Raya, yang menuntun jalan pada abad ke-19 menuju implementasi kesetaraan peluang dan pada abad ke-20 menuju penerapan kesetaraan hasil. Sejak akhir Perang Dunia II, kebijakan domestik Inggris didominasi oleh pencarian untuk kesetaraan hasil yang lebih besar. Tindakan demi tindakan telah diadopsi yang didesain guna mengambil dari si kaya serta memberi kepada si miskin. Pajak diberlakukan pada pendapatan hingga mereka mencapai tingkatan tertinggi 98 persen pada pendapatan properti dan 83 persen pada pendapatan yang "diperoleh", serta disuplementasikan oleh pajak yang lebih besar pada pewarisan. Negara menyediakan pelayanan medis, perumahan, dan jasa kesejahteraan lain yang dengan besar-besaran diperluas, bersama dengan pembayaran kepada mereka yang menganggur serta lanjut usia. Sayangnya, hasilnya sangat berbeda dari ia yang dimaksudkan oleh masyarakat yang cukup sepantasnya terhina oleh struktur kelas yang mendominasi Inggris selama berabad-abad. Terdapat redistribusi kekayaan dalam skala luas, tetapi hasil akhirnya bukanlah distribusi yang pantas.

Sebagai gantinya, kelas-kelas baru keistimewaan tercipta untuk menggantikan atau melengkapi yang lama: birokrat, keamanan dalam pekerjaan mereka, melindungi terhadap inflasi baik ketika mereka bekerja maupun ketika mereka pensiun; serikatserikat dagang yang berjanji untuk mewakili para pekerja yang paling tertindas tetapi pada faktanya berisikan para pekerja yang dibayar paling tinggi di wilayah itu aristokrasi dari pergerakan tenaga kerja; dan para miliuner baruorang-orang yang paling cerdas dalam menemukan cara di sekitar hukum, perundang-undangan, regulasi yang telah dicurahkan dari Parlemen dan birokrasi, yang telah menemukan cara guna menghindari membayar pajak atas pendapatan mereka serta memeroleh kekayaan mereka dari luar negeri melampaui jangkauan dari para petugas pemungut pajak. Pergeseran pendapatan dan kekayaan yang luas , ya; pemerataan yang lebih besar, baru saja. Dorongan untuk kesetaraan di Inggris gagal, bukan karena tindakan-tindakan keliru yang diadopsimeskipun sebagian tidak diragukan adalah demikian; bukan karena ia dikelola dengan burukmeskipun sebagian tidak diragukan adalah demikian; bukan karena orang-orang yang salah mengelolanyawalaupun tidak diragukan lagi sebagian adalah demikian. Dorongan bagi kesetaraan gagal untuk alasan yang lebih fundamental. Ia melangkah melawan salah satu insting paling dasar dari semua umat manusia. Dalam kata-kata Adam Smith, "Usaha yang seragam, konstan, dan tidak terinterupsi dari setiap orang guna membuat lebih baik kondisinya" 9dan, seseorang dapat menambahkan, kondisi dari anak-anaknya serta atas anak-anak dari anak-anaknya. Smith, tentu saja, memaksudkan dengan "kondisi" bukan sekadar kesejahteraan material, meskipun tentu saja ia merupakan salah satu komponen. Dia memiliki konsep yang jauh lebih luas di dalam pemikiran, salah satunya yang meliputi semua nilai-nilai di mana manusia

menghakimi keberhasilan merekaterutama jenis nilai-nilai sosial yang memberikan kebangkitan pada pencurahan aktivitas-aktivitas filantropi di abad ke-19. Ketika hukum turut campur dengan pencarian manusia atas nilai-nilai mereka sendiri, mereka akan mencoba menemukan jalan keluar. Mereka akan menghindari hukum, mereka akan melanggar hukum, atau mereka akan meninggalkan negara bersangkutan. Beberapa dari kita meyakini kode moral yang menjustifikasi memaksa seseorang untuk menyerahkan banyak dari apa yang mereka produksi guna membiayai pembayaran kepada orang-orang yang mereka tidak kenal untuk tujuan yang mereka bisa jadi tidak menyetujuinya. Ketika hukum berkontradiksi dengan apa yang mayoritas masyarakat memandangnya sebagai moral dan layak, mereka akan melanggar hukumapakah hukum tersebut diberlakukan atas nama ideal yang patut dipuji seperti kesetaraan atau dalam kepentingan telanjang dari satu kelompok dengan membebani kelompok lain. Hanya ketakutan atas hukuman, bukan perasaan keadilan dan moralitas, akan menuntun masyarakat mematuhi hukum. Ketika masyarakat mulai melanggar satu kelompok hukum, kurangnya penghormatan atas hukum tidak terhindarkan menyebar pada keseluruhan hukum, bahkan ia di mana setiap orang memandangnya sebagai moral dan layakhukum terhadap kekerasan, pencurian, dan vandalisme. Mungkin sulit untuk dipercayai, pertumbuhan kriminalitas kasar di Inggris dalam beberapa dekade belakangan menjadi satu konsekuensi pendorong kesetaraan. Selain itu, pendorong kesetaraan itu telah menghalau dari Inggris sebagian dari warganya yang paling mampu, paling terlatih dan paling giat, banyak bagi manfaat Amerika Serikat serta negara-negara lain yang memberi mereka peluang lebih besar untuk menggunakan

talentanya bagi manfaat mereka sendiri. Pada akhirnya, siapa yang bisa meragukan efek pendorong kesetaraan pada efisiensi dan produktivitas? Tentu saja, ia adalah salah satu alasan utama mengapa pertumbuhan ekonomi di Inggris tertinggal begitu jauh dibandingkan tetangga benuanya, Amerika Serikat, Jepang, dan negara lainnya selama beberapa dekade terakhir. Kita di Amerika Serikat tidak melangkah sejauh Inggris dalam mempromosikan tujuan kesetaraan hasil. Namun banyak dari konsekuensi yang sama telah nyatadari kegagalan tindakan-tindakan egaliter untuk mencapai tujuan-tujuan mereka, pada penggeseran kekayaan di mana tidak ada standar dapat dipandang sebagai layak, hingga kenaikan kriminalitas, sampai dampak menekan atas produktivitas serta efisiensi. KAPITALISME DAN KESETARAAN Di setiap tempat di dunia terdapat kesenjangan menyolok atas pendapatan dan kekayaan. Mereka menyakiti banyak dari kita. Beberapa bisa gagal untuk berpindah secara kontras antara kemewahan yang dinikmati oleh sebagian orang dengan gulungan kemiskinan yang diderita oleh pihak lainnya. Dalam abad terakhir suatu mitos bertumbuh bahwa kapitalisme pasar bebaskesetaraan peluang sebagaimana kita telah menginterpretasikan istilah tersebutmeningkatkan kesenjangan seperti itu, yakni ia suatu sistem di mana si kaya mengeksploitasi kaum miskin. Tidak ada yang dapat lebih jauh dari kebenaran. Di manapun pasar bebas diizinkan beroperasi, di manapun segalanya yang mendekati kesetaraan peluang telah eksis, masyarakat kebanyakan mampu mempertahankan level kehidupan yang tidak pernah dimimpikan sebelumnya. Tidak di manapun kesenjangan antara si kaya dengan kaum

miskin melebar, tidak di manapun mereka yang kaya kian kaya dan mereka yang miskin makin miskin, daripada dalam masyarakat yang tidak memperbolehkan pasar bebas untuk beroperasi. Ini adalah benar dalam masyarakat-masyarakat feodal seperti Eropa pada masa pertengahan, India sebelum kemerdekaan, dan banyak dari Amerika Selatan modern, di mana status yang diturunkan menentukan posisi. Ia secara bersamaan benar atas masyarakat-masyarakat yang terencana secara sentral seperti Rusia atau China atau India semenjak kemerdekaan, di mana akses terhadap pemerintahan menentukan posisi. Ia adalah benar bahkan di mana perencanaan terpusat diperkenalkan, sebagaimana pada ketiga negara ini, atas nama kesetaraan. Rusia adalah negara dengan dua bangsa: keistimewaan kecil kelas atas dari para birokrat, para pejabat Partai Komunis, teknisi; dan massa besar dari masyarakat yang hidup lebih baik daripada kakek-nenek mereka. Kelas atas ini mempunyai akses terhadap toko-toko khusus, sekolahan, serta kemewahan dari semua jenis; massa ini dikecam untuk menikmati sedikit lebih daripada kebutuhan dasar. Kita ingat menanyai seorang pemandu wisata di Moskow biaya dari sebuah mobil besar yang kita lihat dan diberitahukan, "Oh, itu tidak untuk dijual; itu hanya untuk anggota Biro Politik." Beberapa buku baru belakangan oleh dokumen jurnalis Amerika membeberkan secara mendetail kontras antara keistimewaan hidup dari kelas atas dan kemiskinan massal. 1 " Bahkan pada level yang lebih sederhana, adalah signifikan bahwa upah rata-rata seorang mandor adalah berkali-kali lipat lebih besar dari upah rata-rata pekerja biasa di pabrik di Rusia dibandingkan pabrik di Amerika Serikatdan tidak diragukan lagi dia pantas mendapatkannya. Selain itu, seorang mandor Amerika hanya harus mengkhawatirkan dipecat; seorang mandor Rusia juga harus mengkhawatirkan ditembak.

China, juga, adalah sebuah bangsa dengan perbedaan lebar pada pendapatanantara mereka yang secara politik berkuasa dengan sisanya; antara kota dan wilayah pinggiran; antara sebagian pekerja di kawasan perkotaan dengan pekerja lain. Seorang siswa perseptif dari China menuliskan bahwa "ketidaksetaraan antara kawasan miskin dan kaya di China adalah lebih akut di tahun 1957 dibandingkan negara-negara lebih besar lain manapun di dunia kecuali bisa jadi Brasil." Dia mengutip cendekiawan lain yang mengatakan, "Contoh-contoh ini mengemukakan bahwa struktur upah industri China tidak dengan signifikan lebih egaliter dibandingkan negara-negara lain itu." Dan dia menyimpulkan pengamatannya mengenai kesetaraan di China, "Bagaimana rata-rata distribusi pendapatan China sekarang ini? Tentu saja, ia tidak akan sama dengan Taiwan atau Korea Selatan. . . . Di pihak lain, distribusi pendapatan di China dengan jelas lebih sejajar daripada di Brasil atau Amerika Selatan. . . .Kita harus menyimpulkan bahwa China adalah jauh dari menjadi masyarakat yang sepenuhnya setara. Faktanya, perbedaan pendapatan di China bisa jadi sedikit lebih besar daripada di sejumlah negara yang umumnya diasosiasikan dengan para elite `fasis' dan mengeksploitasi massa." 11 Kemajuan industrial, peningkatan mekanikal, semua dari keheranan besar atas era modern bermakna relatif sedikit terhadap kekayaan. Kaum kaya di Yunani Kuno akan diuntungkan hanya dari perpipaan modern: para pelayan yang bekerja menggantikan air yang mengalir. Televisi dan radiopara bangsawan Roma dapat menikmati para musisi dan aktor terkemuka di rumah mereka, bisa memiliki para artis terkemuka sebagai pelayan domestik. Pakaian siap pakai, supermarketsemua ini dan banyak

perkembangan modern lain akan menambahi sedikit pada kehidupan mereka. Mereka akan menyambut perkembangan di bidang transportasi dan obat-obatan, namun bagi

sisanya, pencapaian besar kapitalisme Barat telah berakhir terutama pada manfaat dari masyarakat kebanyakan. Pencapaian ini telah dibuat tersedia bagi kenyamanan massal serta kemudahan yang sebelumnya merupakan prerogatif eksklusif dari kaum kaya serta mereka yang berkuasa. Pada tahun 1848 John Stuart Mill menuliskan: "Sampai sekarang dapat dipertanyakan jika semua penemuan mekanis yang telah dibuat sudah menerangi hari kerja keras dari semua umat manusia. Mereka telah memungkinkan populasi yang lebih besar untuk menikmati kehidupan yang sama atas pekerjaan kasar dan keterpenjaraan, serta suatu peningkatan jumlah manufaktur dan lainnya untuk menghasilkan kekayaan. Mereka telah meningkatkan kenyamanan kelas menengah. Namun mereka belum mulai memengaruhi perubahan-perubahan besar tersebut dalam nasib manusia, di mana adalah berada dalam sifat alami dan dalam keakanan mereka untuk menyelesaikannya." 12 Tidak seorang pun dapat mengatakan sekarang ini. Anda dapat berpergian dari satu ujung dunia yang sudah terindustrialisasi ke bagian lain serta hampir hanya orang-orang yang Anda akan temui terlibat dalam susah payah kerja keras adalah orang-orang yang melakukannya untuk olahraga. Guna menemukan orang-orang yang hari kerja kerasnya tidak diterangi oleh penemuan mekanis, Anda harus pergi ke dunia non-kapitalis: ke Rusia, China, India atau Bangladesh, pecahan dari Yugoslavia; atau pada negara-negara kapitalis yang lebih terbelakangdi Afrika, Timur Tengah, Amerika Selatan; dan hingga belakangan, Spanyol atau Italia. KESIMPULAN Sebuah masyarakat yang menempatkan kesetaraandalam pengertian kesetaraan hasil di depan kebebasan akan berakhir bukan dengan kesetaraan maupun bukan dengan

kebebasan. Penggunaan paksaan untuk mencapai kesetaraan akan merusakkan kebebasan, dan paksaan, yang diperkenalkan untuk tujuan-tujuan baik, akan berakhir di tangan orang-orang yang akan memanfaatkannya untuk mempromosikan kepentingan mereka sendiri. Di pihak lain, suatu masyarakat yang menempatkan kebebasan sebagai itikad pertama, sebagaimana kebahagiaan sebagai hasil sampingannya, berakhir dengan kebebasan yang lebih besar serta kesetaraan yang lebih besar. Walaupun hasil ikutan dari kebebasan, kesetaraan yang lebih besar bukanlah kebetulan. Sebuah masyarakat bebas melepaskan energi dan kemampuan dari orang-orang untuk mengejar tujuan mereka masing-masing. Ia mencegah sebagian orang dari secara serampangan menekan pihak lainnya. Ia tidak mencegah sebagian orang dari mencapai posisi keistimewaan, namun sepanjang kebebasan dipelihara, ia mencegah posisi-posisi keistimewaan tersebut dari menjadi dilembagakan; mereka terus menjadi sasaran serangan dari orang-orang lain yang mampu dan ambisius. Kebebasan berarti keragaman tetapi juga mobilitas. Ia melestarikan peluang untuk mereka yang sekarang ini tidak diuntungkan untuk menjadi istimewa di masa depan dan, dalam prosesnya, memungkinkan hampir setiap orang, dari puncak hingga ke dasar, untuk menikmati kehidupan yang lebih penuh dan lebih kaya. BAB 6 Apa yang Keliru dengan Sekolah-sekolah Kita? Pendidikan telah selalu menjadi komponen utama dari Mimpi Amerika. Di puritan New England, sekolah-sekolah dengan cepat didirikan, pertama-tama sebagai bersifat bantuan dari gereja, belakangan diambilalih oleh otoritas-otoritas sekuler. Setelah pembukaan Erie Canal, para petani yang meninggalkan bukit-bukit berbatu New England demi lahan

subur di Middle West mendirikan sekolah-sekolah ke manapun mereka pergi, bukan hanya sekolah-sekolah dasar dan menengah, tetapi juga seminari dan perguruan tinggi. Banyak imigran yang mengalir atas Atlantik pada paruh kedua abad ke-19 memiliki kehausan akan pendidikan. Mereka dengan bersemangat mengambil peluang yang tersedia bagi mereka di metropolis dan kota-kota besar di mana mereka sebagian besar bermukim. Pertama-tama, sekolah-sekolah adalah swasta dan kehadiran semata-mata sukarela. Tetapi pemerintah datang untuk memainkan peran yang lebih besar, semula dengan berkontribusi pada dukungan finansial, belakangan dengan mendirikan serta mengelola sekolah-sekolah negeri. Undang-undang kewajiban kehadiran yang pertama diberlakukan oleh Massachusetts di tahun 1852, namun keikutsertaan tidak menjadi wajib di semua negara bagian hingga 1918. Kontrol pemerintah terutama lokal hingga abad ke-20. Sekolah lingkungan, dan kontrol oleh dewan sekolah lokal, menjadi aturan. Kemudian apa yang disebut gerakan pembaruan berlangsung, terutama di kota-kota besar, dipicu oleh perbedaan besar pada etnis dan komposisi sosial dari berbagai distrik sekolah yang berbeda dan oleh keyakinan bahwa para pendidik profesional seharusnya memainkan peran yang lebih besar. Gerakan itu memeroleh basis tambahan pada 1930-an bersama dengan tendensi umum menuju ekspansi maupun sentralisasi pemerintah. Kita selalu menjadi bangga, dan dengan alasan bagus, dari penyebaran ketersediaan sekolah bagi semua dan peran yang dimainkan sekolah publik dalam mendorong asimilasi para pendatang baru ke dalam masyarakat, mencegah fragmentasi serta perpecahan, dan memungkinkan masyarakat dari latar belakang budaya dan keagamaan yang berbeda untuk hidup bersama dalam harmoni.

Sayangnya, dalam tahun-tahun belakangan catatan pendidikan kita menjadi memburuk. Orangtua mengkomplain tentang penurunan kualitas dari pendidikan yang diterima oleh anak-anak mereka. Banyak yang bahkan lebih terganggu mengenai bahaya terhadap kesehatan fisik anak-anaknya. Para guru memprotes bahwa atmosfer di mana mereka diperlukan untuk mengajar seringkali tidak kondusif untuk belajar. Makin banyak guru yang khawatir dengan keselamatan fisik mereka, bahkan di dalam ruang kelas. Para pembayar pajak mengkomplain mengenai meroketnya biaya. Sulit untuk siapapun mempertahankan bahwa sekolah-sekolah kita (Amerika, red) memberikan anak-anak sarana yang mereka perlukan untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan. Alih-alih mendorong asimilasi dan harmoni, sekolah-sekolah kita makin menjadi sumber fragmentasi yang kian dalam di mana mereka sebelumnya telah melakukan banyak hal guna mencegahnya. Di level dasar dan menengah, kualitas sekolah menjadi sangat bervariasi: menonjol pada sebagian kawasan pinggiran kota yang kaya dari metropolis-metropolis utama, bagus atau dengan masuk akal memuaskan di banyak kota kecil dan wilayah pedesaan, namun sangat buruk di kota-kota bagian dalam dari metropolis utama. "Mereka yang terdidik, atau agaknya mereka yang tidak terdidik, dari anak-anak kulit hitam dari keluarga-keluarga berpendapatan rendah tidak diragukan lagi merupakan area bencana terbesar dalam pendidikan publik dan merupakan kegagalannya yang paling merusak. Ini berlipat ganda tragis untuk ia yang selalu menjadi etika resmi dari sekolah publik di mana kaum miskin dan mereka yang tertindas merupakan penerima manfaat terbesarnya."

Pendidikan publik adalah, kita khawatir, menderita dari penyakit yang sama sebagaimana begitu banyak dari program-program yang didiskusikan dalam bab-bab pendahuluan dan selanjutnya. Lebih dari empat dekade silam Walter Lippmann mendiagnosanya sebagai "penyakit dari masyarakat yang terlalu dikelola oleh pemerintah," perubahan dari "susunan yang lebih tua. . . bahwa penggunaan kekuasaan yang tidak terbatas oleh orangorang yang pemikiran terbatas serta penghakiman oleh dirinya sendiri adalah segera menindas, reaksioner, dan korup, . . . di mana pengkondisian kemajuan adalah keterbatasan kekuasaan terhadap kapasitas dan kebijaksanaan dari penguasa" terhadap susunan yang lebih baru "di mana tidak terdapat batasan terhadap kapasitas manusia untuk mengelola pihak lainnya dan itu, karenanya, tidak ada pembatasan seharusnya diberlakukan terhadap pemerintah." 2 Bagi sekolah, penyakit ini telah mengambil bentuk penolakan banyak kontrol orangtua terhadap jenis edukasi yang diterima anak-anak mereka entah secara langsung, melalui pemilihan dan membayar bagi sekolah-sekolah yang diikuti oleh anak-anak mereka, atau secara tidak langsung, melalui aktivitas politik lokal. Kekuasaan sebagai gantinya bergravitasi terhadap para pendidik profesional. Penyakit telah diperburuk oleh peningkatan sentralisasi dan birokratisasi dari sekolah, terutama di kota-kota besar. Pengaturan pasar swasta telah memainkan peran lebih besar pada tingkat perguruan tinggi dan universitas dibandingkan pada level dasar dan menengah. Namun sektor ini tidak kebal dari penyakit masyarakat yang terlalu dikelola oleh pemerintah. Di tahun 1928 lebih sedikit siswa masuk di institusi-institusi pemerintah dari pendidikan yang lebih tinggi daripada di lembaga-lembaga swasta; menjelang 1978 hal itu menjadi hampir empat kali lipat. Pendanaan langsung pemerintah tumbuh kurang pesat dibandingkan

operasi pemerintah karena biaya sekolah dibayar oleh siswa, tetapi bahkan, pada 1978 bantuan langsung pemerintah berjumlah lebih dari separo dari total belanja pada pendidikan yang lebih tinggi oleh semua institusi, pemerintah maupun swasta. Peningkatan peran pemerintah memiliki banyak dampak merugikan yang sama pada tingkat pendidikan lebih tinggi sebagaimana pada pendidikan dasar dan menengah. Ia telah mendorong atmosfer di mana baik para guru yang berdedikasi maupun siswa yang serius seringkali menemukan hal yang berlawanan untuk dipelajari. PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH: PROBLEMATIKA Bahkan dalam tahun-tahun paling awal dari Republik, bukan hanya kota-kota namun hampir setiap kota kecil dan desa serta sebagian besar wilayah pinggiran memiliki sekolah. Di banyak negara bagian atau lokalitas, pemeliharaan "sekolah bersama" dimandatkan oleh undang-undang. Namun sekolah-sekolah mayoritas didanai secara privat oleh uang sekolah yang dibayarkan oleh orangtua murid. Sebagian pendanaan suplemental secara umum juga tersedia dari pemerintah lokal, daerah, atau negara bagian, baik untuk membayari bagi anak-anak yang orangtuanya dipandang tidak mampu, maupun guna melengkapi uang sekolah yang dibayarkan oleh para orangtua. Meskipun sekolah bukanlah kewajiban dan tidak juga gratis, ia dipraktikkan secara universal (budak, tentu saja, merupakan pengecualian). Dalam laporannya untuk tahun 1836, pengawas sekolah umum untuk negara bagian New York menegaskan: "Di bawah segala pandangan dari subjek adalah beralasan untuk meyakini, bahwa dalam sekolah-sekolah umum, sekolah swasta dan akademi, jumlah anak yang sebenarnya menerima instruksi adalah setara terhadap keseluruhan jumlah antara usia 5 hingga 16 tahun." Kondisi tidak diragukan lagi bervariasi dari satu negara bagian ke negara bagian lain, namun

