Anda di halaman 1dari 132

Pembentukan kebijakan pembangunan pada awal tahun 1960-an, pengumuman dekade pembangunan pertama, pendirian USAID, Aliansi untuk

Kemajuan, Korps Perdamaian serta Komite Asistensi Pembangunan OECD, serta reorientasi Bank Dunia dari bantuan rekonstruksi pasca-perang untuk mendanai pembangunandi mana semuanya meletakkan strategi baru kebijakan luar negeri pada suatu basis operasionalmerefleksikan pengaruh Rostow. Namun sebuah kekurangan kecil terabaikan di tengah-tengah kekuasaan: walaupun semua upaya, realitas tidak dapat dibentuk dalam cara yang diajukan pada teori tahapan Rostow. Itu kembali mengaitkan dia dengan Marx. Vietnam, model yang dipilih, menjadi sebuah trauma. Karena Vietkong mencegah penciptaan pra-kondisi untuk lepas landas di Vietnam Selatan, perang didorong lebih ke depan, paling tidak karena posisi kepenasihatan Rostow di bawah Johnson. Adalah tidak hingga perubahan pada pemerintahan Nixon di mana realis konservatif, Henry Kissinger, mampu menghentikan aktivitas sibuk dari Rostow, misioner liberal, dengan menerima kekalahan Amerika di Vietnam. Apa yang tersisa dari Rostow sekarang ini? Pada 1970-an, dia menjadi tokoh klasik kontroversibukan hanya karena perannya dalam Perang Vietnam, tetapi juga karena dia berani untuk menyediakan konsep kontra kepada Marx. Dia tidak pernah menyebutkan subjek ketergantungan, pasar dunia, ketentuan-ketentuan perdagangan atau kolonialisme. Dia menyukai bantuan dari pihak luar, Bank Dunia, investasi asing langsung ke sektor riil, multinasional dan penasihat militer. Namun untuk Vietnam, dia dapat mengambil tempatnya di antara sekolah ternama para pelopor pembangunan, dapat kembali ke MIT tanpa reputasinya ternoda oleh penghasut perang serta anti-komunis fanatik. Apa yang bertahan adalah konsep-konsep dia: lepas landas, pra-kondisi pertumbuhan, pertumbuhan

berkesinambungan, era konsumsi massal. Dari sudut pandang saat ini, terhadap latar belakang bencana besar atas negara-negara gagal dan bajingan, kita harus mengakui bahwa tuntutan dia untuk pra-syarat politik agar lepas landas adalah lebih menjadi topik hangat daripada sebelumnya. Dia merupakan salah satu teoretikus tegas yang mampu tidak hanya mengangan-angankan kebijakan pembangunan serta menjustifikasi kebutuhannya, namun juga memanfaatkan posisi dia di tuas kekuasaan untuk memastikan pengantar praktisnya. Apakah kepentingan kebijakan keamanan Amerika Serikat serta memerangi komunisme merupakan motif krusial, atau apakah dia mengetahui bagaimana untuk mengemas pekerjaan pembangunan dia dengan cerdas dalam ketentuan-ketentuan politik, sebagaimana kritik realistis dianggap berasal darinya, merupakan sebuah pertanyaan terbuka. Mau tak mau, tidak terhitung korban dari rakyat Vietnam serta terbilang korban Amerika dalam Perang Vietnam juga merupakan bagian dari penilaian dia. Judul dari buku otobiografinya yang terakhir, diterbitkan sesudah dia meninggal dunia, adalah Concept and Controversy: Sixty Years of Taking Ideas to Market. Karya-karya utama Rostow, W.W. (1960) The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto, Cambridge: Cambridge University Press, edisi ke-2 1971. (1971) Politics and the Stages of Growth, Cambridge: Cambridge University Press. (1975) How It All Began: Origins of the Modern Economy, London: Methuen. (1978) The World Economy: History & Prospect, London: Macmillan. (1980) Why the Poor Get Richer and the Rich Slow Down: Essays in the Marshallian Long Period, London: Macmillan.

(1985) Eisenhower, Kennedy and Foreign Aid, Austin, TX: University of Texas Press. (1990) Theorists of Economic Growth from David Hume to the Present: With a Perspective to the Next Century, New York: Oxford University Press. (2003) Concept and Controversy: Sixty Years of Taking Ideas to Market, Austin, TX: University of Texas Press. Rostow, W.W. dan Millikan, M.F. (1957) A Proposal: Key to an Effective Foreign Policy, New York: Harper; repro 1976, Westport, CT: Greenwood Press. Bacaan lanjutan Baran, P.A. dan Hobsbawm, E.J. (1961) Tahapan-tahapan Pertumbuhan Ekonomi, Kyklos 14(2): 234242. Cornwell, R. (2003) Walt Rostow: Perang Vietnam Super-militeristik Penasihat Presiden Kennedy dan Johnson, The Independent, 17 Februari, London

(www.independent.co.uk). The Economist (2003) Walt Rostow: Penasihat Perang Vietnam, Meninggal pada 13 Februari, di Usia 86 Tahun, Seri 366(8312), 22 Februari: 101 (www.economist.co.uk). Fishlow, A. (1965) Tahapan Ekonomi yang Kosong?, Economic Journal 75(297): 112 125. Foster-Carter, A. (1976) Dari Rostow ke Gunder Frank: Konflik Paradigma dalam Analisis Keterbelakangan Pembangunan, World Development 4: 167180. Hodgson, G. (2003) Walt Rostow: Penasihat Liberal Perang Dingin bagi Presiden Kennedy yang Mendukung Intervensi Amerika Serikat yang Merusak di Vietnam, The Guardian 17 Februari, London (www.guardian.co.uk).

Kindleberger, C.P. dan Di Tella, G. (eds) (1982) Economics in the Long View: Essays in Honour of Walt Whitman Rostow. Vol. 1: Models and Methodology. Vol. 2: Applications and Cases, Part I. Vol. 3: Applications and Cases, Part II. London: Macmillan. Meier, G.M. (ed.) (1987) Pioneers in Development, Seri Kedua, New York: Oxford University Press. Meier, G.M. dan Seers, D. (eds) (1984) Pioneers in Development, New York: Oxford University Press. North, D.C. (1958) Catatan tentang Lepas Landas Profesor Rostow ke dalam Pertumbuhan Ekonomi Mandiri, The Manchester School of Economic and Social Studies 26: 6875. Ohlin, G. (1961) Refleksi tentang Doktrin Rostow, Economic Development and Cultural Change 9(4): 648655. Pearce, K.C. (2001) Rostow, Kennedy, and the Rhetoric of Foreign Aid, East Lansing: Michigan State University Press. Rosowsky, H. (1965) Lepas Landas ke dalam Kontroversi Berkelanjutan, Journal of Economic History 25(2): 271275. Rostow, W.W. (ed.) (1963) The Economics of Take-off into Sustained Growth: Proceedings of a Conference Held by the International Economic Association, New York: S. Martins Press. Ulrich Menzel E.F. (FRITZ) SCHUMACHER (19111977) Buku Fritz Schumacher (1973) Small is Beautiful: A Study of Economics as if People Mattered tidak diragukan lagi merupakan peristiwa penting dalam mendorong definisi

ulang dari hubungan kompleks antara masyarakat, lingkungan, teknologi serta pembangunan. Schumacher menantang ortodoksi dan mengangkat isu-isu yang relevan sampai sekarang, dengan menghadirkan penekanan pada hal-hal seperti perubahan iklim, polusi dan keberlanjutan. Ia benar-benar memiliki dampak global, dengan lebih 700.000 kopi terjual dalam banyak bahasa. Sebagaimana Peter Lewis (1974) berkomentar dalam catatan sampul dari edisi bersampul tipis, // Sebuah buku tentang pembangkit semangat serta harapan dan benar-benar naluri mengenai masa depanPesan dasar di dalam buku yang dengan luar biasa memprovokasi pemikiran ini adalah bahwa manusia menarik bumi dan dirinya sendiri keluar dari keseimbangan dengan menerapkan hanya satu tes terhadap segala hal yang dikerjakannya: uang, laba dan karenanya operasi-operasi raksasa. Alih-alih kita harus mempertanyakan, bagaimana tentang biaya dalam pemahaman manusia, dalam kebahagiaan, kesehatan, kecantikan dan pelestarian Planet Bumi? // Lebih dari seperempat abad setelah kematian prematurnya di tahun 1977, Schumacher masih secara universal dikaitkan dengan buku dan konsep teknologi lanjutan yang dipopulerkannya. Namun, baik buku ini maupun karya dia yang lebih sedikit dikenal, seri kedua yang lebih teoretis (Schumacher 1977), merepresentasikan kulminasi dari pemikiran seumur hidup yang mendalam serta komitmen yang tidak kenal lelah, yang distimulasikan oleh perjalanan Schumacher dan perjumpaan pribadinya, bacaan dia yang luas serta pengetahuan dan pemahamannya nan impresif. Ernst Friedrich (Fritz) Schumacher dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1911 di Bonn, Jerman, putera dari seorang profesor ekonomi yang karismatik dan mempunyai jaringan

luas. Dia mengikuti langkah ayahnya dengan memelajari hukum dan ilmu ekonomi, mula-mula di Universitas Bonn. Kemudian, pada Oktober 1930, dia memeroleh beasiswa Rhodes untuk belajar di Oxford. Tetapi bahkan sebelum dia mengambil posisinya, di usia 18 tahun dan pada kunjungan pertamanya ke Inggris, dia diperkenalkan kepada John Maynard Keynes, yang mengundang Fritz muda untuk mengikuti seminar-seminar prestisius dia di Cambridge. Inggris pada tahun 1930-an bukanlah sebuah tempat yang nyaman bagi seorang pemuda Jerman untuk berdiam, dan pada segala hal dia tidak menyukai Oxford, sehingga dia meminta tahun tambahan dari beasiswanya untuk ditempatkan di Columbia University, New York. Di Columbia University, dia jauh lebih betah dan mengembangkan hubungan baik dengan profesor perbankan yang vokal, Parker Willis, yang, mengakui kemampuan serta potensi pemuda berusia 22 tahun ini, dan mengundang Fritz untuk memberikan serangkaian perkuliahan dan seminar pada 1933. Setahun kemudian dia kembali ke Jerman, namun situasi yang memburuk di sana memaksa Fritz dan isterinya yang masih muda, Muschi Petersen, untuk bertolak menuju London di tahun 1937. Melalui koneksinya yang banyak, Fritz ditawari penginapan kecil untuk pekerja pada perkebunan Lord Brand di Eydon, Northamptonshire, di mana dia berdiam selama masa perang, bekerja pertama kali sebagai buruh tani, dan kemudian, sejak 1942, di Institut Statistik Oxford. Suatu periode yang dihabiskan selama tahun 1940 dalam sebuah kamp tawanan di Prees Heath, Shropshire, mengalami kondisi fisik dan emosional yang keras, memiliki dampak spesifik bagi perkembangan pribadi Schumacher. Empat bulan setelah memasuki kamp, dia terpilih sebagai pemimpin kamp oleh para sesama tahanan, dan adalah di sana di mana dia mulai mengapresiasi relevansi

ide-ide Marx serta pentingnya memahami dimensi politik dan sosial dari isu-isu ekonomi. Sebagaimana puterinya, Barbara Wood, menuliskan dalam biografinya mengenai sang ayah, Ketika dia dibebaskan dari Prees Heath, dia muncul bukan sebagai seorang pria yang bangkit dari kondisi sulit yang pergi bersama kelaparan kebebasan, tetapi seakan-akan dia kembali dari sebuah seminar yang mendorong, berapi-api dengan gagasan-gagasan serta visi baru. He meninggalkan Prees Heath dengan bergairah (Wood 1984: 113) Schumacher menjadi seorang warga Inggris pada April 1946, dan pada November 1949 ditawari posisi Penasihat Ekonomi Dewan Batu-bara Nasional (NCB), yang menjadi tempat kerjanya sampai pensiun dini di tahun 1971. Dalam pada itu, serta menyusul kunjungan ke Burma (1955) serta India (1961 dan 1962), pada 1965 dia bekerjasama dengan koleganya di NCB, George McRobie, untuk mendirikan Grup Teknologi Pembangunan Lanjutan (ITDG). Dengan latar belakangnya dalam ilmu ekonomi, Fritz Schumacher begitu sadar akan kepustakaan dan memahami dengan memadai untuk merasa yakin dalam menantang sudut pandang ortodoks. Karya awal dia berfokus pada pertanyaan tentang pengangguran serta antarmuka antara tenaga kerja dan teknologi. Pada Jerman pra-perang dia mengkhawatirkan enam juta pengangguran, dan dia membicarakan apa yang disebutnya Rencana Peningkatan Dunia dari Fritz, sebuah skema insentif bagi para produsen manufaktur untuk mempekerjakan manusia daripada mesin. Di tahun 1943, dia menulis sebuah pamflet untuk Komunitas Fabian yang berhaluan sayap kiri dengan judul Export Policy and Full Employment, serta dia belakangan bekerja dengan erat bersama Sir

William Beveridge (arsitek negara kesejahteraan Inggris), dalam menghasilkan laporan mengenai Full Employment in a Free Society (1944). Pengalaman-pengalaman ini, digabungkan dengan bacaannya tentang Marx dan Lenin, menimbulkan keprihatinan mendalam Schumacher untuk moralitas, dan sifat alami kerja di mana masyarakat melakukannya serta bagaimana mereka merasakannya. Pada awal 1940-an, dia mengatakan kalau dia memandang Lenin sebagai lebih menarik dan mencerahkan daripada segala hal yang diketahuinya (Wood 1984: 137). Pada waktu itu, Schumacher tidak toleran terhadap agama, meyakini bahwa kecerdasan dan Kekristenan adalah tidak cocok. Namun, pandangan dia mengenai agama perlahan-lahan berubah. Tidak diragukan lagi kunci kejadian dalam perkembangan pribadinya adalah tiga bulan yang dia habiskan di Burma (Myanmar) pada 1955 sebagai Penasihat Ekonomi yang didanai PBB dari NCB. Dia menjadi terpesona dengan pendekatan agama Buddha terhadap ekonomi, yang membuat perbedaan antara sumber daya dapat diperbarui dengan yang tidak bisa diperbarui. Di sini juga terdapat keterkaitan dengan kepentingan yang sudah lama eksis dalam lapangan kerja. Dalam sebuah pasal mengenai Perekonomian Buddha dalam Small is Beautiful, dia berkomentar: Permulaan paling awal dari perencanaan ekonomi Buddha adalah perencanaan untuk lapangan kerja yang tersedia sepenuhnya (full employment)Sementara kaum materialis terutama tertarik pada barang-barang, Buddha terutama tertarik pada pembebasan Kunci perekonomian Buddha, karena itu, adalah kesederhanaan dan non-kekerasan Dari sudut pandang seorang ekonom, keajaiban dari cara hidup Buddha adalah

rasionalitas dari polanyadengan mengagumkan kecil berarti menuju pada hasil yang sangat memuaskan. (Schumacher 1974: 47) Schumacher juga kagum dengan pandangan Gandhi, yang meyakini kalau kaum miskin dunia tidak dapat dibantu oleh produksi massal, hanya oleh produksi oleh massa (ibid.: 128). Kunjungan ke Burma dan India juga menyalakan ketertarikannya pada teknologi. Dalam konteks yang belakangan ini, Schumacher meyakini bahwa keputusan kolektif tunggal terbesar di mana semua negara dalam posisi India harus mengambilnya adalah pilihan teknologi (ibid.: 175). Daripada dengan tanpa menanyakan transfer teknologi dari negara kaya pada negara miskin, dia berpendapat bahwa adalah terutama diperlukan, yakni teknologi lanjutan/menengah (intermediate technology), yang superior terhadap teknologi primitif yang sudah ketinggalan zaman, serta lebih murah dan bebas daripada teknologi negara maju. Namun dia skeptis terhadap teknologi canggih, dan, terutama, perannya yang meragukan dalam mengurangi kemiskinan: Dapatkan kita mengembangkan sebuah teknologi yang benar-benar membantu untuk memecahkan masalah kitateknologi dengan wajah manusia? (ibid.: 123). Pada suatu konferensi yang diikuti para ekonom terkemuka di Cambridge pada September 1964, dia mempresentasikan makalah dengan argumentasi kuat mengenai motivasi ekonomi untuk teknologi lanjutan/menengah, yang menyebabkan kericuhan serta terbukti menjadi titik pembicaraan dari keseluruhan konferensi. Fritz Schumacher juga dengan mendalam memperhatikan kualitas hidup manusia, serta perlunya meningkatkan banyak dari mereka yang menganggur, miskin dan elemen-

elemen marjinal lain dari perekonomian dan masyarakat. Sebagaimana teknologi perlu mempunyai wajah manusia, jadi, dia berpendapat ilmu ekonomi harus

mendemonstrasikan kepedulian yang lebih besar atas dimensi manusia, sebagaimana manusia adalah signifikan. Schumacher mengemukakan bahwa, Ilmu ekonomi dan standar hidup dapat diurus oleh sebuah sistem kapitalis, dibuat lebih moderat oleh sedikit perencanaan serta redistribusi perpajakan. Namun budaya dan, secara umum, kualitas hidup, sekarang hanya bisa direndahkan oleh sistem seperti itu. (ibid.: 217) Dia juga mempertanyakan peran ilmu ekonomi dalam mengklarifikasi makna dan sifat alami pembangunan dalam konteks untuk negara kaya maupun negara miskin, mengamati bahwa, Pembangunan ekonomi adalah sesuatu yang jauh lebih lebar dan lebih mendalam daripada ilmu ekonomi, apalagi ekonometrik. Akarnya terletak di luar bidang ekonomi, dalam pendidikan, organisasi, disiplin serta, melampaui itu, dalam kemerdekaan politik serta suatu kesadaran nasional atas kemandirian (ibid.: 171). Schumacher mengkritik fokus dari banyak tulisan ekonomi; Kita tidak mendekati ilmu ekonomi terutama dari sudut pandang manusia; kita mendekatinya dari sudut pandang produksi barang-barang, dan manusia sebagai sejenis pikiran sesudahnya (McRobie 1981: 6). Dia kerapkali memuji-muji kebaikan dari apa yang disebutnya sebagai ilmu ekonomi non-kekerasan, dan di tahun 1960 menulis sebuah artikel yang banyak dikutip untuk koran Minggu, Observer, di mana dia mengatakan, Suatu cara hidup yang menjadi lebih cepat menguras kekuatan bumi untuk memeliharanya serta menimbun lebih banyak problem yang tidak bisa memiliki solusi untuk tiap yang berikutnya hanya disebut kekerasan. Ia bukanlah cara hidup di mana

seseorang akan menyaksikannya diekspor ke negara-negara yang belum berkomitmen padanya. (Observer, 21 Agustus 1960) Schumacher juga tertarik dengan sifat alami lingkungan kerja serta pengalaman kerja, dan dalam Small is Beautiful dia menuliskan mengenai Pola-pola baru kepemilikan, di mana perusahaan-perusahaan besar bisa dipilah-pilah ke dalam anak perusahaan yang lebih kecil dan lebih ramah bagi pekerja, di mana semua pekerja dapat merasakan adanya kepemilikan serta menerima penghargaan yang sepadan dengan upaya mereka, sebagaimana tercerminkan dalam produksi dan kemampulabaan. Dia meyakini bahwa, orang [seharusnya] mempunyai kesempatan untuk menikmati diri mereka sendiri sambil mereka bekerja, daripada bekerja semata-mata demi penghasilan mereka dan berharap, biasanya dengan muram, untuk suka cita yang semata-mata berasal dari masa liburan atau rekreasi (Schumacher 1974: 1617). Isu-isu lingkungan adalah keinginan yang abadi dari Schumacher. Segera setelah mendirikan rumah keluarga di Caterham, Surrey pada tahun 1950, dia menjadi seorang tukang kebun yang antusias serta anggota aktif Soil Association, bereksperimen dengan metode-metode organik di taman belakang miliknya sendiri. Pada skala yang lebih luas, dia berpendapat bahwa, Dalam pertanian dan hortikultura, diri kita dapat tertarik pada kesempurnaan metode produksi yang secara biologis membahana, membangun kesuburan lahan, serta menghasilkan kesehatan, kecantikan dan kepermanenan. Produktivitas kemudian akan memelihara dirinya sendiri (ibid.: 1617). Dia merupakan pendukung antusias Soil Association dan mengacu pada tujuan-tujuannya secara teratur

dalam tulisan serta pengajaran-pengajaran dia. Di tahun 1970 dia menjadi Presiden asosiasi tersebut. Dia juga menekankan mengenai penggunaan yang tidak proporsional dari sumber daya yang tidak dapat diperbarui oleh negara-negara kaya, merujuk pada kasus Amerika Serikat, sebanyak 5,6% dari populasi yang berdiam di Amerika Serikat memerlukan pesanan 40% dari sumber daya primer dunia untuk terus berjalan (ibid.: 98). Negaranegara besar dan organisasi yang kuat juga bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan. Fritz Schumacher merupakan seorang orator brilian serta secara reguler diundang guna berbicara pada banyak kesempatan di seluruh dunia, ketidakhadirannya yang kerap dari NCB dengan murah hati diperkenankan oleh sang bos, Lord Robens. Schumacher mengunjungi Presiden Peru, kemudian Julius Nyerere dari Tanzania, di mana Deklarasi Arusha mengenai Sosialisme Afrika sangat mengimpresi dia. Kunjungan tingkat tinggi lain dilakukan ke Zambia dan Afrika Selatan, dan pada 1977, dia memberikan enam pekan tur pengajaran dari pesisir ke pesisir di Amerika Serikat serta diundang untuk bertemu dengan Presiden Jimmy Carter di Gedung Putih. Perkuliahan akhir Schumacher, diberikan di Caux, Switss pada tanggal 3 September 1977, sehari sebelum dia ambruk dan meninggal, adalah khusus. Direproduksi dalam McRobie (1981), pengajaran, Teknologi untuk Masyarakat Demokratis, mempunyai pesan kunci baik untuk negara industri maju maupun negara berkembang bahwa dunia harus mulai mengembangkan teknologi yang lebih harmonis dengan masyarakat dan lingkungan, serta mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang tidak dapat diperbarui (McRobie 1981: 1). Perkuliahan dia di University of London mengenai Problem-problem Krusial Kehidupan Modern sangat populer dengan para mahasiswa

serta memicu banyak perdebatan. Pada ini, dia menyeru untuk meningkatkan kesadaran, atau suatu pembangunan dari dalam, jadi kebutuhan untuk survival dunia dapat dikerjakan dengan hati-hati serta diletakkan ke dalam praktik. Sebagaimana dia belakangan menuliskan, Di mana-mana orang bertanya: Apa yang sebenarnya dapat saya kerjakan? Jawabannya adalah sesederhana sebagaimana ia membingungkan: kita bisa, masing-masing dari kita, bekerja untuk meletakkan rumah kita sendiri ke dalam tatanan (Schumacher 1974: 249250). Pesan Schumacher telah dibawa ke depan dalam begitu banyak cara. ITDG dan Soil Association telah melangkah dari satu kekuatan pada kekuatan lain, bersama-sama dengan Schumacher UK (mempromosikan pembangunan berkesinambungan skala manusia) berbasis di Bristol, E.F. Schumacher Society di Great Barrington, Massachusetts (Amerika Serikat), Schumacher College di Devon (Inggris), serta New Economics Foundation di London (Inggris), untuk menyebutkan beberapa di antaranya. Fakta bahwa organisasi-organisasi ini eksis sekarang ini, lebih dari serempat abad setelah wafatnya Schumacher, adalah merupakan kesaksian itu sendiri atas kekuatan dan relevansi gagasan-gagasan dia. Pemanasan global, polusi, penipisan sumber daya yang tidak dapat diperbarui, pengurangan kemiskinan, pembangunan berkelanjutan, sifat dasar serta dampak dari teknologi-teknologi yang berbeda, pertanian organik dan, tentu saja, kualitas hidup, semuanya tetap menjadi agenda internasional dan nasional terkemuka pada abad ke-21. Ini tentu saja menjadi indikasi untuk signifikansi pesan inspirasional dari Schumacher, dan juga bahwa dia benar-benar di depan pada zamannya. Penghargaan

Penulis berterima kasih kepada Andrew Scott, Direktur Kebijakan dan Program Intermediate Technology Development Group, atas nasihatnya yang bernilai dalam melakukan pendalaman serta penelitian bahasan ini. Karya-karya utama Schumacher, E.F. (1973) Small is Beautiful: A Study of Economics as if People Mattered, London: Blond and Briggs (edisi buku dengan sampul tipis, London: Abacus, 1974). (1977) A Guide for the Perplexed, London: Jonathan Cape. (1979) Good Work, London: Harper and Row. Bacaan lanjutan ITDG (2003) Small is Working: Technology for Poverty Reduction, Paris: UNESCO/ ITDG/TVE. Kirk, G. (ed.) (1982) Schumacher on Energy, London: Jonathan Cape. Kumar, S. (ed.) (1980) The Schumacher Lectures, London: Blond and Briggs. McRobie, G. (1981) Small is Possible, London: Jonathan Cape. Schumacher, E.F. (1943) Export Policy and Full Employment, London: Fabian Society, Seri Riset No. 77. Scott, A. (1996) Teknologi yang Cocok: adakah ia Siap untukdan Relevan bagi Milenium?, Appropriate Technology 23(3): 14. Smillie, I. (2000) Mastering the Machine Revisited: Poverty, Aid and Technology, London: Intermediate Technology Publications. Wood, B. (1984) Alias Papa: A Life of Fritz Schumacher, London: Jonathan Cape. Tony Binns DUDLEY SEERS (19201983)

Dunia dengan tidak mudah adalah luas untuk mencakup seseorang dalam seumur hidupnya, tulis Dudley Seers dalam Pengantar bagi karya dia yang terpenting, diselesaikan hanya beberapa saat sebelum kematiannya, The Political Economy of Nationalism (1983). Bukan merupakan suatu isyarat untuk membanggakan diri, daftar dia atas lebih dari 35 negara di mana dia telah bekerja berarti menggarisbawahi beberapa fitur unik dari karya pembangunannya: keyakinan dalam sebuah keterlibatan yang mantap dengan situasi nyata sebagai basis untuk pengetahuan yang dapat diandalkan serta formulasi kebijakan; pikiran bahwa pengetahuan sebagian besar dipengaruhi oleh pengalaman dan konteks sejarah seseorang; serta sebuah kecenderungan akut untuk mempertanyakan kebenaran yang terbentuk, termasuk miliknya sendiri. Fakta bahwa negara-negara di mana dia bekerja kebetulan berukuran kecil atau menengah (misalnya Kolombia, Sri Lanka, dengan sebagian dalam tahun-tahun awal transformasi radikal termasuk Kuba, Cile, dan Portugal) membuat dia menyadari akan isu-isu yang akan berulang dalam kehidupannya, termasuk ketergantungan dan kesenjangan. Dia yang terpenting merupakan seorang pemikir independen yang bekerja di dalam kerangka kerja strukturalis yang beradaptasi bukan terhadap paradigma-paradigma neo-klasik maupun neo-Marxis. Ketertarikan Seers pada data empiris dapat dilacak kembali pada hari-hari awalnya sebagai seorang ahli statistik di Oxford pada tahun 1940-an. Kontribusi dia di bidang ini adalah substansial, meliputi topik-topik seperti indikator-indikator pembangunan sosial (1972, 1977); artikulasi antara problem-problem politik-ekonomi, model-model perencanaan, dan sistem akuntansi nasional (lihat kontribusi dia pada sebuah seri untuk menghormati salah satu kolaboratornya, Hans W. Singer (Seers 1976a)); dan desakan

atas keandalan statistik pada aspek-aspek kunci dari sosial-ekonomi serta kehidupan kebudayaan suatu negara yang dapat secara realistik menginformasikan perencanaan target-target untuk sumber daya kunci serta gaya konsumsi (1976b: 12). Namun, ketertarikan Seers pada statistik, adalah secara karakteristik merupakan refleksi diri; dia menegaskan seketika itu bahwa angka-angka adalah artifak serta mengakui bahwa pengetahuan yang mendasari segala sistem akuntansi di sana terletak pandangan dunia. Sebagaimana Richard Jolly (1992: 494) menempatkannya, adalah di bidang perencanaan nasional dan statistik di mana Seers dengan mendalam radikal, bisa jadi secara lebih konstruktif radikal daripada dalam bidang lain dari karya dia. Sekarang ini kita dapat menyebut Seers sebagai seorang constructivist, meyakini bahwa statistik bukanlah secara nilai netral, karena ia menarasikan cerita-cerita bermuatan kekuasaan mengenai dunia. Dia mendesak para perencana untuk mengembangkan statistik yang dapat menangani penyebab kemiskinan dengan efektif. Seers paling dikenal atas dua intervensi krusial dalam perdebatan pembangunan: ketidakcukupan ekonomi neo-klasik bagi negara-negara non-industri maju, serta kritik dia atas pertumbuhan sebagai standar pembangunan. Dimulai pada awal tahun 1960-an, dia menerbitkan sedikit makalah yang sangat baik mengenai topik-topik ini yang menjadi di antara yang paling dikenang. Ketertarikan ini dipengaruhi oleh tahun-tahun perkembangannya di Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin (ECLA, atau CEPAL dalam bahasa Spanyol, 19571961). Ini merupakan tahun-tahun ketika model inti-periferi dari pendiri CEPAL Ral Prebisch untuk keterbelakangan pembangunan mulai menunjukkan hasil, pada era 1960-an, dalam

perspektif ketergantungan yang terkenal. Tantangan Prebisch terhadap isme neo-klasik serta penekanan pada faktor-faktor struktural tidak dilewatkan oleh Seers. Keterbatasan Kasus Khusus (1963) menghasilkan argumentasi bahwa doktrin-doktrin ekonomi serta obsesi yang dikembangkan untuk perekonomian industri adalah sebagian besar tidak dapat diterapkan pada negara-negara berkembang karena bingkai acuan yang secara fundamental berbeda bahkan, doktrin-doktrin ini diterapkan pada kasus yang sangat spesial (1963: 45); apa yang dibutuhkan adalah kerangka kerja yang tidak mengubah fitur-fitur definisi tidak kasat mata dari perekonomian yang masih belum maju (misalnya sistem ikatan waktu dari pertanahan yang sudah berakar, ketergantungan ekonomi dan politik). Yang kurang diperhatikan dalam karya Seers adalah kepeloporannya dalam analisis epistemologi (cabang ilmu filsafat mengenai

pengetahuan). Pada waktu ketika daya tarik terhadap paradigma serta program-program penelitian baru saja terpikirkan atau masih akan muncul, analisis Seers membentuk statemen jelas mengenai bagaimana doktrin-doktrin ekonomi mencari hegemoni serta saling menggantikan satu sama lain, menekankan sebagian dari praktik-praktik sentral di mana diskursus sains dikembangkan, termasuk pemanfaatan buku-buku teks serta pendidikan kesarjanaan. Dia menemukan bahwa para kolega ekonomnya dengan nyaman tidak menyadari akan kenyataan ini, terselamatkan untuk pengecualian seperti mentornya, Profesor Joan Robinson. Perekonomian Marxis juga rentan terhadap kritik yang sama. Dalam Kelahiran, Kehidupan, dan Kematian Ekonomi Pembangunan dia menambahkan kenyamanan profesional serta kepentingan karir (1979: 709) di antara faktor-faktor yang mengondisikan hegemoni atas teori-teori ekonomi tertentu.

Di mana Seers menemukan adalah lebih umum bagi warga Amerika Latin yang menekankan faktor-faktor struktural daripada mereka yang menerapkan apa yang diyakini sebagai model ekonomi universal (1981) merupakan akar dari kritik dia atas pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan sekaligus pengukur pembangunan. Alih-alih, dia mengajukan suatu pandangan yang selayaknya mengenkapsulasi dalam sebuah frase yang sering dikutip dari Apa yang Kita Coba untuk Ukur?: // Pertanyaan-pertanyaan untuk mengkritisi pembangunan suatu negara adalah karenanya: Apa yang terjadi terhadap kemiskinan? Apa yang terjadi terhadap pengangguran? Apa yang terjadi terhadap ketidaksetaraan? Jika semua tiga hal ini menjadi berkurang, maka melampaui keraguan terdapat periode pembangunan untuk negara yang bersangkutan. // Jika tidak, walaupun tingkat pesat pertumbuhan, adalah aneh untuk menyebut hasilnya sebagai pembangunan (1972: 24). Seiring waktu, proposalnya akan memengaruhi transformasi-transformasi yang demikian cepat dalam pemikiran pembangunan sebagaimana pendekatan redistribusi pertumbuhan dari era tahun 1970-an serta kebijakan pembangunan yang menonjol pada 1980-an dan 1990-an sebagaimana pendekatan kebutuhan dasar, penyesuaian dengan perwajahan manusiawi, serta indikatorindikator pembangunan manusia (dipelopori oleh Hans Singer, Richard Jolly, Hollis Chenery, Paul Streeten, Mahbub ul Haq dan Amartya Sen). Seers juga seringkali mengacu pada persyaratan sosial, budaya dan politik yang dapat membuat pembangunan menjadi bermakna. Kematiannya memperpendek pembangunan dari kerangka kerja ini, sebuah tugas yang tetap berhubungan hingga sekarang. Selama dekade terakhir kehidupannya, karya Seers mengambil perubahan signifikan dalam dua hal: aplikasi dari kerangka kerja pembangunannya pada Eropa, menekankan

nasionalisme, serta radikalisasi pandangan dia mengenai Dunia Ketiga. Hasilnya adalah kerangka kerja terintegrasi di mana (a) mencakup keseluruhan dunia dan berfokus pada problem-problem global, mengenai hal yang spesifik; serta (b) mempertimbangkan pembangunan ekonomi ke dalam suatu bidang interdisiplin yang meliputi semua dimensi penting pembangunan (1977, 1979, 1983). Dia bahkan mengemukakan bahwa teori ketergantungan dapat menjadi lebih berhubungan bagi banyak situasi di Eropa dibandingkan teori-teori neo-klasik; ini merupakan kasus ketika memikirkan mengenai periferi Eropa itu sendiri (misalnya Eropa bagian selatan) atau regional terbelakang di dalam negara-negara inti, seperti sebelah selatan Italia atau dataran tinggi Skotlandia (Seers, Schaffer dan Kiljunen 1979; De Brandt, Mndi dan Seers 1980). Kekecewaan dia dengan internasionalisme peningkatan ketergantungan negara-negara di mana dia melihatnya sebagai ekivalen dengan dominasi adidayadisertai dengan observasi bahkan sistem internasional Perang Dingin telah menjadi tidak dapat dipertahankan. Ini merupakan tahun-tahun di mana Klub Roma melaporkan mengenai keterbatasan Bumi untuk bertumbuh (contohnya Meadows et al. 1972), di mana, Seers merasakan, baik kapitalisme maupun sosialisme gagal untuk menyediakan jawaban. Menambahi ini adalah persistensi nasionalisme, dalam buku terakhirnya dia mempostulatkan suatu jalur ketiga bagi pembangunan, berdasarkan pada bentuk bijaksana atas nasionalisme serta secara parsial blok regional nan mandiri. Kemandirian dalam bahan baku makanan pokok, teknologi dan budaya merupakan basis dari segala strategi pembangunan nasionalis dan regional. Perubahan struktur permintaan (terutama pola-pola konsumsi) adalah esensial berkenaan dengan ini, yang menyeru bagi pemangkasan pengaruh

korporasi-korporasi transnasional dalam tiga area ini. Kerangka kerja Seers menyerupai posisi-posisi yang dianjurkan oleh para intelektual radikal Dunia Ketiga, terutama konsep swasembada (self-reliance) dari Julius Nyerere serta strategi Samir Amin mengenai delinking. Sekarang ini kita bisa menyatakan ulang tesis Seers dalam pengertian de-linking selektif serta keterlibatan kembali yang juga selektif, cukup berbeda dari apa yang menjadi berlaku dalam era neoliberal ThatcherReaganBush. Pemikiran antisipatif dari Seers juga terlihat dalam diskusi dia, seringkali dengan insindental, tentang topik-topik yang jarang dibahas pada zamannya, seperti ras, agama dan budaya dalam pembangunan. Dia memimpin lima misi negara interdisiplin (khususnya bagi Program Tenaga Kerja Global milik lembaga PBB Organisasi Buruh Internasional/ILO), yang masing-masing berlangsung antara empat hingga enam minggu serta masing-masing menghasilkan laporan kebijakan dan konseptual utama. Dia menduduki banyak posisi kunci di dalam organisasi-organisasi akademik, PBB, serta organisasi non-pemerintah seperti Komunitas untuk Pembangunan Internasional (LSM pembangunan yang paling berpengaruh pada waktu itu). Secara kelembagaan, dia akan tetap paling dikenal sebagai direktur pertama Institut Studi Pembangunan di Sussex (19671972). Sejak permulaannya, lembaga ini menjadi tempat paling menarik di dunia maju bagi para mahasiswa muda yang ingin mengejar karir pencerahan di bidang pembangunan; dia juga membantu menyediakan surga di lembaga tersebut bagi para cendekiawan yang melarikan diri dari kediktatoran militer dari Amerika Selatan serta Eropa Timur, yang menambahkan suasana penuh kehidupan pada tempat tersebut.

Dudley Seers dilahirkan pada tanggal 11 April 1920, seorang pria kulit putih, kelahiran Inggris, Kristen, sebagaimana dia cenderung mengatakan pada permulaan perkuliahan dia guna memperingatkan para mahasiswa mengenai bias-bias dalam karyanya. // Mengedepan dalam keluarga seorang eksekutif General Motors, dididik di suatu sekolah persiapan dan Rugby, kemudian di Cambridge, dan menempati posisi sebagai perwira Angkatan Laut Kerajaan [19411945] serta dalam kedinasan pegawai negeri di dalam maupun di luar negeri, adalah menjadi tahanan seumur hidup dari lembagalembaga ini, bahkan (bisa jadi terutama) ketika seseorang bereaksi terhadap perilaku di mana mereka mencoba untuk memengaruhinya. (Seers 1983: 11) Kesadarannya yang sangat besar terhadap kesejarahan dari semua pengetahuanyang sekarang ini berada di bawah rubrik posisionalitas merupakan patut dicontoh untuk momen dia. Bahwa ini terdengar seolah-olah dia adalah seorang posmodernis avant la lettre, ia seharusnya diingat bahwa ketajaman reaksi otomatisnya berdampingan dengan komitmen mendalam terhadap sebagian dari narasi agung mengenai modernitas, tentu saja egaliterianisme serta suatu humanisme memasukkan dengan tradisi-tradisi terbaik dari pemikiran kritis. Dia tidak jauh diri dari mengajukan solusi-solusi yang bisa dipraktikkan terhadap apa yang dipandangnya sebagai problem-problem yang menekan saat itu; pragmatisme dia dikonfirmasikan oleh diagnosis realistis atas kekuasaan serta suatu ketidakpercayaan atas tujuan-tujuan hebat pembangunan yang lazim dalam kepustakaan pada waktu itu (lihat kritik dia yang ironis sekaligus tidak berkompromi atas Brandt Report (1980) mengenai hubungan UtaraSelatan, yang muncul dari analisis Seers sebagai sebuah hal paradigmatik dari suatu diskursus yang menjadi liar).

Pemikiran Seers yang mengetahui apa yang akan terjadi dapat ditemukan pada hasrat atas sejumlah isu; dia, pada akhirnya, merupakan seorang anak dari zamannya. Bahkan jika dia selalu berkeinginan untuk mengkreasikannya kembali, dia percaya pada pembangunan bisa jadi karena, sebagaimana Profesor Singer (1983) menempatkannya, dia merupakan seorang visioner praktis yang mempunyai ketangkasan khusus untuk membuat ide-ide serta visinya diterjemahkan ke dalam praktik. Dia bukanlah seorang yang menentang pemujaan lembaga-lembaga yang sudah ada dalam pendirian, misalkan, Ivan Illich di antara kolega kontemporernya yang lebih radikal; dia kritis terhadap banyak aspek dari tradisi Pencerahan namun tidak menyerukan bagi suatu pemeriksaan sistematik. Namun, dia memenuhi sebuah peran yang begitu penting sebagai salah satu dari sedikit enfants terribles (seseorang yang perilaku atau idenya mengguncangkan mereka yang berpegang pada gagasan-gagasan konvensional) nyataatau, dengan lebih akurat, suara hati kritis dari era pembangunan, dan dia dihormati oleh para ahli teori Marxis maupun neo-klasik, walaupun fakta bahwa keduanya sama-sama merupakan target dari pena dia yang tajam itu. Pada waktu dia meninggal pada 21 Maret 1983, dia menjadi referensi yang tidak terhindarkan di bidang pembangunan. Dia adalah, dan tetap, merupakan salah satu pemikir terbaik serta semangat yang bertautan untuk bekerja bagi kesejahteraan dari apa yang disebut, dalam apa yang dicirikan dia sebagai bahasa diperhalus yang menjijikkan dari PBB, Dunia Ketiga. Banyak dari karya dia adalah relevan sekarang ini seperti ketika mereka muncul untuk pertama kalinya, dengan beberapa adaptasi terkait. Pengujian kritis dari ilmu ekonomi ortodoks (dekonstruksi, dalam jargon saat ini) adalah sama menekannya sekarang seperti pada masa Keterbatasan Kasus Khusus, memberikan hal

berlebih yang kian besar atas ekonometri serta hegemoni pendekatan neo-liberal. Nasionalisme dan blok regional yang mampu melawan kekuatan imperialis yang ada saat ini telah, apapun, menjadi isu-isu lebih menonjol sekarang; bahkan sebagian upaya kontemporer untuk mengendalikan multikulturalisme tidak akan menjadi inkonsisten dengan visi dia untuk kasus Eropa. Terdapat banyak hal yang akan ditentangnya dari apa yang terjadi sekarang iniinternasionalisme kekuatan-kekuatan pasar yang melayani dirinya sendiri, dampak berbahaya dari media global terhadap kebudayaan dunia, serta apa yang tampak sebagai penyerahan dari lembaga-lembaga pinjaman internasional untuk mendikte suatu dunia yang dijalankan oleh, dan untuk keuntungan, perusahaanperusahaan transnasional raksasa. Kerangka kerja pembangunan dia tentu saja tidak menjadi bagian dari arus utama. Ini tidak berarti bahwa karyanya telah menjadi tidak relevan, bahkan ia sekarang mungkin lebih sesuai; atau bisa jadi seseorang dapat mengatakan dengan ketepatan yang lebih besar bahwa dia masih, bahkan saat ini, menjadi seorang pelopor pemikiran pembangunan. Penghargaan Saya berterima kasih kepada Bapak Richard Jolly atas klarifikasi serta komentarnya yang detail, serta Wendy Harcourt untuk saran-saran konstruktifnya pada draf awal tulisan ini. Karya-karya utama De Bandt, J., Mndi, P. dan Seers, D. (eds) (1980) New Trends in European Development Studies, New York: St Martins Press. Seers, D. (1964) Keterbatasan Kasus Khusus, dalam Martin, K. dan Knapp, J. (eds), The Teaching of Development Economics, Chicago: Aldine Publishing Company,

halaman 127 (versi aslinya diterbitkan dalam Oxford University Institute of Economics and Statistics Bulletin 25, 1963). (1969) Makna Pembangunan, International Development Review 11(4): 16. (1972) Apa yang Kita Coba untuk Ukur?, Journal of Development Studies 8(3): 2136. (1976a) Ekonomi Politik Akuntansi Nasional, dalam Cairncross, A. dan Puri, M., Employment, Income Distribution and Development Strategy: Problems of the Developing Countries. Essays in Honour of H.W. Singer, New York: Holmes and Meier Publishers, halaman 193209. (1976b) Suatu Pandangan Baru pada Klasifikasi Tiga Dunia, IDS Bulletin 7: 8 13. (1977) Makna Baru Pembangunan, International Development Review 19(3): 27. (1979) Kelahiran, Kehidupan dan Kematian Ilmu Ekonomi Pembangunan, Development and Change 10: 707719. (1980) UtaraSelatan: Mencampuradukkan Moralitas dan Mutualitas, Third World Quarterly 2(4): 681-693. (ed.) (1981) Dependency Theory: A Critical Reassessment, London: Frances Pinter. (1983) The Political Economy of Nationalism, Oxford: Oxford University Press. Seers, D. dan Joy, L. (eds) (1971) Development in a Divided World, Harmondsworth: Penguin. Seers, D., Schaffer, B. dan Kiljunen, M.-L. (eds) (1979) Underdeveloped Europe: Studies in CorePeriphery Relations, Sussex: Harvester Press.

Seers, D. dan Vasitos, C. (eds) (1980) Integration and Unequal Development: The Experience of the EEC, New York: St Martins Press. Bacaan lanjutan Brandt Commission (1980) NorthSouth: A Programme For Survival, London: Pan. Jolly, R. (1992) Dudley Seers (19201983), dalam Philip Arestis dan Malcolm Sawyer (eds), A Biographical Dictionary of Dissenting Economists, Aldershot: Elgar, halaman 491499. Meadows, D.H., Meadows, D.L., Randers, J. dan Behrens, W. (1972) The Limits to Growth, London: Pan. Singer, H. (1983) Penghormatan bagi Dudley Seers, dalam The New Internationalist: The People, The Ideas, The Action in the Fight for World Development, 125 (Juli), Oxford: New Internationalist Publications (tidak ada nomor halaman). Times, The (1983) Profesor Dudley Seers: Ekonom Pembangunan Luar Negeri Terkemuka, The Times (London), 23 Maret: 12. Proyek Sejarah PBB, www.unhistory.org. Ward, M. (2004) Quantifying the World: UN Contributions to Statistics, New York: PBB. (Analisis mengenai tekanan-tekanan serta bias yang mendasari peran PBB dalam statistik pembangunan.) Laporan negara dan misi-misi utama Kantor Perburuhan Internasional (1970) Towards Full Employment: A Programme for Colombia, Jenewa: ILO (misi dipimpin oleh Seers). (1971) Matching Employment Opportunities and Expectations: A Programme of Action for Ceylon, Jenewa: ILO (misi dipimpin oleh Seers, 2 seri).

(1981) First Things First: Meeting the Basic Needs of the People of Nigeria, Jenewa: ILO. Seers, D. (1990) dalam Trosky, S.M. (ed.), Contemporary Authors, Seri 129: 395396, Detroit, MI: Gale Research Inc. Seers, D., Bianchi, A., Jolly, R. dan Nolff, M. (1964) Cuba: The Economic and Social Revolution, Chapel Hill, NC: University of North Carolina Press. Arturo Escobar AMARTYA KUMAR SEN (1933) Amartya Kumar Sen adalah intelektual publik terkemuka pada zaman kita. Dilahirkan di tahun 1933 dan dibesarkan di Dhaka (sekarang Bangladesh), masa kanak-kanak Sen ditandai dengan perjumpaan dengan para anggota kunci cendekiawan Bengali, serta oleh horor Kelaparan Besar Bengali serta Partisi India. Sen terus mengakui kehadiran kejadian-kejadian ini dalam kehidupan serta karyanya, bagian besar yang menjadi penekanan untuk dipahami bagaimana kekurangan kebebasan substansial menuntun pada kurangnya keberfungsian, atau kemampuan untuk hidup dengan berbeda atau suatu kehidupan yang lebih baik. Sen paling dikenal dalam studi-studi pembangunan untuk karya dia mengenai kemiskinan dan kelaparan, serta pada pengukuran pembangunan manusia, tetapi penghargaan bagi Nobel Memorial Prize for Economic Science yang dimenangkannya pada 1998 juga memberi penghormatan pada karyanya tentang teori pilihan sosial. Selain itu, dia dikenal oleh para pembaca New York dan London Reviews of Books untuk esai-esai yang ditulis dengan baik mengenai keberlangsungan lingkungan, nasionalisme keagamaan serta kekerasan di India, dan puisi serta karir politik Rabindranath Tagore. Dalam

penghormatan kunci, Sen merupakan keturunan dari Renaisans Bengali yang dimulai pada awal abad ke-19. Kenaikan cepatnya pada ketenaran, serta keluasan dan kualitas dari karya dia yang dipublikasikan, mengingatkan kepada para pendahulu seperti Rammohun Roy dan Tagore (seorang guru awal), bersama dengan para kontemporer seperti Partha Chatterjee dan Partha Dasgupta. Sen menjadi Profesor di Universitas Jadavpur pada usia 23 tahun, serta belakangan mengajar di Delhi dan London Schools of Economics sebelum berpindah ke Oxford, Harvard dan Master dari Cambridge College, Trinity. Selain Hadiah Nobel, yang diterimanya ketika berada di Cambridge, Sen memeroleh penghormatan tertinggi di India, Bharat Ratna. Di tahun 2004 dia kembali untuk mengajar sekaligus melakukan penelitian di Harvard. Hanya sedikit yang dapat berkontribusi lebih bagi studi pembangunan dibandingkan Amartya Sen. Sebuah versi dari disertasi Prize Fellowship-nya pada 1957 di Trinity College diterbitkan sebagai buku pertama dia (Sen 1960). Setelah itu, Sen menerbitkan secara luas mengenai tabungan dan modal di negara-negara berkembang, tentang surplus tenaga kerja di perekonomian petani penggarap, mengenai hubungan antara kepemilikan ukuran lahan dengan produktivitas dalam pertanian India, dan tentang isolasi paradoks serta problem-problem aksi kolektif. Di tahun 1970-an dia mulai menghasilkan karya di mana karenanya dia sekarang dikenal lebih baik tentang pengukuran serta makna dari pembangunan manusia, mengenai penyebab serta pencegahan kelaparan, tentang isu-isu gender dan kesenjangan, serta mengenai pembangunan sebagaimana tentang

kemerdekaan. Sebagai tambahan, sementara ia merupakan kebanggaan bagi Sen bahwa dia tidak pernah menasihati pemerintah-pemerintah, adalah jelas bahwa karya dia telah dibentuk melalui keterlibatan dengan badan PBB Organisasi Pembangunan

Industrial/UNIDO (di mana dia bekerja dengan Partha Dasgupta dan Stephen Marglin (1972) membentuk basis panduan UNIDO untuk analisis proyek), Kantor Perburuhan Internasional (dua dari buku-buku utama dia (Sen 1975, 1981) bertumbuh dari karya untuk Program Lapangan Kerja Dunia dari Organisasi Perburuhan Internasional/ILO), serta Program Pembangunan PBB (yang melibatkan aspek karya Sen mengenai evaluasi pembangunan ke dalam Indeks Pembangunan Manusia serta Laporan Pembangunan Manusia). Sekalipun keragaman dari karya Sen, menginformasikan tubuh penelitian luar biasa yang sekarang dilaksanakan oleh para mantan mahasiswa serta koleganya, terdapat konsistensi dalam banyak dari rancangan-rancangan dia yang terkemuka. Yang pertama dari ini terkait dengan fokus yang tepat mengenai evaluasi ekonomi dan moral. Sen menolak gagasan bahwa tindakan individu-individu berdasarkan pada spesifikasi sempit dari apa yang mungkin dipandang sebagai kepentingan pribadi. Mayoritas dari kita bukanlah rasional yang bodoh, dan isu-isu seperti posisi kelas, gender, pengaruh keluarga dan perasaan keadilan memengaruhi cara kita berperilaku (Sen 1977). Sen juga menolak gagasan bahwa kebijakan-kebijakan berbeda dapat berguna untuk dievaluasi dalam pengertian perhatian klasik tentang ekonomi kesejahteraan atau utilitarianisme. [M]emaksimalkan jumlah utilitas individu [kesenangan, kebahagiaan, kesejahteraan] adalah dengan supremasi tidak memedulikan distribusi pribadi ke pribadi dari jumlah tersebut. Ini seharusnya membuat ia khususnya tidak bisa cocok untuk mengukur atau menilai kesenjangan (Sen 1973: 16). Ini terutama kasus ketika ia dikombinasikan dengan desakan tentang optimalitas Pareto, atau gagasan bahwa utilitas (atau kesejahteraan) dari seseorang seharusnya tidak dinaikkan jika ia menuntun pada pengurangan dalam utilitas