berdasarkan semua catatan, sekolah tersedia luas kepada anak-anak (kulit putih) dari keluarga pada semua tingkatan ekonomi. Dimulai di tahun 1840-an, sebuah kampanye berkembang untuk menggantikan sistem mayoritas swasta yang beragam oleh suatu sistem yang disebut sekolah gratis, yakni, sekolah-sekolah di mana orangtua dan lainnya membayari biaya secara tidak langsung melalui pajak daripada secara langsung melalui uang sekolah. Menurut E. G. West, yang telah memelajari secara menyeluruh dan mendalam perkembangan peran pemerintah dalam pendidikan, kampanye ini tidak dipicu oleh para orangtua yang tidak puas, namun "terutama oleh para guru dan pejabat pemerintah. " Pendorong paling terkenal bagi sekolah gratis adalah Horace Mann, "bapak pendidikan publik Amerika," sebagaimana dia disebut dalam artikel Encyclopaedia Britannica mengenai kehidupannya. Mann merupakan ketua Dewan Pendidikan Negara Bagian Massachusetts yang didirikan pada 1837, dan selama 12 tahun berikutnya dia melakukan kampanye yang energik bagi sebuah sistem sekolah yang dibayari oleh pemerintah serta dikendalikan oleh para pendidik profesional. Argumentasi utamanya adalah pendidikan begitu penting di mana pemerintah mengemban tugas untuk menyediakan pendidikan kepada setiap anak, bahwa sekolah-sekolah seharusnya sekuler dan melibatkan anak-anak dari semua latar belakang agama, sosial, dan etnis, serta bahwa sekolah gratis yang universal akan memungkinkan anak-anak mengatasi rintangan kemiskinan orangtua mereka. "Dalam laporan sekretarialnya kepada Dewan Pendidikan Massachusetts, Mann memproklamirkan berulang kali. . .bahwa pendidikan merupakan investasi publik yang bagus dan meningkatkan output." "Meskipun argumentasi-argumentasi tersebut semuanya

tercampakkan dalam pemahaman kepentingan publik, banyak dari dukungan para guru

dan administrator bagi gerakan sekolah publik diturunkan dari kepentingan pribadi nan sempit. Mereka mengharapkan akan menikmati kepastian lebih besar atas lapangan kerja, jaminan lebih besar bahwa gaji mereka akan dibayarkan, serta sebuah tingkatan lebih besar terhadap kontrol, jika pemerintah dibandingkan orangtua, menjadi juru bayar terdekat. "Meskipun kesulitan yang luas dan giatnya oposisi. . .skema utama dari" jenis sistem yang didesakkan oleh Mann "dicapai pada pertengahan abad ke-19." Semenjak itu, sebagian besar anak-anak mengikuti sekolah-sekolah pemerintah. Sebagian kecil terus bersekolah di lembaga-lembaga swasta, mayoritas sekolah-sekolah yang dioperasikan oleh Gereja Katolik dan denominasi keagamaan lain. Amerika Serikat tidaklah unik dalam bergerak dari mayoritas sekolah swasta pada sistem sekolah yang mayoritas dikelola oleh pemerintah. Bahkan, satu otoritas telah menggambarkan "penerimaan bertahap atas pandangan bahwa pendidikan seharusnya merupakan tanggung jawab negara" sebagai yang "paling signifikan" dari tren umum pada abad ke-19 "yang masih memengaruhi pendidikan di semua negara Barat pada paruh kedua abad ke-20." Cukup menarik, tren ini dimulai di Prussia pada 1808, dan di Prancis, di bawah Napoleon, pada sekitar waktu yang bersamaan. Inggris bahkan lebih belakangan daripada Amerika Serikat. "Pemutar pesona konsep yang menolak campur tangan oleh pemerintah dalam bidang ekonomi [ia] ragu-ragu jauh sebelum memperbolehkan negara untuk mengintervensi urusan pendidikan," tetapi pada akhirnya, di tahun 1870, suatu sistem sekolah pemerintah didirikan, meskipun pendidikan dasar tidak dibuat menjadi wajib hingga 1880, dan uang sekolah secara umum tidak dihapuskan sampai tahun 1891. Di Inggris, sebagaimana di Amerika Serikat, pendidikan adalah

hampir universal sebelum pemerintah mengambilalihnya. Profesor West telah mempertahankan secara persuasif di mana pengambilalihan di Inggris, sebagaimana di Amerika Serikat, merupakan hasil dari tekanan oleh para guru, administrator, dan para intelektual yang memiliki maksud kuat tetapi tidak efektif, dibandingkan dengan para orangtua. Dia menyimpulkan bahwa pengambilalihan oleh pemerintah mengurangi kualitas dan keberagaman pendidikan. 10 Pendidikan masih merupakan contoh lain, seperti Jaminan Sosial, dari elemen umum dalam filosofi otoriter dan sosialis. Prussia dan Imperium Prancis yang aristokratik dan otoriter merupakan pioner dalam pengendalian pemerintah di bidang pendidikan. Secara sosialistik kecenderungan para intelektual di Amerika Serikat, Inggris, dan belakangan Republikan Prancis merupakan pendukung utama atas kontrol negara di negara mereka. Pembentukan sistem pendidikan di Amerika Serikat sebagai sebuah pulau era sosialisme dalam lautan pasar bebas mencerminkan hanya derajat sangat minor dari awal kemunculan di antara para intelektual atas ketidakpercayaan terhadap pasar dan terhadap pertukaran sukarela. Sebagian besar, ia sekadar mencerminkan hal pentingnya yang terikut oleh masyarakat terhadap ideal kesetaraan peluang. Kemampuan Horace Mann dan para koleganya untuk mengambil sentimen mendalam tersebut memungkinkan mereka untuk sukses dalam kampanyenya. Tidak perlu dikatakan lagi, sistem pendidikan publik tidak dipandang sebagai "sosialis" tetapi sekadar sebagai "Amerika." Faktor yang paling penting dalam menentukan bagaimana sistem itu beroperasi adalah struktur politiknya yang desentralisasi. Konstitusi Amerika Serikat dengan sempit membatasi wewenang pemerintahan federal, sehingga ia tidak memainkan peran signifikan. Negara bagian sebagian besar meninggalkan kontrol

sekolah kepada masyarakat lokal, kota, kota kecil, atau sub-divisi dari sebuah kota besar. Pemantauan erat dari otoritas politik yang menjalankan sistem pendidikan oleh para orangtua merupakan substitusi parsial bagi kompetisi serta memastikan bahwa segala sesuatu yang diinginkan secara luas oleh para orangtua akan terimplementasikan. Sebelum Depresi Besar situasi sudah berubah. Distrik sekolah berkonsolidasi, distrik pendidikan diperbesar, dan lebih banyak kewenangan diberikan kepada para pendidik profesional. Setelah depresi, ketika publik bergabung dengan para intelektual dalam keyakinan yang tidak terkendali atas kebijaksanaan pemerintah, dan terutama dari pemerintah pusat, penurunan sekolah dengan satu kelas dan dewan sekolah lokal menjadi gerakan mundur dalam keadaan kacau-balau. Pergeseran kekuasaan dengan cepat dari komunitas lokal kepada entitas yang lebih luaskota, kota kabupaten, negara bagian, dan yang lebih belakangan, pemerintahan federal. Di tahun 1920 pendanaan lokal mencapai 83 persen dari semua pendapatan di sekolahsekolah publik, bantuan federal kurang dari 1 persen. Pada 1940 bagian lokal merosot menjadi 68 persen. Saat ini ia kurang dari separo. Negara menyediakan sebagian besar dari sisa uang tersebut: 16 persen di tahun 1920, 30 persen pada 1940, dan saat ini lebih dari 40 persen. Bagian pemerintahan federal masih kecil tetapi terus bertumbuh dengan pesat: dari kurang 2 persen pada 1940 menjadi sekitar 8 persen sekarang ini. Seiring para pendidik profesional mengambilalih, kontrol oleh para orangtua melemah. Selain itu, fungsi yang diberikan kepada sekolah-sekolah telah berubah. Mereka masih mengharapkan mengajarkan tiga R dan untuk mentransmisikan nilai-nilai bersama. Namun, selain itu, sekolah-sekolah sekarang dipandang sebagai sarana untuk

mempromosikan mobilitas sosial, integrasi rasial, dan tujuan-tujuan lain hanya dengan berjauhan terkait dengan tugas fundamental mereka. Pada Bab 4 kita mengacu kepada Teori Pemindahan Birokrasi di mana Dr. Max Gammon telah mengembangkannya setelah memelajari British National Health Service: dalam kata-katanya, dalam "sebuah sistem birokrasi. . . peningkatan belanja akan disamai oleh penurunan produksi. . . . Sistem sedemikian akan bertindak seperti `lubang hitam dalam alam semesta perekonomian, secara simultan mengisap sumber daya, dan

menenggelamkannya dalam pengertian `emisi produksi." 11 Teori dia menerapkan dengan kekuatan penuh terhadap dampak peningkatan birokratisasi dan sentralisasi dari sistem sekolah publik di Amerika Serikat. Dalam lima tahun sejak tahun sekolah 19711972 hingga tahun sekolah 19761977, total staf profesional di semua sekolah publik Amerika Serikat meningkat 8 persen, biaya per murid menanjak 58 persen dalam dollar AS (11 persen setelah koreksi inflasi). lnput (masukan) dengan jelas meningkat. Jumlah siswa menurun 4 persen, jumlah sekolah menurun 4 persen. Dan kita menduga bahwa hanya sedikit pemimpin akan berkeberatan atas proposisi bahwa kualitas sekolah merosot bahkan secara lebih drastis daripada kuantitasnya. Itu tentu saja cerita yang dikisahkan oleh penurunan kualitas yang terekam pada standarisasi ujian. Output (keluaran) dengan jelas menurun. Apakah penurunan output per unit dari input terkait dengan peningkatan birokratisasi dan sentralisasi organisasi? Sebagaimana sebagian petunjuk, jumlah distrik sekolah menurun sebesar 17 persen dalam periode tujuh tahun mulai 19701971 sampai 19771978 melanjutkan tren jangka yang lebih panjang terhadap sentralisasi lebih besar.

Sebagaimana terhadap birokratisasi, untuk periode lima tahun yang lebih awal di mana data tersedia (19681969 sampai 19731974), ketika jumlah siswa meningkat 1 persen, total staf profesional meningkat 15 persen, dan guru 14 persen, tetapi supervisor melonjak 44 persen.' 'Problem dalam pendidikan bukan lagi soal ukuran, bukan sekadar bahwa distrik sekolah menjadi makin besar, dan itu, secara rata-rata, setiap sekolah memiliki lebih banyak siswa. Selain itu, dalam industri, ukuran seringkali membuktikan menjadi sumber efisiensi yang lebih besar, biaya yang lebih rendah, dan meningkatkan kualitas. Perkembangan industrial di Amerika Serikat memeroleh kesepakatan besar dari diperkenalkannya produksi massal, dari apa yang disebut oleh para ekonom sebagai "skala ekonomi." Mengapa pendidikan menjadi berbeda? Ia tidak demikian. Perbedaan bukanlah antara pendidikan dengan aktivitas lainnya namun antara pengaturan di mana konsumen bebas untuk memilih dan mengatur di mana produsen berada di pelana sehingga konsumen hanya mempunyai sedikit untuk dikatakan. Jika konsumen bebas untuk memilih, perusahaan dapat bertumbuh secara ukuran hanya jika ia menghasilkan sebuah item di mana konsumen menyukainya entah karena kualitasnya atau karena harganya. Dan ukuran semata tidak akan memungkinkan sembarang perusahaan untuk memberlakukan sebuah produk kepada konsumen di mana konsumen tidak mempertimbangkan kalau harganya adalah layak. Ukuran besar dari General Motors tidak mencegahnya untuk berkembang dengan subur. Ukuran besar dari W. T. Grant & Co. tidak menyelamatkannya dari kebangkrutan. Ketika konsumen bebas untuk memilih, ukuran hanya akan bertahan kalau ia efisien.

Dalam pengaturan politik ukuran umumnya memengaruhi kebebasan konsumen untuk memilih. Dalam komunitas kecil warga individu merasa bahwa dia mempunyai, dan bahkan mengerjakan lebih banyak kontrol terhadap apa yang dikerjakan oleh otoritas politik dibandingkan dengan dalam komunitas besar. Dia mungkin tidak mempunyai kebebasan yang sama untuk memilih bahwa dia memutuskan apakah hendak membeli sesuatu atau tidak, namun paling tidak dia memiliki peluang signifikan guna memengaruhi apa yang terjadi. Selain itu, ketika terdapat banyak komunitas kecil, individu dapat memilih di mana untuk berdiam. Tentu saja, itu merupakan pilihan rumit, melibatkan banyak elemen. Meskipun demikian, ia berarti bahwa pemerintahan lokal harus menyediakan warga mereka dengan layanan yang mereka pandang sebagai sepadan atas pajak yang mereka bayarkan atau digantikan maupun menderita kehilangan para pembayar pajak. Situasi sangat berbeda ketika kewenangan berada di tangan pemerintah pusat. Warga individu merasakan bahwa dia memiliki, dan bahkan mengerjakan, sedikit kontrol atas otoritas politik yang berjauhan serta tidak berhubungan spesifik dengan mereka. Kemungkinan untuk berpindah ke komunitas lain, walaupun ia bisa jadi masih ada, adalah jauh lebih terbatas. Dalam pendidikan, orangtua dan anak merupakan konsumen, guru dan administrator sekolah merupakan produsen. Sentralisasi dalam pendidikan berarti ukuran unit yang lebih besar, pengurangan dalam kemampuan dari konsumen untuk memilih, dan sebuah peningkatan dalam kekuatan produsen. Para guru, administrator, dan pejabat serikat pekerja tidak berbeda dari bagian lainnya dari kita. Mereka bisa jadi juga adalah para orangtua, yang dengan jujur mengharapkan sistem pendidikan yang bagus. Namun,

kepentingan mereka sebagai guru, sebagai administrator, sebagai pejabat serikat pekerja adalah berbeda dari kepentingan mereka sebagai orangtua dan dari kepentingan orangtua yang anak-anaknya mereka didik. Kepentingan mereka mungkin dilayani oleh sentralisasi dan birokratisasi yang lebih besar bahkan jika kepentingan orangtua tidak terlayani bahkan, satu cara di mana kepentingan-kepentingan tersebut dilayani adalah dengan tepat melalui mengurangi kewenangan orangtua. Fenomena yang sama muncul di manapun birokrasi pemerintah mengambilalih dengan mengorbankan pilihan konsumen: apakah di kantor pos, dalam pemungutan sampah, atau dalam banyak contoh pada bab-bab lain. Di ranah pendidikan, mereka yang berada di kelas atas pendapatan mempertahankan kebebasan kita untuk memilih. Kita dapat mengirimkan anak-anak kita ke sekolah swasta, dengan akibat membayar dua kali lipat untuk pendidikannyasatu dalam bentuk pajak untuk menyokong sistem sekolah publik, satunya lagi dalam bentuk uang sekolah. Atau kita dapat memilih di mana hendak tinggal pada basis kualitas dari sistem sekolah publik. Sekolah-sekolah publik yang bagus cenderung terkonsentrasi di kawasan pinggiran yang lebih kaya dari kota-kota yang lebih besar, di mana kontrol orangtua tetap sangat nyata." Situasinya menjadi paling buruk di bagian dalam kota-kota dari metropolis yang lebih besarNew York, Chicago, Los Angeles, Boston. Masyarakat yang berdiam di kawasankawasan ini bisa membayar dua kali lipat untuk pendidikan anak-anak mereka hanya dengan kesulitan besarmeskipun jumlah yang mengejutkan terjadi dengan

mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah di bawah naungan gereja. Mereka tidak sanggup untuk berpindah ke wilayah yang memiliki sekolah-sekolah publik yang bagus. Jalan lain bagi mereka hanya dengan mencoba memengaruhi otoritas politik yang

berwenang atas sekolah publik, biasanya sebuah tugas yang sulit jika tidak bisa dikatakan mustahil, dan di mana mereka tidak benar-benar berkualifikasi. Para warga dari kota-kota di bagian dalam bisa jadi lebih dirugikan berkenaan dengan level pendidikan yang mereka bisa dapatkan bagi anak-anaknya dibandingkan di wilayah kehidupan lain dengan kemungkinan pengecualian proteksi kejahatan"layanan" lain yang disediakan oleh pemerintah. Tragedi, dan ironis, adalah bahwa sebuah sistem yang didedikasikan untuk memungkinkan semua anak memeroleh bahasa dan nilai-nilai yang sama dari kewarganegaraan Amerika Serikat, untuk memberi semua anak peluang pendidikan yang setara, dalam praktiknya memperburuk stratifikasi dari masyarakat serta menyediakan peluang pendidikan yang sangat tidak setara. Belanja pada pendidikan per murid seringkali tinggi di kota-kota bagian dalam sebagaimana di kawasan pinggiran perkotaan yang kaya, namun kualitas pendidikan secara luas adalah lebih rendah. Di kawasan pinggiran perkotaan hampir semua pendanaan dihabiskan untuk pendidikan; di kota-kota bagian dalam banyak darinya dihabiskan untuk memeliharakan disiplin, mencegah vandalisme, atau memperbaiki dampaknya. Atmosfer pada sebagian sekolah-sekolah di kota bagian sebelah dalam adalah lebih mirip sebuah penjara dibandingkan sebuah tempat pembelajaran berlangsung. Para orangtua di wilayah pinggiran perkotaan memeroleh nilai jauh lebih banyak untuk dollar AS pajak mereka dibandingkan para orangtua di kawasan kota bagian sebelah dalam. RENCANA VOUCHER UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Pendidikan, bahkan di kota-kota bagian sebelah dalam, tidak harus menempuh cara tersebut. Ia bukanlah jalan ketika orangtua memiliki kontrol lebih besar. Ia bukanlah cara sekarang di mana para orangtua masih mempunyai kontrol. Tradisi Amerika yang kuat atas tindakan sukarela telah menyediakan banyak contoh bagus yang mendemonstrasikan apa yang dapat dikerjakan ketika orangtua mempunyai pilihan lebih besar. Satu contoh di tingkatan dasar adalah sekolah di bawah naungan gereja, St. John Chrysostom's, yang kita kunjungi di salah satu wilayah termiskin di Bronx, New York City. Pendanaannya sebagian berasal dari organisasi amal sukarela, New York's Inner City Scholarship Fund, sebagian lagi dari Gereja Katolik, sebagian lagi dari uang sekolah. Para kaum muda berada di sekolah tersebut karena orangtua mereka memilihnya. Hampir semuanya berasal dari keluarga miskin, namun para orangtua mereka semua membayarkan minimal sebagian dari biaya. Anak-anak berperilaku baik, bersemangat untuk belajar. Para guru berdedikasi. Atmosfernya tenang dan damai. Biaya per murid jauh lebih sedikit dibandingkan di sekolah-sekolah publik bahkan setelah tanggungan diambil dari jasa gratis para guru yang adalah para biarawati. Namun secara rata-rata, anak-anak adalah dua tingkat di atas rekan sebaya mereka di sekolah publik. Itu karena para guru dan orangtua bebas untuk memilih bagaimana anak-anak seharusnya dididik. Dana swasta telah menggantikan uang pajak. Kontrol telah diambilalih dari para birokrat dan ditempatkan kembali kepada pemilik asalnya. Contoh lain, ini di level menengah, adalah di Harlem. Di tahun 1960-an Harlem dihancurkan oleh kerusuhan. Banyak kaum muda keluar dari sekolah. Kelompokkelompok orangtua dan guru yang prihatin memutuskan untuk mengerjakan sesuatu atasnya. Mereka menggunakan pendanaan privat untuk mengambilalih toko-toko yang

kosong dan mereka mendirikan apa yang kemudian menjadi dikenal sebagai storefront schools. Salah satu yang pertama dan paling berhasil disebut sebagai Harlem Prep, didesain bagi kaum muda yang baginya pendidikan konvensional telah gagal. Harlem Prep memiliki fasilitas fisik yang tidak memadai. Banyak dari para gurunya tidak memiliki lembaran-lembaran sertifikat untuk menyatakan kualifikasi dalam mengajar di sekolah-sekolah publik. Namun itu tidak menghalangi mereka untuk mengerjakan yang baik. Meskipun banyak dari siswanya telah tidak sesuai dan sudah dikeluarkan dari sekolahnya yang sebelumnya, mereka menemukan jenis pengajaran yang mereka inginkan di Harlem Prep. Sekolah tersebut secara fenomenal berhasil. Banyak dari para siswanya melanjutkan ke perguruan tinggi, termasuk sebagian dari universitas-universitas terkemuka. Namun sayangnya, kisah ini memiliki akhir tidak bahagia. Setelah periode awal dari krisis telah berlalu, sekolah kekurangan uang tunai. Dewan Pendidikan menawarkan Ed Carpenter (kepala sekolah sekaligus salah satu pendirinya) uang, asalkan dia akan memenuhi regulasi mereka. Setelah pergulatan panjang untuk mempertahankan independensi, dia menyerah. Sekolah diambilalih oleh para birokrat. "Saya merasa," komentar Carpenter, "sekolah seperti Harlem Prep itu tentu saja akan mati, dan tidak bisa sejahtera, di bawah birokrasi ketat dari Dewan Pendidikan. . . .Kita harus melihat apa yang akan terjadi. Saya tidak memercayai ia akan menjadi baik. Saya tepat. Apa yang terjadi sejak kita datang ke Dewan Pendidikan adalah sama sekali tidak bagus. Ia tidak semuanya buruk, namun ia lebih banyak buruknya dibandingkan baiknya." Usaha privat dari jenis ini adalah bernilai. Namun, yang paling baik mereka hanya menggoreskan di permukaan atas apa yang perlu dikerjakan.

Satu cara untuk mencapai peningkatan yang besar, untuk membawa kembali pembelajaran ke ruang kelas, terutama bagi yang saat ini paling tidak mampu, adalah dengan memberi semua orangtua kontrol lebih besar atas pendidikan anak-anak mereka, serupa terhadap apa yang di mana sebagian dari kita dari kelas pendapatan atas sekarang mempunyainya. Orangtua umumnya memiliki kepentingan lebih besar dalam pendidikan anak-anak mereka serta pengetahuan yang lebih intim atas kapasitas dan kebutuhan mereka daripada pihak lainnya. Para pembaharu sosial, serta terutama reformator pendidikan, seringkali merasa dirinya pasti benar atas para orangtua tersebut, terutama mereka yang miskin dan memiliki sedikit pendidikan bagi dirinya sendiri, mempunyai sedikit kepentingan dalam pendidikan anak-anak mereka dan tidak berkompetensi untuk memilih bagi mereka. Itu merupakan hinaan gratis. Para orangtua semacam ini seringkali memiliki peluang terbatas untuk memilih. Namun, sejarah Amerika Serikat dengan

berlimpah mendemonstrasikan bahwa, berdasarkan peluang, mereka seringkali bersedia mengorbankan kesepakatan besar, dan mengerjakan dengan demikian bijak, bagi kesejahteraan anak-anak mereka. Tidak diragukan lagi, sebagian orangtua kekurangan ketertarikan dalam pendidikan anakanak mereka atau kapasitas dan keinginan untuk memilih dengan bijak. Namun, mereka adalah minoritas kecil. Dalam peristiwa apapun, sistem kita yang ada saat ini sayangnya hanya mengerjakan sedikit untuk membantu anak-anak mereka. Satu cara yang sederhana dan efektif guna memastikan para orangtua memiliki kebebasan lebih besar untuk memilih, sementara pada saat yang bersamaan mempertahankan sumber keuangan yang ada saat ini, adalah voucher plan. Misalkan anak Anda mengikuti sekolah dasar atau sekolah menengah publik. Secara rata-rata, di seluruh negeri, ia

membebani pembayar pajakAnda dan sayasekitar 2.000 dollar AS per tahun pada 1978 untuk setiap anak yang mendaftar. Jika Anda menarik anak Anda dari sekolah publik dan mengirimnya ke sekolah swasta, Anda menghematkan para pembayar pajak sekitar 2.000 dollar AS per tahuntetapi Anda tidak memeroleh bagian dari simpanan tersebut kecuali sebagaimana diloloskan kepada semua pembayar pajak, dalam kasus itu ia akan berjumlah paling banyak beberapa sen penghapusan dari tagihan pajak Anda. Anda harus membayar uang sekolah swasta sebagai tambahan selain dari pajak tersebut sebuah insentif kuat untuk mempertahankan anak Anda di sekolah publik. Namun, misalkan, pemerintah berkata kepada Anda: "Jika Anda meringankan kita dari biaya pendidikan anak Anda, Anda akan diberikan sebuah voucher, selembar kertas yang dapat dicairkan untuk sejumlah uang, jika, dan hanya jika, ia digunakan untuk membayari biaya pendidikan anak Anda di sebuah sekolah yang disetujui." Jumlah uang itu bisa jadi 2.000 dollar AS, atau mungkin jumlah yang lebih sedikit, misalkan 1.500 atau 1.000 dollar AS, untuk membagi tabungan/penghematan antara Anda dengan pembayar pajak lain. Namun apakah jumlah penuh atau jumlah yang lebih sedikit, ia akan menggeser paling tidak sebagian dari penalti keuangan yang sekarang membatasi kebebasan dari orangtua untuk memilih.' 4 Voucher plan mengambil bentuk prinsip yang sama persis sebagaimana rancangan undang-undang GI yang menyediakan manfaat pendidikan bagi para veteran militer. Veteran memeroleh voucher yang hanya dapat dipakai untuk belanja pendidikan dan dia sepenuhnya bebas untuk memilih sekolah di mana dia akan mempergunakan voucher tersebut, memastikan bahwa ia memenuhi standar tertentu.