(atau kesejahteraan) dari seseorang lainnya. Desakan seperti itu dapat menuntun pada situasi di mana tindakan pemerintah menguntungkan kaum miskin, atau mereka yang tanpa kebebasan substantif, dilumpuhkan pada tingkatan di mana aktor-aktor sosial yang lebih kaya mendefinisikan utilitas mereka secara berlawanan dengan mereka yang miskin. Sen dengan kokoh menentang kesimpulan ini. Dalam pandangannya kita dengan kuat ditandai oleh kecelakaan sejarah dan geografi: berdasarkan fakta sebagian dari kita dilahirkan dari keluarga-keluarga kaya di Beverly Hills sementara lainnya dilahirkan dari para buruh yang tidak memiliki kepemilikan tanah di Bangladesh. Dia karenanya setuju dengan John Rawls (1971) bahwa suatu teori keadilan akan menginginkan untuk memastikan semua umat manusia dianugerahi dengan sekelompok minimum barangbarang primer (termasuk pendidikan dan pendapatan) hanya mengacu pada aturan sebelumnya yang akan menjamin kebebasan setara personal. Namun, bagi Sen, Prinsip Perbedaan Rawls adalah baik, tetapi tidak cukup baik. Dia berpendapat bahwa sebuah persamaan ketat tidak bisa digambarkan antara barang-barang primer dengan kesejahteraan karena yang pertama itu tidak selalu bisa dikonversikan dengan yang belakangan. Misalnya, seorang perempuan yang hamil mungkin harus mengatasi keadaan merugikan dalam hidup dengan nyaman dan sejahtera di mana seorang pria mungkin tidak mengalaminya, bahkan ketika keduanya mempunyai dengan tepat pendapatan dan barang-barang primer lain yang sama persis (Sen 1995: 27). Ia mengikuti bahwa preferensi milik Sen sendiri adalah untuk sebuah model mengenai evaluasi ekonomi yang mengemukakan bahwa, Pembangunan terdiri dari pembersihan berbagai tipe ketidakbebasan yang membuat masyarakat hanya mempunyai sedikit

kesempatan untuk mengaplikasikan keperantaraan mereka yang bernalar (Sen 2000: xii). Bagi Sen, kebebasan riil didefinisikan dengan akurat dalam ketentuan hak-hak sipil dan manusia tertentu yang harus dijamin bagi semua. Untuk mengalami kehidupan yang baik kita perlu untuk menjadi fit dan sehat, terdidik serta memilik akses kepada berbagai sumber informasi yang berbeda-beda. Tetapi kita juga harus bebas untuk memilih nilai kehidupan baik kita sendiri serta berpartisipasi dalam pertukaran pasar. Pilihan di mana agen-agen bebas akan membuat diperlukan untuk dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan yang membentuk kita sebagai individu manusia, atau yang membentuk lingkungan pribadi kita. Konversi pendapatan personal dan sumber daya ke dalam kapabilitas, pencapaian, kesejahteraan atau kebebasan riil akan dipengaruhi oleh heterogenitas pribadi, keberagaman lingkungan, variasi dalam iklim sosial, serta perbedaan di dalam keluarga (sesudah Sen 2000: 7071). Gagasan mengenai kemiripan dan perbedaan pada akhirnya melalui kedalaman empiris dan praktik yang bisa diklaim untuk catatan Sen mengenai pembangunan sebagai kebebasan. Ini dimulai dengan bahasa keberfungsian dan kapabilitas yang dipakai Sen untuk menciptakan catatannya antara lain bagi isu-isu mengenai kelaparan atau diskriminasi gender. Keberfungsian merujuk pada hal-hal di mana seseorang bisa memberi nilai atas apa yang dikerjakannya atau keberadaannya, dan karenanya menunjukkan kebebasan untuk mencapai gaya hidup tertentu. Kapabilitas mengacu pada sekumpulan sumber daya (fisik, mental dan sosial) di mana seseorang mungkin menguasai dan menimbulkan bermacam keberfungsian. Sen telah memanfaatkan pendekatan ini guna memahami dinamika kelaparan dalam kondisi booming atau berhasil (Bengali pada 19431944) dan gagal (Wollo, Ethiopia

di tahun 19721974). Sen mempertahankan bahwa kematian akibat kelaparan merupakan hasil dari penurunan dengan cepat atas hak dari berbagai orang dan kelompok sosial terhadap bagian pasokan pangan regional. Dalam kasus Kelaparan Besar Bengali, maka, para korban ditemukan terutama di antara para buruh pertanian, nelayan, pekerja transportasi, perontok padi serta lainnya yang menghadapi mengendurnya permintaan untuk jasa mereka pada waktu ketika permintaan untuk tenaga kerja di kawasan perkotaan Bengali membantu mendorong kenaikan harga tanaman pangan pokok, yakni beras. Kelompok-kelompok ini menderita karena hak pertukaran mereka atas pangan semuanya tiba-tiba menjadi tidak konsisten dengan kebutuhan dasar mereka atau kapabilitas untuk bertahan. Yang lebih belakangan, Sen berpendapat bahwa tidak ada kelaparan yang pernah berlangsung di tempat dalam sejarah dunia di mana demokrasinya berfungsi (ibid.: 16). Klaim ini sejalan dengan pembelaan instrumental yang ditawarkan Sen bagi kebaikan kebebasan. Jika kebebasan eksis sebagian, namun secara definisi, dalam pluralisme demokratis, maka sistem pengelolaan yang sama memastikan bahwa sebagian besar kebebasan ekonomi dasar dijamin oleh lembaga-lembaga utamanya, termasuk partai-partai politik oposisi dan pers yang bebas. Yang jelas, aliran bebas informasi adalah vital bagi proses ini, dan bagi proses evaluasi ekonomi yang dengan cara demikian diikutsertakan. Argumentasi-argumentasi yang serupa berkarya dalam catatan Sen mengenai

diskriminasi gender serta kejahatan tenaga kerja anak. Sen telah menulis dengan menyentuh mengenai seratus juta perempuan yang hilang dari dunia sekarang ini sebagai konsekuensi aborsi berdasarkan jenis kelamin serta pengabaian komparatif kesehatan dan nutrisi perempuan di masa kanak-kanaknya. Sementara angka yang akurat mungkin

berkisar dari 60 juta hingga bisa jadi 110 juta perempuan yang hilang, skala dari holocaus ini adalah mengerikan secara ekstrim. Sen mencatatkannya untuk kondisi-kondisi kapabilitas kerugian kaum perempuan, mayoritas darinya yang tidak menikmati kebebasan substantif yang sama seperti kaum pria. Manifes ini sendiri tidak hanya dalam pola-pola yang tidak adil tentang pembagian pangan serta perawatan kesehatan di dalam sebuah rumah tangga tetapi juga dalam kondisi kurangnya suara dari banyak perempuan yang menderita karenanya. Sen menegaskan bahwa penemuan seperti itu membuktikan pentingnya pendekatan terhadap perbandingan sosial yang berfokus pada kapabilitas bukannya pendapatan. Ia menyatakan kembali pentingnya memeroleh bagian dalam rumah tangga. Sen mengikuti banyak cendekiawan feminis dalam bersikeras mengenai distribusi asimetris kekuasaan dan sumber daya di dalam rumah tangga (hampir selalu pada kerugian perempuan), dan dia menopang desakan ini dengan komitmennya yang berkelanjutan terhadap kebebasan subjek individu manusia. Komitmen ini lebih jauh nyata dalam perlakuannya terhadap isu tenaga kerja anak. Sen mengetahui bahwa kelompokkelompok kampanye telah menarik perhatian terhadap kesenjangan pendapatan yang mendorong sebagian orangtua untuk mencarikan pekerjaan untuk anak-anak mereka. Dia bahkan bersikeras, bahwa tenaga kerja anak sangat sering terkait dengan perbudakan atau perhambaan, dan bahwa ia menggusur dari anak-anak kebebasan untuk bersekolah. Ia karenanya keliru dalam dan dari dirinya sendiri, sebagaimana bahkan merupakan kebijakan populasi koersif di negara seperti China. Inilah di mana sifat alami mendasar dari komitmen Sen terhadap kebebasan menegaskan kembali dirinya sendiri.

Karya Sen secara luas dihormati untuk prosanya yang segar, akal sehat, dan kepedulian yang nyata untuk keadilan sosial. Ia juga membantu mengubah cara kita berpikir mengenai kelaparan (penekanan yang lebih sedikit mengenai penurunan ketersediaan pangan), serta pembangunan itu sendiri (penekanan yang lebih sedikit pada kinerja ekonomi agregat, lebih pada pemberdayaan dan kebutuhan dasar). Namun bukan berarti ia tanpa kritik. Peter Nolan (1993) merupakan pengkritik awal yang tidak ramah terhadap catatan Sen tentang penyebab dan pencegahan kelaparan, dan David Keen (1994) telah menunjukkan bagaimana kebebasan untuk memilih seringkali menghilang di tengah perang, kelaparan atau kedaruratan komplekssuatu poin di mana Sen sebagian besar luput. Kritik lain menuduh bahwa Sen dengan buruk mengembangkan pemahaman kekuasaan dan politik (Corbridge 2002; Gasper 2004). Liberalisme Sen mencondongkan dia untuk menempatkan penekanan besar pada kekuatan ide-ide serta perdebatan berlogika dalam mempromosikan kebijakan publik. Sementara dia bukannya tidak menyadari sifat alami yang melekat atas kesenjangan sosial dan ekonomijauh darinya Sen terkadang tidak memerhatikan pergulatan politik yang harus diupah untuk mengubah struktur kekuasaan yang berakar serta guna mengamankan kebebasan memilih yang lebih besar untuk kisaran masyarakat yang lebih luas. Ini terkait dengan konsepsi aditifnya tentang kebebasan. Catatan Sen yang paling baru mengenai pembangunan sebagaimana kebebasan adalah komitmen terhadap pandangan bahwa sebuah perluasan dari kebebasan dalam satu arah adalah atau dapat selalu dihubungkan terhadap perluasan kebebasan di dalam semua arah lainnya. Dia karenanya tidak memiliki sarana transportasi dengan pandangan bahwa negara-negara otoriter yang relatif ramah di Asia Timur mungkin telah mengamankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan serta

membangun dengan akurat karena mereka menghentikan kebebasan demokratis dalam dekade-dekade pertama transformasi struktural. Namun, ini bukanlah kebijaksanaan yang lazim diterima, dan ia dapat dengan masuk akal diargumentasikan bahwa Sen meremehkan kekuatan dari rezim seperti itu untuk memecahkan problem-problem aksi kolektif (Wade 1990). Dua kritik lebih jauh seharusnya diperhatikan. Pertama, terdapat pertumbuhan kepustakaan teknis mengenai laporan Sen tentang keberfungsian, kapabilitas dan hak (Qizilbash 1997; Giri 2000; Devereux 2001; Alkire 2002). Ini sebagian memedulikan cara di mana Sen menetapkan seorang agen atau seseorang. Jika aktor-aktor rasionalnya tidak bodoh, hingga sejauh apa dan bagaimana mereka melekat pada kolektivitas tertentu, budaya atau sistem atau keyakinan? Kedua, perhatian telah disuarakan mengenai determinasi dari sebagian usulan kebijakan yang terlihat mengalir dari karya Sen. Bagaimana investasi pendidikan dan kesehatan yang lebih besar dapat dicapai? Lembagalembaga apa yang ada di dalam pikiran Sen, dan bagaimana dia memobilisasi dukungan untuk investasi sosial melawan para pembela status quo? Dalam pandangan Paul Seabright, Pembangunan sebagaimana kebebasan dengan aneh berdiam diri atas kesulitan untuk mereka-reka mandat yang berfungsi (Seabright 2001: 43). Namun, Sen, telah kerapkali mengindikasikan bahwa pekerjaan ini jatuh terutama pada lainnya. Dalam sembarang kasus, karya Sen telah membantu pembangunan sistem deteksi dini kelaparan, sebagaimana ia telah mendorong yang lainnya untuk membangun lebih banyak indeks bulat dari Pembangunan Manusia. Yang juga lebih belakangan, Sen telah memanfaatkan uang Hadiah Nobel-nya untuk mendanai dua Yayasan di India dan Bangladesh yang harus berpegangan dengan realitas kelembagaan dan politik. Pratichi

India Trust terutama memperhatikan penanganan buta huruf di Bengali Barat, sementara Pratichi Bangladesh Trust memperhatikan kesenjangan gender serta pemberdayaan perempuan. Sen terus memimpin melalui teladan dan dengan merespons secara teguh, tetapi selalu dengan hati-hati, terhadap kritik-kritik yang diangkat melawan kerja dia. Dia tetap suatu menara dan sosok yang banyak dikasihi bukan hanya di bidang studi pembangunan, tetapi melintasi ilmu-ilmu sosial itu sendiri. Karya-karya utama Drze, J. dan Sen, A.K. (1989) Hunger and Public Action, Oxford: Oxford University Press/WIDER. (2002) India: Development and Participation, Oxford: Oxford University Press. Sen, A.K. (1960) Choice of Techniques, Oxford: Blackwell. (1973) On Economic Inequality, Oxford: Clarendon Press. (1975) Employment, Technology and Development, Oxford: Oxford University Press/ILO. (1981) Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and Deprivation, Oxford: Clarendon Press. (1982) Choice, Welfare and Measurement, Oxford: Blackwell. (1984) Resources, Values and Development, Cambridge, MA: Harvard University Press. (1989) Pangan dan Kebebasan, World Development 17: 769781. (1995) Inequality Reexamined, Cambridge, MA: Harvard University Press. (2000) Development as Freedom, New York: Anchor Books. (2004) Rationality and Freedom, Cambridge, MA: The Belknap Press.

Bacaan lanjutan Alkire, S. (2002) Valuing Freedoms: Sens Capability Approach and Poverty Reduction, Oxford: Oxford University Press. Atkinson, A. (1999) Kontribusi Amartya Sen terhadap Ilmu Ekonomi Kesejahteraan, Scandinavian Journal of Economics 101: 173190. Corbridge, S. (2002) Pembangunan sebagai Kebebasan: Ruang Amartya Sen, Progress in Development Studies 2: 183217. Dasgupta, P., Marglin, S. dan Sen, A.K. (1972) Guidelines for Project Evaluation (UNIDO), New York: PBB. Devereux, S. (2001) Pendekatan Privilese Sen: Kritik dan Kontra-kritik, Oxford Development Studies 29: 244263. Drze, J. dan Sen, A.K. (1995) India: Economic Development and Social Opportunity, Oxford: Clarendon Press. Drze, J., Sen, A.K. dan Hussain, A. (eds) (1995) The Political Economy of Hunger, Oxford: Oxford University Press/WIDER. Gasper, D. (2004) The Ethics of Development, Edinburgh: Edinburgh University Press. Giri, A.K. (2000) Memikirkan Kembali Kesejahteraan Manusia: Suatu Dialog Bersama Amartya Sen, Journal of International Development 12: 10031018. Keen, D. (1994) The Benefits of Famine: A Political Economy of Famine and Relief in Southwestern Sudan, 19831989, Princeton, NJ: Princeton University Press. Nolan, P. (1993) Penyebab dan Pencegahan Kelaparan: Kritik atas A.K. Sen, Journal of Peasant Studies 21: 128. Nussbaum, M. dan Sen, A.K. (eds) (1993) The Quality of Life, Oxford: Clarendon Press.

Qizilbash, M. (1997) Kelemahan Pendekatan Kapabilitas dengan Referensi pada Keadilan Gender, Journal of International Development 9: 251262. Rawls, J. (1971) A Theory of Justice, Cambridge, MA: Harvard University Press. Seabright, P. (2001) Jalan ke Atas: Kajian Pembangunan sebagai Kebebasan, The New York Review of Books XLVIII(5): 4143. Sen, A.K. (1970) Kemustahilan Pareto Liberal, Journal of Political Economy 78 (1): 152157. (1977) Kebodohan Rasional: Kritik Dasar Perilaku Teori Ekonomi, Philosophy and Public Affairs 6: 317344. (1990) Lebih dari 100 Juta Perempuan Hilang, New York Review of Books, 20 Desember: 6166. (1993) Penyebab dan Pencegahan Kelaparan: Sebuah Balasan, Journal of Peasant Studies 21: 2940. (1996) Sekulerisme dan Ketidakpuasannya. dalam K. Basu dan S. Subrahmanyam (eds), Unravelling the Nation: Sectarian Conflict and Indias Secular Identity, New Delhi: Penguin, halaman 1143. Sen, A.K. dan Williams, B. (eds) (1982) Utilitarianism and Beyond, Cambridge: Cambridge University Press. Vanhuysee, P. (2000) Tentang Paradoks Liberal Sen dan Penerimaannya dalam Teori Politik dan Ilmu Ekonomi Kesejahteraan, Politics 20: 2531. Wade, R. (1990) Governing the Market: Economic Theory and the Role of Government in East Asian Industrialization, Princeton, NJ: Princeton University Press. Stuart Corbridge

VANDANA SHIVA (1952) Vandana Shiva dilahirkan pada tanggal 5 November 1952 di lembah Dehradun (India), berdekapan dengan kisaran gunung Himalaya. Ayahnya adalah Konservator Hutan serta ibunya mantan pejabat Kementerian Pendidikan yang digusur dari rumahnya ketika sebagian dari wilayah India menjadi Pakistan di tahun 1947. Dia dididik sebagai dokter (disertasi doktoralnya adalah mengenai Variabel-variabel Tersembunyi dan Nonlokalitas dalam Teori Kuantum dari University of Western Ontario) sebelum menggeser fokusnya pada penelitian interdisiplin mengenai sains, teknologi dan kebijakan lingkungan. Pergeseran ini sebagian diinspirasikan oleh keterlibatan dia selama era 1970an dalam gerakan Chipko, sebuah gerakan ekologi akar rumput di hutan Himalaya yang terdiri dari ribuan pendukung, terutama para perempuan desa, yang keluar untuk memprotes penyimpangan penebangan pohon, seringkali dengan menengahi tubuh mereka di antara kapak-kapak kontraktor dengan pohon-pohon yang hendak ditebang. Sebagai seorang ahli ekologi pejuang hak-hak perempuan yang bekerja di dalam dan di luar India, Shiva menggambarkan pengetahuan sejarah detail dari konflik sumber daya alami spesifik dalam penelitian kepeloporan dia mengenai biodiversitas dan lingkungan. Utamanya, dia berpendapat bahwa isu-isu ekologi dan teknologi dengan akrab terhubung pada modal sosial dan kebebasan manusia. Dia mengkritik orientasi pasar, pendekatan hiper-ekstraktif bagi pembangunanseringkali dilegitimasi oleh pengetahuan sains barat modern dan bioteknologiuntuk eksploitasi berlebih sumber daya alam serta devaluasi pengetahuan pribumi asli mengenai lingkungan. Berikutnya, dia mengajukan kerja menuju penggunaan sumber daya yang hati-hati, keberlanjutan, survival (misalnya orientasi nafkah hidup) perekonomian berdasarkan pada pilihan-pilihan teknologi yang

dinotifikasikan oleh pengetahuan pribumi asli tentang relasi ekologi. Buku-buku dia yang paling dikenal meliputi The Violence of the Green Revolution: Third World Agriculture, Ecology and Politics (1991), sebuah kritik mengenai revolusi pertanian yang dimulai pada tahun 1960-an, disponsori oleh badan PBB Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), guna meningkatkan produksi pangan dunia dengan memperkenalkan varietas biji-bijian dengan hasil panen tinggi; Ecofeminism (1993; bersama dengan sosiolog pejuang hak wanita Maria Mies), yang mengombinasikan feminisme dengan lingkungan hidup dalam kritiknya atas dominasi kembar terhadap kaum perempuan dan alam baik di Utara maupun di Selatan; Biopiracy: The Plunder of Nature and Knowledge (1997) mengenai cara hak-hak properti intelektual tentang bentuk-bentuk kehidupan yang

merepresentasikan pencurian atas biodiversitas dan pengetahuan pribumi; Stolen Harvest: The Hijacking of the Global Food Supply (2000) mengenai penurunan keamanan pangan akibat liberalisasi perdagangan pangan; dan Water Wars: Privatization, Pollution and Profit (2002) mengenai konflik lingkungan yang muncul dari perusakan sistem air akibat proyek-proyek pembangunan seperti pembangunan bendungan. Bagi Shiva, tidak bisa ada pemisahan antara karya intelektual dengan aktivisme. Lantaran buku-bukunya terutama bertemakan pembelaan, dia juga adalah seorang aktivis lingkungan yang vokal, memainkan peran terkemuka dalam gerakan internasional melawan globalisasi korporasi, yang dipandangnya sebagai mengikis hak ekonomi dasar masyarakat untuk menentukan kondisi hidup mereka sendiri, serta melakukan pembelaan daripada pemeliharaan dan perpanjangan pengetahuan lingkungan dan pertanian pribumi. Dari Mohandas Gandhi, dia menarik dan menerapkan ide Satyagraha, atau non-

kekerasan non-kerjasama untuk membela kebebasan masyarakat guna memeroleh akses terhadap air, bibit, pangan dan obat-obatan. Dia adalah pendiri Research Foundation for Science, Technology and Ecology, sebuah lembaga independen di India yang mendedikasikan riset pada isu-isu ekologi dan sosial, sebagaimana juga Navdanya, gerakan konservasi akar rumput yang ditujukan untuk melindungi keanekaragaman hayati, khususnya bibit-bibit asli. Kerja dia pada konservasi, ekologi dan lingkungan telah memanen banyak penghargaan, termasuk Right Livelihood Award (juga dikenal sebagai Hadiah Nobel Alternatif) pada 1993, untuk kepeloporan pengetahuan mendalam ke dalam biaya sosial dan lingkungan dari proses pembangunan dominan, serta kemampuannya untuk bekerja dengan dan untuk masyarakat serta komunitas lokal dalam artikulasi dan implementasi alternatif-alternatif. Pada akhir 1990-an, dia memprakarsai gerakan internasional, Diverse Women for Diversity, yang mengakui peran kaum perempuan dari negara-negara yang masih terbelakang sebagai konservator bibit serta pakar dalam pemanfaatan tanaman obat. Perhatian penting dalam karya Shiva terletak untuk memastikan keamanan pangan, keberlanjutan pertanian serta konservasi sumber daya seperti hutan dan air. Kritik dia yang kuat atas Revolusi Hijau (terutama dalam konteks Punjab, India) adalah dikenal: sementara Revolusi Hijau telah menciptakan infrastruktur penelitian pertanian dan pembangunan serta imbal hasil nan memuaskan dari biji-bijian pada lahan yang terbatas, rantai baru tanaman yang memerlukan kuantitas besar pupuk, pestisida dan air (menjustifikasi program pembangunan bendungan skala besar dengan konsekuensi ekologi yang merusak). Dampak berlawanan meliputi evolusi pestisida resisten hama, penciptaan ketergantungan tanaman serta monokultur yang baik untuk ditanami yang

rentan terhadap penyakit, penghancuran persediaan ikan oleh pestisida, penurunan produksi pangan karena kerusakan tanah, serta dorongan biaya pertanian melampaui sarana dari banyak para petani kecil yang independen. Dengan mendorong kemandirian dan individualisme, Revolusi Hijau juga mengurangi perasaan tanggung jawab komunitas terhadap sumber daya bersama, dan sebagai gantinya mempertajam konflik serta kekerasanmencakup kerusuhan keagamaan dalam kasus Punjabdi seluruh komunitas. Secara lebih umum, Shiva berpendapat bahwa pembangunan yang didorong pasar dalam pertanian atau kehutanan, dipacu oleh liberalisasi investasi dan perdagangan, adalah sebuah proyek pengeluaran yang menyedot sumber daya serta pengetahuan kaum miskin di Selatan ke dalam pasar perdagangan global. Dalam konteks India, misalnya, dia berpendapat bahwa modernisasi pertanian (masih menjadi mata pencarian primer untuk tiga perempat umat manusia) melalui pengaturan bioteknologi serta strategi-strategi globalisasi telah mendorong pergeseran pada produksi dari pangan pada tanaman ekspor serta dengan cara demikian mengurangi keamanan pangan; membanjiri pasar lokal dengan impor yang telah merugikan bisnis lokal dan keberagaman; dan melempangkan jalan bagi perusahaan-perusahaan global untuk mengambilalih kendali atas pemrosesan makanan. Globalisasi produksi pangan dari sifat alami ini adalah serupa terhadap apa yang disebut Shiva sebagai otoriterianisme pangan, sesuatu yang dapat ditantang hanya melalui pembangunan demokrasi pangan alternatif. Melalui demokrasi pangan, Shiva merujuk pada cara memproduksi dan memperdagangkan pangan yang memelihara keragaman bibit dan varietas pangan, memungkinkan spesies tanaman untuk memenuhi berbagai fungsi, melibatkan kebutuhan budaya serta otonomi lokal, dan mendorong tenaga kerja manusia untuk terlibat dalam tugas-tugas yang beragam, kompleks dan

bermakna. Ini memerlukan perlawanan pendekatan atas-bawah dari model-model pembangunan barat sebagaimana juga mempromosikan aktivisme lokal (seperti yang diorganisir oleh Navdanya) dalam, misalnya, menempatkan bibit asli keluar dari jangkauan pelaku pembibitan tanaman komersial serta perusahaan-perusahaan

bioteknologi. Dalam nada serupa, Shiva juga berpendapat bahwa aktivitas pertambangan dan bendungan, irigrasi lahan serta pertanian industri telah menguras sumber daya air dan menanggalkan masyarakat asli dari hak air komunal. Berdasarkan ini, dia memohonkan bagi suatu kerangka kerja untuk penggunaan air yang adil dan berkesinambungan melalui pengembalian pengendalian demokratis dari sumber daya air bagi rakyat. Arena terkait kedua dari karya Shiva dibangun di seputaran pendiriannya bahwa bukan hanya keanekaragaman hayati yang mempunyai nilai intrinsik, tetapi kendali atas ekosistem seharusnya diperoleh dengan sah dalam masyarakat-masyarakat lokal di Selatan yang telah memanfaatkan dan melindungi mereka, serta seharusnya tidak dibajak oleh perusahaan-perusahaan transnasional besar yang didorong terutama oleh motivasi komersial. Shiva menggunakan istilah biopiracy (pembajakan hayati) untuk melukiskan apa yang dilihatnya sebagai pencurian keanekaragaman hayati serta pengetahuan pribumi dengan memperluas jangkauan global dari undang-undang paten gaya Amerika Serikat seringkali dipacu oleh perusahaan-perusahaan raksasa Amerika Serikatyang mendorong kehidupan paten (misalnya memberikan paten-paten pada bentuk-bentuk kehidupan). Dia mempertimbangkan paten, dan secara lebih umum hak-hak properti intelektual pada bentuk-bentuk kehidupan (sebagaimana didorong oleh Aspek-aspek Terkait Perdagangan dari Hak Properti Intelektual (TRIPs) di bawah Kesepakatan Umum Perdagangan dan Tarif (GATT), perintis bagi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)) sebagai sebuah alat

untuk kontrol imperialistik, menuntun pada privatisasi pengetahuan (misalnya pengetahuan tidak dapat ditransmisikan tanpa izin dan biaya lisensi koleksi). Berdasarkan pada konsep yang sangat terbatas terhadap inovasi dan pengertian Eropa sentris eksklusif dari properti, TRIPs menguntungkan korporasi-korporasi transnasional di mana kepemilikan bersesuaian dari substansi rekayasa genetika melalui paten-paten properti privat, terhadap kerugian warga negara, petani, dan masyarakat pribumi dari bagian dunia belum maju yang menemukan diri mereka sendiri diperlakukan sebagai pasar untuk produk-produk yang dikembangkan dari bibit yang telah diambil dari mereka. Lebih jauh lagi, penyimpanan bibit di antara para petani telah didefinisikan sebagai pencurian properti intelektual, sementara pertukaran bibit di antara para tetanggaapa yang sebelumnya disebut brown-bagging, tindakan sosial pertukaran untuk aktivitas nirlaba telah menjadi pelanggaran karena distribusi sekarang ditutupi oleh rezim paten. Sebagaimana obat-obatan sekarang bisa dipatenkan, obat yang dibuat oleh perusahaanperusahaan India sebagai obat generik (berkali-kali lebih murah daripada retroviral yang sama diproduksi di Amerika Serikat sebagai hasil paten) dilabeli oleh industri farmasi Amerika Serikat sebagai pembajakan obat-obatan. Pendeknya, Shiva berpendapat bahwa hak-hak properti intelektual mengenai benda hidup yang diberlakukan oleh Amerika Serikat menuntun pada lampiran keanekaragaman hayati, dari kehidupan itu sendiri (misalnya bibit, gen, obat-obatan) dan ini telah menjadi sarana di mana transfer kekayaan SelatanUtara berlangsung. Dalam mengampanyekan melawan hak-hak ini, Shiva bersikeras pada kebebasan untuk mengakui bahwa hal-hal seperti bibit seharusnya dapat diakses oleh para petani, hal-hal seperti obat seharusnya dapat diakses oleh mereka yang sekarat akibat penyakit AIDS, dan tidak ada rezim dalam

dunia yang dapat menempatkan laba di atas kehidupan masyarakat. Shiva melangkah lebih jauh untuk berpendapat bahwa sebagaimana keanekaragaman hayati dikonversi dari sumber daya umum lokal ke dalam properti privat tertutup, perusahaan-perusahaan transnasional memeroleh monopoli pada penggunaan medis dan pertanian dari keanekaragaman hayati sementara sistem pengetahuan lokal mengenai lingkungan adalah secara sistematis terdevaluasi dan terkikis, serta hak-hak lokal terhadap penggunaan sumber daya lingkungan tergusur. Urutan utama ketiga yang berjalan melalui karya Shiva adalah perhatian dia yang ada bahwa kaum perempuan menanggung bagian terberat dari ekspansi global kapitalis, termasuk degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh ekspansi seperti itu. Kehidupan produktif dan reproduktif kaum perempuan dilanggar oleh proyek-proyek pembangunan yang mengikis keragaman biologis dan budaya yang menguntungkan budaya tunggal berorientasi ekspor, oleh penebangan hutan dan pembuangan limbah beracun yang menghancurkan lingkungan, serta oleh strategi-strategi pengendalian populasi yang menarget tubuh mereka untuk pengamatan dan regulasi. Bersama dengan Maria Mies dalam Ecofeminism, Shiva mengidentifikasi pertemuan kapitalisme global, narasi barat tentang pembangunan dan patriarki (apa yang mereka sebut sistem kapitalis patriarki dunia) sebagai sumber tekanan. Mereka berpendapat alih-alih untuk sebuah perspektif ecofeminist yang menolak pembangunan kapitalis berdasarkan pada teknologi tinggi, konsumerisme massal dan pertumbuhan ekonomi yang tidak dibatasi dengan lebih menguntungkan kultivasi akar lokal, keanekaragaman budaya, kemandirian dan komunitas-komunitas yang mendukung kehidupan serta memberikan prioritas pada nafkah hidup. Shiva berpandangan bahwa kaum perempuan secara hakiki lebih dekat

pada alam (apa yang disebutnya sebagai prinsip feminin) daripada kaum pria dan telah menuliskan jangkauan tempat-tempat mengenai pendekatan kaum perempuan terhadap penggunaan hutan, produksi pangan dan konservasi air sebagaimana menyediakan alternatif non-kekerasan, dan inklusif terhadap model-model pria yang lebih eksploitatif atas ketergantungan pembangunan pada haluan teknologi. Dalam kritik dia tentang cacat fundamental dalam proyek-proyek pembangunan kapitalis serta haluan teknologi yang menuntun pada degradasi lingkungan dan nafkah hidup, dengan mendukung penghidupan lokal serta pengetahuan pribumi, dan dalam menantang berbisnis seperti biasa pada organisasi-organisasi internasional maupun lokal, Shiva seringkali diakui sebagai berpengaruh, secara moral merupakan suara persuasif bagi masyarakat di Selatan. Tetapi kritik-kritik dia, termasuk Bina Agarwal dan Meera Nanda, telah mengindikasikan bahwa visi dia dikompromikan oleh tendensi untuk memberikan jawaban-jawaban yang sangat sederhana terhadap problem rumit. Mereka berpendapat bahwa krisis lingkungan dunia tidak bisa semata-mata diatribusikan kepada Utara yang rakus serta para sekutu elite-nya di Selatan, dan bahwa strategi-strategi berdasarkan pada otonomi lokal serta sistem asli dari sumber daya yang dipakai semata mungkin tidak memenuhi kebutuhan ekspansi demografi atau semestinya memastikan pelestarian keanekaragaman hayati. Ia juga tidak jelas bahwa aktivitas-aktivitas nafkah hidup adalah dengan hakiki merupakan emansipasi seperti yang diklaimnya. Filsafat lingkungan dia juga telah dipersepsikan sebagai Arcadian sementara pandangan dia mengenai hubungan kaum perempuan dengan alam adalah terlalu diromantisasi. Yang lainnya mempertanyakan kelayakan politik dari proyek dia sebagaimana dicederai oleh asumsi implisit dalam karya dia bahwa para perempuan, atau kaum miskin, dapat

diperlakukan sebagai entitas tunggal dengan pengalaman berbagi yang memadai sehingga mampu mengkristalisasi perlawanan akar rumput sebagai suatu kolektivitas. Tendensi dalam karya Shiva adalah untuk menganggap berasal pada subjek tunggal dan kesadaran ahistoris serta untuk mengabaikan heterogenitas sosial serta ketegangan politik yang terikut dalam komunitas-komunitas lokal. Dalam menghindari pertanyaan-pertanyaan tentang pemaknaan dan keterwakilan, Shiva menjalankan bahaya mengkonstruksi sebuah sub-alternatif otentik atau heroik, serta mengajukan proyek pembangunan yang mungkin tidak memadai terhadap tugas-tugas rumit transformasi yang memanggil. Karya-karya utama Mies, M. dan Shiva, V. (1993) Ecofeminism, New Delhi: Kali for Women. Shiva, V. (1988) Staying Alive: Women, Ecology and Survival in India, New Delhi: Kali for Women. (1991) Ecology and the Politics of Survival: Conflicts over Natural Resources in India, New Delhi: Sage Publications. (1991) The Violence of the Green Revolution: Third World Agriculture, Ecology and Politics, Penang: Third World Network. (1993) Monocultures of the Mind: Perspectives on Biodiversity and Biotechnology, Penang: Third World Network. (1997) Biopiracy: The Plunder of Nature and Knowledge, Cambridge, MA: South End Press. (2000) Stolen Harvest: The Hijacking of the Global Food Supply, Cambridge, MA: South End Press.

(2001) Protect or Plunder?: Understanding Intellectual Property Rights, London, New York: Zed Books. (2002) Water Wars: Privatization, Pollution and Profit, Cambridge, MA: South End Press. Bacaan lanjutan Agarwal, B. (1994) A Field of Ones Own, Cambridge: Cambridge University Press. BBC Reith Lectures (2000) Kemiskinan dan Globalisasi, Wawancara dengan Vandana Shiva. DeGregori, T.R., Shiva si Perusak? (berdasarkan pada DeGregori, T.R. (2003) Origins of the Organic Agriculture Debate, Oxford: Blackwell). In Motion Magazine (2004), wawancara dengan Vandana Shiva, Peran Paten dalam Kebangkitan Globalisasi, 28 Maret. Jewitt, S. (2002) Environment, Knowledge and Gender: Local Development in Indias Jharkand, Aldershot: Ashgate. Malhotra, P. (2001) Vandana Shiva: Paradigma Pejuang dalam Pengejaran Keadilan Lingkungan, The Financial Express (Bombay, India), 4 Juni. Nanda, M. (1991) Apakah Sains Modern Mitos Patriarki Barat? Sebuah Kritik atas Ortodoksi Populis, South Asian Bulletin 11(1&2): 3261. (1997) Sejarah adalah Apa yang Menyakitkan: Perspektif Materialis Feminis tentang Revolusi Hijau dan Kritik-kritik Ecofeminist, dalam Rosemary Hennessy dan Chrys Ingraham (eds), Materialist Feminism: A Reader in Class, Difference and Womens Lives, London: Routledge, halaman 364394.

Lembaga Riset untuk Sains, Teknologi dan Ekologi (tanpa tanggal) Riwayat Hidup Singkat Dr. Vandana Shiva. Van Gelder, S.R. (2003) Demokrasi BumiWawancara dengan Vandana Shiva, Yes Magazine, Winter. Brenda S.A. Yeoh HANS WOLFGANG SINGER (1910) Hans (sekarang Sir Hans) Singer adalah salah satu ekonom pembangunan yang paling dikenal sekaligus paling dihormati. Karya dia telah diakui melalui penghargaan, gelar doktor kehormatan, dan gelar ksatria di tahun 1994 atas pelayanan dalam isu-isu ekonomi. Dia termasuk sebagai salah satu dari 10 pelopor pembangunan dalam sebuah buku Bank Dunia yang diterbitkan pada 1984 (Meier dan Seers 1984). Enam Festschriften telah diterbitkan sebagai penghargaan (Cairncross dan Puri 1976; Clay dan Shaw 1987; Chen dan Sapsford 1997; Sapsford dan Chen 1998; Sapsford dan Chen 1999; Hatti dan Tandon 2004). Mereka menyaksikan kedalaman serta keluasan pengaruh Singer dalam ekonomi pembangunan, dan penghargaan serta afeksi yang dimilikinya. Singer telah menghasilkan 450 publikasi sejak makalah pertama dia muncul di tahun 1935 (Daftar lengkap ada dalam Shaw 2002 dan 2004). Dia telah membahas lebih banyak isu daripada ekonom pembangunan lainnya. Kelemahannya adalah dia telah memencarkan upaya-upayanya dengan begitu meluas sehingga dia tidak menghasilkan satu karya definitif yang membawanya di dalam dirinya. Singer dilahirkan pada tanggal 29 November 1910 di Elberfeld, sekarang merupakan bagian dari Wuppertal, di Rhineland Jerman ke dalam keluarga Yahudi kelas menengah yang dengan kuat berasimilasi, sebagian besar sekuler. Dua pribadi yang khususnya

membantu membentuk pandangan dia mengenai kehidupan; ayahnya, seorang dokter pekerja keras yang punya banyak pengalaman, seringkali mengobati orang miskin tanpa biaya, serta rabi (pendeta Yahudi) lokal, seorang anggota masyarakat yang sangat dihormati yang memberinya instruksi mengenai etika, nilai-nilai moral dan tanggung jawab sipil. Memasuki Universitas Bonn pada 1929 dengan maksud untuk mempelajari kedokteran farmasi, Singer beralih ke ilmu ekonomi setelah mengikuti perkuliahan yang dipimpin oleh Joseph Schumpeter dan berada di bawah pesonanya, dan atas karya besar ekonominya, The Theory of Economic Development. Singer dipaksa untuk meninggalkan Nazi Jerman di tahun 1933. Beruntung, atas rekomentasi Schumpeter, dia menerima beasiswa dua tahun (19341936) di Cambridge University untuk menyelesaikan studi doktoral (PhD). Di Cambridge, dia berada di bawah pesona lain, yakni dari John Maynard Keynes, tepatnya pada waktu Keynes menghasilkan karya utama ekonominya, The General Theory of Employment, Interest and Money. Disertasi doktor Singer berjudul Material untuk Studi Rente Perkotaan, yang meliputi periode tahun 1845 hingga 1913. Ini menunjukkan bakat dia untuk menganalisis rangkaian data jangka panjang. Dia merupakan di antara kelompok pertama mahasiswa yang menerima gelar doktor di bidang ilmu ekonomi dari Cambridge University. Kerja pertama Singer setelah berkuliah adalah studi besar selama dua tahun (19361938) mengenai pengangguran jangka panjang di wilayah-wilayah tertekan di Inggris yang diorganisir oleh Pilgrim Trust di bawah kepemimpinan Uskup William Temple, dengan Sir William (belakangan menyandang gelar bangsawan Lord) Beveridge sebagai penasihat utamanya (The Pilgrim Trust 1938). Dua pribadi ini dan studi tersebut

menghasilkan impresi yang kuat kepada dia. Ini menyusul jabatan dosen di Universitas Manchester (19381944) dan Glasgow (19461947). Selama masa kerja yang singkat di Kementerian Kota dan Perencanaan Negara di London (19451946), Singer terlibat dalam kalkulasi untuk kompensasi bagi para pemilik sebagai bagian dari program yang dimaksudkan oleh Partai Buruh untuk nasionalisasi hak-hak pembangunan di kawasan perkotaan, menggambarkan karya PhD-nya di Cambridge. Pada 1947, terjadi sebuah peristiwa yang secara dramatis mengubah arah karir Singer. David Owen, yang telah bekerja dengan Singer di bidang studi pengangguran, ditunjuk sebagai kepala utama departemen urusan ekonomi di institusi PBB yang baru saja dibentuk. Owen meminta bantuan Singer guna memperkuat departemen barunya. Singer menerima dua tahun alih tugas sementara, yang kemudian berakhir selama 22 tahun (19471969). Dia ditugaskan untuk bekerja pada suatu bagian kecil yang berurusan dengan problem-problem negara berkembang. Secara bersamaan, dia ditunjuk sebagai profesor di Fakultas Pascasarjana di New School for Social Research di New York. Dia menyambut peluang untuk mempertahankan hubungan dia dengan dunia akademik. Itu juga memberinya kesempatan untuk memikirkan mengenai kerangka kerja teoritis tentang pembangunan ekonomi di mana kerja dia di PBB dapat ditempatkan. Dan dia mampu untuk menerbitkan makalah-makalah dengan memakai namanya sendiri, suatu praktik yang tidak diperbolehkan di PBB, serta secara luas diakui dan dikutip. Analisis ketentuan perdagangan jangka panjang antara negara-negara industri maju dengan negara berkembang bisa jadi merupakan kontribusi Singer yang paling dikenal bagi ekonomi pembangunan (Singer 1949 dan 1950; PBB 1949). Dia menunjukkan bahwa ketentuan net barter perdagangan antara produk-produk primer dengan

manufaktur mengarah pada tren penurunan jangka panjang. Ini berkontradiksi dengan keyakinan yang dipegang luas pada waktu itu bahwa tren jangka panjang menguntungkan produk-produk primer. Singer berpendapat bahwa sejarah perekonomian telah menjadi tidak ramah bagi negara berkembang. Mayoritas efek sekunder dan kumulatif dari investasi telah digeser dari negara berkembang kepada negara industri yang melakukan investasi. Negara-negara berkembang juga telah dialihkan ke dalam tipe aktivitas yang menawarkan lebih sedikit lingkup bagi kemajuan teknis, menyembunyikan suatu faktor sentral radiasi dinamis yang telah merevolusi masyarakat di dunia industri. Singer menekankan bahwa karya dia mengenai ketentuan-ketentuan perdagangan dimaksudkan untuk lebih menjadi penuntun kebijakan daripada sebuah proyeksi jangka panjang. Dia menyarankan negara berkembang untuk berdiversifikasi dari ekspor primer melalui pengembangan pasar domestik dan industrialisasi. Berikutnya, dia meletakkan penekanan lebih pada hubungan antara tipe negara-negara daripada antara tipe komoditas, serta pada distribusi kekuatan teknologi dalam ketentuan-ketentuan yang lebih kontemporer guna menjawab sebagian kritik atas karya orisinal dia (Rostow 1990). Singer juga menekankan tujuan keadilan distributif, menunjuk pada kesenjangan integral, berjangka panjang antara negara industri maju dengan negara berkembang. Dia telah dengan konstan berpendapat bahwa kecuali kalau terdapat perubahan fundamental pada tatanan ekonomi dunia, divergensi dibandingkan konvergensi akan terus berlanjut di antara mereka, mengancam ekonomi global dan kemajuan sosial, stabilitas serta perdamaian. Singer menemukan para sekutu kuat, khususnya Ral Prebisch, yang menggunakan karya orisinal Singer (Prebisch 1950; Toye dan Toye 2003). Tesis PrebischSinger, sebagaimana ia menjadi dikenal demikian, telah menciptakan sebuah

pertumbuhan industri dalam kepustakaan ilmu ekonomi pembangunan. Kian bertambah analisis statistik dan ekonometri nan rumit telah membebaskan dari tuduhan terhadap tesis tersebut, membuatnya salah satu dari sangat sedikit hipotesis dalam ilmu ekonomi yang telah berdiri dalam ujian waktu (Sapsford dan Chen 1998: 2734). Apa sebagian dari atribut-atribut khusus yang telah memisahkan Singer dari para pelopor ekonom pembangunan lain? Singer berada di bawah pengaruh langsung baik Schumpeter maupun Keynes, dua suar besar dalam perkembangan intelektualnya. Kombinasi dari kekuatan-kekuatan ini mempunyai pengaruh menentukan pada ide-ide Singer: Schumpeter dengan pandangan dia mengenai pentingnya teknologi dan inovasi serta peran kewirausahaan; dan tesis Keynes bahwa ilmu ekonomi bukanlah kebenaran universal yang dapat diterapkan pada semua negara dan kondisi. Mereka menyediakan Singer dengan kemungkinan kerangka kerja bagi banyak dari karya dia. Berkarya pada kondisi-kondisi perdagangan telah menjadi titik tumpu bagi banyak dari isu-isu lain yang telah diambil oleh Singer guna mencapai keadilan distributif untuk negara-negara berkembang meliputi: industrialisasi, sains dan teknologi, investasi SDM, perencanaan, perdagangan dan bantuan, bantuan teknis serta aktivitas-aktivitas prainvestasi, kerjasama regional, dan suatu tatanan baru ekonomi internasional dengan pengelolaan global multilateral. Masa dinas yang panjang di PBB selama tahun-tahun perkembangannya juga menguntungkan karya Singer. Dia melakukan berbagai penugasan yang

memungkinkannya melihat pada tangan pertama kondisi-kondisi di kawasan dunia negara berkembang, berdiskusi dengan para pemimpin dan para perencana atas problemproblem serta aspirasi pembangunan mereka, serta menetapkan kerangka kerja teoritis

dan konseptual miliknya sendiri terhadap latar belakang realitas konkrit. Keluar dari lingkungan pergaulan ini memunculkan perspektif Singer tentang pembangunan termasuk: mekanika pembangunan, peran sektor publik dalam pertumbuhan ekonomi, pandangan seimbang tentang pertumbuhan seimbang, konsep pendanaan pra-investasi, gagasan investasi SDM, interaksi pertumbuhan populasi dan pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi, konsep dia tentang redistribusi dari pertumbuhan untuk menangani kemiskinan, serta pandangan dia bahwa pembangunan adalah pertumbuhan plus perubahan, secara budaya, sosial dan ekonomi. Singer juga merupakan salah satu pendiri dari analisis struktural pembangunan. Dia telah mempertahankan bahwa tidak dapat ada cetak biru untuk pembangunan (SchiavoCampo dan Singer 1970). Namun, sejumlah tema telah merembesi karya dia. Dia mempertimbangkan bahwa titik awal seharusnya adalah manusia, bukannya uang dan kesehatan, yang memberi sebuah perspektif baru menyeluruh pada proses pembangunan. Pembangunan yang layak dan berkesinambungan tergantung bukan pada penciptaan kekayaan tetapi pada kapasitas manusia untuk menciptakan kekayaan. Sebab itu, desakan Singer pada pentingnya faktor manusia dalam pembangunan ekonomi, dan pada kesehatan, pendidikan dan pelatihan, kesejahteraan anak-anak, dan keamanan pangan, sains serta teknologi yang sesuai, lapangan kerja, distribusi pendapatan dan penaklukan kemiskinan, serta perencanaan dan lembaga yang bersuara, semuanya dipandang dalam suatu konteks internasional di mana perdagangan dan bantuan dilakukan dengan keadilan distributif dan efisiensi sehingga semua negara, baik berkembang maupun maju, dapat bertumbuh subur dan mencapai konvergensi, bukan divergensi. Sejak itu, banyak dari perspektif ini menjadi kebijaksanaan konvensional bagi kerja pembangunan progresif.

Tidak hanya menjadi terisi untuk memformulasikan problem-problem dengan penekanan teoritis terhadap negara berkembang, Singer menjadi terlibat dalam banyak usaha kepeloporan untuk mengatasinya. Sejumlah organisasi yang dibantunya untuk berdiri atau diperkuatnya guna mengatasi masalah-masalah Dunia Ketiga masih beroperasi sekarang ini meliputi: United Nations Development Programme (Program Pembangunan PBB), United Nations Childrens Fund (Dana Anak PBB), UN World Food Programme (Program Pangan Dunia PBB), UN Research Institute for Social Development (Lembaga Riset PBB untuk Pembangunan Sosial), UN Industrial Development Organization (Organisasi Pembangunan Industri PBB), dan Bank Pembangunan Afrika. Dia juga secara tidak langsung terlibat dalam pembentukan Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA), tangan kanan pinjaman lunak Bank Dunia. IDA dibentuk khususnya sebagai penghalang guna mencegah upaya-upaya mendirikan Dana Khusus PBB untuk Pembangunan Ekonomi, di mana Singer dan lainnya mencoba mendirikannya di PBB (Meier dan Seers 1984: 296303). Sejak tahun 1969, Singer telah menjadi anggota keprofesoran Institut Studi Pembangunan (IDS), dan profesor (sekarang emeritus), di University of Sussex, Inggris. Selama periode ini hasil karya dia produktif. Dia telah menghasilkan kontribusi signifikan bagi aktivitasaktivitas IDS, yang sekarang diakui sebagai salah satu lembaga dunia terkemuka dalam studi-studi pembangunan. Dia dikenang dengan respek dan cinta sebagai sumber bantuan tidak terbatas serta inspirasi oleh para kelompok mahasiswa. Dan dia berada dalam permintaan yang terus-menerus oleh pemerintah-pemerintah, organisasi-organisasi LSM dan badan bantuan multilateral serta bilateral. Komitmen Singer terhadap kasus untuk

tatanan ekonomi dunia yang lebih adil dan patut tidak berkurang. Kehidupan dan karya dia menjadi inspirasi untuk para ekonom pembangunan generasi mendatang. Karya-karya utama Berikut ini seleksi representatif dari banyak publikasi Singer: Ansari, J.A., Ballance, R.H. dan Singer, H.W. (1982) The International Economy and Industrial Development: Trade and Investment in the Third World, Brighton: Harvester Press. Ansari, J.A. dan Singer, H.W. (1977) Rich and Poor Countries: Consequences of International Economic Disorder, London dan Winchester, MA: Unwin Hyman. Jolly, R. dan Singer, H.W. (1972) Employment, Incomes and Equality: A Strategy for Increasing Productive Employment in Kenya, Jenewa: Kantor Perburuhan Internasional. Raffer, K. dan Singer, H.W. (1996) The Foreign Aid Business: Economic Assistance and Development Co-operation, Cheltenham: Edward Elgar. (2001) The Economic NorthSouth Divide. Six Decades of Unequal Development, Cheltenham dan Northampton, MA: Edward Elgar. Roy, S. dan Singer, H.W. (1993) Economic Progress and Prospects in the Third World: Lessons of Development Experience Since 1945, Aldershot dan Brookfield, VT: Edward Elgar. Schiavo-Campo, S. dan Singer, H.W. (1970) Perspectives in Economic Development, Boston: Houghton Mifflin Co. Singer, H.W. (1964) International Development, Growth and Change, New York: McGraw-Hill.

(1975) The Strategy of International Development: Essays in the Economics of Backwardness by H.W. Singer, dalam Cairncross, A. dan Puri, M. (eds), Basingstoke dan London: Macmillan. (1998) Growth, Development and Trade: Selected Essays of Hans Singer, Cheltenham: Edward Elgar. (2001) International Development Co-operation. Selected Essays by H.W. Singer on Aid and the United Nations System, dalam D.J. Shaw (ed), Basingstoke dan New York: Palgrave Macmillan. Singer, H.W., Wood, J. dan Jennings, T. (1987) Food Aid. The Challenge and the Opportunity, Oxford: Clarendon Press. Bacaan lanjutan Cairncross, A. dan Puri, M. (eds) (1976) Employment, Income Distribution and Development Strategy: Problems of Developing Countries. Essays in Honour of H.W. Singer, Basingstoke dan London: Macmillan. Chen, J. dan Sapsford, D. (eds) (1997) Pembangunan Ekonomi dan Kebijakan: Kontribusi Profesor Sir Hans Singer bagi Ekonomi Pembangunan, World Development, 25(11): 18531956. Clay, E. dan Shaw, D.J. (eds) (1987) Poverty, Development and Food: Essays in Honour of H.W. Singer on his 75th Birthday, Basingstoke dan London: Macmillan. Hatti, N. dan Tandon, R. (eds) (2004) Trade and Technology in a Globalizing World: Essays in Honour of H.W. Singer, New Delhi: BPRC (India) Ltd. Meier, G.M. dan Seers, D. (eds) (1984) Pioneers in Development, New York: Diterbitkan untuk Bank Dunia oleh Oxford University Press, halaman 273311.