Orangtua bisa, dan seharusnya, diizinkan untuk mempergunakan voucher bukan hanya di sekolah-sekolah swasta namun juga di sekolah publik laindan bukan hanya di sekolah pada distrik, kota atau negara bagiannya sendiri, namun pada sembarang sekolah yang bersedia menerima anak mereka. Itu akan memberikan kepada setiap orangtua peluang yang lebih besar untuk memilih dan pada saat yang sama memerlukan sekolah-sekolah publik untuk mendanai diri mereka sendiri dengan mengenakan uang sekolah (sepenuhnya, jika voucher tersebut merupakan biaya penuh; minimal sebagian, jika ia tidak demikian). Sekolah-sekolah publik kemudian harus bersaing satu sama lain dan bersaing dengan sekolah swasta. Rencana ini tidak akan meringankan satupun dari beban perpajakan untuk membayar biaya pendidikan. Ia akan sekadar memberi para orangtua pilihan yang lebih lebar dalam bentuk di mana anak-anak mereka memeroleh pendidikan di mana masyarakat telah mewajibkannya sendiri untuk tersedia. Rencana itu juga tidak akan memengaruhi standar saat ini yang diberlakukan pada sekolah-sekolah swasta guna bersekolah di tempat mereka untuk memenuhi undang-undang wajib sekolah. Kita memandang voucher plan sebagai solusi sebagian karena ia tidak memengaruhi pendanaan pendidikan maupun undang-undang wajib sekolah. Kita lebih mendorong untuk melangkah lebih jauh. Spontan, ia akan terlihat bahwa masyarakat yang lebih kaya dan makin terdistribusi dengan merata pendapatan di dalamnya, makin sedikit alasan bagi pemerintah untuk mendanai pendidikan. Orangtua menanggung sebagian besar biaya dalam peristiwa apapun, dan biaya untuk kesetaraan kualitas tidak diragukan lagi adalah lebih tinggi ketika mereka menanggung biaya secara tidak langsung melalui pajak daripada ketika mereka membayar untuk pendidikan secara langsungkecuali

pendidikan adalah sangat berbeda dari aktivitas pemerintah lainnya. Tetapi pada praktiknya, pendanaan pemerintah telah berperan untuk bagian yang makin besar dari total biaya pendidikan seiring rata-rata pendapatan di Amerika Serikat meningkat dan pendapatan menjadi lebih terdistribusi merata. Kita menduga bahwa satu alasan adalah operasi pemerintah atas sekolah-sekolah, sehingga keinginan orangtua untuk membelanjakan lebih banyak pada pendidikan seiring pendapatan mereka meningkat menemukan jalur pada resistensi minimal untuk menjadi sebuah peningkatan dalam jumlah yang dibelanjakan di sekolah-sekolah pemerintah. Satu keuntungan dari voucher plan adalah ia akan mendorong gerakan bertahap menuju pendanaan langsung oleh orangtua. Keinginan orangtua untuk membelanjakan lebih pada pendidikan dapat dengan mudah mengambil bentuk penambahan terhadap jumlah yang disediakan oleh voucher. Pendanaan publik untuk kasus-kasus kesulitan mungkin tetap, namun itu merupakan hal yang jauh berbeda daripada memiliki pemerintah yang mendanai sistem sekolah untuk 90 persen anak-anak yang bersekolah hanya karena 5 atau 10 persen di antara mereka mengalami kasus kesulitan keuangan. Undang-undang wajib sekolah merupakan justifikasi bagi kontrol pemerintah atas standar sekolah-sekolah swasta. Namun adalah jauh dari jelas bahwa terdapat justifikasi apapun bagi undang-undang wajib sekolah itu sendiri. Pandangan kita sendiri mengenai ini telah berubah seiring waktu. Ketika kita pertama kali menuliskan dengan panjang-lebar seperempat abad lalu mengenai topik ini, kita menerima perlunya undang-undang semacam itu dengan landasan bahwa "sebuah masyarakat demokratis yang stabil adalah mustahil tanpa tingkat minimum literasi dan pengetahuan pada bagian dari mayoritas warga negara." Kita terus meyakini itu, namun penelitian yang telah dikerjakan

sementara pada sejarah pendidikan di Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara lainnya telah mendorong kita bahwa wajib sekolah tidaklah perlu untuk mencapai standar minimum literasi dan pengetahuan tersebut. Sebagaimana dicatat, penelitian semacam ini telah menunjukkan bahwa pendidikan adalah hampir universal di Amerika Serikat

sebelum wajib belajar diberlakukan. Di Inggris, pendidikan juga hampir universal sebelum wajib sekolah atau pendanaan pemerintah atas pendidikan eksis. Seperti mayoritas hukum, undang-undang wajib sekolah memiliki biaya sebagaimana halnya manfaat. Kita tidak lagi memercayai manfaat menjustifikasi biaya. Kita menyadari bahwa pandangan ini mengenai pendanaan dan undang-undang wajib sekolah akan muncul kepada mayoritas pembaca dengan ekstrim. Itulah mengapa kita hanya menyatakannya di sini untuk mempertahankan catatan tetap lurus tanpa meminta dukungan baginya pada akhirnya. Alih-alih, kita berpindah pada voucher Plantitik tolak yang jauh lebih moderat dari praktik saat ini. Saat ini, alternatif yang tersedia luas terhadap sekolah publik lokal adalah sekolah di bawah naungan gereja. Hanya gereja-gereja berada dalam posisi untuk mensubsidi pendidikan pada skala luas dan hanya pendidikan yang disubsidi dapat bersaing dengan sekolah "gratis". (Mencoba menjual sebuah produk di mana seseorang lain memberikannya!) Voucher plan akan menghasilkan berbagai macam alternatifkecuali ia disabotase oleh standar berlebih yang kaku untuk "persetujuan." Pilihan di antara sekolah-sekolah publik itu sendiri akan meningkat drastis. Ukuran sebuah sekolah publik akan ditentukan oleh jumlah konsumen yang ditariknya, bukan oleh batasan geografi yang ditentukan secara politik atau oleh penempatan murid. Para orangtua yang mengakui sekolah-sekolah nirlaba, sebagaimana dimiliki oleh beberapa keluarga, akan

memastikan pendanaan untuk membayar biaya. Organisasi-organisasi sukarelaberkisar mulai dari vegetarian hingga Boy Scouts sampai pada YMCAdapat mendirikan sekolah-sekolah dan mencoba untuk menarik konsumen. Dan yang paling penting, jenis sekolah swasta baru dapat muncul untuk menangkap pasar luas yang baru. Mari kita pertimbangkan secara ringkas sebagian kemungkinan problem dengan voucher plan dan sebagian keberatan yang sudah muncul terhadapnya. (1) Isu negara-gereja. Jika orangtua dapat menggunakan voucher mereka untuk membayar uang sekolah di lembaga pendidikan yang dikelola oleh gereja, akankah itu melanggar Amandemen Pertama? Apakah ia demikian atau tidak, apakah diinginkan untuk mengadopsi kebijakan yang mungkin memperkuat peran lembaga-lembaga keagamaan di bidang pendidikan? Mahkamah Agung secara umum menetapkan terhadap hukum negara yang menyediakan bantuan kepada para orangtua yang mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah yang berada di bawah kelolaan gereja, meskipun ia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk memutuskan pada voucher plan lengkap yang mencakup baik sekolah publik maupun sekolah non-publik. Betapapun ia mungkin memutuskan pada rencana seperti itu, ia tampak jelas bahwa Pengadilan akan menerima sebuah rencana yang mengecualikan sekolah-sekolah yang terkait dengan gereja namun menerapkannya pada semua sekolah publik maupun sekolah swasta lain. Rencana terbatas sedemikian akan jauh superior terhadap sistem yang ada saat ini, dan mungkin tidak banyak inferior terhadap keseluruhan rencana yang tidak terbatas. Sekolah-sekolah yang sekarang terhubung dengan gereja dapat memenuhi kriteria dengan membagi kembali diri mereka sendiri ke dalam dua bagian: sebuah bagian sekuler yang direorganisasi sebagai sekolah

independen yang memenuhi syarat untuk mendapatkan voucher, dan bagian keagamaan yang direorganisasi sebagai aktivitas pasca-sekolah atau kegiatan Minggu yang dibayar secara langsung oleh orangtua atau melalui pendanaan gereja. Isu konstitusional akan diselesaikan oleh pengadilan. Namun adalah penting untuk menekankan bahwa voucher akan sampai kepada para orangtua, bukan kepada sekolah. Berdasarkan rancangan undang-undang GI, para veteran bebas untuk mengikuti pendidikan Katolik atau perguruan tinggi lain dan, sejauh yang kita ketahui, tidak ada isu Amandemen Pertama yang pernah muncul. Penerima Jaminan Sosial dan pembayaran kesejahteraan bebas untuk membeli makanan di gerai bazaar gereja dan bahkan untuk berkontribusi pada persembahan/kolekte dari subsidi pemerintah yang mereka terima, dengan tanpa pertanyaan Amandemen Pertama diajukan. Bahkan, kita meyakini bahwa penalti yang sekarang diberlakukan kepada para orangtua yang tidak mengirimkan anak mereka ke sekolah publik melanggar semangat Amandemen Pertama, apapun para pengacara dan hakim mungkin memutuskan mengenai isi tersebut. Sekolah-sekolah publik juga mengajarkan agamabukan sebuah agama yang formal, bersifat ke-Tuhan-an, namun serangkaian nilai-nilai dan keyakinan yang menggantikan agama dalam semuanya kecuali dari nama. Pengaturan saat ini mengurangi kebebasan beragama para orangtua yang tidak menerima pengajaran agama oleh sekolah-sekolah publik tetapi dipaksa membayar supaya anak-anak mereka diindoktrinasi dengannya, dan masih membayar lebih untuk membuat anak-anak mereka terhindar dari indoktrinasi ini. (2) Biaya finansial. Penolakan kedua terhadap voucher plan adalah ia akan menimbulkan biaya total kepada para pembayar pajak atas pendidikankarena biaya voucher diberikan

untuk sekitar 10 persen dari anak-anak yang sekarang bersekolah di lembaga yang dikelola oleh gereja dan sekolah swasta lain. Itulah "problem" hanya bagi mereka yang mengabaikan diskriminasi saat ini terhadap para orangtua yang mengirimkan anaknya ke sekolah-sekolah non-publik. Voucher universal akan mengakhiri kesenjangan dari penggunaan dana pajak untuk menyekolahkan sebagian anak namun tidak untuk yang lainnya. Pada peristiwa apapun, terdapat solusi yang sederhana dan langsung: membiarkan jumlah voucher menjadi memadai tidak sebanyak dibandingkan biaya saat ini per sekolah publik untuk mempertahankan total belanja publik tetap sama. Jumlah yang lebih kecil dibelanjakan dalam sebuah sekolah swasta yang kompetitif akan sangat cenderung menyediakan kualitas pendidikan yang lebih tinggi daripada jumlah lebih besar yang sekarang dibelanjakan pada sekolah-sekolah pemerintah. Saksikan secara drastis biaya yang lebih rendah per anak di sekolah-sekolah yang dikelola oleh gereja. (Fakta bahwa sekolah-sekolah elite, mewah itu mengenakan uang sekolah yang mahal adalah bukan kontra argumentasi, lebih daripada 12,25 dollar AS yang dikenakan oleh "21" Club untuk Hamburger Twenty-One-nya di tahun 1979 berarti bahwa McDonald's tidak dapat menjual sebuah hamburger dengan banyak laba 45 sen dan sebuah Big Mac 1,05 dollar AS.) (3) Kemungkinan kecurangan. Bagaimana seseorang dapat memastikan bahwa voucher dibelanjakan untuk pendidikan, tidak dialihkan untuk bir bagi sang ayah dan pakaian bagi sang ibu? Jawabannya adalah bahwa voucher harus dibelanjakan di sekolah yang ditunjuk atau pembentukan pengajaran yang disetujui serta dapat dicairkan menjadi uang tunai hanya oleh sekolah-sekolah bersangkutan. Itu tidak akan mencegah semua

kecuranganbisa jadi dalam bentuk "pembayaran kembali" kepada orangtuanamun ia seharusnya menjaga kecurangan pada level yang dapat ditoleransi. (4) Isu rasial. Voucher plan diadopsi untuk sementara waktu di sejumlah negara bagian di selatan untuk menghindari integrasi. Mereka diputuskan tidak konstitusional. Diskriminasi berdasarkan suatu voucher plan dapat dicegah paling tidak semudah di sekolah-sekolah publik dengan menebus voucher hanya dari sekolah-sekolah yang tidak melakukan diskriminasi. Masalah yang sulit telah merundung sebagian siswa atas voucher tersebut. Yakni kemungkinan bahwa pilihan sukarela dengan voucher mungkin meningkatkan pemisahan rasial dan kelas di sekolah-sekolah dan karenanya memperburuk konflik rasial serta mendorong masyarakat yang makin tersisihkan dan kian bersifat hirarki. Kita meyakini bahwa voucher plan akan dengan tepat memiliki dampak berlawanan; ia akan membuat konflik rasial menjadi lebih moderat dan mempromosikan suatu masyarakat di mana warga kulit hitam dan kulit putih bekerjasama dalam tujuan bersama, sementara saling menghormati satu sama lain atas hak-hak dan kepentingan yang terpisah. Banyak penolakan terhadap integrasi yang dipaksakan bukan mencerminkan rasisme namun kurang lebih ketakutan yang ditemukan mengenai keamanan fisik anakanak serta ketika ia dihasilkan dari pilihan, bukan paksaan. Sekolah-sekolah non-publik, sekolah berlabel keagamaan dan lainnya, seringkali berada di garis depan dari gerakan menuju integrasi. Kekerasan dari jenis itu yang terjadi di sekolah publik adalah kemungkinan hanya karena para korban dipaksa mengikuti sekolah di mana mereka melakukannya. Berikan mereka kebebasan efektif untuk memilih dan para siswakulit hitam dan kulit putih, kaya dan

miskin, Utara dan Selatanakan meninggalkan sekolah-sekolah yang tidak dapat mempertahankan tatanan. Disiplin jarang menjadi problem di sekolah swasta yang melatih para siswa seperti teknisi radio dan televisi, juru ketik dan sekretaris, atau untuk banyak sekali spesialisasi lainnya. Biarkan sekolah-sekolah berspesialisasi, sebagaimana sekolah swasta demikian, dan kepentingan bersama akan mengatasi bias warna serta menuntun pada lebih banyak integrasi daripada yang sekarang terjadi. Integrasi tersebut akan riil, tidak semata-mata di atas kertas. Skema voucher akan menghapuskan paksaan di mana mayoritas besar dari kulit hitam maupun kulit putih tidak menyetujuinya. Itu akan terjadi, dan bahkan mungkin meningkat, namun ia akan menjadi sukarelasebagaimana memaksa anak untuk ikut kelas musik dan menari sekarang ini. Kegagalan para pemimpin kulit hitam untuk mendukung voucher sudah lama membingungkan kita. Para konstituen mereka akan paling diuntungkan. Ia akan memberi mereka kontrol atas pendidikan anak-anaknya, menghapuskan dominasi oleh para politisi perkotaan dan, yang lebih penting, membentengi birokrasi pendidikan. Para pemimpin kulit hitam seringkali mengirimkan anak-anak mereka sendiri ke sekolah swasta. Mengapa mereka tidak membantu yang lainnya untuk melakukan yang sama? Jawaban tentatif kita adalah voucher juga akan membebaskan kaum kulit hitam dari dominasi oleh para pemimpin politiknya sendiri yang saat ini berusaha mengendalikan melalui pendidikan sebagai sumber patron politik dan kekuasaan. Namun, seiring peluang pendidikan yang terbuka kepada massa dari anak-anak kulit hitam terus memburuk, makin banyak para pendidik kulit hitam, kolumnis, dan para

pemimpin komunitas lain telah mulai mendukung voucher. Kongres Kesetaraan Rasial telah mendukung voucher sebagai papan tebal utama dalam agenda mereka. (5) Isu kelas ekonomi. Pertanyaan yang bisa jadi sudah membelah para siswa atas voucher lebih dari lainnya adalah kecenderungan dampaknya pada struktur kelas sosial dan ekonomi. Sebagian berargumentasi bahwa nilai besar dari sekolah publik menjadi titik pertemuan antara berbagai pihak yang berbeda, di mana si kaya dan si miskin, mereka yang pribumi maupun kelahiran asing, kulit hitam dan kulit putih sudah belajar untuk hidup bersama. Gambaran itu adalah sebagian besar benar untuk komunitaskomunitas kecil, namun hampir sepenuhnya keliru bagi kota-kota besar. Di sana, sekolah publik mendorong stratifikasi kependudukan, dengan mengikatkan jenis dan biaya pendidikan pada lokasi residensial. Adalah bukan kebetulan bahwa mayoritas sekolahsekolah publik terkemuka di negeri ini (Amerika, red) berada di wilayah berpendapatan tinggi. Sebagian besar anak-anak mungkin masih akan mengikuti sekolah dasar di lingkungannya berdasarkan voucher planbahkan, bisa jadi lebih dari sekarang karena rencana tersebut akan mengakhiri pemaksaan. Namun, karena voucher plan akan cenderung membuat kawasan residensial menjadi lebih heterogen, sekolah-sekolah lokal yang melayani komunitas apapun mungkin akan menjadi kurang homogen dibandingkan mereka saat ini. Sekolah-sekolah menengah akan hampir pasti kurang terstratifikasi. Sekolah-sekolah yang ditentukan berdasarkan ketertarikan bersamasatu penekanan, misalkan, seni; lainnya, sains; lainnya, bahasa asingakan menarik siswa/i dari beragam wilayah residensial. Tidak diragukan lagi seleksi diri masih akan meninggalkan elemen

besar kelas dalam komposisi jumlah siswa, tetapi elemen tersebut akan lebih sedikit dibandingkan yang ada saat ini. Satu fitur dari voucher plan yang sudah membangkitkan perhatian tertentu adalah kemungkinan bahwa orangtua dapat dan akan "menambahkan" pada voucher. Jika voucher senilai, misalkan, 1.500 dollar AS, orangtua dapat menambah 500 dollar AS lagi kepadanya serta mengirim anaknya ke sebuah sekolah yang mengenakan biaya 2.000 dollar AS. Sebagian khawatir bahwa hasilnya bahkan kesenjangan yang lebih lebar lagi dalam kesempatan pendidikan daripada yang sekarang eksis karena orangtua yang berpendapatan rendah tidak akan menambahi jumlah voucher sementara orangtua berpendapatan menengah dan atas akan melengkapinya secara besar-besaran. Kecemasan ini telah mendorong beberapa pendukung voucher plan untuk

mengemukakan agar "penambahan" dilarang. 1e Coons dan Sugarman menuliskan bahwa // kebebasan untuk menambah dollar AS privat membuat model Friedman tidak dapat diterima bagi banyak pihak, termasuk bagi kita sendiri. . . .Keluarga-keluarga tidak mampu menambahi dollar AS ekstra akan mempatronkan sekolah-sekolah yang tidak mengenakan biaya atas voucher, sementara mereka yang lebih kaya akan lebih bebas mendistribusikan diri mereka sendiri di antara sekolah-sekolah yang lebih mahal. Apa yang sekarang ini semata-mata pilihan pribadi atas kekayaan, mengamankan sepenuhnya dengan dana swasta, akan menjadi keistimewaan menyakitkan hati yang dibantu oleh pemerintah. . . .Ini menyerang komitmen nilai fundamental di mana pilihan rencana apapun harus mengamankan kesetaraan kesempatan keluarga untuk belajar di sekolah manapun yang berpartisipasi.