Prebisch, R. (1950) The Economic Development of Latin America and its Principal Problems, Santiago, Cile: Komisi PBB untuk Amerika Latin. Rostow, W.W. (1990) Theorists of Economic Growth from David Hume to the Present with a Perspective on the Next Century, New York: Oxford University Press. Sapsford, D. dan Chen, J. (eds) (1998) Development Economics and Policy: The Conference Volume to Celebrate the 85th Birthday of Professor Sir Hans Singer, Basingstoke dan London: Macmillan. (1999) Tesis PrebischSinger: Tesis untuk Milenium Baru, Journal of International Development 11(6): 863916. Shaw, D.J. (2002 dan 2004) Sir Hans Singer: The Life and Work of a Development Economist, Basingstoke dan New York: Palgrave Macmillan (sampul tebal); New Delhi: BRPC (India) Ltd (sampul tipis). Singer, H.W. (1949) Kemajuan Ekonomi di Negara-negara Terbelakang, Social Research 16(1): 236266. (1950) Distribusi Keuntungan antara Negara Penginvestasi dan Negara Peminjam, American Economic Review 40(2): 473485. The Pilgrim Trust (1938) Men Without Work: A Report Made to the Pilgrim Trust, Cambridge: Cambridge University Press. Cetak ulang (1968) New York: Greenwood Press. Toye, J. dan Toye, R. (2003) Asal-mula dan Interpretasi Tesis PrebischSinger, History of Political Economy 35(3): 437467.

PBB (1949) Relative Prices of Exports and Imports for Under-Developed Countries: A Study of Post-War Terms of Trade between Under-Developed and Industrialized Countries, 1949/II.B.3, New York: PBB. John Shaw JOSEPH STIGLITZ (1943) Dilahirkan di Gary, Indiana pada tanggal 9 Februari 1943, Joseph Stiglitz dianggap telah dijuluki oleh Paul Samuelson sebagai ekonom terbaik yang berasal dari kota baja yang merosot. Ini, tetapi, adalah kota kelahiran disiplin Nobel pertama. Karir Stiglitz mengagumkan. Sebagai seorang mahasiswa pascasarjana dia menyunting Kumpulan Karya Ilmiah Samuelson. Pada usia 27 tahun, dia menjadi profesor penuh di Yale, berikutnya mengambil penunjukan di Stanford, Oxford, Princeton dan Columbia. Dia menerima penghargaan J.B. Clark untuk ekonom menonjol di bawah usia 40 tahun. Dia bergabung dengan Dewan Penasihat Ekonomi Clinton, menjabat sebagai Pimpinan sekaligus anggota Kabinet. Di tahun 1997, dia menjadi Ekonom Kepala Bank Dunia, mempromosikan Kerangka Kerja Pembangunan Komprehensif dengan Presiden James Wolfensohn. Dalam apa yang disangka sebagai peralihan dari yang didiskreditkan Konsensus Washington neo-liberal, dia merilis pasca-Konsensus Washington. Ini membantu memulihkan legitimasi pada Lembaga-lembaga Bretton Woods sebagai lebih ramah terhadap negara, masyarakat dan pembangunan. Pada 2001, dia memeroleh penghargaan Hadiah Nobel Ekonomi terutama atas peran dia dalam Ilmu Ekonomi Pembangunan Baru, sebuah elemen dalam pendekatan teoritisnya yang lebih bersifat informasi umum. Pada seri tahun 2003 menghormati ulang tahunnya yang ke-60, daftar

publikasi dia hampir mencapai 50 halaman, meliputi berbagai edisi buku-buku teks di bidang ilmu ekonomi, ekonomi mikro, ekonomi makro dan ekonomi sektor publik. Walaupun pencapaiannya yang mengagumkan, Stiglitz tetap seorang sosok signifikan tetapi kecil dalam studi pembangunan dan ilmu ekonomi namun sebuah peristiwa melemparkan dia pada ketenaran. Dia dipaksa mundur dari Bank Dunia atas anjuran Larry Summers, salah satu pendahulunya dan, pada waktu itu, Menteri Keuangan Amerika Serikat. Dia bersikeras bahwa Stiglitz harus hengkang jika Wolfensohn tetap berada di sana. Alasannya adalah, dari permulaan penunjukan dia di Bank Dunia, Stiglitz telah menggunakan posisinya untuk mengkritik IMF. Ini menjadi tidak bisa diterima begitu ia mengancam kebijakan daripada menawarkan retorika, dan Stiglitz terutama menjadi vokal atas penolakan dia terhadap privatisasi di bekas negara Uni Soviet dan keras terhadap kebijakan ekonomi makro serta liberalisasi keuangan yang diberlakukan pada Korea Selatan menyusul krisis keuangan di Asia. Pengujian secara dekat terhadap ilmu ekonomi Stiglitz mengungkapkan paradoks. Pertama, dia khususnya tidak radikal dalam kebijakan dan teori tidak juga kesimpulankesimpulan dia khususnya adalah orisinal. Perhatian erat pada ketidaksempurnaan pasar menuntun dia mencari keseimbangan antara pasar dengan negara, jaring pengaman, urutan yang tepat serta terutama regulasi liberalisasi keuangan dan kebijakan-kebijakan lain secara umum sebagaimana berlawanan dengan terapi kejut neo-liberal. Namun sejak tahun 1980-an ke atas, kepustakaan yang kritis terhadap Konsensus Washington, terutama yang memperhatikan kemajuan negara dan penyesuaian dengan wajah manusiawi, menarik kesimpulan-kesimpulan serupa. Penekanan dia pada

ketidaksempurnaan pasar dan institusional sebagaimana khususnya mencirikan negara-

negara berkembang mewakili penemuan kembali parsial atas ilmu ekonomi pembangunan lama dan klasik dari apa yang mungkin diistilahkan sebagai pra-konsensus Washington dari periode McNamara. Karenanya, hal baru dari Stiglitz terletak lebih sedikit dalam kesimpulan-kesimpulan yang dia tarik daripada dalam pendekatan informasi teoritis yang dipakai dia untuk memerolehnya, serta posisi-posisi yang darinya dia telah mampu mempromosikannya dengan integritas intelektual dan kuat serta langkah yang memberikan konsekuensi pribadi. Kedua, dalam karirnya, dia terlihat menjadi lebih radikal, khususnya setelah putusnya dengan Bank Dunia. Dia telah mendirikan Inisiatif untuk Dialog Kebijakan guna mempromosikan alternatif-alternatif terhadap apa yang dia sekarang mengistilahkan sebagai ekonomi neoklasik, kembali mendefinisikannya sebagai gagasan bahwa pasar bekerja dengan sempurna guna menjaga jaraknya sendiri darinya. Kritik dia atas Lembaga-lembaga Bretton Woods, terutama IMF, makin intensif. Bukunya,

Globalization and Its Discontents, diterbitkan di tahun 2002, terutama menekankan kritik atas IMF dan pengalaman-pengalaman dia sendiri dalam mempromosikan perdebatan atas ketidaksepakatan dia dengannya, menjadi buku terlaris. Dia telah dielu-elukan sebagai pejuang kaum miskin karena sikap-sikapnya. Tetapi tidak ada peningkatan radikalisasi dalam ilmu ekonomi Stiglitz selain daripada hilangnya kemurnian naif mengenai kekuasaan dari ide-ide dia sendiri. Inilah seseorang yang tetap pada keseluruhan karirnya untuk berkomitmen pada Keynesianisme pada level makro serta koreksi ketidaksempurnaan pasar oleh pemerintah yang cakap di tingkatan mikro. Adalah lingkungan intelektual yang telah berubah daripada posisi dia di dalamnya, selain peluang untuk menjadi terkemuka.

Ketiga, kemudian, di dalam arus utama ilmu ekonomi (pembangunan), Stiglitz telah berada di garis depan peralihan terhadap neo-liberalisme sejak tahun 1990-an. Marx berpendapat tentang Ricardo bahwa, untuk analisis dia, adalah memadai untuk membaca dua bab pertama dari Principles-nya. Transaksi pertama dengan teori perburuhan tentang nilai sebagai rata-rata waktu kerja dalam produksi di industri, dan kedua, tidak konsisten dengan yang pertama dengan menetapkan nilai pada marjin kultivasi, mengonstruksi teori rente. Semua yang tersisa adalah aplikasi dengan tanpa kemajuan teoritis lebih jauh. Sementara khususnya tanda kritis, Marx juga memandang Ricardo sebagai ekonom politik borjuis par excellence. Ini karena dia menerapkan prinsip-prinsipnya serta versi miliknya sendiri dari teori nilai tenaga kerja secara kejam pada apapun fenomena ekonomi yang dia peduli untuk membahasnya. Apa kaitan ini dengan Stiglitz? Terdapat beberapa paralel, dan kontras, yang akan ditarik antara dia dan (pandangan Marx mengenai) Ricardo. Pertama, Stiglitz juga dapat dipahami sebagai bertumpu pada dua prinsip, pada yang pertama darinya di mana dia begitu berobsesi berkomitmen. Dengan kedua, sebagaimana akan terlihat, adalah tidak konsisten walaupun ia terutama implisit dan di bawah sadar. Stiglitz memahami perekonomian kapitalis dalam pengertian dari apa yang dirinya sendiri menamai suatu paradigma baru berbasiskan pada informasi yang tidak sempurna. Ia menyebarkan gagasan bahwa pertukaran berlangsung antara agen-agen yang secara tidak sempurna serta asimetris memeroleh informasi. Untuk alasan ini, pasar adalah tidak sempurna, dan tiga potensi jenis hasil keluaran yang tidak efisien. Pasar bisa jelas (pasokan setara dengan permintaan) tetapi menjadi tidak efisien (sebagian perdagangan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak tidak terjadi). Ini terjadi jika para pembeli

(penjual) potensial dari barang berkualitas lebih rendah (lebih tinggi) tidak ingin bertransaksi pada tingkat harga yang mencerminkan kualitas yang rata-rata lebih tinggi (lebih rendah). Kedua, pasar mungkin tidak jelas tetapi harga tidak disesuaikan untuk menguntungkan short side (harga naik jika permintaan berlebih dan menurun jika pasokan berlebih). Sebuah contoh adalah upah-efisiensi di mana, meskipun surplus tenaga kerja, upah jatuh karena para majikan mengantisipasi lebih daripada mengompensasi kerugian pada produktivitas, loyalitas dan intensitas kerja. Ketiga, pasar bisa absen, sebagaimana dalam asuransi kesehatan untuk mereka yang lanjut usia atau sakit. Pada sembarang level premi akan menarik tingkat rata-rata risiko kesehatan yang terlalu tinggi sebagaimana mereka yang lebih sehat memilih untuk merisikokan klausula diri mereka sendiri daripada membayar premi yang merefleksikan mereka yang sakit-sakitan. Bagi Stiglitz, ini merupakan prinsip-prinsip umum yang diterapkan pada semua pasar, signifikansinya tergantung pada sifat alami dari ketidaksempurnaan, barang-barang, para agen, dan seterusnya yang spesifik bagi tiap pasar. Tulisan-tulisan dia yang terdiri atas banyak seri mencerminkan satu aplikasi secara bergantian. Namun sebuah perbedaan dari Ricardo adalah horison Stiglitz melampaui kapitalisme untuk berurusan dengan pembangunan dan perekonomian transisional. Lebih jauh lagi, Stiglitz juga membahas respons non-ekonomi atau non-pasar terhadap ketidaksempurnaan pasar. Karenanya, lembaga-lembaga dipersepsikan menjadi suatu, tidak semestinya efisien, respons terhadap ketidaksempurnaan pasar. Teori dia mengenai share-cropping dengan cepat melepaskan baik perilaku tradisional maupun eksploitasi sebagai penjelasan yang menguntungkan pemantauan serta problem-problem intensif dalam kasus para penyewa

mengetahui lebih banyak daripada tuan tanah atas kemungkinan produksi serta upayaupaya kerja. Share-cropping juga dipakai untuk mengargumentasikan bahwa

ketidaksempurnaan informasional di dalam satu pasar, tanah, dapat memiliki dampak sekunder terhadap lainnya, seperti ketersediaan kredit, pilihan teknik dan intensitas modal. Namun ilmu-ilmu sosial lain serta ekonomi politik menonjol khususnya untuk ketiadaan mereka dari karya Stiglitz. Titik keberangkatan dia adalah ilmu ekonomi neoklasik tentang pasar-pasar yang berfungsi dengan sempurna, di mana dia dengan hati-hati mengambil pada bagian-bagian dari perspektifnya sendiri. Namun, paradigma dia sendiri, menampilkan keberlanjutan yang sungguh-sungguh dengan pendekatan neoklasik. Seperti Ricardo, metoda dia adalah deduktif, bahkan dengan lebih eksplisit menarik kesimpulan dari aksioma-aksioma dalam bentuk model-model. Ini terikut dalam optimalisasi perilaku para individu yang darinya pondasi mikro mendukung hasil makro dalam bentuk keseimbangan. Sebagaimana dengan Ricardo, logika dari sistem deduktifnya digunakan untuk mengonfrontasi topik-topik terpilih dengan sedikit berkenaan dengan metodologi (deduktivisme menikahi empiris-isme naif dan kemampuan pemalsuan) atau sejarah pemikiran ekonomi (dengan sekali-sekali tanda keliru interpretasi dari Adam Smith sebagaimana mengantisipasi teori keseimbangan umum dan misalnya, pendekatan teoritis informasi Hayek). Prinsip analisis kedua Stiglitz adalah untuk mengabaikan yang pertamanya serta memohonkan terhadap sosial, struktural atau faktor-faktor lain daripada mengoptimalkan individu-individu. Kebutuhan untuk melakukan yang demikian muncul dalam tiga cara. Pertama, metode deduktif selalu tergantung pada eksogen sebagai parameter-parameter.

Bagaimana hal-hal ini dijelaskan kecuali dengan mendorong batasan-batasan lebih jauh hanya untuk menciptakannya lagi? Kedua, dunia nyata memiliki kebiasaan buruk yang menyingkapkan eksploitasi dan kekuasaan, serta keahlian menemukan dan budaya, tidak dapat direduksi pada suatu kalkulus dari agen-agen optimalisasi yang secara tidak sempurna memeroleh informasi terlibat dalam tindakan-tindakan individu pertukaran satu sama lain. Sebagaimana Marx mengatakan teori rente dari Ricardo, asumsi dia mengenai pertukaran bebas serta aliran modal ke tanah akan menjadi tidak dapat komprehensif terhadap kekinian dia di manapun di tempat lain di dunia ini. Dengan tanda yang sama, dapatkah share-cropping dipahami sebagai bebas dari eksploitasi dan faktor-faktor budaya, serta pembangunan atau kekurangannya merupakan konsekuensi

ketidaksempurnaan, dan kekuasaan independen serta konflik-konflik terkait? Ketiga, pengalaman pribadi Stiglitz di luar dunia akademik dari ilmu ekonomi neoklasik menuntunnya mengakui kegagalan logika dia untuk berfungsi, terutama dalam mengakui kebangkitan kekuatan sistem finansial dengan kepentingan-kepentingannya sendiri yang memaksa atau dogma irasional dari lawan-lawannya. Dengan signifikan, kategorikategori residual analitis melompat pada ketenaran dalam kontribusi dia yang lebih reflektif dan baru. Globalization and Its Discontents tidak memiliki teori, hampir tidak merupakan konsep, dari globalisasi (selain dari pengurangan biaya transportasi dan komunikasi) serta, dengan kontras, keadaan ini secara efektif absen dari semua karya dia yang sebelumnya. Ini, dan catatan dari periodenya sebagai penasihat Clinton, adalah sepenuhnya bebas dari pendekatan teoritis informasi. Namun, jika dia pada akhirnya ditarik untuk mengakui kekuasaan serta kepentingan sosial, ini seharusnya tentu saja

bertindak sebagai titik awal analitis daripada kesimpulan tentang optimalisasi terbatas secara informasi. Pendeknya, dalam serangan intelektual terhadap neo-liberalisme, Stiglitz telah memainkan peran terkemuka dari dalam ilmu ekonomi arus utama. Dia tidak mempromosikan alternatif-alternatif selain dari kepunyaannya sendiri. Penguasaan dia atas ini, metodologi, sejarah pemikiran ekonomi, dan ilmu-ilmu sosial lain adalah terbatas. Sebagian, ini menempatkan dia dalam barisan depan, untuk lainnya dia menahan kritik yang lebih radikal dan bervariasi atas neo-liberalisme. Pada akhirnya, kontribusi dia yang berkelanjutan akan tergantung pada tingkatan di mana yang lainnya membangun atasnya, dan memutuskan dengan, restorasi parsial dan terdistorsi atas pemahaman klasik mengenai pembangunan. Karya-karya utama Chang, H.-J. (ed.) (2001) Joseph Stiglitz and the World Bank: The Rebel Within, London: Anthem Press. (Koleksi esai dia mempromosikan pasca-Konsensus Washington.) Stiglitz, J. (1986) Ilmu Ekonomi Pembangunan Baru, World Development 14(2): 257 265. (Catatan awal dan ringkas mengenai pendekatan dia terhadap ilmu ekonomi dan pembangunan.) (1994) Whither Socialism?, Cambridge, MA: MIT Press. (Untuk catatan yang lebih penuh dengan aplikasi pada ekonomi transisional.) (2001) Informasi dan Perubahan dalam Paradigma Ilmu Ekonomi. (Tinjauan luas dari dia sendiri atas karyanya, disajikan dalam Perkuliahan Hadiah Nobel.) (2002) Globalization and Its Discontents, New York: W.W. Norton and Co. (Kritik dia terhadap IMF.)

(2003) The Roaring Nineties: Seeds of Destruction, New York: W.W. Norton and Co. (Untuk naratif dari masa dia pada Dewan Penasihat Ekonomi.) Bacaan lanjutan Untuk penilaian apresiatif, lihat Pasar dengan Informasi Asimetris, tersedia pada situs web Nobel, http://www.nobel.se/economics/laureates/2001/press.html, Informasi

Lanjutan. Arnott, R. et al. (eds) (2003) Economics for an Imperfect World: Essays in Honor of Joseph E. Stiglitz, Cambridge, MA: MIT Press. (Esai untuk penghormatan ulang tahunnya yang ke-60, meliputi bibliografi penuh dari karya dia.) Fine, B. (2002) Imperialisme Ekonomi dan Ekonomi Pembangunan Baru sebagai Pergeseran Paradigma Kuhnian, World Development 30(12): 20572070. (Untuk penilaian kritis atas pendekatan teoritis informasi sebagai paradigma.) Fine, B. et al. (eds) (2001) Development Policy in the Twenty-First Century: Beyond the Post-Washington Consensus, London: Routledge. (Untuk kritik pasca-Konsensus Washington.) Fine, B. dan Jomo, K. (eds) (2005) The New Development Economics: A Critical Introduction, Delhi, Tulikar dan London: Zed Books. Wade, R. (2001) Pertikaian di Bank Dunia, New Left Review 7: 124137. (Untuk mundurnya dia dari Bank Dunia.) Ben Fine PAUL PATRICK STREETEN (1917) Adalah suatu kesalahan untuk mengurung Paul Streeten pada sebuah kotak kecil berlabel ilmu ekonomi pembangunan dan untuk berusaha menilai dia di dalam batasan

subdisiplin ketika, seperti Keynes, Marx atau Adam Smith sendiri, dia bukan hanya seorang ekonom total tetapi seorang dengan banyak disiplin yang telah memfokuskan semua kecerdasan dia pada isu-isu ekonomi besar pada masanya. Dia salah satu dari kelompok kecil itu, yang termasuk dua mentor dan koleganya, Gunnar Myrdal dan Thomas Balogh, yang tidak hanya secara luas diakui di Eropa dan Amerika Utara sebagai para ekonom sangat canggih, sekalipun adalah pembangkang, namun ia juga berpikir panjang dan keras mengenai bagian lain yang lebih miskin di dunia ini. Telah diamati bahwa gaya Streeten tidak berkembang, ia muncul seperti Minerva dari kepala Zeus, sepenuhnya bertumbuh dan dipersenjatai (Stretton 1986: 1). Dia meledak pada pentas di tahun 1949 dengan artikel-artikel mengenai teori keuntungan dan harga. Karya yang padat, pendek, dan jelas ini (ibid.: 2) disusul selama empat tahun berikutnya melalui tujuh lagi (satu ditulis di Jerman, satu diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis) mengenai ketidakcukupan mekanisme harga; kurs tukar dan pendapatan nasional; ketidaksesuaian dari konsep-konsep elastisitas sederhana dalam teori perdagangan internasional (dengan Balogh); mencadangkan kapasitas dan kekusutan kurva permintaan; teori modern ekonomi kesejahteraan; dampak perpajakan pada pengambilan risiko; plus sebuah penerjemahan dari bahasa Jerman (dengan apendiks yang penuh pemikiran) tentang karya Myrdal (1953) Political Element in the Development of Economic Theory. Dan sementara itu dia mengajar di seluruh kisaran penuh dari ilmu ekonomi di Balliol College, Oxford, di mana dia telah tiba sebagai seorang tentara pelajar yang terluka mendekati akhir Perang Dunia II. Selama 50 tahun berikutnya aliran tetap dari artikel, buku-buku dan laporan kebijakan yang seolah muncul dari kepala Zeus semuanya dengan cantik dituliskan, dengan jelas,

terpelajar, jenaka, rendah hati dan sepenuhnya dipersenjatai. Paul Streeten tidak memiliki pesaing dalam menguasai ilmu ekonomi. Esai dia yang berikutnya mengenai Keynes dan Klasik (1954). Kemudian dia menyunting esai-esai dari Myrdal dan memberikan ekspresi terhadap perhatiannya dengan metodologi serta dengan nilai-nilai dalam ilmuilmu sosial: Nilai-nilai bukanlah sesuatu untuk dibuang, tidak juga bahkan sesuatu untuk dibuat eksplisit guna dipisahkan dari perkara empiris, tetapi merupakan analisis empiris yang muncul di mana-mana serta menerobos melalui berbagai hal (Streeten 1958: xiii). Dan dia menyaksikan pentingnya Prinsip Ketidakpastian Heisenberg, memperhatikan dampak saling menguntungkan antara pengamat dengan yang diamati, dengan semua implikasinya (ibid.: xv). Adalah sebuah esai, diterbitkan dalam Quarterly Journal of Economics (1954), di mana dia memandang sebagai kontribusinya yang paling orisinal dan inovatif tetapi tidak menghasilkan dampak pada profesi. Ia tetap perlu dibaca. Sementara dia terus menghasilkan kedalaman baru seiring pengalaman dia melebar, Streeten tetap dengan mengherankan konsisten menundukkan tahun-tahun dalam gaya analitis dan fokus dia. Kepentingan saya dalam keadilan sosial, dia menuliskan pada usia pertengahan 70-an, adalah berasal dari masa kanak-kanak saya (Streeten 1994: pengantar). Adalah masa kanak-kanak yang jauh tersingkir dari Balliol yang tenang pada awal tulisan dan pengajaran dia. Bagi Paul Hornig, ini seiring dia terlahir pada hari-hari terakhir Kekaisaran Austro-Hongaria, bertumbuh dalam masyarakat ribut di Wina di antara masamasa perang. Ayahnya meninggal dunia sebelum dia berusia dua tahun namun ibu dan bibinya pindah ke dalam lingkaran intelektual, di mana Paul muda bertemu serta dipengaruhi oleh berbagai pemikir, termasuk Max Adler, Karl Popper, beberapa psikolog

dan sosialis Utopia terkemuka, Otto Bauer. Sebagai seorang pemuda dia aktif dalam gerakan kaum muda sosialis, Roten Falken (Elang Merah), bergumul ganas dengan radikal kanan. Namun semua ini berakhir dengan tiba-tiba pada Maret 1938, ketika Nazi memasuki Wina: Saya berada pada beberapa daftar dan kombinasi menjadi seorang Yahudi dan secara politik aktif di kiri akan menjadi cukup. Namun walaupun penyelidikan dilakukan pada rumah petak tua kami, saya tidak menyerah. Saya yakin terdapat seorang petugas SS yang merupakan teman saya (kekhasan Streeten!) dan yang telah menghapuskan nama saya dari daftar mereka yang hendak ditahan. Saya menyaksikan kota histeris pada hari Anschluss. Saya melintasi melalui jalan-jalan, serta menyaksikan kendaraan-kendaraan Nazi bersenjata disambut oleh massa. Warga Wina, dipandang untuk Gemtlichkeit mereka, mengungkapkan wajah-wajah yang didistorsi oleh kebencian seiring mereka berteriak dengan histeris Heil Hitler, Ein Volk, ein Reich, ein Fhrer. Itu adalah pemandangan yang menakutkan serta patut disayangkan. (Streeten 1985: 47) Jika Austria di tahun 1930-an mengalami turbulensi, lima tahun berikutnya adalah untuk mengambil si pria muda pada roller-coaster nan memusingkan. Usaha-usaha untuk meninggalkan adalah sepenuhnya sembrono tetapi dengan bantuan teman-teman Inggrisnya dia berusaha melintasi Terusan, di mana dia diurus oleh sekelompok umat Kristen termasuk satu keluarga di Cambridge serta dua saudara perempuan di Sussex, Marjorie dan Dorothy Streeten. Tiba hanya sebelum Pekan Mei, Transisi dari turbulensi, histeria, ketakutan dan kenajisan Wina terhadap perdamaian, kesunyian, dan cahaya matahari dari tempat tinggal Master di sebuah Perguruan Cambridgemerupakan sebuah

pengalaman luar biasa (ibid.: 48). Namun lebih banyak yang hendak diikuti. Dia pergi ke Aberdeen University, di mana dia belajar Ekonomi Politik selama hampir dua tahun hingga dia dilatih sebagai internis untuk menjadi seorang musuh, bahkan walaupun dia telah menjadi sukarelawan untuk Angkatan Udara Kerajaan. Selama tahun berikutnya dia melangsir dari pilar ke Kanada di mana dia dan para koleganya, sebagian dari mereka belakangan menjadi sangat berbeda, dicengkeram di balik lapisan kawat berduri, menaramenara, penjaga bersenjata serta lampu sorot. Seperti para tahanan Robben Island 25 tahun belakangan, mereka memulai sebuah Universitas di mana Paul mengatasi kekurangannya di bidang matematika di kaki Hermann Bondi, pakar kosmologi dan berikutnya pencipta bersama teori keadaan mantap alam semesta. Dia cukup belajar untuk mampu memandang dengan mata penuh kewaspadaan karya berikutnya dari bangunan model matematika dalam ilmu ekonomi. Selama 40 tahun dia menyatakan dengan kombinasi khususnya tentang celaan diri dan kecerdasan setajam pedang bahwa, // Tentu saja, tanpa pelatihan menyeluruh di bidang matematika, seseorang merasa pada waktu sekarang seperti sebuah penenun tangan dalam hari-hari setelah penemuan kekuatan perkakas tenun. Namun pemikiran dibuat tertahankan oleh fakta bahwa kekuatan perkakas tenun tampaknya akan menenun pakaian-pakaian Kaisar. (ibid.: 56) Setelah lima bulan berada di balik kawat berduri Kanada, awak campuran ini kembali ke Inggris untuk mengalami beberapa bulan kedinginan, kelaparan, pengurungan dengan kapasitas penjara disesaki oleh orang yang berlebihan. Namun pada akhirnya, sebagai seorang pelari jarak jauh, dia menarik perhatian pihak otoritas yang mencari para pria dengan kemampuan mengelola tugas sulit Komando Antar-Sekutu. Di sini, selama

menjalani pelatihan, mereka diberitahukan untuk mengambil nama-nama Inggris dalam kasus mereka tertawan di belakang garis musuh dan tertembak sebagai pengkhianat. Dan karenanya, dalam beberapa detik si pria muda ini berganti nama dari Hornig menjadi Streeten dan menerima latar belakang kisah mengenai adopsi keluarganya. Para saudara perempuannya yang masih gadis sangat senang. Berikutnya dia dilatih untuk invasi Sicilia di mana, pada musim panas tahun 1943, dia terluka parah. Itu merupakan hari yang menentukan. [T]idak ada lagi menendang bola, memanjat tebing, bermain ski, berlari (ibid.: 54). Bahkan dia tidak diperkirakan dapat selamat namun, setelah menjalani perawatan di Kairo, dia tiba di Balliol pada akhir tahun berikutnya untuk membaca Politik, Filsafat dan Ekonomi. Pengendaraan roller-coaster telah berakhir. Setelah 20 tahun kemudian dia masih berada di Oxford, mengajar dan menulis dengan keras. Selama era 1960-an dua hal terjadi untuk menentukan arah masa depannya. Kritik tentang pertumbuhan seimbang oleh Rosenstein-Rodan, Nurkse dan lainnya menjadi fokus perdebatan dalam profesi dan Streeten menemukan bahwa pemikiran dia sendiri mengenai Eropa (Streeten 1961) adalah relevan. Kedua, Gunnar Myrdal memintanya untuk berkolaborasi dalam penelitian dan tulisan mengenai Asian Drama. Dan mendasari dua tanda bakti ini, terdapat kepentingansaya dalam dunia komunitas serta keberatan saya terhadap negara bangsa serta nasionalisme sebagai bentuk bidah (ibid.). Pada 1968 Asian Drama diterbitkan dan Streeten menjadi penyunting bersama The Crisis of Indian Planning (Streeten dan Lipton 1968). Tiga tahun kemudian dia menjadi penyunting bersama Commonwealth Policy in a Global Context (Streeten dan Corbet 1971). Ini disusul oleh sebuah batu permata kecil, Aid to Africa (Streeten 1972a). Satu generasi kemudian ia masih layak dibaca. Ia ditemani oleh The Frontiers of Development

Studies mengenai masalah-masalah pembangunan di mana negara-negara miskin dan kaya saling melengkapi dan di mana kehadiran serta kebijakan dari negara kaya secara krusial memengaruhi upaya pembangunan dan prospek mereka yang miskin (Streeten 1972b). Di Oxford pada 1973 (dengan undangan dari penerbit yang belakangan terkenal karena nama buruknya, Robert Maxwell), dia menjadi penyunting pendiri dari jurnal, World Development, yang menjadi berpengaruh sebagai forum bulanan untuk perdebatan. Tujuan kita, dia menuliskan dalam apa yang mungkin hampir menjadi surat wasiatnya, adalah untuk belajar dari satu sama lain, tanpa memedulikan bangsa atau budaya, pendapatan, disiplin akademik, profesi atau ideologi. Kita berharap untuk membentuk contoh yang paling sederhana tentang mengabadikan kerjasama global melalui pemeliharaan suatu dialog internasional dan membongkar hambatan-hambatan bagi komunikasi.1 Selama 25 tahun berikutnya aliran tetap dari artikel-artikel, kajian serta esai dalam biografi melompat dari pena editorial. Adalah tidak hingga 2003, pada pertengahan usia 80-an tahun, di mana dia mundur sebagai ketua dari dewan penyunting. Pada Juni 1976 badan PBB Organisasi Perburuhan Internasional menggelar konferensi seminal lapangan kerja dunia di Jenewa, di mana sebuah strategi untuk memuaskan kebutuhan paling dasar dari seluruh masyarakat dalam waktu tersingkat yang dimungkinkan didukung (ILO 1977). Segera setelah ini, Streeten ditanyai oleh Mahbub ul Haq, direktur perencanaan kebijakan Bank Dunia pada waktu itu, untuk memimpin pemikiran strategis Bank Dunia mengenai Kebutuhan Dasar. Dia melakukan tugas yang brilian dan, dalam peran gandanya sebagai penganjur sekaligus penafsir, mengonversikan setiap orang di dalam Bank Dunia dengan demikian efektif sehingga strategi Kebutuhan Dasar dengan luas dipersepsikan sebagai kontribusi utama lembaga itu pada pemikiran

tentang pembangunan (Streeten 1981). Namun bahkan kemudian pemikirannya yang mempertanyakan dapat melihat pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab, ambiguitas. Pada sebuah makalah yang dihantarkan dalam Afrika Selatan yang apartheid di tahun 1984, dia mengamati bahwa Adalah tidak sepenuhnya jelas apakah pendekatan kebutuhan dasar memobilisasi kekuatan kaum miskin untuk meningkatkan secara radikal situasi mereka atau apakah ia memaksakan tatanan bersifat menindas yang sudah ada (Streeten 1984). Namun dia menyatakan dengan tegas bahwa, kebebasan untuk menentukan kebutuhan seseorang merupakan kebutuhan dasar itu sendiri (ibid.: 3). Selama tahun 1980-an, Paul Streeten (kemudian berbasis di Boston University) berada pada posisinya yang paling efektif sebagai negarawan-cendekiawan. Setelah sukses dia di Bank Dunia, dia diminta oleh ILO untuk menjadi pemimpin gabungan Misi ke Tanzania guna membantu menemukan strategi pembangunan berorientasi kebutuhan dasar untuk negara tersebut (ILO 1982). Datang pada momen krisis besar ketika kebijakan sosial dan ekonomi idealis dari Presiden Julius Nyerere, dengan tujuan konsisten mereka untuk membantai naga pasca-kolonial Umaskini, Ujinga na Maradhi,3 terlihat tidak terlekatkan, laporan tersebut menjadi dokumen yang bagus sekali. Dan sidik jari Streeten berada padanya. Sementara menyatakan empati mendalam bagi visi satu pemimpin besar Afrika, laporan itu menguji, dengan tanpa gerakan refleks untuk menghindari sesuatu, apa yang telah menjadi keliru dan apa yang dapat dilakukan untuk menempatkannya dengan benar. Dari apa yang terjadi berikutnya di Tanzania, akan terlihat bahwa laporan itu didengar. Beberapa tahun berikutnya IMF dan Dewan India untuk Riset tentang Hubungan Ekonomi Internasional bertemu dalam sebuah seminar di Mumbai (Streeten 1988) untuk membahas topik panas penyesuaian struktural di Asia. Sekali lagi Streeten memainkan

peran krusial sebagai yang memfungsikan sekaligus mediator. Mengamati bahwa kriteria dia untuk sebuah seminar yang baik, yang telah menjadi demikian, adalah untuk bertemu kembali dengan satu tempat lama dan membuat satunya menjadi teman baru, dia melangkah untuk menyunting buku tersebut serta menuliskan ringkasan mengenai diskusi dengan karakteristik kesimpulannya: Bisa jadi pelajaran umum paling penting yang muncul adalah tidak ada pelajaran umum, dan bahwa tiap kasus harus diperlakukan secara terpisah dan pada kepatutannya. Pendekatan pragmatis ini membuatnya memungkinkan untuk mendiskusikan kebijakankebijakan tanpa perlu terperosok dalam posisi ideologis atau dogmatis. (ibid.: 17) Streeten sekarang berada pada usianya di kisaran 70-an, sebuah usia ketika sebagian besar orang mulai melambat, namun buku terbesar dia masih muncul. Lima pengajaran panjang (plus apendiks), dihantarkan di Italia, membentuk inti dari Thinking about Development (Streeten 1995). Ia merupakan penyulingan yang manjur, dengan bahkan sekarang kedalaman baru, dari fokus seumur hidup pada pertanyaan-pertanyaan besar global dalam 60 tahun terakhir. Ia penuh dengan apa yang disebut Michael Lipton sebagai kepelikan Streeten (Lipton 1977: 214). Sebagaimana Peter Timmer dari Harvard mengatakan, dia benar-benar salah satu cendekiawan kita yang paling bijak. 3 Ketika perkuliahan di Italia difokuskan pada pengikisan kemiskinan di dunia, sebuah buku kecil (Streeten 1994) diterbitkan di Denmark pada waktu yang bersamaan berfokus lebih khusus pada pengangguran. Namun dia belum selesai. Pada 2001, dalam usia pertengahan 80-an, Streeten menerbitkan Globalisation: Threat or Opportunity?, di mana dia mampu untuk mengklarifikasi dua aspek kontradiktif dan mempertimbangkan

implikasi-implikasi dari suatu fenomena yang dengannya dia telah bergumul seumur hidupnya. Paul Streeten benar-benar seorang ekonom dunia, tidak terbatas oleh kedipan asumsiasumsi tersembunyi dari ia yang terkurung pada suatu negara bangsa atau wilayah; seseorang yang mampu melihat masalah dari dalam, di akar rumput, maupun juga dari perspektif keseluruhan. Ditarik dari penguasaannya dalam ilmu ekonomi, bacaannya yang luas dalam banyak subjek lain, serta pengalaman dia sendiri yang begitu luas, Paul Streeten telah meningkatkan pemahaman serta mengangkat kapasitas dari para cendekiawan serta pembuat kebijakan di seluruh dunia. Catatan 1 World Development: Catatan untuk para kontributor. 2 Kemiskinan, Keterabaian dan Penyakit di kiSwahili, Observasi pribadi, Dar es Salaam, Juli 1963. 3 Komentar sampul tentang Paul Streeten, What Price Food? Agricultural Price Policies in Developing Countries, Cornell University Press, Ithaca, 1987. Karya-karya utama Streeten, P. (1949) Teori Profit, Manchester School, seri xvii, no.3. Untuk bibliografi rinci mengenai karyanya (hingga 1991) lihat Streeten 1995: 357380. (1954) Keynes dan Klasik, dalam K. Kurihara (ed.), Post-Keynesian Economics, New Brunswick, NJ: Rutgers University Press. (1954) Program-program dan Prognosa, Pertumbuhan Tidak Seimbang dan Rencana Ideal, Quarterly Journal of Economics, lxviii(3) (Agustus): 355376; dicetak ulang sebagai Perkenalan kepada Gunnar Myrdal (1958) Value in Social Theory, London:

Routledge dan Kegan Paul. (1955) Kapitalisme Reformasi di Inggris, dalam Robert L. Heilbroner, The Great Economists: Their Lives and their Conceptions of the World, edisi Inggris, London: Eyre & Spottiswood. (1958) Introduksi, dalam Gunnar Myrdal (ed.), Value in Social Theory, London: Routledge dan Kegan Paul, halaman xiii. (1961) Economic Integration: Aspects and Problems, Leiden: A.W. Sythoff, bab. 5. (1964) Economic Integration: Aspects and Problems, Leiden: A.W. Sythoff, edisi perluasan ke-2, bab. 5. (ed.) (1970) Unfashionable Economics: Essays in Honour of Lord Balogh, London: Weidenfeld & Nicolson. (1972a) Aid to Africa: A Policy Outline for the 1970s, New York: Praeger. (1972b) The Frontiers of Development Studies, London: Macmillan. (1984) Kebutuhan Dasar: Sebagian Pertanyaan yang Tidak Nyaman, Makalah Konferensi Carnegie no. 8, University of Cape Town. (1985) An Autobiographical Fragment, Catatan Tahunan Balliol College, Oxford: Balliol College, Oxford. (1987) What Price Food? Agricultural Price Policies in Developing Countries, Ithaca, NY: Cornell University Press. (ed.) (1988) Beyond Adjustment: The Asian Experience, Washington, DC: IMF. (1994) Strategies for Human Development: Global Poverty and Unemployment, Kopenhagen: Handelshojskolens Forlag, pengantar. (1995) Thinking About Development, Cambridge: Cambridge University Press.

(2001) Globalisation: Threat or Opportunity?, Kopenhagen: Handelshojskolens Forlag. Streeten, P. dan Corbet, H. (eds) (1971) Commonwealth Policy in a Global Context, London: Frank Cass. Streeten, P. dan Lipton, M. (eds) (1968) The Crisis of Indian Planning: Economic Policy in the 1960s, London: Oxford University Press. Streeten, P., dengan lainnya (1981) First Things First: Meeting Basic Human Needs in the Developing Countries, New York: Oxford University Press untuk Bank Dunia. Bacaan lanjutan Balogh, T. (1963) Unequal Partners, 2 seri, Oxford: Basil Blackwell. Kantor Perburuhan Internasional (1977) Employment, Growth and Basic Needs: A OneWorld Problem, New York: Praeger. (1982) Basic Needs in Danger: A Basic Needs Oriented Development Strategy for Tanzania, Addis Ababa: ILO. Lipton, M. (1977) Why Poor People Stay Poor: A Study of Urban Bias in World Development, London: Temple Smith. Myrdal, G. (1953) The Political Element in the Development of Economic Theory, London: Routledge dan Kegan Paul. (1958) Value in Social Theory: A Selection of Essays on Methodology, terbitan Paul Streeten, London: Routledge & Kegan Paul. (1968) Asian Drama: An Inquiry into the Poverty of Nations, New York: Random House.

Stretton, H. (1986) Paul Streeten: Sebuah Apresiasi, dalam Sanjaya Lall dan Frances Stewart, F., Theory and Reality in Development, London: Macmillan. Francis Wilson JAMES TOBIN (19182002) James Tobin adalah salah satu dari sedikit ekonom yang bekerja terutama dalam arus utama dari disiplin tersebut yang telah memeroleh penghargaan luas di antara para cendekiawan pembangunan, politisi dan aktivis. Secara paradoks, bisa jadi, dia paling dikenal pada proposal di tahun 1972 untuk memajaki transaksi keuangan elektronik yang spekulatif dan itu, berkat kampanye internasional belakangan, sekarang memusatkan diri pada namanya. Dengan kontras, kontribusi dia yang berkelanjutan untuk mengukur kesejahteraan manusia dalam pemahaman yang lebih luas daripada sekadar PDB per kapita semata sekarang kurang begitu dikenang dengan baik. James Tobin, penerima penghargaan Nobel dan secara luas dipandang sebagai ekonom Keynes paling terkemuka di Amerika Serikat pada abad ke-20, dilahirkan di Champaign, Illinois, pada tanggal 5 Maret 1918, di mana dia dibesarkan bersama saudara mudanya, bersekolah di dekat tempat tinggalnya dan kemudian University High School di Urbana, kota kembar Champaign. Di sana, berdasarkan otobiografi yang dihantarkannya pada waktu penerimaan penghargaan Hadiah Nobel pada 1981, dia memeroleh pendidikan yang bagus sekali dari para calon pengajar di universitas tersebut serta para pelatih mereka dan mampu berperan dalam tim bola basket universitas tersebut, memenuhi ambisi-ambisi yang tampaknya melampaui jangkauan di masa kanak-kanak saya (Tobin 1981: 1). Ayahnya, Louis, seorang jurnalis dan direktur humas untuk keolahragaan University of Illinois, mempunyai pengaruh mendalam pada pengembangan dia: Ayah

saya juga menjadi seorang intelektual, sebagaimana terpelajar, melek huruf, berpengetahuan, serta memiliki rasa ingin tahu sebagaimana yang saya kenal. Yang tidak menonjol dan tidak formal, dia merupakan kebijaksanaan saya dan guru yang lemah lembut (Tobin 1981: 1). Tobin juga mengaitkan kepada keputusan ayahnya untuk mendaftar ke Harvard daripada perguruan tinggi lokal University of Urbana-Champaign (di mana dia telah mengharapkan untuk mengakhiri studi hukum). Keberhasilan pada ujian masuk membawanya menuju Cambridge, Massachusetts, di akhir tahun 1935, meninggalkan Midwest untuk pertama kalinya. Di sana dia menghabiskan enam tahun, empat di antaranya sebagai mahasiswa sarjana, dalam suatu periode di mana dia menggambarkan sebagai masa keemasan Harvard di bidang Ilmu Ekonomi sebelum dan selama Perang Dunia II. Di antara para dosennya yang paling berpengaruh dia menyebutkan Joseph Schumpeter, Alvin Hansen, Seymour Harris, Edward Mason, Gottfried Haberler dan Wassily Leontief, sementara anggota fakultas muda serta koleganya meliputi Paul Samuelson, Lloyd Metzler, Paul Sweezy, John Kenneth Galbraith, Richard Musgrave dan Richard Gilbert, yang semuanya belakangan menjadi para ekonom terkemuka. Menyusul dinas di Angkatan Laut Amerika Serikat setelah Pearl Harbour, Tobin kembali guna menyelesaikan gelar PhD-nya di Harvard pada 19461947 menuruti salah satu ketertarikan dia, teori dan statistik tentang fungsi konsumsi, kemudian diyakinkan bahwa dia akan mengikuti sebuah karir akademik. Segera setelah kembali, dia bertemu, dan pada September 1946 menikahi, Elizabeth (Betty) Fay Ringo, mantan mahasiswa ekonom Samuelson. Beasiswa pasca-doktoral memungkinkan Tobin tetap berada di Harvard dengan tugas di Departemen Ilmu Ekonomi Terapan di Cambridge (Inggris) hingga

1950. Sesudah itu, dia pindah ke associate professorship dalam ilmu ekonomi di Universitas Yale di New Haven, Connecticut, memeroleh jabatan profesor penuh di tahun 1955 dan menerima Sterling Professorship of Economics dua tahun kemudian. Di sana dia memimpin Cowles Foundation for Research in Economics sejak tahun 1955 sampai 1961, memimpin Fakultas Ekonomi sejak tahun 1974 hingga 1978 dan tetap menjadi sosok yang unggul hingga pensiun pada 1988 dan berikutnya sebagai profesor emeritus sampai kematiannya di tanggal 11 Maret 2002, hanya enam hari setelah ulang tahunnya yang ke-84. Karir Tobin disela oleh serangkaian pertemuan kunjungan di universitas-universitas lain. Namun, absensi dari Yale di mana dia paling bangga untuk menjabat sebagai Dewan Penasihat Ekonomi Presiden John F. Kennedy di Washington, DC mulai tahun 1961 sampai 1962 bersama para kolega tokoh terkenal seperti Robert Solow dan Kenneth Arrow. Meskipun dia segera kembali ke ranah akademis, dia meneruskan sebagai konsultan bagi Dewan tersebut untuk beberapa tahun kemudian dan pengalaman yang memengaruhi banyak dari karya dia berikutnya (Tobin 1966, 1974, 1987; Tobin dan Wallis, 1968; Tobin dan Weidenbaum 1988; Perry dan Tobin 2000). Keberlanjutan ketertarikan Tobin pada pasar-pasar keuangan dan pengambilan keputusan investasi tercerminkan dalam serangkaian bukunya yang lain (Hester dan Tobin, 1967a, 1967b, 1967c; Tobin 1970, 1982; Tobin dan Golub 1998) serta sejumlah tulisan jurnal. Proposal dia untuk memajaki transaksi spekulasi mata uang berasal dari untaian karya ini (Tobin 1974). Pada keseluruhannya, Tobin menerbitkan sekitar 400 artikel jurnal, yang paling penting di mana dia berikutnya menerbitkan kembali empat seri kumpulan Essays in Economics

(1972, 1975, 1982 dan 1996a), mencerminkan fase tematik prinsipal dari karya dia. Kumpulan kelima, merangkul karya dia yang belakangan mengenai pasar global dan keuangan, diterbitkan setelah dia meninggal dunia (Tobin 2003). Tidak seperti sebagian besar ekonom akademisi, Tobin merasa nyamandan terus-terangmenuliskan topik hangat karangan ringan untuk koran sebagaimana juga mempersiapkan risalah akademis. Reputasi dia dalam dunia pembangunan terletak secara prinsip pada tiga kontribusi, tidak satupun di antaranya diarahkan secara spesifik ke negara-negara berkembang pada waktu itu. Bahkan, dia merupakan seorang ekonom internasional Amerika yang sangat liberal dalam tradisi Keynes. Kontribusi pertama yang berhubungan mencerminkan ini secara langsung, yakni kritiknya yang terus dilancarkan terhadap dogma moneter yang dipopulerkan oleh Milton Friedman di Chicago dan belakangan diadopsi sebagian oleh Presiden Reagan. Di antara mereka yang tertarik pada moneterisme Friedman adalah sekelompok mahasiswa muda ekonomi dari Cile yang kemudian mengambil implementasinya yang paling murni di bawah diktator militer Augusto Pinochet sesudah tahun 1973. Dikombinasikan dengan tekanan politik, ini memicu banyak kesulitan bagi kaum miskin tetapi memulai apa yang secara luas dikenal menginternasional sebagai keajaiban ekonomi Cile, salah satu inspirasi bagi lembagalembaga keuangan internasional dalam memformulasikan kebijakan neoliberal mereka guna mengatasi krisis utang tahun 1980-an. Dua intervensi berorientasi pembangunan yang paling menonjol dari Tobin berasal dari awal 1970-an. Apakah Pertumbuhan Ekonomi Sudah Usang? (Nordhaus dan Tobin 1972) menginisiasikan apa yang menjadi kritik berkelanjutan atas penggunaan PDB (per kapita) sebagai pengukur prinsipal kesejahteraan manusia ketika, pada faktanya, ia

merupakan sebuah indikator dari produksi pasar. Ide ini, dan beberapa pemotongan serta penambahan yang dibutuhkan untuk mengira-ngira indikator yang lebih berguna, Measure of Economic Welfare (MEW), dengan cepat memasuki buku-buku teks ekonomi dan menginformasikan suatu generasi dari mahasiswa program sarjana ilmu ekonomi. Bagi ini, diri saya sendiri termasuk, memelajari keahlian mereka di tengah-tengah realitas keseharian global Selatan, di mana mayoritas masyarakat terlibat paling tidak secara parsial dalam produksi dan perdagangan non-pasar, ini menghasilkan perasaan nyata dan merepresentasikan upaya yang semuanya terlalu langka untuk menghubungkan teori ekonomi konvensional pada kondisi-kondisi yang sudah lazim. Garis kritik ini menelurkan eksperimen-eksperimen dengan indikator campuran guna menghindari keterbatasan ketergantungan pada satu variabel tunggal. Terutama Indeks Pembangunan Manusia (HDI) diperkenalkan oleh Program Pembangunan PBB (UNDP) pada 1990 dan menjadi indeks yang paling luas dipakai untuk perbandingan internasional mengenai pembangunan sebagai kesejahteraan. Kontribusi Tobin yang paling dikenal luas bagi pemikiran pembangunan adalah proposal Pajak Tobin untuk apa yang disebutnya pasir di roda-roda dari pasar keuangan internasional guna mengurangi volatilitas dan profit dari transaksi spekulasi jangka pendek relatif terhadap aliran produktif jangka panjang. Bertahun-tahun belakangan, Tobin (1996b: x) mengamati bahwa upaya awal dia pada subjek (Tobin 1974, 1978) tidak menghasilkan banyak riak. Pada faktanya, seseorang bisa mengatakan ia tenggelam seperti sebuah batuan. Komunitas para ekonom profesional mengabaikannya begitu saja. Nasib yang dikaitkannya pada penolakan melekat dari mayoritas ekonom dan bankir terhadap segala campur tangan pasar, disertai dengan klaim-klaim bahwa ia akan

menggerakkan pasar keuangan terhadap surga pajak di tempat nan jauh sementara tidak mengurangi fluktuasi nilai tukar serta serangan spekulatif. Namun, // Yang paling mengecewakan dan mengejutkan, kritik-kritik tampaknya melewatkan apa yang saya pandang sebagai properti esensial dari transaksi pajakbagian kecantikan bahwa satu parameter pajak yang sederhana ini akan secara otomatis menghukum perjalanan dua arah berjangka pendek, sementara hampir tidak memengaruhi insentifinsentif untuk perdagangan komoditas serta investasi modal jangka panjang. Satu pajak 0,2% pada perjalanan dua arah terhadap mata uang lain menelan biaya 48% jika ditransaksikan pada tiap hari bisnis, 10% jika tiap pekan, 2,4% jika tiap bulan. Namun ini merupakan beban biaya sepele bagi perdagangan komoditas atau investasi asing jangka panjang. (Tobin 1996b: xi) Tobin memandang pajak sebagai tujuan prinsipal, melalui penggunaan dana yang dengan cara demikian ditingkatkan untuk tujuan-tujuan multilateral sebagai oleh produk. Namun, kebangkitan kepentingan yang dimulai pada KTT Sosial Dunia di Kopenhagen pada 1994 dan yang dapat dikaitkan pada spekulasi mata uang ekstrem di era pertengahan 1990-an, memandang pendapatan ini sebagai tidak kurang penting. Bahkan tingkat pajak hanya 0,1 persen (separo dari proposal awal Tobin), dapat meningkatkan antara 50 hingga 300 miliar dollar AS per tahun, dengan cara demikian menyamai tingkat yang ada dari bantuan resmi pembangunan (War on Want, tak bertanggal). Pada 1996, ekonom kepala IMF juga cukup positif; kampanye telah memeroleh momentum sejak itu, dituntun sebagian oleh LSM pembangunan, War on Want dan Oxfam, sementara beberapa negara, terutama Kanada, Prancis dan Belgia, mendukung rencana dan/atau telah

memperkenalkan

regulasi

yang

memungkinkannya.