Bahkan berdasarkan pilihan rencana yang memperbolehkan penambahan uang sekolah, keluarga-keluarga miskin mungkin lebih diuntungkan dibandingkan kondisi mereka sekarang ini. Friedman berargumentasi banyak. Walaupun demikian, bagaimanapun banyak ia meningkatkan pendidikan mereka, pendanaan sadar pemerintah atas segregasi ekonomi melampaui toleransi kita. Jika skema Friedman hanyalah eksperimen secara politik yang bersemangat dengan pilihan, kita tidak akan antusias. 17 // Pandangan ini tampak bagi kita sebuah contoh dari tipe egaliterianisme yang didiskusikan dalam bab sebelumnya: membiarkan orangtua membelanjakan uang pada kehidupan liar tetapi mencoba mencegah mereka dari membelanjakan uang demi meningkatkan pendidikan anak-anak mereka. Ia terutama menonjol berasal dari Coons dan Sugarman, yang di lain tempat mengatakan, "Sebuah komitmen pada kesetaraan dengan pengorbanan yang disengaja atas perkembangan individu anak-anak tampak bagi kita korupsi final dari apapun yang baik dalam insting egaliter" 1 "sebuah sentimen di mana kita dengan bersemangat menyetujuinya. Dalam penilaian kita, mereka yang sangat miskin akan paling diuntungkan oleh voucher plan. Bagaimana seseorang dapat masuk akal menjustifikasi penolakan terhadap rencana tersebut, "bagaimanapun ia

meningkatkan pendidikan" kaum miskin, guna menghindari "pendanaan pemerintah terhadap" apa yang disebut para pengarang sebagai "segregasi ekonomi," bahkan jika ia dapat mendemonstrasikan untuk memiliki efek itu? Dan tentu saja, ia tidak bisa mendemonstrasikan memiliki efek tersebut. Secara kontras, kita dibujuk pada basis studi yang signifikan bahwa ia akan dengan tepat memiliki dampak berlawananmeskipun kita harus menyertai statemen itu dengan kualifikasi bahwa "segregasi ekonomi"

merupakan istilah yang begitu samar-samar di mana ia tidak mempunyai sarana apapun untuk menerangkan apa yang dimaksudnya. Agama egaliter begitu kuat di mana sebagian pendukung pembatasan voucher adalah tidak berkeinginan untuk menyetujui bahkan eksperimen-eksperimen dengan voucher tanpa pembatasan. Tetapi terhadap pengetahuan kita, tidak satupun pernah menawarkan apapun selain daripada penegasan yang tidak didukung guna menyokong ketakutan bahwa sistem voucher yang tidak dibatasi akan mendorong "segregasi ekonomi." Pandangan ini juga terlihat bagi kita merupakan contoh lain dari tendensi para intelektual untuk memburuk-burukkan para orangtua yang miskin. Bahkan mereka yang sangat miskin dapatdan mengerjakanmengorek-ngorek beberapa dollar AS ekstra untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak mereka, walaupun mereka tidak bisa menggantikan keseluruhan dari biaya yang ada sekarang ini pada sekolah publik. Kita menduga bahwa penambahan akan menjadi kerap di antara kaum miskin sebagaimana di antara sisanya, meskipun bisa jadi atas jumlah yang lebih kecil. Sebagaimana telah dicatat, pandangan kita sendiri adalah bahwa sebuah voucher yang tidak dibatasi akan menjadi cara yang paling efektif untuk mereformasi sistem pendidikan yang sekarang membantu membentuk kehidupan penderitaan, kemiskinan, dan kejahatan dari banyak anak dari kota-kota di sebelah dalam; bahwa ia akan merusakkan dasar dari banyak segregasi ekonomi sedemikian sebagaimana ia eksis saat ini. Kita tidak dapat menghadirkan dasar penuh untuk keyakinan kita di sini. Namun bisa jadi kita dapat mengubahkan pandangan kita masuk akal dengan sekadar mengingat kembali segi lain dari penilaian yang lebih terdahulu: apakah terdapat kategori barang dan jasa apapunselain dari proteksi terhadap kejahatanketersediaan dari yang saat ini

berbeda lebih lebar di antara kelompok-kelompok ekonomi dibandingkan kualitas pendidikan? Apakah supermarket tersedia bagi kelompok ekonomi yang berbeda sesuatu seperti divergensi dalam kualitas sebagaimana dalam hal sekolah? Voucher hampir tidak akan meningkatkan kualitas pendidikan yang tersedia kepada kaum kaya; kepada kelas menengah, dengan moderat; kepada kelas berpendapatan lebih rendah, dengan sangat banyak. Tentu saja manfaat kepada kaum miskin lebih daripada kompensasi untuk fakta bahwa sebagian kelompok kaya atau orangtua yang berpendapatan menengah akan menghindari membayar dua kali lipat untuk pendidikan anak-anak mereka. (6) Keraguan terhadap sekolah baru. Apakah ini bukan saluran impian? Sekolah-sekolah swasta sekarang hampir semua adalah sekolah di bawah kelolaan gereja atau akademi elite. Akankah dampak dari voucher plan sekadar untuk mensubsidi ini, sementara membiarkan kumpulan penghuni kawasan kumuh dalam sekolah-sekolah publik yang inferior? Alasan apa yang ada untuk menduga bahwa alternatif-alternatif akan benarbenar muncul? Alasan bahwa suatu pasar akan berkembang di mana ia tidak eksis saat ini. Kota-kota, negara bagian, dan pemerintah federal saat ini menghabiskan hampir 100 miliar dollar AS per tahun untuk sekolah dasar dan sekolah menengah. Jumlah itu ketiga lebih besar daripada jumlah total yang dibelanjakan setiap tahun di restoran dan bar untuk makanan dan minuman keras. Makin kecil jumlah tentu saja menyediakan variasi memadai atas restoran dan bar untuk masyarakat di setiap kelas dan tempat. Makin besar jumlah, atau bahkan fraksi darinya, akan menyediakan keragaman memadai terhadap sekolah-sekolah. Ia akan membuka suatu pasar yang luas yang dapat menarik banyak pendatang baru, baik dari sekolah-sekolah publik maupun dari pekerjaan lain. Ketika berbicara kepada

berbagai kelompok mengenai voucher, kita terkesan oleh sejumlah orang yang mengatakan sesuatu seperti, "Saya selalu ingin mengajar [atau mengelola sebuah sekolah] namun saya tidak dapat menghadapi birokrasi pendidikan, aturan pemerintahan, dan kekakuan umum dari sekolah publik. Berdasarkan rencana Anda, saya ingin mencobanya sendiri dengan memulai sebuah sekolah." Banyak dari sekolah-sekolah baru akan didirikan oleh kelompok-kelompok nirlaba. Lainnya akan didirikan untuk mencari laba. Tidak ada cara untuk memprediksi komposisi utama dari industri sekolah. Itu akan ditentukan oleh kompetisi. Satu prediksi yang dapat dibuat adalah bahwa sekolah-sekolah tersebut yang memuaskan konsumen mereka akan bertahansebagaimana restoran dan bar yang memuaskan konsumen mereka akan bertahan. Kompetisi akan menyaksikan itu. (7) Dampak pada sekolah publik. Adalah esensial untuk memisahkan retorika dari birokrasi sekolah dari problem riil yang akan dimunculkan. Asosiasi Pendidikan Nasional dan Federasi Guru Amerika mengklaim bahwa voucher akan menghancurkan sistem sekolah publik, di mana, menurut mereka, telah menjadi dasar dan pijakan dari demokrasi kita (Amerika, red). Klaim mereka tidak pernah disertai bukti apapun bahwa sistem sekolah publik saat ini mencapai hasil-hasil yang diklaim untuknyaapapun mungkin menjadi benar pada masa-masa lebih awal. Tidak juga juru bicara untuk organisasiorganisasi ini pernah mengklaim mengapa, jika sistem sekolah publik melakukan tugas yang demikian bagus, ia perlu mengkhawatirkan persaingan dari sekolah non-pemerintah, sekolah kompetitif atau, jika ia tidak demikian, mengapa siapapun seharusnya memprotes "perusakan"-nya.

Ancaman terhadap sekolah publik muncul dari cacat mereka, bukan dari pencapaiannya. Di komunitas yang kecil, dengan erat tersambung di mana sekolah publik, terutama sekolah dasar, adalah sekarang dengan masuk akal memuaskan, bahkan voucher plan yang paling komprehensif tidak akan memiliki banyak efek. Sekolah publik akan tetap dominan, bisa jadi agak dikembangkan oleh ancaman potensi persaingan. Namun di lain tempat, dan terutama di wilayah kumuh perkotaan di mana sekolah publik melakukan pekerjaan yang demikian buruk, mayoritas orangtua tidak akan ragu mencoba menyekolahkan anak mereka ke sekolah non-publik. Itu akan memunculkan sebagian kesulitan transisional. Orangtua yang paling perhatian atas kesejahteraan anak mereka akan cenderung menjadi yang pertama mentransfer anak mereka. Bahkan jika anak-anak mereka tidak lebih cerdas dari mereka yang bertahan, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan akan memiliki latar belakang kediaman yang lebih menguntungkan. Kemungkinan eksis bahwa sebagian sekolah publik akan ditinggalkan dengan "ampas," menjadi bahkan lebih miskin dalam kualitas daripada yang dipunyainya sekarang. Seiring pasar swasta mengambilalih, kualitas dari semua sekolah akan meningkat signifikan di mana bahkan yang paling buruk, sementara ia mungkin relatif rendah secara skala, akan menjadi lebih baik dalam kualitas absolut. Dan sebagaimana Harlem Prep dan eksperimen-eksperimen yang serupa telah mendemonstrasikan, banyak murid yang di antara "ampas" akan berkinerja baik di sekolah-sekolah yang memicu antusiasme sebagai ganti permusuhan atau apatis. Sebagaimana Adam Smith menempatkannya dua abad silam,

// Tidak ada disiplin pernah mewajibkan untuk memaksakan kehadiran atas pengajaranpengajaran yang benar-benar berharga untuk diikuti. . . .Paksaan dan pengekangan mungkin, tidak diragukan, menjadi sebagian derajat keharusan guna mewajibkan anakanak. . .untuk menghadiri bagian pendidikan tersebut di mana ia dipandang diperlukan bagi mereka untuk memerolehnya selama periode awal kehidupan; namun setelah usia 12 atau 13 tahun, setelah sang pemilik melaksanakan tugasnya, pemaksaan atau pengekangan dapat jarang diperlukan untuk membawa bagian apapun dari pendidikan. . . Bagian pendidikan tersebut, untuk diobservasi, untuk pengajaran di mana tidak ada institusi publik, adalah secara umum merupakan pengajaran terbaik." // HAMBATAN TERHADAP VOUCHER PLAN Sejak pertama diajukan voucher plan seperempat abad silam sebagai solusi praktis terhadap cacat dari sistem sekolah publik, dukungan telah bertumbuh. Sejumlah organisasi nasional condong kepadanya sekarang.'' Sejak tahun 1968 Kantor Federal Peluang Ekonomi dan kemudian Institut Pendidikan Federal mendorong dan mendanai studi-studi tentang voucher plan serta menawarkan membantu pendanaan eksperimental voucher plan. Pada 1978 sebuah amandemen konstitusional menjalani pemungutan suara di Michigan untuk memberi mandat pada voucher plan. Di tahun 1979 sebuah gerakan berlangsung di California untuk mengkualifikasi amandemen konstitusional yang memberi mandat voucher plan untuk pemungutan suara 1980. Sebuah lembaga nirlaba belakangan dibentuk guna mengeksplorasi voucher pendidikan." Di tingkatan federal, rancangan undang-undang yang menyediakan kredit terbatas terhadap pajak untuk uang sekolah yang dibayarkan pada sekolah non-publik beberapa kali hampir diloloskan. Sementara ia bukan merupakan voucher plan yang patut, ia merupakan varian parsial,

parsial karena keterbatasan pada ukuran kredit maupun karena kesulitan untuk mencakup orang-orang dengan utang pajak yang rendah atau mereka yang tanpa tagihan pajak sama sekali. Persepsi kepentingan diri sendiri dari birokrasi pendidikan merupakan hambatan kunci untuk memperkenalkan kompetisi pasar di dunia pendidikan. Kelompok kepentingan ini, di mana, sebagaimana Profesor Edwin G. West mendemonstrasikannya, memainkan peran kunci dalam pembentukan sekolah publik di Inggris dan Amerika Serikat, telah secara tegas menentang setiap upaya untuk memelajari, mengeksplorasi, atau bereksperimen dengan voucher plan. Kenneth B. Clark, seorang pendidik kulit hitam dan psikolog, mengikhtisarkan perilaku dari birokrasi sekolah: //. . . ia tidak terlihat bahwa perubahan diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dari sekolah-sekolah publik kita di perkotaan karena mereka seharusnya demikian. . . .Apa yang paling penting dalam memahami kemampuan pembentukan pendidikan untuk melawan perubahan adalah fakta bahwa sistem sekolah publik merupakan monopoli publik terproteksi dengan hanya persaingan minimal dari sekolah swasta dan sekolah yang berada di bawah naungan lembaga keagamaan. Beberapa kritik dari sekolah-sekolah publik perkotaan di Amerikabahkan yang keras seperti diri saya sendiriberani untuk mempertanyakan pemberian dari organisasi pendidikan publik yang ada sekarang ini. . . . Tidak juga berani pertanyaan kritik relevansi dari kriteria dan standar untuk memilih pengawas, kepala sekolah, guru, atau relevansi dari semua ini terhadap tujuan dari pendidikan publikmenghasilkan literasi dan menginformasikan publik untuk

melakukan bisnis demokrasidan terhadap tujuan menghasilkan umat manusia dengan

sensitivitas sosial serta martabat dan kreativitas dan respek bagi kemanusiaan pihak lainnya. Sebuah monopoli tidak memerlukan keprihatinan sungguh-sungguh sendiri dengan halhal ini. Sepanjang sistem sekolah lokal dapat memastikan bantuan negara serta peningkatan bantuan federal tanpa akuntabilitas yang tidak terhindarkan muncul dengan kompetisi agresif, ia akan menjadi sentimentil, keinginan pemikiran untuk mengharapkan peningkatan signifikan apapun dalam efisiensi dari sekolah-sekolah publik kita. Jika tidak ada alternatif-alternatif terhadap sistem yang ada sekarang inikekurangan sekolah swasta dan sekolah di bawah pengelolaan gereja, yang mendekati batasan ekspansi merekakemudian kemungkinan pengembangan dalam pendidikan publik menjadi terbatas. 22 // Validitas dari penilaian ini kemudian didemonstrasikan oleh reaksi pembentukan pendidikan pada tawaran pemerintah federal untuk mendanai eksperimen-eksperimen pada voucher. Inisiatif-inisiatif yang menjanjikan kemudian dikembangkan dalam sejumlah komunitas yang signifikan. Hanya satudi Alum Rock, Californiaberhasil. Ia teramat timpang. Kasus yang kita tahu dengan paling baik, dari pengalaman pribadi, adalah di New Hampshire, di mana William P. Bittenbender, waktu itu ketua Dewan Pendidikan Negara, berdedikasi untuk melakukan sebuah eksperimen. Kondisi-kondisi terlihat bagus sekali, pendanaan dijamin oleh pemerintah federal, rencana-rencana detail disusun, komunitas-komunitas eksperimental dipilih, kesepakatan pendahuluan dari para orangtua dan administrator telah diperoleh. Ketika semuanya terlihat siap untuk melangkah, komunitas-komunitas secara bergantian dibujuk oleh pengawas lokal sekolah

atau tokoh terkemuka lain dalam pembentukan pendidikan untuk menarik diri dari eksperimen yang diajukan, dan keseluruhan spekulasi itupun kolaps. Eksperimen Alum Rock sebenarnya hanya satu-satunya yang akan dilaksanakan, dan ia hampir bukan tes voucher yang layak. Ia terbatas pada beberapa sekolah publik dan tidak memperbolehkan tambahan pada pendanaan pemerintah dari orangtua maupun pihak lainnya. Sejumlah apa yang disebut sebagai sekolah-sekolah mini didirikan, masingmasing dengan kurikulum berbeda. Selama tiga tahun, para orangtua dapat memilih anak mereka akan bersekolah di mana. 23 Sebagaimana Don Ayers, yang berperan dalam eksperimen, mengatakan, "Kemungkinan hal yang paling signifikan terjadi adalah bahwa para guru untuk pertama kalinya memiliki sebagian kekuatan dan mereka mampu membangun kurikulum guna memenuhi kebutuhan anak-anak sebagaimana mereka menyaksikannya. Negara dan dewan sekolah lokal tidak mendiktekan jenis kurikulum yang dipakai di McCollam School. Para orangtua menjadi terlibat di sekolah. Mereka mengikuti lebih banyak pertemuanpertemuan. Mereka juga memiliki kewenangan untuk menarik anaknya keluar dari sekolah mini tertentu jika mereka memilih sekolah mini lain." Meskipun keterbatasan lingkup dari eksperimen tersebut, memberi para orangtua pilihan yang lebih besar mempunyai dampak besar pada kualitas pendidikan. Dalam hal

mengenai tes skor, McCollam School melangkah dari posisi ke-13 menjadi di tempat kedua di antara sekolah-sekolah di distriknya. Namun eksperimen sekarang berakhir, diakhiri oleh pembentukan pendidikannasib yang sama yang menimpa Harlem Prep.

Perlawanan yang sama muncul di Inggris Raya, di mana kelompok yang secara ekstrim efektif dan dikenal sebagai FEVER (Friends of the Education Voucher Experiment in Representative Regions) mencoba selama empat tahun untuk memperkenalkan eksperimen di sebuah kota kecil Kent, Inggris. Otoritas yang memerintah telah condong ke sana, namun pembentukan pendidikan telah dengan tegas ditentang. Perilaku para pendidik profesional terhadap voucher dengan baik diekspresikan oleh Dennis Gee, kepala sebuah sekolah di Ashford, Kent, sekaligus sekretaris serikat pekerja guru lokal: "Kami melihat ini sebagai sebuah penghalang antara kami dengan orangtua ini menempel pada sepotong kecil kertas [misalnya, voucher] di tangan merekamasuk dan memaksaAnda akan melakukan ini atau hal yang lainnya. Kami melakukan penilaian karena kami meyakini ia merupakan kepentingan terbaik dari setiap Willie dan setiap Johnny kecil yang kita dapatkandan bukan karena seseorang mulai mengatakan `jika Anda tidak mengerjakannya, kami akan melakukan itu.' Ia merupakan jenis filsafat dari dunia bisnis di mana kita berkeberatan." Dengan kata lain, Tuan Gee berkeberatan memberi konsumen, dalam kasus ini adalah orangtua, apapun untuk menyatakan mengenai jenis pendidikan yang didapat oleh anaknya. Alih-alih, dia menginginkan para birokrat untuk memutuskan. "Kita dapat dipertanggungjawabkan," ujar Tuan Gee, // kepada para orangtua melalui badan pengelolaan kita, melalui inspektorat pada Dewan Kota Kent, dan melalui inspektorat Yang Mulia kepada Menteri Luar Negeri. Ini adalah masyarakat, para profesional, yang mampu melakukan penilaian secara profesional. Saya tidak yakin bahwa para orangtua mengetahui apa pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Mereka mengetahui apa yang terbaik bagi mereka untuk dimakan. Mereka

mengetahui lingkungan terbaik yang dapat mereka disediakan di rumah. Namun kita telah dilatih untuk memastikan problem anak-anak, guna mendeteksi kelemahannya, untuk menempatkan dengan tepat hal-hal tersebut yang memerlukan untuk ditempatkan dengan tepat, dan kita ingin mengerjakan ini dengan bebas, dengan kerjasama dari para orangtua dan tidak berada di bawah ketegangan yang tidak semestinya. // Tidak perlu untuk dikatakan, paling tidak sebagian orangtua memandang hal-hal dengan sangat berbeda. Seorang pekerja listrik lokal dan isterinya di Kent harus terlibat dalam persengketaan selama setahun dengan bikrokrasi agar anaknya bisa masuk ke sekolah yang mereka pandang adalah paling cocok dengan kebutuhannya. Ujar Maurice Walton, // Seiring sistem yang ada sekarang berdiri, saya pikir kita para orangtua tidak mempunyai kebebasan untuk memilih apapun. Mereka dituturkan apa yang baik untuk mereka oleh para guru. Mereka dituturkan bahwa para guru melakukan pekerjaan yang bagus, dan mereka tidak memiliki apapun untuk dikatakan. Jika sistem voucher diperkenalkan, saya berpikir ia akan membawa para guru dan orangtua bersama-sama Saya berpikir lebih dekat. Orangtua yang khawatir tentang anaknya akan memindahkan anaknya itu dari sekolah yang tidak memberikan pelayanan yang baik dan memindahkannya ke sekolah yang mampu memberikan hal tersebut. . . .Jika sebuah sekolah menjadi tercerai-berai karena ia tidak memeroleh apapun kecuali vandalisme, ia secara umum kekurangan disiplin, dan anak-anak tidak belajarya, itu sebuah hal yang bagus dari sudut pandang saya. Saya dapat memahami para guru mengatakan itu senjata di kepala saya, namun mereka memeroleh senjata yang sama pada kepala para orangtua di saat itu. Orangtua pergi

kepada guru dan berkata, baiklah, saya tidak puas dengan apa yang Anda kerjakan, dan guru bisa mengatakan, walaupun demikian ia baik. Anda tidak dapat membawanya pergi, Anda tidak bisa memindahkannya, Anda tidak dapat melakukan apa yang Anda sukai, jadi pergilah dan berhenti mengganggu saya. Itu bisa menjadi perilaku dari sebagian guru sekarang ini, dan seringkali demikian. Namun sekarang bahwa posisi menjadi berbalik [dengan voucher] dan aturan berubah, saya hanya dapat mengatakan keras bagi para guru. Biarkan mereka menarik kaus kakinya dan memberi kita kesepakatan yang lebih baik serta membiarkan kita berpartisipasi lebih banyak. // Meskipun oposisi terus-menerus dari pembentukan pendidikan, kita meyakini bahwa voucher atau ekivalen mereka akan diperkenalkan dalam sebagian bentuk atau lainnya segera. Kita lebih optimistis di area ini daripada dalam kesejahteraan karena pendidikan menyentuh begitu banyak dari kita dengan begitu mendalam. Kita berkeinginan untuk membuat usaha yang jauh lebih besar guna meningkatkan pendidikan anak-anak kita daripada untuk mengeliminasi sampah dan ketidaksetaraan dalam distribusi bantuan. Ketidakpuasan dengan pendidikan sudah meningkat. Sejauh ini kita dapat melihat, pilihan orangtua yang kian besar merupakan satu-satunya alternatif yang tersedia untuk mengurangi ketidakpuasan itu. Voucher tetap ditolak dan tetap muncul dengan dukungan yang makin besar. PENDIDIKAN TINGGI: PROBLEM Problem level pendidikan yang lebih tinggi di Amerika sekarang ini, seperti di tingkatan pendidikan dasar dan menengah, adalah ganda: kualitas dan kesetaraan. Namun berkenaan dengan ketidakhadiran wajib belajar mengubah masalah dengan signifikan. Tidak seorang pun dipersyaratkan oleh hukum untuk mengikuti pendidikan di level yang

lebih tinggi. Sebagai hasilnya, para siswa mempunyai banyak pilihan mengenai beraneka macam perguruan tinggi atau universitas yang dapat diikuti jika mereka memilih untuk melanjutkan pendidikannya. Bermacam-macam pilihan meringankan problem kualitas, namun memperburuk problem keadilan. Kualitas. Karena tidak seorang pun berkuliah di perguruan tinggi atau universitas melawan keinginannya (atau mungkin keinginan para orangtuanya), tidak ada institusi dapat eksis yang tidak memenuhi, paling tidak pada derajat minimal tertentu, permintaan dari para mahasiswanya. Ini tetap menjadi problem yang sangat berbeda. Di lembaga-lembaga pemerintahan di mana uang kuliah adalah rendah, para mahasiswa merupakan konsumen kelas dua. Mereka merupakan objek amal yang sebagian disokong dengan membebani pembayar pajak. Fitur ini memengaruhi para mahasiswa, fakultas, dan administrator. Uang kuliah yang murah berarti bahwa sementara perguruan tinggi serta universitas di kota atau negara bagian menarik banyak para mahasiswa serius yang tertarik dalam memeroleh pendidikan, mereka juga menarik banyak pemuda dan pemudi yang datang karena biayanya murah, perumahan residensial dan makanan disubsidi, dan yang terpenting, banyak kaum muda lain berada di sana. Bagi mereka, perguruan tinggi merupakan jeda yang menyenangkan antara sekolah menengah dengan masa bekerja. Mengikuti perkuliahan, mengambil ujian, memeroleh nilai kelulusanini merupakan harga yang mereka bayar untuk keuntungan lain, bukan alasan utama mereka bersekolah. Satu akibat adalah tingginya tingkat drop-out. Misalnya, di University of California in Los Angeles, salah satu universitas negeri yang dipandang terbaik di negara itu, hanya sekitar separo dari mereka yang mengikuti pendidikan menyelesaikan level sarjanadan

ini merupakan tingkat kelulusan yang tinggi bagi institusi-institusi pendidikan tinggi. Sebagian transfer drop out kepada lembaga-lembaga lain, tetapi di mana mengubah gambaran dalam detail. Akibat lain adalah atmosfer di ruang kelas yang seringkali menekan daripada menginspirasi. Tentu saja, situasinya tidak ada yang seragam. Para mahasiswa dapat memilih mata kuliah dan dosen berdasarkan minat mereka. Di setiap perguruan tinggi, para mahasiswa dan dosen yang serius menemukan cara untuk bersama-sama dan mencapai tujuan mereka. Namun kembali, itu hanya penyeimbang kecil terhadap pembuangan waktu dari para mahasiswa serta uang dari para wajib pajak. Terdapat para dosen yang baik di perguruan tinggi dan universitas di kota serta di negara bagian sebagaimana mahasiswa yang berminat. Namun penghargaan bagi fakultas dan administrator di lembaga-lembaga presitisius pemerintah tidak bagus untuk pengajaran program sarjana. Para anggota fakultas mengalami kemajuan berdasarkan hasil dari penelitian dan publikasi; peningkatan administrator dengan menarik pemberian yang lebih besar dari legislatif negara. Akibatnya, bahkan universitas negeri yang paling terkenalUniversity of California at Los Angeles atau University of California at Berkeley, University of Wisconsin, atau University of Michigantidak terperhatikan untuk pengajaran program sarjana. Reputasi mereka adalah untuk kerja, penelitian serta tim atletik pascasarjanayang merupakan pembayaran bagi hal tersebut. Situasinya sangat berbeda pada lembaga-lembaga swasta. Para mahasiswa di lembagalembaga tersebut membayar uang kuliah mahal yang mencakup banyak hal jika tidak merupakan sebagian besar dari biaya pendidikan mereka. Dana tersebut berasal dari orangtua, dari pendapatan para mahasiswa sendiri, dari pinjaman, atau dari bantuan

beasiswa. Hal yang penting adalah bahwa para mahasiswa merupakan konsumen primer; mereka membayar untuk apa yang mereka dapatkan dan mereka menginginkan uang mereka bernilai. Perguruan tinggi menjual pendidikan dan mahasiswa membeli pendidikan. Sebagaimana dalam mayoritas pasar swasta, kedua pihak mempunyai insentif kuat untuk saling melayani. Jika perguruan tinggi tidak menyediakan jenis pendidikan yang diinginkan oleh mahasiswa, maka mahasiswa ini dapat pergi ke tempat lain. Mahasiswa menginginkan nilai penuh atas uang mereka. Sebagaimana seorang mahasiswa program sarjana di Dartmouth College, sebuah perguruan tinggi swasta yang prestisius, menyatakan, "Ketika Anda melihat masing-masing perkuliahan bernilai 35 dollar AS dan Anda memikirkan hal yang lain Anda dapat lakukan dengan 35 dollar AS itu, Anda akan sangat memastikan bahwa Anda akan mengikuti perkuliahan tersebut." Satu akibatnya adalah bagian dari mahasiswa yang masuk ke institusi-institusi swasta yang menyelesaikan pendidikan sarjana adalah jauh lebih tinggi daripada di lembagalembaga pemerintah95 persen di Dartmouth dibandingkan 50 percen di UCLA. Persentase di Dartmouth kemungkinan tinggi bagi institusi-institusi swasta, sebagaimana persentase UCLA bagi lembaga pemerintah, namun perbedaan itu bukannya tidak lazim. Dalam satu hal gambaran perguruan tinggi dan universitas swasta ini terlalu disederhanakan. Selain pendidikan, mereka menghasilkan dan menjual dua produk lain: monumen dan riset. Individu-individu dan yayasan swasta telah mendonasikan sebagian besar gedung dan fasilitas di perguruan tinggi dan universitas swasta, serta telah menganugerahkan jabatan guru besar serta beasiswa. Banyak dari riset itu didanai di luar dari pendapatan dari penganugerahan atau di luar dari dana khusus dari pemerintah

federal atau sumber lain untuk tujuan tertentu. Para donor telah berkontribusi di luar keinginan untuk mempromosikan sesuatu yang mereka pandang diinginkan. Selain itu, menamakan gedung, jabatan guru besar, dan beasiswa juga mengenang seorang individu, di mana mengapa kita mengacunya sebagai monumen. Kombinasi menjual pendidikan serta monumen menjadi contoh banyak kemampuan kreatif yang tidak terapresiasi dengan baik dari kerjasama sukarela melalui pasar dalam mengendalikan kepentingan diri sendiri pada tujuan sosial yang lebih luas. Henry M. Levin, mendiskusikan pendanaan pendidikan tinggi menuliskan, "[Adalah diragukan apakah pasar akan mendukung departemen Sastra Yunani dan Romawi kuno atau banyak dari program perkuliahan di bidang seni dan kesusasteraan yang mempromosikan hasil pengetahuan dan kebudayaan yang diyakini secara luas memengaruhi kualitas umum dari kehidupan dalam masyarakat kita. Satu-satunya cara aktivitas ini dapat

berkesinambungan adalah melalui subsidi sosial langsung," di mana dia memaksudkan dana pemerintah." Levin jelas keliru. Pasardiinterpretasikan secara luastelah mendukung aktivitas sosial di lembaga-lembaga swasta. Dan ia dengan tepat karena mereka menyediakan manfaat umum bagi masyarakat, daripada melayani kepentingan diri sendiri yang segera dari penyedia dana, bahwa mereka atraktif bagi donor. Misalkan Nyonya X menginginkan memberikan penghormatan kepada suaminya, Tuan X. Akankah dia, atau siapapun lainnya, memandangnya sebagai banyak dari penghargaan untuk membuat perusahaan ABC Manufacturing (di mana mungkin monumen riil Tuan X dan kontribusinya terhadap kesejahteraan sosial) menamakan sebuah pabrik yang baru dibangun bagi namanya? Di lain pihak, jika Nyonya X mendanai sebuah perpustakaan atau bangunan lain yang dinamakan dengan nama Tuan X di sebuah universitas, atau

sebuah pemberian gelar guru besar atau beasiswa, itu akan dipandang sebagai penghormatan riil kepada Tuan X. Ia akan dipandang dengan tepat demikian karena ia mencerminkan layanan publik. Para mahasiswa berpartisipasi dalam usaha bersama untuk menghasilkan perkuliahan, monumen, dan penelitian dalam dua arah. Mereka merupakan konsumen, tetapi juga sekaligus karyawan. Dengan memfasilitasi penjualan monumen dan penelitian, mereka berkontribusi terhadap pendanaan yang tersedia bagi perkuliahan, dengan demikian pendapatan, sebagaimana ia demikian, merupakan bagian dari jalan mereka. Ini merupakan contoh lain tentang betapa rumit dan samar-samar jalan serta potensi dari kerjasama sukarela. Banyak lembaga-lembaga pendidikan tinggi pemerintah secara nominal pada faktanya bercampur-aduk. Mereka mengenakan uang kuliah dan dengan demikian menjual pendidikan kepada mahasiswa. Mereka menerima bantuan untuk pembangunan dan sejenisnya serta menjual monumen. Mereka menerima kontrak dari badan pemerintah atau dari perusahaan swasta untuk terlibat dalam penelitian. Banyak universitas negeri mempunyai pemberian swasta yang besarUniversity of California at Berkeley, University of Michigan, University of Wisconsin, adalah beberapa di antaranya. Impresi kita adalah bahwa performa pendidikan dari lembaga secara umum menjadi lebih memuaskan, peran lebih besar dari pasar. Keadilan. Dua justifikasi secara umum ditawarkan untuk menggunakan uang pajak guna mendanai pendidikan tinggi. Satu, dikemukakan di atas oleh Tuan Levin, adalah bahwa pendidikan tinggi menghasilkan "manfaat sosial" atas manfaat yang bertumbuh kepada

mahasiswa itu sendiri; kedua adalah bahwa pendanaan pemerintah diperlukan untuk mempromosikan "kesetaraan peluang pendidikan." (i) Manfaat sosial. Ketika kita pertama kali memulai menuliskan mengenai pendidikan tinggi, kita memiliki kesepakatan bagus atas simpati bagi justifikasi pertama. Kita tidak lagi demikian. Sementara kita sudah mencoba mendorong orang-orang yang membuat argumentasi ini untuk menjadi spesifik mengenai dugaan manfaat sosial. Jawabannya adalah hampir selalu sekadar ilmu ekonomi yang buruk. Kita diberitahu bahwa bangsa diuntungkan dengan memiliki lebih banyak orang yang lebih berkeahlian dan terlatih, bahwa investasi dalam menyediakan keahlian seperti ini adalah penting bagi pertumbuhan ekonomi, di mana orang-orang yang lebih terlatih memunculkan produktivitas bagian lain dari kita. Pernyataan ini adalah benar. Namun tidak satupun merupakan alasan valid untuk mensubsidi pendidikan tinggi. Masing-masing statemen akan secara setara tepat jika dibuat mengenai modal fisik (misalnya, mesin-mesin, bangunan pabrik, dan lainnya.), namun sulit siapapun akan menyimpulkan bahwa uang pajak seharusnya dipergunakan untuk mensubsidi investasi modal dari General Motors atau General Electric. Jika pendidikan tinggi meningkatkan produktivitas ekonomi dari individu-individu, mereka dapat menangkap pengembangan itu melalui pendapatan yang lebih tinggi, sehingga mereka memiliki insentif privat untuk memeroleh pelatihan. Tangan tak tampak dari Adam Smith membuat kepentingan privat mereka melayani kepentingan sosial. Ia melawan kepentingan sosial untuk mengubah kepentingan pribadi mereka dengan mensubsidi pendidikan. Mahasiswa ekstramereka yang hanya akan berkuliah jika ia disubsidi adalah dengan tepat seseorang yang menilai bahwa manfaat

yang mereka terima adalah kurang dibandingkan biayanya. Jika tidak mereka akan bersedia membayar sendiri biayanya. Terkadang jawabannya adalah baik secara ilmu ekonomi namun ia didukung lebih oleh penegasan daripada oleh pembuktian. Contoh yang paling belakangan adalah laporan Komisi Pendidikan Tinggi khusus yang dibentuk oleh Carnegie Foundation. Dalam salah satu dari laporan finalnya, Higher Education: Who Pays? Who Benefits? Who Should Pay?, komisi meringkaskan dugaan "manfaat sosial." Daftarnya berisikan argumentasiargumentasi ekonomi yang tidak valid didiskusikan dalam paragraf pendahuluanyakni, ia memperlakukan manfaat yang bertumbuh terhadap orang-orang yang memeroleh pendidikan sebagaimana mereka merupakan manfaat bagi pihak ketiga. Namun daftarnya juga mencakup sebagian dari dugaan keuntungan di mana, jika mereka terjadi, akan bertumbuh terhadap orang-orang lain daripada mereka yang menerima pendidikan, dan karena itu bisa jadi menjustifikasi sebuah subsidi: "kemajuan umum dari

pengetahuan. . . ; keefektifan lebih besar dari masyarakat yang demokratis. . . ; keefektifan sosial yang lebih besar melalui resultan pemahaman yang lebih baik dan saling bertoleransi di antara individu dan kelompok; pemeliharaan yang lebih efektif dan perluasan pewarisan kebudayaan." 26 Komisi Carnegie adalah hampir unik paling tidak memberikan sebagian pemanis bibir terhadap kemungkinan "hasil negatif dari pendidikan yang lebih tinggi"memberikan sebagai contoh, namun, hanya "frustasi individu yang diakibatkan dari surplus saat ini dari para pemegang gelar doktor (Ph.D.) (yang bukan merupakan sosial tetapi sebuah dampak individu) dan ketidakbahagiaan publik dengan masa lalu pecahnya gangguan kampus." 26 Perhatikan betapa selektif dan bias daftar dari benefit serta hasil negatif." Di

negara-negara seperti India, sebuah kelas lulusan universitas yang tidak dapat menemukan pekerjaan yang mereka pandang sesuai dengan pendidikannya telah menjadi sumber keresahan sosial yang besar serta ketidakstabilan politik. Di Amerika Serikat "ketidakbahagiaan publik" hampir bukan satu-satunya, atau bahkan dampak utama, negatif dari "gangguan kampus." Yang jauh lebih penting adalah dampak berkebalikan pada pengelolaan universitas-universitas, pada "efektivitas politik dari sebuah masyarakat demokratis," pada "keefektifan sosial masyarakat melalui. . .pemahaman lebih baik dan saling toleransi"seluruhnya dikutip oleh komisi, tanpa kualifikasi, sebagai manfaat sosial dari pendidikan tinggi. Laporan secara unik juga mengakui bahwa "tanpa subsidi publik apapun, sebagian dari manfaat sosial pendidikan tinggi akan muncul sebagai dampak sampingan dari pendidikan yang didanai swasta dalam kasus apapun."
27

Namun di sini kembali ia

sekadar pemanis bibir. Meskipun komisi mensponsori banyak dan studi khusus yang mahal, ia tidak melakukan usaha serius untuk mengidentifikasi dugaan dampak sosial dalam cara sedemikian guna memperbolehkan bahkan perkiraan kuantitatif kasar dari pentingnya mereka atau dari derajat di mana mereka dapat tercapai tanpa subsidi publik. Akibatnya, ia tidak menawarkan bukti apapun di mana dampak sosial berada dalam keseimbangan positif atau negatif, membiarkan sendirian di mana dampak positif bersih apapun secara memadai adalah cukup guna menjustifikasi banyak miliaran dollar AS dari uang pembayar pajak yang dibelanjakan pada pendidikan tinggi. Komisi memuaskan dirinya sendiri dengan menyimpulkan bahwa "tidak ada metoda yang tepatatau bahkan tidak tepatyang eksis guna menilai manfaat sosial dan individu sebagaimana terhadap biaya privat dan publik." Namun itu tidak mencegahnya dari

merekomendasikan dengan kukuh dan secara tanpa ambigu peningkatan dalam subsidi pemerintah yang sudah masif atas pendidikan tinggi. Dalam penilaian kita ini merupakan pembelaan spesial, murni dan sederhana. Komisi Carnegie dikepalai oleh Clark Kerr, mantan Ketua Universitas dan Presiden University of California, Berkeley. Dari 18 anggota komisi, termasuk Kerr, sembilan orang adalah atau pernah mengepalai institusi-institusi pendidikan tinggi, dan lima lainnya merupakan profesional yang terasosiasi dengan lembaga pendidikan tinggi. Sisa empat orang lain telah menjabat di dewan penyantun atau pengawas universitas. Komunitas akademik tidak memiliki kesulitan dalam mengakui dan mengolok-olok pada pembelaan khusus di mana pebisnis bergerak ke Washington di bawah bendera perusahaan bebas untuk menuntut tarif bea masuk, kuota, dan manfaat khusus lain. Apa yang dikatakan dunia akademik mengenai komisi industri baja, di mana 14 dari 18 orang anggota adalah berasal dari industri baja, yang merekomendasikan ekspansi besar dalam subsidi pemerintah terhadap industri baja? Namun kita tidak mendengar apapun dari dunia akademik mengenai rekomendasi yang dapat diperbandingkan dari Komisi Carnegie. (ii) Peluang pendidikan yang setara. Promosi "peluang pendidikan yang setara" merupakan justifikasi utama yang secara umum ditawarkan bagi penggunaan dana pajak untuk mendanai pendidikan yang lebih tinggi. Dalam kata-kata Komisi Carnegie, "Kita telah mendukung. . .publik yang lebih besarbagian pembayaran moneter untuk pendidikan pada basis temporer guna membuat kemungkinan kesetaraan yang lebih besar atas peluang pendidikan."
28

Dalam kata-kata dari induk Carnegie Foundation,

"Pendidikan tinggi merupakan. . . sebuah jalan utama bagi kesetaraan peluang yang lebih

besar, makin mendahulukan mereka yang berasal dari keluarga berpendapatan rendah dan oleh mereka yang merupakan kaum perempuan serta anggota kelompok minoritas." 2 Tujuannya adalah mengagumkan. Fakta statemen itu adalah benar. Namun terdapat hubungan yang hilang antara yang satu dengan lainnya. Adakah tujuan telah dipromosikan atau justru dihambat oleh subsidi pemerintah? Apakah pendidikan tinggi menjadi sebuah "jalan utama terhadap kesetaraan peluang yang lebih besar" karena atau meskipun subsidi pemerintah? Satu statistik sederhana dari laporan Komisi Carnegie mengilustrasikan problem interpretasi: 20 persen dari mahasiswa perguruan tinggi dari keluarga dengan pendapatan di bawah 5.000 dollar AS di tahun 1971 berkuliah di lembaga-lembaga swasta; 17 persen dari keluarga dengan pendapatan antara 5.000 dollar AS dan 10.000 dollar AS; 25 persen dari keluarga dengan pendapatan di atas 10.000 dollar AS. Dengan kata lain, lembagalembaga swasta menyediakan lebih banyak peluang bagi kaum muda dan kaum perempuan di level yang paling bawah sebagaimana di bagian puncak skala pendapatan daripada yang dikerjakan oleh institusi-institusi pemerintah. 3 Dan ini hanyalah puncak dari gunung es. Orang-orang dari keluarga berpendapatan menengah dan atas yang dua atau tiga kali lebih cenderung untuk berkuliah di perguruan tinggi sebagaimana orang-orang dari kelompok berpendapatan lebih rendah, dan mereka bersekolah untuk lebih banyak tahun di lembaga-lembaga yang lebih mahal (empat tahun di perguruan tinggi dan universitas daripada dua tahun di akademi). Akibatnya, para siswa dari keluarga berpendapatan lebih tinggi memeroleh manfaat dari sebagian besar subsidi. 3t

Sebagian orang dari keluarga miskin memeroleh manfaat dari subsidi pemerintah. Secara umum, mereka adalah di antara kaum miskin yang lebih baik situasinya. Mereka mempunyai kualitas dan keahlian manusia yang akan memungkinkan mereka diuntungkan dari pendidikan tinggi, keahlian yang akan juga memungkinkan mereka untuk memeroleh pendapatan lebih tinggi tanpa pendidikan di perguruan tinggi. Dalam peristiwa apapun, mereka ditakdirkan untuk menjadi yang lebih baik di masyarakat. Dua studi rinci, satu untuk Florida, satunya bagi California, menggarisbawahi derajat di mana pemerintah membelanjakan transfer pendidikan tinggi dari kelompok

berpendapatan rendah kepada kelompok berpendapatan tinggi. Studi Florida membandingkan manfaat total orang-orang di setiap empat kelas pendapatan yang menerima pada 19671968 dari belanja pemerintah pada pendidikan tinggi dengan biaya yang dikenakan dalam bentuk pajak. Hanya kelas pendapatan teratas memeroleh keuntungan bersih; ia memeroleh kembali 60 persen lebih banyak daripada yang dibayarkannya. Dua kelas di bagian bawah membayar 40 persen lebih banyak dibandingkan apa yang mereka dapatkan kembali, kelas menengah hampir 20 persen lebih banyak.'" Studi California, untuk tahun 1964, sama menghentakkan, meskipun hasil kuncinya menghadirkan yang agak berbeda, dalam pemahaman keluarga-keluarga dengan dan tanpa anak yang bersekolah di pendidikan tinggi publik di California. Keluarga dengan anak-anak di pendidikan tinggi publik menerima manfaat bersih bervariasi mulai 1,5 persen hingga 6,6 persen dari pendapatan rata-rata mereka, manfaat terbesar pergi kepada mereka yang memiliki anak-anak di University of California dan yang juga mempunyai rata-rata pendapatan tertinggi. Keluarga tanpa anak yang bersekolah di pendidikan tinggi

publik memiliki pendapatan rata-rata terendah dan dikenai biaya bersih 8,2 persen dari pendapatan mereka. 33 Fakta-fakta itu tidak diperdebatkan. Bahkan Komisi Carnegie mengakui dampak buruk redistributif dari belanja pemerintah pada pendidikan tinggimeskipun seseorang harus membaca laporan mereka dengan teliti, dan bahkan baris demi baris, untuk menemukan pengakuan dalam komentar seperti, "Kelas menengah ini secara umum. . .bekerja cukup baik dalam proporsi subsidi publik yang diterimanya. Kesetaraan lebih besar dapat dicapai melalui redistribusi subsidi yang masuk akal." Solusi utamanya adalah lebih dari sama: masih belanja pemerintah yang besar pada pendidikan tinggi. Kita mengetahui tidak ada program pemerintah yang terlihat bagi kita begitu tidak adil dalam efek-efeknya, contoh yang begitu jelas dari Director's Law, sebagaimana pendanaan pendidikan tinggi. Di area ini di antara kita yang berada di kelas pendapatan menengah dan atas telah memperdayakan kaum miskin untuk mensubsidi kita pada skala besartetapi kita tidak hanya tanpa rasa malu yang patut, kita membanggakan pada puncak pohon dari egoisme kita serta semangat publik. PENDIDIKAN TINGGI: SOLUSI Adalah dengan menonjol diinginkan bahwa setiap kaum muda dan kaum perempuan, tanpa memandang pendapatan, posisi sosial, kediaman atau ras orangtuanya, memiliki kesempatan untuk memeroleh pendidikan tinggimenyatakan bahwa dia bersedia membayar baginya apakah saat ini atau keluar dari pendapatan lebih tinggi di mana sekolah akan memungkinkannya untuk memerolehnya. Terdapat alasan kuat untuk menyediakan dana pinjaman yang memadai guna memastikan peluang bagi semua. Terdapat alasan kuat untuk mendiseminasi informasi mengenai ketersediaan dana

semacam ini dan guna mendesak mereka yang kurang beruntung untuk mengambil keuntungan atas peluang. Tidak ada alasan bagi masyarakat yang memeroleh subsidi dan mendapatkan pendidikan tinggi dengan membebani mereka yang tidak memerolehnya. Sejauh ini seiring pemerintah mengoperasikan institusi-institusi pendidikan tinggi, mereka seharusnya mengenakan para mahasiswa uang kuliah yang terkait dengan biaya penuh dari pendidikan dan layanan lain yang mereka sediakan kepadanya. Betapapun diinginkan ia mungkin untuk menghapuskan subsidi pembayar pajak atas pendidikan tinggi, yang saat ini tidak terlihat layak secara politis. Berdasarkan itu, kita seharusnya melengkapi diskusi kita mengenai alternatif bagi pendanaan pemerintah dengan reformasi yang kurang radikalsebuah voucher plan untuk pendidikan tinggi. Alternatif terhadap pendanaan pemerintah. Pinjaman dana tetap untuk mendanai pendidikan tinggi memiliki cacat di mana terdapat keragaman yang luas dalam pendapatan lulusan perguruan tinggi. Sebagian akan mengerjakan dengan sangat baik. Membayarkan kembali pinjaman tetap dollar AS tidak akan menjadi masalah besar bagi mereka. Lainnya akan berakhir hanya dengan pendapatan moderat. Mereka akan menemukan utang tetap menjadi beban berat. Belanja pada pendidikan merupakan investasi modal dalam sebuah perusahaan yang berisiko, sebagaimana ia demikian, seperti investasi dalam bisnis kecil yang baru saja didirikan. Metode pendanaan yang paling memuaskan atas perusahaan semacam ini bukanlah melalui pinjaman tetap dollar AS namun melalui investasi ekuitas"membeli" modal di perusahaan dan menerima sebagai pengembalian bagian laba. Untuk pendidikan, kolega akan membeli saham dalam prospek pendapatan seorang individu, memberikan di depan kepada dia uang yang dibutuhkan untuk mendanai

pelatihannya pada kondisi di mana dia setuju untuk membayari investor sebuah bagian spesifik dari pendapatannya di masa depan. Dalam cara ini seorang investor dapat mengambil kembali lebih daripada investasi awalnya dari individu-individu yang relatif sukses, di mana akan mengompensasikan kegagalan untuk melakukan hal tersebut dari mereka yang tidak berhasil. Meskipun tampaknya tidak ada hambatan hukum terhadap kontrak-kontrak privat pada basis ini, ia tidak menjadi lazim, terutama, kita menduga, karena kesulitan dan biaya untuk melaksanakannya terhadap periode panjang yang bersangkutan. Seperempat abad silam (1955), salah satu dari kita mempublikasikan rencana bagi pendanaan "ekuitas" atas pendidikan tinggi melalui sebuah badan pemerintah yang // dapat menawarkan untuk mendanai atau membantu mendanai pelatihan sembarang individu yang bisa memenuhi standar kualitas minimum. Ia akan tersedia pada jumlah terbatas per tahun untuk sejumlah tahun yang spesifik, menyediakan dana yang dibelanjakan pada pelatihan di lembaga yang diakui. Individu pada akhirnya akan setuju untuk membayari pemerintah dalam setiap tahun di masa mendatang persentase yang spesifik dari pendapatannya melebihi jumlah spesifik untuk setiap 1.000 dollar AS yang diterimanya dari pemerintah. Pembayaran ini dapat dengan mudah dikombinasikan dengan pembayaran pajak pendapatan dan juga melibatkan minimum dari pengeluaran administratif tambahan. Basis jumlah seharusnya ditetapkan setara terhadap perkiraan rata-rata pendapatan tanpa spesialisasi pelatihan; bagian dari pendapatan yang dibayarkan seharusnya dikalkulasi untuk membuat keseluruhan proyek mampu mendanai dirinya sendiri. Dalam cara ini, individu-individu yang menerima pelatihan secara efektif

menanggung keseluruhan biaya. Jumlah yang diinvestasikan kemudian dapat ditentukan oleh pilihan individu. 35 // Yang lebih belakangan (1967), sebuah panel yang ditunjuk oleh Presiden Johnson dan dikepalai oleh Profesor Jerrold R. Zacharias dari MIT merekomendasikan pengadopsian versi spesifik dari rencana ini berdasarkan pengajuan berjudul "Bank Peluang Pendidikan" dan membuat studi yang meluas dan mendetail tentang kelayakannya serta atas ketentuan-ketentuan yang akan dibutuhkan agar ia dapat mandiri.
36