Adalah

penting

untuk

memperhatikan, walaupun, bahwa motif para pendukung adalah bervariasi: sebagian, seperti Tobin, berfokus terutama pada kebutuhan untuk mengurangi volatilitas pasar keuangan serta efisiensi dari pajak yang diajukan; banyak pelobi pembangunan melihat stabilitas dan dana yang bertumbuh sama-sama penting; sementara para demonstran antiglobalisasi berharap bahwa ia akan memperlambat globalisasi keuangan. Apakah secara taktis atau sungguh-sungguh, Tobin (1996b; Patomki 2001: 124125) telah mengekspresikan ketidaknyamanan pada agenda-agenda politik dari sebagian para pendukung baru pajak. Sekarang ini, perhatian atas sebagian masalah-masalah implementasi praktis dan kehilangan kedaulatan pemerintahan dengan cara demikian tersirat serta suatu kekurangan kehendak politik tetap menjadi penghalang utama terhadap implementasinya. Namun, Tobin (1996b, 1996c) menolak sebagian besar klaim ini, menunjuk, misalnya, bahwa pajak akan mengembalikan kepada pemerintahanpemerintahan sebagian kedaulatan ekonomi yang sudah hilang terhadap pasar-pasar keuangan internasional. Lebih jauh lagi, Patomki (2001) berpendapat bahwa kesepakatan universal tidak lagi pra-syarat. Kontribusi penting dia juga mengambil pandangan lebih luas dari pasar-pasar keuangan sebagai turut dapat bertanggungjawab untuk melebarkan kesenjangan global serta pengaturan kelembagaan keuangan global sebagai tidak memadai serta tidak efisien. Karena itu Patomki menganjurkan bahwa pajak pada landasan tambahan keadilan distributif skala global, pembagian ideal demokrasi, dan emansipasi manusia. Komentar tegap James Tobin pada ekonomi kontemporer juga meliputi arena internasional, sebagaimana digambarkan oleh kesimpulan pada makalah tahun 1993

mengenai tantangan yang dihadapi negara-negara dalam dunia kita yang makin saling tergantung: // Perekonomian kita makin saling tergantung. Peluang kita makin mendunia. Penyakit kita menular dan saling melilit. Para pemimpin negara-negara G7 belum menunjukkan apresiasi terhadap keseriusan problem-problem yang mereka hadapi bersama, apalagi cukup imajinasi dan inisiatif guna mencari perbaikan bersama. Dalam perbandingan dengan para pendahulu mereka yang menghadapi tugas-tugas pemulihan ekonomi dunia setelah Perang Dunia II dan merespons dengan Marshall Plan, lembaga-lembaga Bretton Woods dan GATT, para pemimpin kita sekarang ini kerdil. (Tobin 1996d: 189) Reputasi Tobin menelurkan undangan-undangan untuk menghantarkan serangkaian pengajaran yang mencengangkan di seluruh dunia. Antara tahun 1967 dan 1996, dia juga menerima tidak kurang dari 21 gelar doktor kehormatan (terutama LL Ds dan Doctorates of Humane Letters), dari sebagian universitas dan perguruan terkemuka di Amerika Serikat (termasuk Syracuse, Illinois, Dartmouth, Swarthmore, New York, Colgate, Harvard dan Wisconsin-Madison) serta tiga di Eropa. Dia menjadi anggota Akademi Sains Nasional pada 1972 dan di tahun 1981 memeroleh Hadiah Nobel di bidang Ilmu Ekonomi sebagai pengakuan atas analisisnya mengenai pasar keuangan serta hubungannya terhadap keputusan pembelanjaan, lapangan kerja, produksi dan harga. Penghargaan ini, karya penerbitannya yang produktif serta pengaruhnya akan memastikan bahwa reputasi dia terus berlanjut. Namun, paling tidak di luar Amerika Serikat, dia mungkin akan paling dikenal untuk sebuah proposal sederhana pada 1972, lama dicela tetapi pada akhirnya bangkit dalam bentuk kampanye global untuk Pajak

Tobin di mana dia mengklaim merasa gelisah. Sebagaimana

untuk dirinya sendiri,

kolega ekonom, Paul Krugman (2002), memberikan penghormatan ini: Dia merupakan ekonom besar dan terutama seorang pria baik; berlalunya dia bagi saya menyimbolkan berlalunya sebuah era, satu di mana perdebatan ekonomi menjadi lebih baik dan jauh lebih jujur daripada ia sekarang iniDan saya berduka bukan hanya karena meninggalnya dia, tetapi berlalunya sebuah era ketika para ekonom dari fundamental berkelakuan baik sedemikian dapat berkembang, dan bahkan memengaruhi kebijakan. Karya-karya utama Hester, D.D. dan Tobin, J. (eds) (1967a) Studies of Portfolio Behavior, New York: Wiley. (eds) (1967b) Risk Aversion and Portfolio Choice, New York: Wiley. (1967c) Financial Markets and Economic Activity, New York: Wiley. Nordhaus, W. dan Tobin, J. (1972) Apakah Pertumbuhan Ekonomi Sudah Usang?, National Bureau of Economic Research, Fifth Anniversary Colloquium V, New York: NBER (sebuah versi yang lebih awal muncul sebagai Cowles Foundation Discussion Papers 319 di tahun 1971). Perry, G.L. dan Tobin, J. (2000) Economic Events, Ideas and Policies: the 1960s and After, Washington, DC: Brookings Institution Press. Tobin, J. (1966) National Economic Policy, New Haven, CT: Yale University Press. (1970) Asset Accumulation and Economic Activity: Reflections on Contemporary Macroeconomic Theory, New Haven, CT: Yale University Press (dicetak ulang oleh University of Chicago Press, 1982). (1972) Essays in Economics Vol. 1: Macroeconomics, Chicago, IL: Markham (cetak ulang oleh MIT Press, 1987).

(1974) The New Economics a Decade Older, Princeton, NJ: Princeton University Press. (1975) Essays in Economics Vol. 2: Consumption and Econometrics, Amsterdam: North-Holland (cetak ulang oleh MIT Press, 1987). (1978) Proposal untuk Reformasi Moneter Internasional, Eastern Economic Journal 4: 153159. (1982) Essays in Economics, Vol. 3: Theory and Policy, Cambridge, MA: MIT Press. (1987) Policies for Prosperity; Essays in a Keynesian Mode, Brighton: Wheatsheaf Books. (1996a) Essays in Economics, Vol. 4: National and International, Cambridge, MA: MIT Press. (1996b) Prakata, dalam Ul Haq, M., Kaul, I. dan Grunberg, I. (eds), The Tobin Tax: Coping with Financial Volatility, New York dan London: Oxford University Press. (1996c) Pajak Transaksi Mata Uang: Mengapa dan Bagaimana, Open Economies Review 7: 493499. (1996d) Full Employment and Growth: Further Keynesian Essays on Policy, Cheltenham dan Lyme, NH: Edward Elgar. (2003) World Finance and Economic Stability: Selected Essays of James Tobin, Aldershot: Edward Elgar. Tobin, J. dan Golub, S.S. (1998) Money, Credit and Capital, Boston, MA: Irwin/ McGraw-Hill.

Tobin, J. dan Wallis, W.A. (1968) Welfare Programs: An Economic Appraisal, Washington, DC: American Enterprise Institute. Tobin, J. dan Weidenbaum, M. (eds) (1988) Two Revolutions in Economic Policy: the First Economic Reports of Presidents Kennedy and Reagan, Cambridge, MA: MIT Press. Bacaan lanjutan Krugman, P. (2002) Kehilangan James Tobin, New York Times, 3 Desember. Patomki, H. (2001) Democratising Globalisation: the Leverage of the Tobin Tax, London: Zed Books. Tobin, J. (1981) Otobiografi (www.nobelprize.org/economics/laureates/1981/tobinautobio.html, diakses 9 Februari 2005). War on Want (tanpa tanggal) The Tobin Tax: WinWin for the Worlds Poor (Uraian), London: War on Want. David Simon MAHBUB UL HAQ (19341998) Badan PBB UNDP serta PBB sebagai satu keseluruhan berutang besar terima kasih pada Mahbub. Mungkin lebih daripada individu lain, dia mengubah untuk selamanya cara kita berpikir mengenai pembangunan. (Dijibril Diallo 1998: 2) Ketika dia meninggal dunia pada tanggal 16 Juli 1998, ekonom Pakistan, Mahbub Ul Haq (Dicintai oleh Allah sebagaimana makna namanya dalam bahasa Arab), telah mencapai sambutan internasional sebagai seorang cendekiawan administrator yang telah mempelopori visi baru pembangunan manusia serta menginisiasikan seri UNDP, Human Development Report. Ul Haq menjabat sebagai Ekonom Kepala dalam Komisi

Perencanaan Pakistan (19571970) dan sebagai Direktur Departemen Perencanaan Kebijakan Bank Dunia (19701982). Pengaruh Mahbub pada perdebatan kebijakan pembangunan global juga nyata; dia merupakan Ketua Meja Bundar UtaraSelatan (19791984), seorang penasihat terkemuka bagi Komisi Brandt (19801982) dan seorang Gubernur IMF (1985) serta juga Bank Dunia (1988). Mahbub menjabat pada dewan pengelola dari banyak institusi internasional dan lembaga pemikir, termasuk Dewan Bumi, Komisi Dunia tentang Budaya dan Pembangunan serta Institut Ekonomi Internasional (Speth 1998). Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, menggambarkan kematian Ul Haq yang terjadi pada waktu yang tidak menguntungkan akibat pneumonia sebagai kehilangan bagi dunia (dikutip dalam HDC 1998: 1). Mempelajari Ilmu Ekonomi di Government College di Lahore, Ul Haq pindah ke Cambridge University di mana dia belajar untuk meraih gelar Master dan memulai pertemanan yang bertahan lama dengan Amartya Sen. Dalam perkuliahan untuk mengenang Ul Haq pada tanggal 15 Oktober 1998, Sen mengingat diskusi-diskusi yang mereka lakukan setelah tiba di Cambridge mengenai ilmu ekonomi konvensional serta potensi kontribusinya bagi India dan Pakistan. Sen menjelaskan bahwa mereka berdua perlu untuk memelajari Ilmu Ekonomi untuk didengar tetapi tidak banyak menggunakannyayang benar-benar menginginkan untuk mengetahui apa yang menentukan harga dari pasta gigi? (Sen mengutip dalam Rosenfield 1998: 1). Pada usia 21 tahun, Ul Haq meninggalkan Cambridge dan melanjutkan pendidikannya di jenjang PhD di Yale, yang darinya dia kembali ke Pakistan untuk bekerja bagi Pemerintah Federal sebagai Ekonom Kepala Komisi Perencanaan Nasional hingga tahun 1970. Bekerja pada formulasi dan implementasi rencana pembangunan lima tahun Pakistan,

Mahbub belakangan menyatakan, mewakili hari-hari bahagia. Penglihatan saya tersetel, horison saya jelas, dan tidak ada keragu-raguan dalam pandangan saya mengenai pembangunan ekonomi (Ul Haq 1976: 3). Ul Haq mulai bekerja pada 1960, sementara berada di Harvard, pada The Strategy of Economic Planning: A Case Study of Pakistan (Ul Haq 1963). Buku ini mencoba mengekspresikan tema-tema mengenai kemiskinan dan pembangunan ekonomi di Pakistan dan prihatin dengan hambatan potensial untuk kemajuan: pola yang sangat tidak setara atas kepemilikan tanah, meluasnya buta huruf serta pembangunan yang dibengkokkan yang menguntungkan segelintir minoritas (Ul Haq 1973:1). Pada April 1968, Mahbub berpidato di Karachi mengenai 22 kelompok keluarga industri yang muncul untuk membengkokkan, mencondongkan serta mendominasi perekonomian nasional serta urusan politik. Tidak mengejutkan, pidato tersebut menghasilkan keguncangan besar di Pakistan dan di luar negeri. Meskipun Julius Nyerere menulis kepada Ul Haq dengan surat apresiasi dan Indira Gandhi menggunakan bagian dari pidato Mahbub dalam presentasi kebijakannya sendiri, Dr Haq belakangan mengenang bahwa komunitas akademik di dunia Barat bereaksi dalam keterkejutan tidak percaya: salah satu dari produk miliknya sendiri tiba-tiba menjadi marah (Ul Haq 1976: 8). Berusaha menghindari ilmu ekonomi yang bersifat doktrin serta filsafat-filsafat perencanaan, Amartya Sen telah mencatat bahwa buku ini diinformasikan oleh pengakuan umum bahwa sementara perekonomian yang miskin mungkin akan memerlukan waktu sangat panjang untuk menjadi negara kaya melalui pertumbuhan PDB, kondisi-kondisi kehidupan manusia dapat diubah dengan jauh lebih cepat melalui pembuatan kebijakan yang cerdas (Sen mengutip dalam Rosenfield 1998: 1). Menyerukan untuk intervensi

sosial yang membidik dengan tepat, buku ini memulai sebuah komitmen jangka panjang untuk menginterogasi PDB sebagai pengukur kemajuan, berfokus pada metode-metode non-ekonomi untuk mengamankan perubahan positif serta meningkatkan kualitas dan sasaran kebijakan pembangunan. Dalam referensi terhadap karya ini, Ul Haq belakangan berefleksi bahwa meskipun saya telah menuliskan banyak lainnya sejak itu para pencela saya jarang memperbolehkan untuk melupakan tulisan-tulisan orisinal saya, bisa jadi meyakini bahwa evolusi ide-ide sebagai dosa yang tidak terampunkan (dikutip dalam HDC 1998: 2). Tulisan-tulisan dan pidato Ul Haq mengenai kesenjangan dan pertumbuhan ekonomi membawanya pada perhatian Presiden Bank Dunia, Robert McNamara. Selama masa jabatan dia di Bank Dunia (19701982), Ul Haq diakui menghasilkan kontribusi besar dalam filsafat Bank Dunia mengenai ekonomi pembangunan. Pada kematiannya di tahun 1998, Presiden Bank Dunia, James Wolfensohn, menuliskan dalam sebuah surat untuk isteri Mahbub, Khadija bahwa mungkin lebih daripada yang lainnya [Ul Haq] menyediakan daya pendorong intelektual bagi komitmen Bank Dunia terhadap pengurangan kemiskinan pada awal era 1970-an (dikutip dalam HDC 1998: 1). Sebagai Direktur Departemen Perencanaan Kebijakan Bank Dunia, Ul Haq menetapkan untuk memberikan perhatian lebih terhadap program-program pengurangan kemiskinan, nutrisi, pasokan air, pendidikan, kesejahteraan sosial serta peningkatan alokasi bagi produksi pertanian kecil. Menurut pada satu penghormatan, melalui karya ini Mahbub mampu membantu membuat lebih sensitif lembaga pinjaman komersial yang dingin untuk memerhatikan kaum miskin di Dunia Ketiga (Jabbar 1998: 2). Digambarkan pada keterlibatannya dengan Bank Dunia, Ul Haq menuliskan The Poverty Curtain: Choices

for the Third World (1976), yang menyoroti pengabaian sumber daya manusia dalam perencanaan pembangunan dan merupakan studi seminal yang menyediakan pendahuluan penting bagi pembangunan kebutuhan dasar dan pendekatan pembangunan manusia pada belakangan waktu di era 1980-an (Ul Haq dan Burki 1980; HDC 1998). Dalam buku itu, tujuh dosa-dosa yang dilakukan oleh para pendeta perencana pembangunan disoroti. Ini termasuk melakukan sejumlah permainan, membangun pengendalian ekonomi yang berlebihan, secara konstan disibukkan dengan ilusi-ilusi investasi, ketagihan pada fesyen pembangunan, penceraian perencanaan dan implemensi serta pertumbuhan hipnotis dari para perencana dengan tingkat pertumbuhan tinggi dalam PDB. Selama awal tahun 1970-an, Mahbub menggeser perhatiannya pada kemandirian intelektual Dunia Ketiga serta menjadi lebih perhatian pada kesederhanaan dari beberapa dialog intelektual mengenai pembangunan di tingkatan internasional (Ul Haq 1976). Perasaan ini dipertajam oleh pengalamannya dari Konferensi PBB tentang Lingkungan Manusia di Stockholm pada 1972 dan meningkatnya kesadaran tentang perbedaan UtaraSelatan mengenai perspektif lingkungan: apa yang kita benar-benar duduk melalui seminar-seminar dan konferensi yang tidak pernah berakhir di mana suara kita sendiri tidak pernah dimintakan atau didengar? (Ul Haq 1976: 84). Bersama dengan Samir Amin dan lainnya yang telah membagikan kekhawatiran ini serta juga telah dipresentasikan di Stockholm, Ul Haq mendirikan Forum Dunia Ketiga, sebuah kelompok aksi dari sekitar 100 intelektual terkemuka dari Selatan, yang pertama kali bertemu di Santiago (Cile) serta memformalkan konstitusinya sendiri di Karachi pada 1975.

Pada awal era 1980-an, Mahbub meninggalkan Bank Dunia untuk kembali ke Pakistan guna bekerja sebagai Menteri Keuangan, Perencanaan dan Perdagangan (19821988). Di bawah rezim Jenderal Zia Ul Haq (tanpa hubungan), Mahbub diakui dengan akselerasi utama dalam belanja sosial serta dengan mendorong pembaruan pajak signifikan, inisiatif-inisiatif baru untuk pengurangan kemiskinan, deregulasi ekonomi serta peningkatan penekanan pada pembangunan manusia (HDC 1998). Walaupun demikian, dalam merefleksikan beberapa tahun belakangan masa dia di kabinet, Ul Haq berbicara mengenai kekurangan independensi serta fakta bahwa dia tidak mampu mengerjakan sangat banyak (dikutip dalam Brazier 1994: 4). Sebagaimana ditempatkan dalam sebuah wawancara pada 1994: Saya telah menyelesaikan beberapa hal tetapi saya merupakan bagian dari sebuah sistem yang sangat litis yang didominasi oleh para tuan tanah di Dewan, oleh kelompok-kelompok litis di pemerintah, dan oleh Militer, yang tidak akan membiarkan berlangsungnya pertukaran antara militer dengan belanja sosial (dikutip dalam Brazier 1994: 4). Ia dapat diargumentasikan bahwa pengalaman Mahbub atas pembatasan-pembatasan ini serta pertukaran antara domain ekonomi dan sosial terhadap pembangunan akan memiliki dampak besar pada ide-ide dia dalam tahun-tahun ke depan dan terutama ketika perhatian dia beralih pada pengukuran dan konseptualisasi pembangunan manusia. Di tahun 1989 Ul Haq dan isterinya serta partner intelektual, Khadija, pindah ke New York di mana dia menjadi Penasihat Khusus bagi administrator UNDP (19891995). Dalam melakukan ini, dia dipersatukan kembali dengan Amartya Sen dan juga bersamasama dengan Frances Stewart, Richard Jolly dan Meghnad Desai untuk mempersiapkan Human Development Reports (HDRs) tahunan. Menurut Sen, Mahbub menjelaskan

bahwa kita perlu sebuah pengukuran dari tingkat kekasaran yang sama sebagaimana PDBhanya satu angkatetapi sebuah pengukuran yang tidak buta terhadap aspek sosial dari kehidupan manusia seperti PDB (dikutip dalam Rosenfield 1998: 2). Indeks Pembangunan Manusia (HDI) sekarang merupakan sentral dan alat yang diakui untuk UNDP serta walaupun Sen mengakui semula menemukan HDI sedikit mentah, ia membantu membawakan perubahan besar dalam pemahaman dan akuntansi statistik dari proses pembangunan (Sen, dikutip dalam HDC 1998: 2). Kritik tentang HDI akan datang kembali pada isu mengenai kementahan dan terlalu menyederhanakan sifat alami dari Indeks tersebut serta terus menyoroti tingkatan harga serta banyaknya kesalahan dari HDRs sebagaimana juga buruknya kualitas data yang mendasari. Inisiasi HDRs telah dipandang oleh sebagian pihak sebagai jalan bagi Ul Haq (yang merupakan arsitek kepalanya) guna menebus kesalahannya dengan isu-isu pembangunan manusia di Pakistan (Brazier 1998: 4). Namun, menurut Amartya Sen, pencapaian khusus HDRs adalah bahwa mereka membawakan konsepsi pluralis yang tidak dapat dihindari mengenai kemajuan untuk mengadakan evaluasi pembangunan (Sen 2000: 18). Menyusul pensiunnya dia dari UNDP, Mahbub menginisiasikan rangkaian baru HDRs di Asia Selatan dipublikasikan oleh Pusat Pembangunan Manusia (HDC) yang dibentuknya di Islamabad. Pada tahun-tahun akhirnya, Ul Haq mulai memperdalam dan lebih jauh ketertarikannya dalam isu-isu keamanan manusia serta dalam krisis regional pengelolaan di Asia. Melalui HDC di Islamabad, Mahbub mampu memperjuangkan perdebatan dengan sungguh-sungguh mengenai memulihkan keseimbangan yang lebih baik antara persenjataan dengan rakyat di Asia Selatan (Ponzio 1998: 10). Mengambil kepastiannya dari HDR 1995 UNDP tentang Gender and Human Development, Laporan Pembangunan

Manusia Asia Selatan 2000 (HDC 2000) membuka dengan pembatasan Ul Haq yang seringkali dikutip bahwa Pembangunan Manusia, jika tidak ditimbulkan, adalah dengan fatal berada dalam bahaya (HDC 2000: 1). Pada salah satu pertemuan terakhir HDC yang dihadiri oleh Mahbub, dia mengutip Bernard Shaw untuk mengatakan kepada para koleganya Anda melihat hal-hal yang demikian, dan menanyakan mengapa? Saya bermimpi mengenai hal-hal yang tidak pernah demikian dan mempertanyakan mengapa tidak?. Selama beberapa dekade, Ul Haq secara teratur mengangkat pertanyaan mengenai pemangkasan dalam belanja militer global serta dengan konsisten menghubungkan ini pada kemungkinan meningkatkan perbekalan sosial, pembangunan manusia dan kesejahteraan. Ini adalah yang agak ironi berdasarkan bahwa dia pernah berdinas di bawah sebuah kediktatoran militer di Pakistan pada 1950-an dan 1960-an. Tujuan dari usaha-usaha diplomatiknya pada 1990-an merupakan keinginan untuk suatu sikap yang lebih agresif terhadap perlucutan senjata, mengemukakan bahwa sistem PBB membutuhkan aturan intervensi baru untuk para adidaya guna menghindari imperialisme multilateral: jika tidak kita kembali pada keseluruhan filsafat kolonialisme di mana kaum pribumi tidak bisa menanganinya, mari masuk dan mengajari mereka (dikutip dalam Brazier 1994: 2). Dalam prakata bagi karya Ul Haq, Reflections on Human Development (Ul Haq 1995), Paul Streeten mengenang bagaimana dia bertemu Mahbub sementara bekerja untuk Administrasi Pembangunan Luar Negeri (ODA) Inggris, berpendapat bahwa berurusan dengan para pegawai negeri Inggris yang mengeras memberi Ul Haq gaya pegas, sikap skeptis yang sehat dan juga kepedulian bahwa pembangunan tidak selalu melibatkan mobilisasi sumber daya tambahan namun bahwa ia juga dapat dicapai melalui realokasi

sumber daya yang ada. Yang menarik, buku itu mencatat aliansi keterlaluan dari para terapis guncangan dan institusi-institusi Bretton Woods yang merintangi ketetapan dan redistribusi kebutuhan dasar. Walaupun demikian, Mahbub setuju dengan banyak dari prinsip inti Bank Dunia mengenai liberalisme ekonomi, menempatkan penekanan pada privatisasi dan keyakinan pada kompetisi pasar. Ini muncul dengan jelas melalui sebuah pidato yang diberikannya mengenai masa depan Afrika beberapa saat sebelum dia meninggal (Ul Haq 1998: 2). Telah berurusan dengan tangan kejam melalui sejarah, negara-negara Afrika, dia berpendapat, seharusnya mengembangkan keahlian teknis baru dan mengikuti contoh India, menjadi pemasok utama perangkat lunak komputer dan barang-barang elektronik ke Eropa (Ul Haq 1998: 3). Amartya Sen mengenang ketidaksabaran umum Mahbub dengan teori (Sen 2000: 22) tetapi juga mencatat kuatnya pragmatisme yang dibawanya ke dalam formulasi UNDP mengenai pembangunan manusia dan pendekatan pikiran terbukanya, sikap skeptis dan keinginan terus-menerus untuk mendengarkan pada usulan-usulan baru (Sen 2000: 23). Ul Haq secara teratur menganjurkan integrasi sistem PBB dengan pesan pembangunan manusia yang kuat serta dalam sebagian dari tulisan-tulisan finalnya, beserta pidato dan wawancara, dia berbicara tentang bagaimana Bank Dunia telah dengan serius menyesatkan para pembuat kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada gejalagejala, bukan pada penyebab, memperhatikan bahwa untuk mengabaikan hulu yang buruk dan memperhitungkan mereka sebagai hilir yang berlarut-larut adalah semata sebuah kemewahan intelektual (Ul Haq 1997: 1). Ini merupakan satu dosa yang terlalu sabar dilakukan oleh para pendeta perencanaan pembangunan di mana Mahbub menilainya tidak dapat termaafkan.