Tidak ada

pembaca buku ini yang akan terkejut untuk mengetahui bahwa proposal dipertemukan dengan kritik dari Asosiasi Universitas Negeri dan Land Grant Collegessebuah contoh bagus dari apa yang diacu Adam Smith sebagai "keyakinan bersemangat dari minat palsu." 37 Di tahun 1970, seiring rekomendasi 13 dari 13 rekomendasi untuk pendanaan pendidikan tinggi, Komisi Carnegie mengajukan pembentukan Bank Pinjaman Siswa Nasional yang akan membuat pinjaman jangka panjang dengan pembayaran kembali sebagian bergantung pada pendapatan yang ada saat ini. "Tidak seperti Bank Peluang Pendidikan," papar komisi, ". . .kita menyaksikan Bank Pinjaman Siswa Nasional sebagai sarana untuk menyediakan pelengkap pendanaan bagi siswa, bukan sebagai cara untuk mendanai biaya pendidikan total." 38 Yang lebih belakangan, sebagian universitas, termasuk Yale University, telah mempertimbangkan atau mengadopsi rencana pembayaran kembali tidak pasti yang dikelola sendiri oleh universitas. Jadi bunga api kehidupan bertahan. Sebuah voucher plan untuk pendidikan tinggi. Sepanjang dana pajak apapun dibelanjakan guna mensubsidi pendidikan tinggi, cara yang paling sedikit buruk untuk melakukannya

adalah melalui pengaturan voucher seperti yang didiskusikan sebelumnya untuk sekolah dasar dan sekolah menengah. Membuat semua sekolah-sekolah pemerintah mengenakan uang sekolah yang mencakup biaya penuh atas layanan pendidikan yang mereka sediakan dan dengan demikian bersaing pada ketentuan-ketentuan yang setara dengan sekolah-sekolah non-pemerintah. Membagi jumlah total pajak yang dibelanjakan per tahun pada pendidikan tinggi berdasarkan jumlah siswa yang ingin disubsidinya per tahun. Memberikan jumlah voucher siswa itu setara dengan jumlah hasilnya. Memperbolehkan voucher untuk dipergunakan pada sembarang lembaga pendidikan atas pilihan siswa, hanya membuat pendidikan tersebut menjadi jenis yang diinginkan untuk disubsidi. Jika jumlah siswa yang meminta voucher lebih besar daripada jumlah yang tersedia, jatah voucher oleh kriteria apapun yang dipandang masyarakat paling dapat diterima: ujian kompetitif, kemampuan atletik, pendapatan keluarga, atau apapun dari banyak sekali kemungkinan standar lain. Hasil sistem akan mengikuti dalam skema luas yang disediakan rancangan undang-undang GI untuk pendidikan para veteran, kecuali bahwa rancangan undangundang GI adalah terbuka; manfaat mereka tersedia bagi semua veteran. Sebagaimana dia menuliskan ketika kita pertama kali mengajukan rencana ini: // Pengadopsian pengaturan sedemikian akan membuat persaingan jauh lebih efektif di antara berbagai tipe sekolah dan untuk utilisasi yang lebih efisien atas sumber daya mereka. Ia akan mengeliminasi tekanan untuk bantuan langsung pemerintah kepada perguruan tinggi dan universitas swasta serta karenanya mempertahankan independensi penuh dan keberagaman pada saat yang sama seiring ia memungkinkan mereka untuk tumbuh relatif terhadap institusi-institusi negara. Ia juga bisa jadi mempunyai keunggulan

tambahan dengan memicu penelitian dengan cermat atas tujuan-tujuan di mana subsidi diberikan. Pemberian subsidi kepada institusi daripada kepada orang-orang telah menuntun pada subsidi tanpa diskriminasi terhadap semua aktivitas yang sesuai bagi lembaga-lembaga seperti itu, dibandingkan aktivitas yang cocok bagi negara untuk diberikan subsidi. Bahkan pemeriksaan sepintas lalu menunjukkan bahwa sementara dua kelas aktivitas saling tumpang-tindih, mereka jauh dari identik. Argumentasi kesetaraan untuk alternatif pengaturan [voucher] adalah. . .jelas. . . .Negara bagian Ohio, misalnya, mengatakan kepada para warganya: "Jika Anda memiliki kaum muda yang ingin berkuliah, kita akan secara otomatis memberinya beasiswa signifikan selama empat tahun, membuktikan bahwa dia mampu memenuhi persyaratan pendidikan minimal, dan membuktikan lebih jauh bahwa dia cukup cerdas untuk memilih menempuh pendidikan di University of Ohio [atau lembaga lain yang disokong oleh negara]. Jika kaum muda Anda ingin pergi, atau Anda menginginkannya untuk pergi, ke Oberlin College, atau Western Reserve University, atau ke Yale, Harvard, Northwestern, Beloit, atau University of Chicago, tidak ada satu pun biaya pun baginya." Bagaimana program sedemikian dibenarkan? Akankah ia tidak jauh lebih adil, serta mempromosikan standar lebih tinggi dari beasiswa, untuk mengabdikan dana tersebut seiring negara bagian Ohio berkeinginan membelanjakan pada pendidikan tinggi pada beasiswa yang dapat dilakukan di perguruan tinggi atau universitas manapun dan untuk meminta University of Ohio bersaing dengan keadaan yang setara dengan perguruan tinggi dan universitas lain?
s

//

Sejak kita pertama kali membuat proposal ini, sejumlah negara bagian telah mengadopsi sebuah program terbatas yang melangkah sebagian dalam arahnya dengan memberikan

beasiswa yang dapat dilakukan di perguruan tinggi dan universitas swasta, meskipun hanya mereka di negara bagian itu yang relevan. Dengan kata lain, sebuah program bagus beasiswa Regents di Negara Bagian New York, sangat banyak berada dalam semangat yang sama, diperlemah oleh rencana besar Gubernur Nelson Rockefeller bagi State University of New York yang dimodelkan berdasarkan University of California. Perkembangan penting lain dalam pendidikan tinggi adalah ekspansi besar pada keterlibatan pemerintah federal dalam pendanaan, dan bahkan lebih pada regulasi lembaga-lembaga pemerintah dan non-pemerintah. Intervensi sebagian besar pada tindakan yang menjadi bagian perluasan signifikan aktivitas federal untuk mendorong apa yang disebut sebagai aksi setuju," atas nama hak-hak sipil yang lebih besar. Intervensi ini telah menimbulkan keprihatinan besar di antara fakultas dan administrator di perguruan tinggi dan universitas, serta banyak oposisi oleh mereka terhadap aktivitas para birokrat federal. Keseluruhan episode akan menjadi masalah keadilan puitis jika ia tidak begitu serius bagi masa depan pendidikan tinggi. Komunitas akademik telah berada di garis depan pendukung intervensi semacam iniketika diarahkan pada segmen lain dari masyarakat. Mereka telah menemukan cacat atas intervensibiayanya, interferensinya dengan misi utama lembaga, dan kontra-produktifnya pada ketentuan-ketentuan miliknya sendiri hanya ketika tindakan ini diarahkan kepada mereka. Mereka sekarang menjadi korban profesi kepercayaan mereka sebelumnya maupun atas kepentingan diri mereka dalam melanjutkan memberi makan palung federal. KESIMPULAN

Sejalan dengan praktik umum, kita telah menggunakan "pendidikan" dan "sekolah" sebagai sinonim. Tetapi identifikasi kedua istilah itu merupakan kasus lain dari penggunaan terminologi persuasif. Dalam penggunaan istilah yang lebih berhati-hati, tidak semua "sekolah" merupakan "pendidikan," dan bukan semua "pendidikan" adalah "sekolah." Banyak orang-orang yang bersekolah tinggi tidak terdidik, dan banyak orangorang yang sangat "terdidik" ternyata tidak bersekolah. Alexander Hamilton merupakan salah seorang yang benar-benar paling "terdidik," melek huruf, dan para bapak pendiri bangsa kita (Amerika, red) yang terpelajar, namun dia hanya mengenyam tiga atau empat tahun sekolah formal. Contoh-contoh bisa berkembangbiak berlipat kali ganda, dan tidak diragukan lagi setiap pembaca mengetahui mereka yang sangat bersekolah tinggi yang kepadanya dia memandang sebagai orangorang tidak terdidik dan tidak bersekolah yang dia ketahui. Kita meyakini bahwa bertumbuhnya peran yang dimainkan pemerintah dalam pendanaan dan pengelolaan sekolah telah menuntun bukan hanya pada banyaknya pembuangan terhadap uang para pembayar pajak tetapi juga pada sistem pendidikan yang jauh lebih buruk dibandingkan yang akan dapat dikembangkan melalui kerjasama sukarela yang terus memainkan peran lebih besar. Sedikit institusi di masyarakat kita berada dalam kondisi ketidakpuasan dibandingkan sekolah-sekolah. Beberapa menghasilkan lebih banyak ketidaksenangan atau dapat melakukan lebih untuk merusakkan kebebasan kita. Pembentukan pendidikan berada dalam pembelaan dari kekuasaan dan keistimewaannya yang eksis. Ia didukung oleh banyak warga negara bersemangat publik yang membagikan pandangan bersifat kolektif. Namun ia juga berada di bawah serangan. Skor ujian yang merosot di seluruh negeri;

peningkatan masalah kejahatan, kekerasan, dan kerusuhan di sekolah-sekolah perkotaan; oposisi pada banyak bagian mayoritas dari warga kulit putih maupun kulit hitam terhadap kewajiban perpeloncoan; kegelisahan pada bagian dari banyak dosen perguruan tinggi dan universitas serta administrator di bawah tangan kaku birokrat HEWsemua ini menghasilkan reaksi balasan terhadap tren menuju sentralisasi, birokratisasi, dan sosialisasi pendidikan sekolah. Kita telah mencoba dalam bab ini untuk menguraikan sejumlah usulan konstruktif: pengenalan sistem voucher bagi pendidikan dasar dan menengah yang akan memberi orangtua di semua tingkat pendapatan kebebasan untuk memilih sekolah yang akan diikuti oleh anak-anak mereka; suatu ketergantungan sistem pendanaan pinjaman untuk pendidikan tinggi guna mengombinasikan kesetaraan peluang dengan penghapusan pembebanan pajak yang berbau skandal pada kaum miskin hanya demi membayari pendidikan tinggi dari mereka yang sudah makmur; atau, secara alternatif, sebuah voucher plan untuk pendidikan tinggi yang akan meningkatkan kualitas institusi-institusi pendidikan tinggi serta mempromosikan keadilan yang lebih besar dalam distribusi dana pembayar pajak seiring ia dipergunakan untuk mensubsidi pendidikan tinggi. Proposal-proposal ini adalah visioner namun ia tidak praktis. Hambatan adalah pada kekuatan benturan kepentingan dan prasangka buruk, bukan dalam kelayakan pengelolaan proposal tersebut. Terdapat para pelopor, program-program yang dapat diperbandingkan yang beroperasi di negara ini (Amerika, red) maupun di tempat lain pada skala yang lebih kecil. Terdapat dukungan publik bagi mereka. Kita seharusnya tidak mencapainya sekaligus. Namun sejauh kita menghasilkan kemajuan terhadapnyaatau program-program alternatif yang diarahkan pada tujuan

yang samakita dapat memperkuat pondasi kebebasan kita serta memberi pemaknaan yang lebih penuh bagi keadilan peluang pendidikan. BAB 7 Siapa yang Melindungi Konsumen? // "Adalah bukan dari kedermawanan tukang jagal, tempat pembuatan bir, atau pembuat roti, di mana kita mengharapkan makan malam kita, namun dari anggapan mereka terhadap kepentingan pribadi mereka sendiri. Kita mengurusi diri kita sendiri, bukan terhadap kemanusiaan mereka tetapi terhadap cinta diri sendiri mereka, dan tidak pernah berbicara kepada mereka mengenai kebutuhan kita sendiri namun tentang keuntungan mereka. Tidak seorang pun kecuali peminta-minta bergantung terutama pada kedermawanan sesama warga negara lain." // Adam Smith, The Wealth of Nations, seri I, halaman 16 Kita tidak bisa bergantung pada kedermawanan untuk makan malam kitanamun adakah kita dapat tergantung sepenuhnya pada pengaruh tangan tak tampak dari Adam Smith? Sederetan panjang para ekonom, filsuf, reformator, dan pengkritik sosial telah mengatakan tidak. Cinta diri sendiri akan menuntun para penjual untuk menipu konsumen mereka. Mereka akan mengambil keuntungan dari keluguan dan

ketidakpedulian konsumennya untuk mengenakan biaya berlebihan atas mereka serta menyerahkan kepada mereka produk yang buruk. Mereka akan membujuk konsumen untuk membeli barang yang tidak mereka inginkan. Selain itu, kritik menunjuk, jika Anda meninggalkannya kepada pasar, hasil akan memengaruhi masyarakat selain dari mereka yang terlibat secara langsung. Ia bisa jadi memengaruhi udara di mana kita bernafas, air yang kita minum, keamanan makanan yang kita konsumsi. Pasar harus,

dikatakan, diperlengkapi oleh pengaturan lain guna memproteksi konsumen dari dirinya sendiri dan dari para penjual yang serakah, serta untuk melindungi semua dari kita dari tumpahan dampak lingkungan atas transaksi pasar. Kritikisme mengenai tangan tak tampak ini adalah valid, sebagaimana kita perhatikan pada Bab 1. Pertanyaannya adalah apakah pengaturan yang telah direkomendasikan atau diadopsi untuk memenuhi mereka, guna melengkapi pasar, direka dengan baik bagi tujuan tersebut, atau adakah, sebagaimana begitu sering terjadi, penyembuhan bisa jadi tidak lebih buruk daripada penyakitnya. Pertanyaan ini terutama relevan sekarang. Sebuah gerakan yang diluncurkan kurang dari dua dekade silam oleh serangkaian peristiwapublikasi Silent Spring karya Rachel Carson, investigasi Senator Estes Kefauver atas industri obat-obatan, serta serangan Ralph Nader pada General Motors Corvair sebagai "tidak aman pada kecepatan apapun"telah menuntun pada perubahan besar dalam jangkauan maupun karakter dari Federal Register, dari 17.660 di tahun 1970 menjadi 36.487 pada 1978, menempati 127 inchi ruangan rakrak sepuluh kaki yang nyata. Semasa dekade yang sama, pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat melambat drastis. Sejak tahun 1949 hingga 1969, output per jam manusia dari semua orang yang bekerja di perusahaan swastapengukuran komprehensif dan sederhana atas produktivitasnaik lebih dari 3 persen per tahun; dalam dekade berikutnya, kecepatannya hanya kurang dari separo; dan pada akhir dekade produktivitas secara aktual merosot. Mengapa mengaitkan dua perkembangan ini? Satu hal yang harus dikerjakan dengan memastikan keselamatan kita, melindungi kesehatan kita, memelihara udara dan air yang

bersih; serta lainnya, dengan bagaimana secara efektif kita mengelola perekonomian kita. Mengapa dua hal ini berkonflik? Jawabannya adalah apapun tujuan yang diumumkan, semua gerakan dalam dua dekade terakhirgerakan konsumen, gerakan ekologi, gerakan kembali ke lahan, gerakan hipis, gerakan pangan organik, gerakan memproteksi hutan belukar, gerakan pertumbuhan populasi nol, gerakan "kecil itu indah", gerakan anti-nuklirmemiliki satu hal persamaan. Semuanya merupakan anti-pertumbuhan. Mereka telah menentang

perkembangan baru, terhadap inovasi industri, terhadap peningkatan penggunaan sumber daya alam. Badan-badan yang dibentuk sebagai respons terhadap gerakan-gerakan ini telah membebankan biaya besar pada industri demi industri guna memenuhi persyaratan pemerintah yang makin detail dan meluas. Mereka telah mencegah sebagian produk untuk diproduksi atau dijual; mereka mensyaratkan modal diinvestasikan untuk tujuantujuan non-produktif dalam cara yang ditentukan oleh para birokrat pemerintah. Akibatnya menjangkau jauh serta mengancam bahkan lebih lagi. Sebagaimana Edward Teller, fisikawan nuklir ternama, pernah menyatakannya, "Ia telah memerlukan 18 bulan kita untuk membangun penghasil energi nuklir pertama; ia sekarang memerlukan 12 tahun; itulah kemajuan." Biaya langsung regulasi terhadap pembayar pajak merupakan minimal bagian dari biaya totalnya. Sejumlah 5 miliar dollar AS per tahun yang dibelanjakan oleh pemerintah dibanjiri oleh biaya terhadap industri dan konsumen yang menuruti regulasi tersebut. Perkiraan konservatif menempatkan biaya tersebut pada kisaran 100 miliar dollar AS per tahun. Dan itu tidak memperhitungkan biaya terhadap pilihan terbatas serta harga lebih tinggi atas produk yang tersedia yang dialami oleh konsumen.

Revolusi dalam peran pemerintah ini telah disertai, dan sebagian besar dihasilkan, oleh suatu pencapaian dalam pembujukan publik yang harus memiliki sedikit pesaing. Tanyakanlah kepada diri Anda sendiri produk apa yang saat ini paling tidak memuaskan dan telah menunjukkan perkembangan paling sedikit seiring waktu. Layanan pos, pendidikan dasar dan menengah, transportasi kereta penumpang tentu saja akan berada di daftar atas. Tanyakankah kepada diri Anda sendiri produk mana yang paling memuaskan dan telah berkembang paling banyak. Peralatan rumah tangga, televisi dan radio, perangkat suara hi-fi, komputer, dan, kita akan menambahkan, supermarket serta pusat perbelanjaan tentu saja akan berada di daftar atas. Produk-produk buruk semuanya diproduksi oleh pemerintah atau oleh industri-industri yang diregulasi oleh pemerintah. Produk-produk menonjol dan prima semuanya dihasilkan oleh perusahaan swasta dengan sedikit atau tanpa keterlibatan pemerintah. Namun publikatau sebagian besar darinyatelah diyakinkan bahwa perusahaanperusahaan swasta menghasilkan produk buruk, bahwa kita memerlukan pegawai pemerintah yang bersiaga untuk menjaga bisnis dari menyisipkan hal-hal yang tidak aman, produk-produk palsu yang menarik dengan harga terlampau mahal kepada konsumen yang rentan, tidak peduli serta tidak pernah menduga sebelumnya. Kampanye kehumasan itu telah begitu berhasil di mana kita berada dalam proses berbalik pada jenis masyarakat yang membawa kita atas layanan pos kita tugas yang jauh lebih kritis dari menghasilkan serta mendistribusikan energi. Serangan Ralph Nader pada Corvair, episode tunggal paling dramatis dalam kampanye untuk mendiskreditkan produk-produk industri swasta, mengecualikan bukan hanya keefektifan kampanye tersebut tetapi juga betapa ia telah menyesatkan. Sekitar 10 tahun

setelah Nader mencaci-maki Corvair sebagai tidak aman pada kecepatan apapun, salah satu badan yang dibentuk sebagai respons terhadap teriakan publik yang sesudahnya pada akhirnya menguji Corvair yang memulai keseluruhan hal. Mereka menghabiskan setahun setengah memperbandingkan kinerja Corvair dengan performa kendaraan lain yang sekelas, dan mereka menyimpulkan, "Corvair tahun 19601963 lebih menguntungkan dibandingkan kendaraan sezaman lain yang dipakai dalam ujicoba." 'Sekarang klub penggemar Corvair eksis di seluruh negeri. Corvairs telah menjadi itemnya para kolektor. Namun bagi sebagian besar masyarakat, bahkan mereka yang memeroleh informasi memadai, Corvair masih "tidak aman pada kecepatan apapun." Industri kereta api dan industri otomotif menawarkan ilustrasi menawan mengenai perbedaan antara industri yang diregulasi pemerintah diproteksi dari persaingan dengan industri swasta yang terpapar kesulitan penuh kompetisi. Kedua industri melayani pasar yang sama dan terutama menyediakan layanan yang sama, yakni transportasi. Satu industri kuno dan tidak efisien serta hanya menampilkan sedikit inovasi. Pengecualian utama adalah penggantian mesin uap oleh diesel. Kendaraan pengangkut yang digerakkan oleh diesel sekarang ini sulit dibedakan dari kendaraan yang digerakkan oleh mesin uap dari era lebih awal. Layanan penumpang menjadi lebih lambat dan kurang memuaskan saat ini dibandingkan pada 50 tahun silam. Kereta api kehilangan uang dan berada dalam proses pengambilalihan oleh pemerintah. Industri otomotif, di lain pihak, dipacu oleh persaingan di dalam negeri dan di luar negeri serta kebebasan untuk berinovasi, telah menghasilkan langkah yang luas biasa, memperkenalkan inovasi demi inovasi, sehingga mobil 50 tahun silam menjadi bagian dari museum. Konsumen diuntungkandan demikian pula para pekerja dan pemegang saham di industri otomotif. Impresif sekaligus

tragis, karena industri otomotif sekarang dengan pesat dikonversi menjadi industri yang diregulasi pemerintah. Kita dapat menyaksikan perkembangan yang membuat timpang kereta api terjadi sebelum tatapan kita pada otomotif. Intervensi pemerintah di pasar bisnis menjadi subjek dari hukum miliknya sendiri, bukan hukum yang dilegislasikan, namun ilmu hukum. Ia mematuhi kekuatan-kekuatan dan melangkah menuju arah yang bisa jadi memiliki sedikit hubungan terhadap maksud atau keinginan dari para inisiator atau pendukungnya. Kita sudah menguji proses ini dalam kaitan dengan aktivitas kesejahteraan. Ia dihadirkan setara ketika pemerintah mengintervensi pasar bisnis, apakah untuk melindungi konsumen terhadap harga tinggi maupun terhadap barang-barang yang buruk, guna mempromosikan keamanannya, atau untuk melestarikan lingkungan. Setiap tindakan intervensi membentuk posisi kekuasaan. Bagaimana kekuasaan itu akan dipergunakan dan untuk tujuan apa tergantung lebih jauh pada masyarakat yang berada dalam posisi terbaik untuk mengendalikan kekuasaan tersebut dan apa tujuan mereka dibandingkan tujuan dari para sponsor awal aksi intervensi. Komisi Perdagangan Antar-negara Bagian (ICC), berasal dari tahun 1887, merupakan badan pertama yang dibentuk sebagian besar melalui kampanye politik yang dipimpin oleh perwakilan konsumen yang memproklamirkan dirinya sendiriRalph Naders pada saat itu. Ia telah melalui beberapa daur hidup dan sudah secara menyeluruh dipelajari serta dianalisis. Ia menyediakan contoh yang bagus sekali untuk mengilustrasikan sejarah alami dari intervensi pemerintah di pasar bisnis. Badan pengawas obat dan makanan Food and Drug Administration (FDA), semula dibentuk pada tahun 1906 sebagai respons terhadap seruan yang membuntuti novel karya

Upton Sinclair, The Jungle, yang mengekspos kondisi tidak higienis di rumah pemotongan dan pengepakan daging di Chicago, juga sudah melalui beberapa daur hidup. Terlepas dari kepentingan intrinsiknya, ia berperan sebagai suatu jembatan antara tipe regulasi industri spesifik lebih awal dengan tipe regulasi lebih belakangan yang fungsional atau lintas industri karena perubahan yang terjadi dalam aktivitas-aktivitasnya setelah amandemen Kefauver tahun 1962. Komisi Keamanan Produk Konsumen, Administrasi Keselamatan Lalu-lintas Jalan Raya Nasional, Badan Perlindungan Lingkungan, semuanya menunjukkan tipe yang lebih belakangan dari badan regulatormelintasi industri dan relatif tidak peduli dengan dompet konsumen. Suatu analisis penuh darinya jauh melampaui lingkup kita, namun kita mendiskusikan dengan singkat bagaimana mereka menunjukkan tendensi sama yang muncul dalam ICC dan FDA, serta problem-problem yang mereka munculkan di masa mendatang. Meskipun intervensi di bidang energi baik oleh negara bagian maupun pemerintah federal sudah lama, terdapat lompatan kuantum setelah embargo OPEC di tahun 1973 dan berikutnya kenaikan empat kali lipat harga minyak mentah dunia. Jika, sebagaimana kita akan berargumentasi, kita tidak bisa bergantung pada intervensi pemerintah guna melindungi kita sebagai konsumen, apa yang dapat kita gantungi? Perangkat apa yang melakukan pengembangan pasar untuk tujuan itu? Dan bagaimana ia dapat ditingkatkan? KOMISI PERDAGANGAN ANTAR NEGARA BAGIAN Perang Sipil disusul oleh ekspansi tidak terduga atas kereta apidisimbolkan oleh mengemudikan Golden Spike di Promontory Point, Utah, pada 10 Mei 1869, untuk

menandai bergabungnya jalur kereta Union Pacific dan Central Pacific, menyelesaikan jalur trans-benua pertama. Segera terdapat yang kedua, ketiga, dan bahkan rute transbenua keempat. Di tahun 1865 rel kereta api sudah mengoperasikan jalur sepanjang 35.000 mil; 10 tahun kemudian, mendekati 75.000 mil; dan menjelang tahun 1885, lebih dari 125.000 mil. Di tahun 1890 terdapat lebih dari 1.000 rel kereta yang terpisah. Negeri ini (Amerika, red) secara harfiah memiliki pola bersilangan dengan rel kereta api menembus setiap dusun terpencil nan jauh serta meliputi negeri dari wilayah pesisir ke kawasan pesisir lain. Panjang jalur kereta di Amerika Serikat melampaui semua yang ada di dunia meskipun ia dikombinasikan. Persaingan berlangsung sengit. Akibatnya tingkat penumpang dan barang menjadi rendah, diduga merupakan yang terendah di dunia. Mereka yang bekerja di sektor ini, tentu saja, mengeluhkan mengenai "persaingan yang kejam." Setiap kali perekonomian terhuyung-huyung, dalam salah satu kemerosotan periodiknya, kereta api menjadi bangkrut serta diambilalih oleh lainnya atau sekadar keluar dari bisnis. Ketika perekonomian bangkit, gelombang lain dari konstruksi rel kereta api menyusul. Mereka yang bekerja di sektor perkeretaapian pada waktu itu mencoba meningkatkan posisi mereka melalui penggabungan bersama, membentuk kumpulan, menyepakati untuk menetapkan tingkat harga pada level yang menguntungkan serta untuk membagi pasar. Terkait kecemasan mereka, kesepakatan selalu gagal. Sepanjang bagian lain dari anggota perkumpulan mempertahankan tingkat harga mereka, para anggota manapun dapat diuntungkan dengan memangkas tingkat harga mereka serta mengambil bisnis dari pihak lain. Tentu saja, ia tidak akan memangkas tingkat harga secara terbuka; ia akan melakukan dalam cara yang berliku-liku guna membuat anggota lain dari kelompok

berada dalam kegelapan selama mungkin. Karena itu praktik-praktik sedemikian muncul seperti potongan harga diam-diam guna menguntungkan pihak pengirim barang serta diskriminasi harga antara kawasan atau komoditas. Cepat atau lambat pemangkasan harga akan terbongkar dan perkumpulan pun kolaps. Persaingan adalah yang paling sengit di antara titik-titik berjauhan dan berpenduduk padat seperti New York dan Chicago. Pihak ekspedisi dan penumpang dapat memilih di antara sejumlah rute alternatif yang dioperasikan oleh perusahaan kereta api berbeda dan di antara kanal/terusan yang sebelumnya mencakup kawasan. Di sisi lain, di antara segmen-segmen yang lebih pendek dari rute ini, misalnya, antara Harrisburg dengan Pittsburgh, mungkin hanya terdapat satu perusahaan atau jalan kereta api. Rel atau perusahaan kereta api akan menjadi suatu posisi monopoli, hanya terpapar persaingan dari sarana transportasi alternatif, seperti terusan atau sungai. Secara alami, ia akan mengambil keuntungan penuh dari posisi monopolinya di manapun ia dapat dan membebankan pada semua arus lalu-lintas yang akan menanggungnya. Salah satu akibat adalah jumlah ongkos yang dibebankan untuk rute-rute pendekatau bahkan satu rute pendekterkadang lebih mahal dibandingkan jumlah total yang dibebankan untuk jarak jauh di antara dua tempat. Tentu saja, tidak satu konsumen pun memprotes mengenai harga rendah untuk jarak jauh, namun mereka tentu saja mengkomplain mengenai harga lebih tinggi untuk jarak pendek. Dengan serupa, pengirim barang yang diuntungkan yang memeroleh rabat dalam perang pemotongan harga secara rahasia tidak akan mengkomplain, namun mereka yang gagal memeroleh potongan harga akan mengeraskan protes mereka mengenai "diskriminasi harga."

Kereta api merupakan perusahaan utama pada saat itu. Sangat terlihat, sangat kompetitif, terkait dengan Wall Street dan perusahaan finansial East, mereka merupakan sumber terus-menerus atas manipulasi keuangan serta kecurangan di tempat tinggi. Mereka menjadi target alamiah, terutama bagi para petani Middle West. Gerakan Grange yang muncul di tahun 1870-an, menyerang "perusahaan kereta api monopolistik." Mereka bergabung dengan pihak Greenback, Farmers' Alliance, dan seterusnya, semuanya mengagitasi, seringkali berhasil, pada perwakilan rakyat negara bagian untuk kontrol pemerintah atas tingkat harga pengangkutan beserta praktik-praktiknya. Partai Populist, di mana William Jennings Bryan bangkit pada ketenaran, tidak hanya menyeru bagi regulasi kereta api namun bagi operasi dan kepemilikan pemerintah secara tanpa syarat.' Para kartunis di masa itu memiliki bahan untuk menggambarkan perusahaan kereta api sebagai gurita yang mencekik negara serta melakukan pengaruh politik yang luar biasa besaryang bahkan mereka kerjakan. Seiring kampanye melawan perusahaan kereta api memuncak, sebagian pihak yang bergelut di dunia perkeretaapian yang memiliki pandangan jauh ke depan mengakui bahwa mereka dapat mengubahnya menjadi keuntungan mereka, bahwa mereka dapat memanfaatkan pemerintah federal untuk memaksakan penetapan harga mereka serta kesepakatan pembagian pasar dan untuk melindungi diri mereka sendiri dari pemerintahan negara bagian maupun lokal. Mereka bergabung dengan para reformator dalam mendukung regulasi pemerintah. Hasilnya adalah pembentukan Komisi Perdagangan Antar Negara Bagian (ICC) di tahun 1887. Ia memerlukan sekitar satu dekade untuk membuat komisi tersebut beroperasi penuh. Pada waktu itu para reformator telah berpindah pada kampanye mereka yang berikutnya.

Perusahaan kereta api hanyalah salah satu dari perhatian mereka. Mereka telah mencapai tujuannya, dan mereka tidak memiliki menundukkan kepentingan guna menuntun mereka mengerjakan lebih daripada mencetak pandangan sekejap pada apa yang dikerjakan oleh ICC. Bagi para karyawan perusahaan kereta api situasinya sepenuhnya berbeda. Kereta api adalah bisnis mereka, perhatian mereka yang lebih penting. Mereka siap untuk menghabiskan 24 jam sehari padanya. Dan siapa lainnya yang mempunyai keahlian untuk mengelola dan menjalankan ICC? Mereka segera belajar bagaimana memanfaatkan komisi tersebut bagi keuntungannya sendiri. Komisioner pertama adalah Thomas Cooley, seorang pengacara yang telah

merepresentasikan perusahaan kereta api selama bertahun-tahun. Dia dan para koleganya menuntut kewenangan regulasi lebih besar dari Kongres, dan wewenang tersebut diberikan. Sebagaimana Ketua Jaksa Agung Cleveland, Richard J. Olney, menuliskannya dalam sebuah surat kepada konglomerat kereta api Charles E. Perkins, presiden dari Burlington & Quincy Railroad, hanya setengah lusin tahun setelah pembentukan ICC: // Komisi, sebagaimana fungsinya sekarang dibatasi oleh pengadilan, adalah, atau bisa dibuat, atas pemanfaatan besar bagi perusahaan kereta api. Ia memuaskan tuntutan populer bagi suatu supervisi pemerintah atas perkeretaapian, pada saat yang sama bahwa supervisi tersebut hampir sepenuhnya nominal. Lebih jauh lagi, makin lebih tua komisi tersebut, kian berkecenderungan ia ditemukan untuk mengambil pandangan bisnis dan perusahaan kereta api terhadap berbagai hal. Ia karenanya menjadi sejenis penghalang antara korporasi perkeretaapian dengan masyarakat dan sejenis proteksi terhadap legislasi mentah dan gegabah yang bermusuhan terhadap kepentingan kereta api. . . . Bagian dari

kebijaksanaan

adalah

bukan

untuk

menghancurkan

Komisi,

namun

untuk

memberdayakannya. 4 // Komisi memecahkan problem jarak dekat/jarak jauh. Sebagaimana Anda tidak akan terkejut untuk mempelajari, ia melakukan sebagian besar dengan menaikkan tingkat harga rute jarak jauh menjadi setara dengan jumlah tingkat harga rute jarak pendek. Setiap orang kecuali konsumen merasa bahagia. Seiring waktu berlalu, kewenangan komisi meningkat dan ia muncul untuk melakukan kontrol yang makin ketat terhadap setiap aspek bisnis transportasi kereta api. Selain itu, pergeseran kekuasaan dari perwakilan langsung perusahaan kereta api kepada pertumbuhan birokrasi ICC. Betapapun, tidak ada ancaman terhadap perusahaan kereta api. Banyak birokrat diambil dari industri kereta api, bisnis keseharian mereka cenderung bersama orang-orang yang berkecimpung di sektor perkeretaapian, serta harapan utama mereka atas suatu karir masa depan yang menguntungkan adalah bersama kereta api. Ancaman riil terhadap kereta api muncul pada tahun 1920-an, ketika truk muncul sebagai sarana transportasi jarak jauh. Tarif harga tinggi yang secara artifisial dipertahankan oleh ICC bagi perusahaan kereta api memungkinkan industri transportasi truk bertumbuh pesat. Ia tidak teregulasi dan sangat kompetitif. Setiap orang dengan modal memadai untuk membeli sebuah truk dapat masuk ke dalam bisnis ini. Argumentasi utama yang dipergunakan terhadap perusahaan kereta api dalam mengampanyekan regulasi pemerintahbahwa mereka adalah monopoli dan harus dikendalikan untuk menjaga agar industri ini tidak melakukan eksploitasi terhadap masyarakattidak memiliki keabsahan dalam kasus industri truk ini. Adalah sulit untuk menemukan sebuah industri yang kian

dekat untuk memuaskan persyaratan atas apa yang disebut oleh para ekonom sebagai persaingan "sempurna". Namun itu tidak menghentikan perusahaan kereta api dari agitasi untuk membuat truk jarak jauh dibawa di bawah kontrol Komisi Perdagangan Antar Negara Bagian. Dan mereka berhasil. Undang-undang Angkutan Motor pada 1935 memberi ICC yurisdiksi atas pemain trukuntuk melindungi perusahaan kereta api, bukannya para konsumen. Kisah industri transportasi kereta api berulang untuk industri jasa transportasi truk. Ia dikartelkan, harga tarifnya dibuat tetap, rute-rute ditentukan. Seiring industri truk bertumbuh, perwakilan pemain di sektor truk muncul untuk memainkan lebih banyak pengaruh pada komisi serta secara bertahap menggantikan perwakilan perusahaan kereta api sebagai kekuatan dominan. ICC menjadi kian seperti badan yang mendedikasikan dirinya untuk melindungi industri truk dari perusahaan kereta api dan truk-truk yang tidak teregulasi sebagaimana untuk memproteksi perusahaan angkutan kereta api dari perusahaan angkutan truk. Dengan semua ini, terdapat tumpang-tindih untuk sekadar memproteksi birokrasinya sendiri. Guna beroperasi sebagai angkutan publik antar-negara bagian, sebuah perusahaan truk harus memiliki sertifikat kegunaan publik dan keharusan yang dikeluarkan oleh ICC. Dari sekitar 89.000 aplikasi awal untuk sertifikat semacam ini setelah penerimaan Undang-undang Angkutan Motor di tahun 1935, ICC hanya menyetujui sekitar 27.000. "Sejak saat itu komisi menjadi sangat enggan untuk mengabulkan otoritas kompetitif baru. Lebih jauh lagi, merger dan kegagalan perusahaan truk yang ada telah mengurangi jumlah perusahaan sejenis ini dari lebih 25.000 di tahun 1939 menjadi 14.648 pada 1974. Pada saat yang sama, tonase yang ditransportasikan oleh truk teregulasi dalam layanan

antar-kota telah meningkat dari 25,5 juta di tahun 1938 menjadi 698,1 juta pada 1972: peningkatan sebesar 27 kali lipat." 5 Sertifikat dapat dibeli dan dijual. "Pertumbuhan dalam trafik, penurunan jumlah perusahaan, serta kehilangan semangat atas persaingan harga tarif oleh jawatan tarif serta praktik-praktik ICC meningkatkan nilai sertifikat secara signifikan." Thomas Moore memperkirakan bahwa nilai agregat mereka pada 1972 adalah antara 2 hingga 3 miliar dollar AS
6

suatu nilai yang berkorespondensi belaka pada posisi monopoli yang

diberikan pemerintah. Ia membentuk kekayaan bagi orang-orang yang mempunyai sertifikat, namun bagi masyarakat secara keseluruhan ia merupakan tindakan kerugian dari intervensi pemerintah, bukan sebuah tindakan kapasitas produktif. Setiap studi menunjukkan bahwa penghapusan regulasi ICC atas industri angkutan truk akan secara drastis mengurangi beban biaya bagi para pengirim barangMoore memperkirakan bisa jadi hingga sebanyak tiga perempatnya. Sebuah perusahaan angkutan truk di Ohio, Dayton Air Freight, menawarkan contoh spesifik. Ia mempunyai sebuah lisensi ICC yang memberinya izin eksklusif untuk membawa muatan dari Dayton ke Detroit. Guna melayani rute lain ia harus membeli hak dari pemegang lisensi ICC, termasuk mereka yang tidak memiliki sebuah truk pun. Ia telah membayar sebanyak 100.000 dollar AS per tahun untuk keistimewaan ini. Para pemilik perusahaan mencoba membuat lisensi mereka diperluas untuk meliputi lebih banyak rute, sejauh ini tanpa keberhasilan. Sebagai salah satu konsumennya, Malcolm Richards, mengomentarinya, "Dengan jujur saya tidak mengetahui mengapa ICC duduk dengan tangan-tangannya tidak mengerjakan apapun. Ini adalah ketiga kalinya sepengetahuan saya bahwa kita sudah mendukung

aplikasi Dayton Air Freight guna membantu kita menghemat uang, membantu perusahaan bebas, membantu negara menghemat energi. . . .Ia semuanya menuju pada konsumen yang pada akhirnya membayar untuk semua ini." Salah satu pemilik Dayton Air Freight, Ted Hacker, menambahkan: "Sejauh yang saya perhatikan, tidak ada perusahaan bebas dalam perdagangan antar-negara bagian. Ia tidak lagi eksis di negara ini. Anda harus membayar harganya dan Anda harus membayar harga dengan sangat mahal. Dan itu bukan hanya berarti bahwa kita harus membayar harganya, ia berarti konsumen membayar harganya." Tetapi komentar ini harus diambil dengan butiran garam riil dalam sorotan komentar oleh pemilik lainnya, Herschel Wimmer: "Saya tidak memiliki argumentasi dengan orangorang yang sudah mempunyai izin ICC kecuali untuk fakta bahwa ini adalah sebuah negara besar dan sejak permulaan ICC pada 1936, hanya terdapat sedikit pemain baru ke dalam bisnis. Mereka tidak memperbolehkan pemain baru untuk masuk ke dalam bisnis dan bersaing dengan mereka yang sudah berada di dalam industri ini." Kita mengira bahwa ini mencerminkan reaksi yang kita jumpai berulang kali di antara para pekerja transportasi kereta api dan truk: memberi kita sertifikat atau menghibahkan kita penyerahan hak atas aturan-aturan, ya; menggugurkan pengeluaran sertifikat atau sistem regulasi pemerintah, tidak. Dalam perspektif benturan kepentingan yang telah bertumbuh, reaksi itu sepenuhnya dapat dimengerti. Untuk kembali pada transportasi kereta api, dampak utama dari intervensi pemerintah belum berakhir. Makin kakunya peraturan mencegah perusahaan kereta api dari menyesuaikan diri secara efektif terhadap kemunculan mobil, bis, dan pesawat sebagai alternatif terhadap transportasi kereta api untuk arus lalu-lintas penumpang jarak jauh.

Mereka kembali berpaling pada pemerintah, kali ini melalui nasionalisasi arus penumpang dalam bentuk Amtrak. Proses yang sama terjadi pada angkutan barang. Banyak dari angkutan barang melalui jalur kereta di Northeast secara efektif dinasionalisasi melalui pembentukan Conrail menyusul kebangkrutan dramatis New York Central Railroad. Ini sangat mungkin juga prospek bagi lainnya dalam industri perkeretaapian. Transportasi udara mengulangi kisah angkutan kereta api dan truk. Ketika Civil Aeronautics Board dibentuk di tahun 1938, ia menerima kontrol atas 19 badan angkutan udara domestik. Sekarang ia lebih sedikit, meskipun pertumbuhan pesat angkutan udara, dan walaupun banyak aplikasi untuk "sertifikat kegunaan dan kebutuhan publik." Kisah maskapai penerbangan berbeda dalam satu hal penting. Untuk alasan-alasan yang bervariasibukan hanya keberhasilan pemangkasan harga melintasi Atlantik oleh Freddie Laker, pemilik berkebangsaan Inggris dengan jiwa wirausahawan atas maskapai internasional utama, serta kepribadian dan kemampuan Alfred Kahn, mantan kepala CAB belakangan terdapat deregulasi yang signifikan atas tarif angkutan udara, baik secara administratif maupun legislatif. Ini merupakan gerakan utama pertama dalam sembarang area jauh dari kontrol pemerintah dan menuju kebebasan yang lebih besar. Keberhasilan dramatisnyatarif yang lebih rendah namun pendapatan yang lebih tinggi untuk maskapaitelah mendorong pergerakan menuju sebagian tindakan deregulasi

transportasi permukaan. Namun, kekuatan yang berpengaruh, terutama pada industri transportasi truk, mengelola oposisi terhadap deregulasi semacam itu, sebagaimana ia masih hanya harapan yang redup.

Satu gema ironis dari isu jarak pendek/jarak jauh belakangan muncul dalam industri penerbangan. Dalam kasus ini ketidakcocokan merupakan berlawanan dari apa yang ada di transportasi kereta apitarif jarak dekat lebih murah. Kasus terjadi di California, di mana negara bagian yang cukup besar guna menyokong beberapa maskapai utama yang terbang semata-mata di dalam negara bagian dan akibatnya bukan merupakan subjek dari pengendalian CAB. Persaingan pada rute antara San Francisco dan Los Angeles menghasilkan tarif di dalam negara bagian yang jauh lebih rendah daripada tarif yang diperbolehkan CAB untuk dikenakan untuk perjalanan yang sama pada jalur antar-negara bagian. Ironisnya adalah sebuah komplain yang diajukan di hadapan CAB mengenai ketidaksesuaian pada tahun 1971 oleh Ralph Nader, yang memproklamirkan dirinya sendiri sebagai pembela konsumen. Ia terjadi di mana salah satu subsidiari dari Nader telah mempublikasikan analisis yang bagus mengenai ICC, menekankan, di antaranya, bagaimana diskriminasi jarak jauh/jarak pendek dipecahkan. Nader dapat hampir tidak berada di bawah ilusi apapun mengenai bagaimana kasus maskapai akan diselesaikan. Sebagaimana siswa manapun dari regulasi akan memprediksi, peran CAB, belakangan ditegakkan oleh Mahkamah Agung, mensyaratkan perusahaan-perusahaan di dalam negara bagian untuk meningkatkan tarif mereka untuk menyesuaikan dengan yang diizinkan oleh CAB. Sayangnya, kewenangan itu tertunda temporer karena teknis legal dan bisa jadi menjadi tidak relevan oleh deregulasi tarif maskapai. ICC mengilustrasikan apa yang mungkin disebut sejarah alami intervensi pemerintah. Sebuah kejahatan yang nyata atau khayal menuntun pada tuntutan untuk melakukan sesuatu mengenainya. Suatu bentuk koalisi politik berisikan para reformator yang jujur,

memiliki prinsip-prinsip moral yang tinggi dan dengan setara pihak-pihak berkepentingan yang jujur. Tujuan-tujuan tidak sesuai dari para anggota koalisi (misalnya, harga rendah bagi konsumen dan harga tinggi bagi produsen) dikemilaukan oleh retorika bagus mengenai "kepentingan publik," "persaingan yang adil," dan sejenisnya. Koalisi berhasil dalam membuat Kongres (atau legislatif negara bagian) untuk meloloskannya menjadi undang-undang. Mukadimah dari undang-undang memberikan pemanis bibir terhadap retorika dan tubuh undang-undang memberikan kewenangan kepada para pejabat pemerintah untuk "mengerjakan sesuatu." Para reformator dengan prinsip moral tinggi mengalami cahaya kemenangan serta mengalihkan perhatian mereka pada penyebabpenyebab baru. Pihak-pihak yang berkepentingan bekerja untuk memastikan bahwa kekuasaan dimanfaatkan untuk keuntungan mereka. Mereka umumnya berhasil. Sukses memelihara problem-problemnya, di mana dipenuhi dengan memperluas lingkup intervensi. Birokrasi mengambil korbannya sehingga bahkan kepentingan khusus yang semula tidak lagi menguntungkan. Pada akhirnya dampaknya dengan tepat berlawanan terhadap tujuan para pembaharu dan secara umum bahkan tidak mencapai tujuan dari kepentingan-kepentingan khusus. Tetapi aktivitas dengan begitu mantap terbentuk dan begitu banyak benturan kepentingan terhubung dengannya di mana pencabutan legislasi awal adalah hampir tidak dapat dimengerti. Alih-alih, legislasi baru pemerintah diserukan guna mengatasi masalah-masalah yang diakibatkan oleh perundang-undangan yang sebelumnya dan sebuah siklus baru pun dimulai. ICC menampakkan dengan jelas setiap tahapan-tahapan inidari koalisi aneh yang bertanggungjawab atas pembentukannya terhadap permulaan siklus kedua melalui pendirian Amtrak, yang hanya mengecualikan eksistensi yang sebagian besar bebas dari

regulasi ICC serta karenanya bisa mengerjakan apa yang tidak akan diizinkan oleh ICC untuk dikerjakan perusahaan kereta api individu. Retorika itu, tentu saja, merupakan tujuan Amtrak mengembangkan transportasi kereta api penumpang. Ia didukung oleh perusahaan kereta api karena ia akan memperbolehkan banyak layanan penumpang yang kemudian eksis untuk dihapuskan. Layanan penumpang yang bagus dan menguntungkan di tahun 1930-an telah memburuk serta menjadi tidak menguntungkan sebagai akibat persaingan penerbangan dengan mobil pribadi. Tetapi ICC tidak akan memperbolehkan perusahaan kereta api untuk mengurangi layanan. Amtrak sekarang memotongnya sekaligus mensubsidi apa yang tersisa. Jika ICC tidak pernah terbentuk dan kekuatan pasar diperbolehkan untuk beroperasi, Amerika Serikat sekarang ini akan memiliki sistem transportasi yang jauh lebih memuaskan. Industri kereta api akan menjadi lebih ramping tetapi lebih efisien sebagai hasil dari inovasi teknologi yang lebih besar di bawah tekanan kompetisi serta penyesuaian yang lebih cepat terhadap rute-rute menuju perubahan permintaan arus trafik. Kereta-kereta penumpang mungkin melayani komunitas yang lebih sedikit namun fasilitas dan perlengkapan akan menjadi jauh lebih baik daripada mereka yang ada sekarang, serta layanan menjadi lebih nyaman dan cepat. Dengan serupa, akan terdapat lebih banyak perusahaan truk meskipun bisa jadi terdapat lebih sedikit truk karena efisiensi yang lebih besar dan kurangnya penyia-nyiaan dalam bentuk yang sedemikian sebagaimana perjalanan kembali dalam keadaan kosong dan rute berkeliling tidak langsung di mana regulasi ICC sekarang memandatkannya. Biaya akan menjadi lebih rendah dan layanan lebih baik. Pembaca yang berkesempatan memanfaatkan perusahaan berlisensi ICC untuk memindahkan barang-barang milik

pribadinya tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima penilaian tersebut. Meskipun kita tidak membahas dari pengalaman pribadi, kita menduga bahwa ini juga benar untuk pengiriman barang komersial. Keseluruhan bentuk industri transportasi bisa jadi secara radikal berbeda, melibatkan mungkin penggunaan lebih besar dari kombinasi moda transportasi. Salah satu dari sedikit operasi perusahaan kereta api swasta yang menguntungkan dalam beberapa tahun belakangan menjadi suatu layanan yang mentransportasikan manusia plus mobil mereka dalam kereta yang sama. Operasi dukung-dukungan tidak diragukan akan diperkenalkan lebih cepat daripada sebelumnya, dan banyak kombinasi lain bisa jadi muncul. Argumentasi utama untuk membiarkan kekuatan pasar bekerja adalah sangat sulit untuk membayangkan hasil apa yang akan muncul. Satu hal yang pasti adalah tidak ada layanan yang akan bertahan di mana para pengguna tidak menilainya cukup tinggi untuk melakukan pembayarandan untuk membayar pada harga yang memberi imbal hasil pada orang-orang menyediakan pelayanan dengan pendapatan yang lebih memadai dibandingkan alternatif aktivitas yang terbuka bagi mereka. Tidak ada pengguna maupun produsen yang akan mampu menempatkan tangan-tangan mereka di saku siapapun untuk mempertahankan layanan yang tidak memuaskan kondisi ini. ADMINISTRASI MAKANAN DAN OBAT Kontras dengan ICC, perampasan utama kedua dari pemerintah federal ke dalam proteksi konsumenUndang-undang Makanan dan Obat-obatan pada 1906tidak muncul dari protes terhadap harga yang tinggi, namun dari kekhawatiran mengenai kebersihan makanan. Ia merupakan era pencarian dan pengungkapan skandal, dari jurnalisme investigatif. Upton Sinclair telah dikirim oleh sebuah koran sosialis ke Chicago untuk

menyelidiki kondisi di tempat penyimpanan ternak. Hasilnya adalah novel terkenalnya, The Jungle, di mana dia menuliskan guna menciptakan simpati bagi para pekerja, namun di mana mengerjakan lebih jauh untuk membangunkan kemarahan pada kondisi yang tidak bersih di mana daging mengalami pemrosesan. Sebagaimana Sinclair menyatakan pada waktu itu, "Saya menujukan pada hati publik dan oleh kebetulan yang menimpanya di perut." Jauh sebelum The Jungle muncul dan mengkristalkan sentimen publik yang menguntungkan perundang-undangan, organisasi-organisasi sedemikian seperti Women's Christian Temperance Union dan National Temperance Society telah membentuk Pangan Bersih Nasional dan Kongres Obat (1898) guna mengampanyekan bagi undang-undang untuk menghapuskan obat medis ajaib pada saat itusebagian besar terikat dengan alkohol dan juga memungkinkan semangat untuk dibeli dan dikonsumsi dalam samaran obat, yang menjelaskan keterlibatan kelompok-kelompok pemantang minuman keras. Di sini, juga, kepentingan khusus bergabung dengan para pembaharu. Para tukang bungkus daging "menyadari sangat awal dalam sejarah industri bahwa adalah bukan bagi laba mereka untuk meracuni konsumennya, terutama dalam pasar kompetitif di mana konsumen dapat pergi ke tempat lain." Mereka terutama memprihatinkan pembatasanpembatasan terhadap importasi daging Amerika Serikat yang diberlakukan oleh negaranegara Eropa, dipergunakan sebagai alasan tuduhan bahwa daging mengandung penyakit. Mereka dengan bersemangat mengambil peluang untuk membuat pemerintah memberikan sertifikat bahwa daging adalah bebas penyakit dan pada saat yang sama membayar untuk inspeksi.'

Komponen kepentingan khusus lain disediakan oleh para ahli farmasi dan dokter melalui asosiasi profesional mereka, walaupun keterlibatan mereka adalah lebih kompleks dan kurang ekonomi yang bersifat tunggal dibandingkan para pembungkus daging tersebut atau dari perusahaan kereta api dalam pembentukan ICC. Kepentingan ekonomi mereka adalah jelas: obat-obatan paten, dijual secara langsung kepada konsumen oleh orangorang farmasi yang berkeliling dan dalam cara lain, bersaing dengan layanan mereka. Melampaui ini, mereka mempunyai kepentingan profesional dalam jenis obat-obatan yang tersedia dan dengan bersemangat memedulikan bahaya bagi publik dari obat-obatan tidak berguna yang menjanjikan penyembuhan ajaib untuk segalanya mulai dari kanker hingga lepra. Semangat publik dan kepentingan diri bertepatan. Undang-undang tahun 1906 sebagian besar terbatas pada inspeksi makanan dan pelabelan obat-obatan paten, meskipun, lebih secara kebetulan daripada sudah direncanakan lebih dulu, ia juga meliputi obat-obatan dengan resep untuk dikendalikan, sebuah wewenang yang tidak dipergunakan hingga jauh belakangan. Otoritas regulasi, yang dikembangkan oleh Food and Drug Administration saat ini, ditempatkan di Departemen Pertanian. Hingga sekitar 15 tahun terakhir, tidak ada badan awal atau FDA mempunyai banyak efek pada industri farmasi. Hanya sedikit obat-obatan baru yang penting dikembangkan hingga sulfanilamide muncul pada pertengahan tahun 1937. Itu disusul oleh bencana Elixir Sulfanilamide, yang terjadi sebagai hasil usaha ahli kimia untuk membuat sulfanilamide tersedia bagi pasien yang tidak mampu mengonsumsi kapsul. Kombinasi dari pelarut yang dipergunakannya dan sulfanilamide terbukti mematikan. Pada akhir tragedi "sebanyak 108 orang meninggal dunia107 pasien yang mengonsumsi `obat mujarab untuk segala

jenis penyakit,' dan ahli kimia yang telah membunuh dirinya sendiri."

"Para pabrikan

sendiri telah menyadari dari. . . pengalaman kecenderungan kehilangan yang dapat diderita dari pemasaran obat semacam ini dan melembagakan uji coba keamanan prapemasaran untuk menghindarkan terulangnya peristiwa tersebut."
s

Mereka juga

menyadari bahwa proteksi pemerintah bisa jadi bernilai bagi mereka. Hasilnya adalah Undang-undang Makanan, Obat, dan Kosmetika di tahun 1938, yang memperpanjang kontrol pemerintah atas iklan dan pelabelan serta mensyaratkan semua obat-obatan baru untuk disetujui keamanannya oleh FDA sebelum mereka dapat dijual dalam perdagangan antar-negara bagian. Persetujuan harus diberikan atau ditangguhkan dalam 180 hari. Relasi simbiotik yang menyenangkan berkembang antara industri farmasi dengan FDA hingga tragedi lain terjadi, episode thalidomide pada tahun 1961-1962. Thalidomide dijauhkan dari pasar Amerika Serikat oleh FDA berdasarkan provisi undang-undang 1938, meskipun jumlah terbatas obat tersebut didistribusikan oleh para dokter untuk tujuan eksperimental. Distribusi terbatas ini berakhir ketika laporan-laporan

mengemukakan mengenai para bayi yang cacat dilahirkan oleh ibu-ibu dari Eropa yang telah mengonsumsi thalidomide semasa kehamilan. Kegemparan berikutnya menyapu ke dalam hukum pada amandemen tahun 1962 yang telah mengembangkan investigasi Senator Kefauver mengenai industri farmasi di tahun sebelumnya. Tragedi juga mengubah secara radikal daya dorong amandemen. Kefauver telah memprihatinkan terutama dengan dakwaan bahwa obat-obatan dengan khasiat yang meragukan dijual dengan harga yang terlalu mahalkomplain standar mengenai eksploitasi konsumen oleh bisnis monopolistik. Seiring diberlakukan, amandemen lebih berurusan dengan kualitas daripada soal harga. Mereka "menambahkan persyaratan bukti kemanjuran hingga bukti

keamanan dari undang-undang tahun 1938, dan mereka menggeser batasan waktu pada disposisi F.D.A. dari suatu Aplikasi Obat Baru. Tidak ada obat baru sekarang bisa dipasarkan kecuali dan sampai F.D.A. menetapkan bahwa terdapat bukti substansial bukan hanya bahwa obat bersangkutan adalah aman, sebagaimana dipersyaratkan berdasarkan undang-undang 1938, namun bahwa ia efektif pada penggunaan yang dimaksudkan." io Amandemen tahun 1962 bertepatan dengan serangkaian peristiwa yang menghasilkan ledakan dalam intervensi pemerintah serta suatu perubahan dalam arahnya: tragedi thalidomide, Silent Spring karya Rachel Carson yang meluncurkan gerakan lingkungan, serta kontroversi mengenai karya Ralph Nader, Unsafe at Any Speed. FDA berpartisipasi dalam perubahan peran pemerintah dan menjadi jauh lebih bersifat aktivis daripada yang pernah ada sebelumnya. Pelarangan cyclamates dan ancaman untuk melarang saccharin telah menerima mayoritas perhatian publik, tetapi mereka sama sekali bukan tindakan penting dari FDA. Tidak seorang pun dapat tidak setuju dengan tujuan legislasi yang berpuncak pada amandemen tahun 1962. Tentu saja adalah diinginkan bahwa publik terlindungi dari obatobatan yang tidak aman dan tidak berguna. Betapapun, ia juga diinginkan bahwa pengembangan obat baru seharusnya didorong, dan bahwa obat-obatan baru seharusnya dibuat tersedia bagi mereka yang dapat diuntungkan darinya secepat mungkin. Sebagaimana ia begitu sering merupakan kasusnya, satu tujuan bagus berkonflik dengan tujuan baik lain. Keamanan dan kehati-hatian di satu arah dapat berarti kematian di lain pihak. Pertanyaan krusial adalah apakah regulasi FDA telah efektif dalam merekonsiliasikan tujuan-tujuan ini dan apakah mereka mungkin bukan merupakan cara

yang lebih baik dalam melakukan hal tersebut. Pertanyaan-pertanyaan ini telah dipelajari dengan sangat rinci. Petunjuk yang signifikan telah terakumulasi yang mengindikasikan bahwa regulasi FDA adalah kontra-produktif, bahwa ia telah melakukan lebih banyak bahaya dengan memperlambat kemajuan dalam produksi dan distribusi obat-obatan berharga daripada ia telah melakukan hal yang baik dengan mencegah distribusi obatobatan yang berbahaya atau tidak efektif. Efek atas tingkat inovasi dari obat-obatan baru adalah dramatis: jumlah "entitas kimia baru" yang diperkenalkan setiap tahun merosot lebih dari 50 persen sejak tahun 1962. Yang sama pentingnya, ia sekarang memerlukan waktu jauh lebih lama bagi sebuah obat baru untuk memeroleh persetujuan dan, sebagian sebagai akibatnya, biaya

mengembangkan sebuah obat baru naik berlipat kali lipat. Berdasarkan satu perkiraan untuk tahun 1950-an dan awal 1960-an, ia kemudian menelan biaya sekitar setengah juta dollar AS serta memerlukan sekitar 25 bulan untuk mengembangkan sebuah obat baru dan membawanya ke pasar. Dengan memasukkan tingkat inflasi sejak itu akan membengkakkan biaya sedikit melampaui 1 juta dollar AS. Pada 1978, "ia menelan biaya 54 juta dollar AS dan sekitar delapan tahun upaya untuk membawa sebuah obat ke pasar"peningkatan seratus kali lipat pada biaya dan empat kali lipat dari sisi waktu, dibandingkan dengan penggandaan harga secara umum." Akibatnya, perusahaan obat tidak bisa lagi menanggungnya untuk mengembangkan obat baru di Amerika Serikat bagi pasien dengan penyakit langka. Kian cenderung pula, mereka harus bergantung pada obat-obatan dengan penjualan bervolume tinggi. Amerika Serikat, telah lama memimpin pengembangan obat-obatan baru, menjadi tertinggal. Dan kita bahkan tidak dapat diuntungkan secara penuh dari pengembangan obat di luar negeri karena FDA biasanya

tidak menerima petunjuk dari luar negeri sebagai bukti efektivitas. Akibat akhir bisa jadi serupa sebagaimana pada arus kereta api penumpang, nasionalisasi atas pengembangan obat-obatan baru. Apa yang disebut "ketertinggalan obat" telah mengakibatkan manifestasi ketersediaan relatif obat-obatan di Amerika Serikat serta di negara lain. Studi yang dilakukan hati-hati oleh Dr. William Wardell dari Pusat Studi Pengembangan Obat di University of Rochester menunjukkan, misalnya, bahwa lebih banyak obat tersedia di Inggris Raya yang tidak tersedia di Amerika Serikat dibandingkan sebaliknya, dan yang tersedia di kedua negara secara rata-rata lebih cepat berada di pasar di Inggris Raya. Dikatakan Dr. Wardell di tahun 1978, // Jika Anda memeriksa signifikansi terapeutik dari obat-obatan yang tidak datang di Amerika Serikat namun tersedia di tempat lain di belahan dunia lain, seperti di Inggris, Anda bisa menemui banyak contoh di mana pasien menderita. Misalnya, ada satu atau dua obat bernama Beta blockers, yang sekarang tampak bisa mencegah kematian setelah serangan jantungkita menyebut ini pencegahan sekunder dari kematian koroner setelah myocardial infarctionyang, jika tersedia di sini, dapat menyelamatkan sekitar 10 ribu kehidupan per tahun di Amerika. Dalam 10 tahun setelah amandemen 1962, tidak ada obat darah tinggi yang memeroleh persetujuanyakni untuk mengendalikan tekanan darahdi Amerika Serikat, di mana beberapa justru memeroleh persetujuan di Inggris. Pada keseluruhan bidang kardiovaskuler (tentang jantung dan sistem pembuluh darah), hanya satu obat disetujui dalam periode lima tahun sejak 1967 sampai 1972. Dan ini bisa dikorelasikan dengan masalah-masalah organisasional yang diketahui di F.D.A. . . .

Implikasi bagi pasien adalah bahwa keputusan terapeutik yang biasa dilestarikan atas dokter dan pasien makin dibuat pada tingkatan nasional, oleh komite para ahli, dan komite ini serta badan di mana mereka bertindakF.D.A.demikian condong terhadap penghindaran risiko sehingga terdapat tendensi bagi kita untuk memiliki obat-obatan yang lebih aman, tetapi bukan untuk mempunyai obat yang efektif. Sekarang saya telah mendengar beberapa pernyataan menonjol dari sebagian komite penasihat ini di mana dalam mempertimbangkan obat-obatan seseorang telah melihat pernyataan "tidak terdapat cukup pasien dengan penyakit separah ini guna menjamin pemasaran obat ini untuk penggunaan umum." Sekarang adalah bagus jika apa yang Anda coba kerjakan adalah meminimalkan toksisitas obat bagi keseluruhan populasi, namun jika Anda kebetulan merupakan salah satu di antara "para pasien yang tidak mencukupi," itu serta Anda mempunyai penyakit dengan keparahan tinggi atau suatu penyakit yang sangat langka, kemudian itu menjadi keberuntungan yang berat bagi Anda. // Dengan membiarkan semua ini, bisa jadi biaya-biaya ini tidak dijustifikasi oleh keuntungan mempertahankan obat yang berbahaya untuk tidak berada di pasar, mencegah serangkaian bencana thalidomide? Penelitian empiris yang paling berhati-hati atas pernyataan ini telah dilakukan, oleh Sam Peltzman, menyimpulkan bahwa petunjuk adalah tidak ambigu: bahwa yang berbahaya telah sangat melampaui yang baik. Dia menjelaskan kesimpulannya sebagian dengan memperhatikan bahwa "penalti yang diberlakukan oleh pasar bisnis terhadap para penjual obat yang tidak efektif sebelum tahun 1962 tampaknya mencukupi untuk meninggalkan sedikit ruang bagi peningkatan oleh sebuah badan regulasi."
12

Pada akhirnya, para pabrikan thalidomide berujung

dengan membayar jutaan dollar AS kerugiantentu saja insentif yang kuat untuk

menghindari episode apapun yang serupa. Tentu saja, kesalahan masih akan terjadi tragedi thalidomide adalah salah satunyanamun begitu juga ia akan terjadi di bawah regulasi pemerintah. Bukti mengonfirmasikan apa yang oleh logika umum dengan kuat dikemukakan. Adalah bukan kebetulan bahwa FDA, meskipun niat terbaiknya, beroperasi untuk menurunkan pengembangan serta mencegah pemasaran obat-obatan baru yang potensial bermanfaat. Tempatkan diri Anda sendiri dalam posisi seorang pejabat FDA yang dibebani dengan menyetujui atau tidak menyetujui sebuah obat baru. Anda bisa melakukan dua kesalahan yang sangat berbeda: 1. Menyetujui sebuah obat yang memiliki efek samping tidak terantisipasi yang mengakibatkan kematian atau cacat serius dari sejumlah besar orang. 2. Menolak menyetujui sebuah obat yang mampu menyelamatkan banyak kehidupan atau meringankan tekanan besar serta tanpa efek samping yang tidak pantas. Jika Anda melakukan kesalahan yang pertamamenyetujui thalidomidenama Anda akan menyebar di halaman satu setiap koran. Anda akan berada dalam aib mendalam. Jika Anda membuat kesalahan kedua, siapa yang akan mengetahuinya? Perusahaan farmasi mempromosikan obat baru, yang akan dibubarkan sebagai sebuah contoh pebisnis nan serakah dengan hati batu, dan beberapa ahli kimia dan dokter yang tidak puas terlibat dalam pengembangan serta uji coba produk baru. Orang-orang yang kehidupannya bisa jadi akan terselamatkan tidak akan mengerubuti untuk menggelar aksi protes. Keluarga-keluarga mereka tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah orang yang mereka cintai kehilangan kehidupannya karena "kehati-hatian" dari seorang pejabat FDA yang tidak dikenal.

Dalam perspektif kontras antara cercaan yang ditumpahkan pada perusahaan-perusahaan obat Eropa yang menjual thalidomide dan popularitas serta tepuk tangan yang datang kepada perempuan yang menangguhkan thalidomide di Amerika Serikat (Dr. Frances O. Kelsey, dihadiahi medali emas untuk Distinguished Government Service oleh John F. Kennedy), adakah keraguan kesalahan apa Anda akan lebih cemas untuk

menghindarinya? Dengan itikad terbaik di dunia, Anda atau saya, jika kita berada dalam posisi tersebut, akan menuntun pada penolakan atau penundaan persetujuan dari banyak obat yang bagus demi menghindari bahkan kemungkinan jauh dari menyetujui sebuah obat yang akan memiliki efek samping bernilai tinggi bagi pemberitaan media. Bias yang tidak terhindarkan ini diperkuat oleh reaksi industri farmasi. Bias menuntun pada standar berlebihan yang kejam. Memeroleh persetujuan menjadi lebih mahal, menghabiskan waktu, serta berisiko. Riset pada obat-obatan baru menjadi kurang menguntungkan. Setiap perusahaan memiliki lebih sedikit untuk ditakuti dari upaya-upaya riset oleh pesaingnya. Perusahaan yang sudah ada dan obat yang telah eksis terproteksi dari persaingan. Pemain baru menjadi dilemahkan. Riset yang dikerjakan akan terkonsentrasi pada yang paling minimal kontroversinya, yang berarti paling tidak inovatif, atas kemungkinan-kemungkinan baru. Ketika salah satu dari kita mengemukakan dalam sebuah kolom Newsweek (8 Januari 1973) di mana untuk alasan-alasan ini FDA seharusnya dihapuskan, tulisan tersebut memicu surat-surat dari orang-orang di dunia farmasi yang menawarkan riwayat kesengsaraan untuk mengonfirmasi dugaan bahwa FDA membuat frustrasi

pengembangan obat. Tetapi sebagian besar juga mengatakan sesuatu seperti, "Kontras

dengan opini Anda, saya tidak percaya kalau FDA seharusnya dihapuskan namun saya percaya bahwa wewenangnya seharusnya berubah dalam cara sedemikian.

Anda mungkin juga menyukai