Karya-karya utama Ul Haq, M. (1963) The Strategy of Economic Planning: A Case Study of Pakistan, Karachi: Oxford University Press. (1976) The Poverty Curtain: Choices for the Third World, New York: Columbia University Press. (1995) Reflections on Human Development, New York dan Oxford: Oxford University Press. (1999) Hak Azasi Manusia, Keamanan dan Pengelolaan, dalam Worlds Apart: Human Security and Global Governance, London: IB Tauris. Ul Haq, M. dan Burki, S.J. (1980) Meeting Basic Needs: An Overview, Washington, DC: Bank Dunia. Bacaan lanjutan Brazier, C. (1994) Kesepakatan Baru: Wawancara dengan Mahbub ul Haq, New Internationalist, 262(12): 14. Desal, N. (1998) Detak Jantung: Penghormatan pada Ekonom Pembangunan Mahbub Ul Haq Obituari, UN Chronicle, 22 September: 1. Diallo, D. (1998) Dari Pemimpin Redaksi, Choices: The Human Development Magazine, 7(4): 2. Pusat Pembangunan Manusia (HDC) (1998) Penghormatan kepada Dr Haq. (2000) Human Development in South Asia 2000: The Gender Question, Pusat Pembangunan Manusia Mahbub ul Haq, Delhi, Oxford: Oxford University Press. Jabbar, J. (1998) Dua Pendukung Asia Selatan: Penghormatan [Nikhil Chakravarty dan Mahbub ul Haq], Himal.

Minna, M. (1999) Penghormatan kepada Mahbub ul Haq, pidato yang disampaikan pada konferensi peringatan Mahbub ul Haq Rakyat dan Kemiskinan: Pembangunan Manusia ke dalam Milenium Berikutnya, Ottawa, Kanada, 13 Oktober. Ponzio, R. (1998) Perlucutan Senjata dan Pembangunan Manusia: Peninggalan Dr Mahbub ul Haq, Bonn International Centre for Conversion: Bulletin, 1 Oktober, 9: 12. Rosenfield, S.S. (1998) Bukan Ekonom yang Begitu Muram, Washington Post, 23 Oktober. Sen, A. (2000) Dekade Pembangunan Manusia, Journal of International Development 1(1): 1723. Speth, J.G. (1998) UNDP Berduka Kehilangan Mahbub Ul Haq, Ekonom dan Visioner Pembangunan: Administrator James Gustave Speth Memuji Komitmen Haq yang Tidak Goyah bagi Keadilan Sosial, Rilis Pers UNDP. Ul Haq, M. (1973) Sistem Disalahkan untuk 22 Keluarga Kaya, The London Times, 22 Maret. (1997) Kemiskinan adalah Kanker, Bukan Flu, pengantar pada Event Khusus Pemberantasan Kemiskinan dilakukan oleh UNDP, 20 Mei 1997. (1998) Apakah Afrika Memiliki Masa Depan?, Opini, Earth Times News Service. Program Pembangunan PBB (UNDP) (1990) Human Development Report 1990: Concept and Measurement of Human Development, New York: UNDP. Marcus Power ERIC R. WOLF (19231999) Sebagai seorang antropolog, kontribusi unik Eric Wolf bagi teori pembangunan berasal dari pendekatan kritis dia, bersikeras pada hubungan tidak terpisahkan antara lokal

dengan global. Ini membantu guna mengatasi jalan buntu vital serta kesulitan dalam pemikiran pembangunan. Dilahirkan di Wina pada 1923, Wolf merupakan putera dari pasangan multikultural. Ayahnya, seorang Yahudi sekuler dari Austria, telah berada di Siberia sebagai tahanan perang semasa Perang Dunia I. Di sana dia bertemu dengan sang isteri, dari sebuah keluarga Yahudi yang telah diasingkan karena partisipasi mereka pada revolusi 1905. Hikayat sang ibu dari Siberia, sebagaimana catatan ayahnya dari berpergian di Amerika Latin, meningkatkan bakat kosmopolitan dari keluarga itu dan mungkin telah mendorong ketertarikan belakangan dari Wolf pada antropologi kebudayaan serta khususnya dalam Amerika Latin. Pada 1933, tahun ketika Nazi berkuasa di Jerman, Wolf pindah ke Sudetenland (belakangan menjadi Cekoslovakia) bersama keluarganya. Di tahun 1938, dengan ekspansi Nazi ke Austria dan Cekoslovakia, Eric Wolf dikirim ke sekolah di Inggris. Dengan ironis ditahan pada sebuah kamp tahanan untuk musuh pada awal 1940, dia bertemu sosiolog, Norbert Elias, yang memunculkan ketertarikannya pada ilmu sosial. Setelah tiba di New York City, Wolf menemukan antropologi budaya setelah bertugas di bidang biologi, ilmu politik, ekonomi dan sosiologi. Setelah berdinas di Militer Amerika Serikat, dia memeroleh gelar BA dari Queens College pada 1946 dan menjadi mahasiswa program doktor (PhD) di Columbia. Di sana dia terikut pada sekelompok mahasiswa dengan berbagai latar belakang serupa sebagai para veteran dan Marxis yang belakangan menjadi para antropolog budaya yang cukup ulung. Studi di bawah Julian Steward, bapak pendiri dari ekologi budaya atau materialisme budaya sejak tahun 1947, Wolf memulai penelitian lapangan di Puerto Rico di antara para petani kopi yang miskin serta memeroleh pengetahuan langsung mengenai risiko dan kehidupan

sulit yang mereka jalani setiap hari. Setelah menyelesaikan studi doktoral pada 1951, Wolf memegang berbagai posisi pengajaran dan melakukan penelitian di Meksiko serta Tyrol Selatan. Sebagai profesor di University of Michigan sejak tahun 1961, dia menjadi makin berkomitmen terhadap isu-isu politik: pada 1965, bersama dengan kolega antropolog, Marshall Sahlins, dia memulai ide dan berpartisipasi dalam pengajaran pertama terhadap Perang Vietnam di kampus University of Michigan. Di bawah dampak perang ini, Wolf menuliskan karyanya yang terkenal Peasant Wars of the Twentieth Century. Pada periode ini, bersama-sama dengan Joseph C. Jorgensen, dia juga memimpin investigasi Komite Etika Asosiasi Antropologi Amerika tentang

penyalahgunaan penelitian etnografis untuk melawan pemberontakan di Asia Tenggara (cf. Jorgensen dan Wolf 1971). Seorang Distinguished Professor di City University of New York (CUNY) sejak tahun 1971, Wolf, didorong oleh isteri keduanya dan kolega antropolog Sydel Silverman, menggeser penelitiannya menuju teori sistem dunia serta pembangunan kapitalisme. Ini menghasilkan Europe and the People Without History (1982). Di samping mengajar di CUNY, dia melanjutkan penelitian ke dalam penyebaran mendunia kapitalisme serta konsekuensinya untuk kebangkitan bentuk baru kekuasaan dan dominasi. Ini juga tema-tema dari buku terakhirnya (Wolf 1999). Eric Wolf meninggal pada tahun yang sama. Selama tahun-tahun awal karir akademik Eric Wolf, pemikiran pembangunan secara virtual dimiliki oleh berbagai teori modernisasi. Bagi semua perbedaan mereka, teoriteori ini membagikan konsep-konsep dualistik: tradisi, dipandang sebagai sebuah hambatan bagi pembangunan, harus dimodernisasi guna mencapai modernitas rasional, progresif. Dengan dapat diperdebatkan komunitas korporat dipandang paling bertenaga

dari hambatan-hambatan tradisional ini. Didiami oleh kaum tani miskin dengan orientasi ke belakang, komunitas-komunitas seperti ini digambarkan sebagai diregulasi oleh tradisi yang statis dan tidak memungkinkan bagi pembangunan serta sukses individu (lihat Walt Rostow). Salah satu kontribusi awal Wolf (1957) menunjukkan bahwa komunitas korporat tradisional kuno ini merupakan ikan hering merah. Merujuk pada Mesoamerika dan Jawa Tengah, Wolf mengungkapkan komunitas-komunitas seperti itu, pada

kenyataannya, merupakan produk-produk ekspansi Eropa, karenanya mengantisipasi perdebatan kritis pada 10 hingga 20 tahun. Dalam Peasants (1966), dia berpendapat bahwa kaum tani miskin bukanlah massa tanpa bentuk yang jelas dipandang oleh tradisi, namun memiliki bentuk-bentuk terstruktur miliknya sendiri dari organisasi sosial, ekonomi dan politik, ditetapkan di antara tradisi dan modernitas, serta cukup cakap baik untuk perubahan maupun sebagai persistensi yang keras kepala. Merespons terhadap keterlibatan Amerika Serikat di Vietnam, Wolf (1969) menguji alasan-alasan mengapa kaum tani miskin muncul sebagai kekuatan paling revolusioner dari abad ke-20. Dia memiliki dampak substansial pada perdebatan mengenai peran kaum tani miskin dalam sejarah sebagaimana pada dunia modern, khususnya di dunia yang masih terbelakang (lihat Shanin 1971). Sebagai seorang antropolog, Wolf bergumul dengan problem fiksi ilmiah budayarelativisme yang masih mutakhir sekarang ini: gagasan mengenai berbatasan, kurang lebih komunitas lengkap. Dalam kontra-perbedaan terhadap fiksi ini, Wolf bersikeras pada keintiman serta interaksi dialektikal antara komunitas-komunitas lokal atau populasi kecil dan kompleks, atau masyarakat total (Cole dan Wolf 1999: 3).

Tugasnya adalah mengungkapkan interkoneksi erat antara proses-proses yang berkembang pada tingkatan regional, nasional atau bahkan global. Adalah dari tempat yang menguntungkan ini di mana Wolf berkontribusi dengan pasti terhadap teori perkembangan ilmu sosial. Daripada mengaitkan kondisi-kondisi tradisional, murni terhadap lokal, sementara modern akan menjadi dunia besar di suatu tempat di luar, bagi Wolf, komunitas kaum tani miskin, sebagaimana sosok individu dan rumah tangga, merupakan penghubung antara lingkungan lokal dan koneksi-koneksi sosial nan luas, menjangkau dari kawasan-kawasan pada kaitan global pasar kapitalis dunia. Dalam Europe and the People Without History, kontribusi vital dia terhadap teori pembangunan, Wolf menyatakan bahwa dunia umat manusia merupakan suatu berjenisjenis, totalitas proses-proses yang saling berhubungan (1982: 3). Dia menekankan bahwa kita semua hidup dalam satu ekosistem raksasan nan rumit, tetapi juga menegaskan bahwa di sepanjang sejarah, terdapat koneksi di manapun (ibid.: 3). Karena itu, konstruksi teori-teori modernisasi adalah, pada faktanya, sekadar mitologi, berdasarkan pada asumsi palsu yang memiliki ciri tersendiri, budaya soliter atau komunitas. Sejarah Amerika Serikat, model yang kedua dari belakang serta tujuan dari teori modernisasi, juga merupakan orkestrasi rumit dari kekuatan-kekuatan antagonistik daripada membeberkan esensi tanpa batas waktu (ibid.: 5). Maka, sejarah tidak mengikuti lintasan peluru yang tidak dapat ditawar-tawar. Agak, terdapat alternatif-alternatif. Maka, sembarang gagasan, dari sejarah manusia atau pembangunan sosial sebagai sebuah mars berjaya menuju kemajuan adalah sangat keliru dibayangkan. Tetapi sebagaimana dicatat oleh Wolf, konsepsi-konsepsi seperti itu mendasari kepingan susunan ranah yang sejak

pertengahan abad ke-19 berurusan dengan penyelidikan pada sifat alami dan varietas dari umat manusia (ibid.: 7). Melawan penyebaran reification, Wolf merekonstruksi apa yang terjadi dengan People Without History di jalur ekspansi Eropa sejak abad ke-15. Teristimewa dia memerhatikan peran bahwa non-Eropa telah berfungsi dalam pembentukan dunia sekarang ini dan karenanya dalam membentuk ide-ide kita mengenai pembangunan. Dalam

merekonstruksi proses sejarah baik pada tingkatan global maupun mikro, dia juga berharap untuk mengatasi titik buta dari visi sejarah dan yang bersifat pengembangan di mana dia menyaksikan itu melekat dalam hubungan dari dominasi yang terbentuk pada skala dunia selama 500 tahun terakhir. Dalam konsepsi ini, baik masyarakat yang mengklaim sejarah sebagai miliknya sendiri maupun masyarakat yang kepadanya sejarah telah disangkal muncul sebagai partisipan dalam lintasan sejarah yang sama (ibid.: 23). Berdasarkan itu, ide tahapan-tahapan berbeda dari pembangunan di antara masyarakat adalah keliru. Teori modernisasi secara fundamental keliru dengan tepat dalam doktrin fundamentalnya bahwa semestinya diskriminasi antara masyarakat-masyarakat yang berbeda dan kawasan di dunia: perubahan fundamental dari modernitas: // memengaruhi bukan hanya masyarakat terpilih sebagai pembawa sejarah riil tetapi juga para antropolog kependudukan telah menyebut primitifProses-proses global yang dilakukan oleh ekspansi Eropa juga merupakan sejarah mereka. Karenanya, tidak ada para nenek moyang kontemporer, tidak ada masyarakat tanpa sejarah. (ibid.: 385) Judul buku, Europe and the People Without History, adalah karenanya sangat ironis. Wolf pertama kali mensketsa situasi dunia pada sekitar tahun 1400 masehi sebagai salah

satu jenis-jenis keterhubungan, melalui perdagangan, melalui hubungan antara kaum padang rumput dengan pertanian, dan melalui perang. Eropa Barat berkembang dari sebuah semenanjung marjinal benua Eurasia ke dalam pusat kekayaan dan kekuasaan (ibid.: 123) melalui proses yang dilakukan pada sekitar tahun 800 masehi, dan dari abad ke-16 ke depan, Inggris dan Belanda mampu memanfaatkan perdagangan dan perang ke dalam suatu strategi besar ekspansi yang akan mentransformasi dunia. Wolf mengeksplorasi empat kasus yang patut dicontoh: implantasi koloni Iberian di Amerika, perdagangan bulu binatang di Amerika Utara, perdagangan budak transatlantik, serta pembentukan dan ekspansi kendali Eropa di Asia Timur dan Asia Selatan. Dengan memberikan tahapan pusat pada hubungan berbelit-belit dari agen, Wolf berusaha mengatasi pandangan yang saling terkait dari yang terjajah sebagai pada dasarnya mundur dan sekadar korban serta objek dari kekuatan kolonial. Agaknya, struktur-struktur sosial yang berhubungan dalam komunitas-komunitas India pada Amerika Spanyol atau pada pantai Guinea di Afrika Barat semasa zaman perdagangan budak dibentuk secara mendalam oleh hubungan kontemporer dari dominasi, pertukaran dan eksploitasi pada konteks perluasan pasar dunia. Lebih jauh lagi, warga Afrika atau Indian Amerika secara aktif terlibat dalam membentuk kondisi-kondisi ini, bahkan meskipun sistem perdagangan berpusat di sekitar Eropa Barat dan logam-logam berharga mengalir dari Amerika menuju ke Semenanjung Iberian dan Asia Timur. Sementara komunitas-komunitas petani pada koloni-koloni Spanyol dihasilkan dari hubungan rumit serta konflik antara para administrator kolonial dan para petani miskin, Liga Iroquois yang terkenal mengalami perubahan fundamental dalam reorientasi terhadap perdagangan bulu binatang serta peperangan pada era persaingan sengit InggrisPrancis di sekitar

Great Lakes; lebih jauh, gaya hidup Indian Prairie mirip dengan imej standar sekarang ini dari kehidupan Indian hanya dalam kebangkitan transformasi mendalam yang berlangsung melalui penyebaran perdagangan, kuda-kuda serta senjata api. Perdagangan budak transatlantik yang mentransportasikan jutaan orang dari Afrika Barat dan Afrika Tengah ke perkebunan Dunia Baru (ia sendiri merupakan paham yang sangat Eurosentris) juga dibangun pada institusi-institusi yang ada sebelumnya di komunitaskomunitas Afrika yang kemudian secara fundamental ditransformasikan melalui konsekuensi-konsekuensinya. Khususnya, militer yang tersentralisasi dan kekuatan komersial sangat banyak meningkatkan kerajaan-kerajaan Pantai Guinea di mana perdagangan budak tumbuh dengan subur. Sejauh itu, proses sejarah yang telah umum bagi semua komunitas yang dikaji kembali di sini telah mencapai puncak pada kedatangan serta ekspansi universal kapitalisme. Dalam kontra-pembedaan terhadap para pengarang seperti Wallerstein atau A.G. Frank, Wolf merujuk model kapitalis dari produksi secara ketat terhadap dominasi modal pada titik produksi, bukan hanya penyebaran hubungan pasar di seluruh dunia. Catatan rinci Wolf terhadap konstelasi spesifik yang mengondisikan revolusi industri dan kedatangan kapitalisme di Inggris mengungkapkan suatu pembangunan yang tidak biasa (ibid.: 268) dengan reaksi global segera. Kawasan-kawasan di luar negeri pada waktu yang beraneka ragam diubah menjadi basis bahan mentah untuk industri kapas Inggris yang berkembang. Kembali, Wolf menekankan dimensi ambivalen dari agen: di samping menderita tekanan, populasi budak di Cotton South juga mengembangkan simpanan pengalamannya sendiri serta cara mengatasi di mana ia akan melintasigenerasigenerasi (ibid.: 281). Selama abad ke-20, hubungan sosial baru ditelurkan oleh

kapitalisme tendensiuntuk memperluas pencarian bahan mentah barudanterhadap tenaga kerja murah guna memprosesnya (ibid.: 302). Misalnya, komersialisasi karet memicu transformasi yang luas serta divergen, dari satu tahapan rantai berturut-turut atas perubahan fundamental yang digoreskan oleh perluasan kapitalis di hutan tropis Amazon, hingga rekrutmen buruh India ke Malaya untuk bekerja di perkebunan karet. Rekrutmen tenaga kerja di seluruh dunia untuk hal-hal yang bervariasi luas memicu hasil meliputi migrasi, proletarisasi, serta segmentasi etnis. Bagi Wolf, kelas-kelas pekerja adalah tidak dihasilkan di tempat kerja semata (ibid.: 360), menggarisbawahi perlunya pendekatan multidisiplin, mengintegrasikan faktor-faktor budaya. Di sini sebagaimana dalam karyanya yang lain, Wolf mengombinasikan data empiris yang kaya dan beragam dengan kesulitan konseptual untuk menempa kontribusi teoritis kreatif nan vital. Karya-karya utama Cole, J.W. dan Wolf, E.R. (1999) The Hidden Frontier: Ecology and Ethnicity in an Alpine Valley, Berkeley, Los Angeles dan London: University of California Press (versi aslinya, New York dan London: Academic Press 1974). Jorgensen, J. dan Wolf, E. (1971) Antropologi pada Jalur Perang: Sebuah Pertukaran, New York Review of Books 8 April dan 22 Juli 1971. Wolf, E.R. (1957) Komunitas Tertutup Petani Miskin Korporat di Mesoamerika dan Jawa Tengah, Southwestern Journal of Anthropology 13 (Spring): 118. (1966) Peasants, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. (1969) Peasant Wars of the Twentieth Century, New York: Harper and Row. (1982) Europe and the People Without History, Berkeley, Los Angeles dan London: University of California Press.

(1999) Envisioning Power: Ideologies of Dominance and Crisis, Berkeley dan Los Angeles: University of California Press. Wolf, E.R. bersama Silverman, S. (2001) Pathways of Power: Building an Anthropology of the Modern World, Berkeley dan Los Angeles: University of California Press. Bacaan lanjutan Schneider, J. (2002) Eric R. Wolf , American National Bibliography. Schneider, J. dan Rapp, R. (eds) (1995) Articulating Hidden Histories: Exploring the Influence of Eric R. Wolf, Berkeley dan Los Angeles: University of California Press. Shanin, T. (ed.) (1971) Peasants and Peasant Societies, Harmondsworth: Pelican. Reinhart Kler dan Tilman Schiel PETER WORSLEY (1924) Peter Worsley, antropolog sosial Inggris, dilahirkan di Birkenhead (Cheshire) pada 1924. Dia mulai membaca Inggris di Cambridge University tetapi kemudian bergabung dengan Militer Inggris selama Perang Dunia Kedua, berdinas sebagai perwira di Afrika dan India. Kembali ke Cambridge setelah perang, dia mengalihkan studinya ke bidang antropologi. Sesudah masa yang singkat di Afrika Timur dia kembali ke Inggris, mengambil gelar Master di Manchester University di mana dia berfokus pada kritik dari karya Meyer Fortes. Dia selanjutnya bekerja sebagai peneliti bersama dengan S.F. Nadel di Australian National University, menyelesaikan disertasi mengenai Aborigin di tahun 1954. Menyokong Inggris dia kembali ke Manchester, bergabung dengan Max Gluckman di sana dan memulai karyanya yang terkenal mengenai pemujaan muatan. Namun, karir dia, beralih dari antropologi sosial ke sosiologi ketika dia mengambil posisi awal dalam

disiplin tersebut di Hull University. Dia kemudian menjadi Profesor Sosiologi pertama di Manchester University, posisi yang diembannya sejak tahun 1964 hingga 1982.1 Namun, karir intelektual Worsley, tidak bisa dipahami semata-mata melalui dunia akademik. Di sekitaran waktu Pertempuran Stalingrad dia bergabung dengan Partai Komunis Inggris, bersama dengan para intelektual lain dari generasinya. Juga bersama dengan mereka, dia meninggalkan CPGB pada 1956 setelah invasi Soviet atas Hongaria. Sisi politik dari karir intelektual Worsley ini jarang dibuat eksplisit tetapi ia membantu untuk menjelaskan, misalnya, mengapa Kata Pengantar bagi bukunya, The Third World, berisikan pengakuan terhadap sejarawan perburuhan E.P. Thompson dan John Saville. Sisi mereka yang humanis, demokratis, serta visi Inggris dari Marxisme adalah untuk menginformasikan semua dari karya dia yang berikutnya. Ia tidak pernah menjadi sektarian, suka menonjolkan keilmuannya atau semata-mata ilmiah. Sisi negatif dari komitmen politik Worsley adalah suksesi Perang Dingin membentuk veto pada karya dia sebagai seorang antropolog, terutama penolakan atas posisi dan akses terhadap lokasilokasi kerja lapangan. Ini sebagian menjelaskan konversi dia pada sosiologi, walaupun, sebagaimana kita akan melihat, Worsley tidak pernah berhenti untuk pada dasarnya menjadi seorang antropolog sosial. The Trumpet Shall Sound (Worsley 1957) merupakan karya pertama Worsley sekaligus yang masih paling dikenal, secara virtual menciptakan area studi-studi kultus muatan dalam antropologi sosial. Dia menetapkan kultus gerakan sosial milenium ini di Melanesia dalam konteks perbandingan serta sejarah yang luas untuk pertama kalinya. Melawan interpretasi asli yang merata di mana memandang gerakan-gerakan ini sebagai tingkat angan-angan irasional yang tradisional serta jujur, Worsley menekankan karakter

proto-nationalis mereka serta proses yang diartikulasikan terhadap tekanan rasial dan kolonial. Dalam apendiks metodologi terhadap kisah mengeling kultus muatan, Worsley berpendapat bahwa: Konsep nativismegagal untuk mencatatkan banyak elemen-elemen kultusDi mana keyakinan dan praktik-praktik lama dipertahankan atau dibangkitkan, mereka memiliki konten baruDan terdapat sedikit yang bersifat penurunan atau bersifat lestari dalam konsep mengasingkan orang-orang EropaGerakan itu karenanya memandang ke depan, tidak regresif, tatanan masa depan menjadi penurunan dari masa kini. (Worsley 1957: 275276) Worsley tidak hanya menuliskan catatan yang begitu efektif (dan memengaruhi) laporan kultus muatan Melanesia tetapi juga menetapkannya di dalam konteks anti-kolonial terhadap banyaknya fokus antropologi tradisional pada waktu itu. Banyak generasi para mahasiswa dialihkan dengan membaca The Trumpet Shall Sound pada komitmen bersemangat atas pembangunan dan antikolonialisme. Di tahun 1964 Worsley menerbitkan The Third World (Worsley 1964) yang tentu saja mempopulerkan jika tidak memulai sirkulasi pemahaman yang telah berasal dalam pemikiran pembangunan Prancis. Dalam berurusan dengan hubungan kolonial dari mayoritas dunia dengan Barat, kebangkitan nasionalisme, pentingnya populisme, struktur dari negara-negara pasca-kolonial yang baru muncul, serta netralisme positif dari Dunia Ketiga dalam Perang Dingin, kemudian berada pada puncaknya. Peter Worsley, melawan perspektif modernisasi dominan dalam teori sosial dan politik, tidak memandang demokrasi versus otoriterianisme sebagai pembagian utama global tetapi, agak, satu antara gerakan-gerakan ini dan orientasi organisasi terhadap perubahan sosial radikal

serta mereka yang menolaknya (Worsley 1964: 355), terutama berlokasi di Amerika Serikat. Dalam pemahaman politik yang muncul pada dunia pasca-kolonial dia berpendapat, melawan Marxis ortodoks pada waktu itu, bagi pentingnya populisme, sebuah gerakan lintas-kelas yang telah menjadi sangat lebih besar daripada yang diakui dan potensi yang diremehkan (Worsley 1964: 170). Walaupun masa lalu komunisnya yang belakangan, Worsley berpendapat bahwa Dunia Ketiga menantang baik kapitalisme belakangan maupun komunisme belakangan (Worsley 1964: 271) serta bahkan menawarkan untuk mentransendenkan dirinya sendiri. Terhadap materialisme dominan dari borjuis maupun para pemikir pembangunan radikal, Worsley menyatakan bahwa: Masyarakat yang memandang ide-ide dan cita-cita tidak penting merupakan kebodohan dari dunia nyata (Worsley 1964: 271). Terkadang adalah karya seorang pengarang yang kurang dikenal yang lebih mengungkapkan. Tidak memiliki status kultus dari The Trumpet Shall Sound atau The Third World, karya-karya ini belum menerima perhatian yang seharusnya berhak didapatnya tetapi ia mungkin bahkan lebih relevan bagi Peter Worsley sebagai pemikir pembangunan. Yang pertama untuk dipertimbangkan adalah Two Blades of Grass (Worsley 1971), kumpulan suntingan pada peran kerjasama pedesaan dalam modernisasi pertanian. Worsley menetapkan tema kerjasama dalam konteks luas dari perjuangan melawan ketidaksetaraan serta individualisme posesif dari kapitalisme kontemporer. Dia juga mengembangkan tema yang sentral dalam tulisan-tulisan dia belakangan, yakni dimensi populis dari demokrasi di Dunia Ketiga, sebuah aspek di mana begitu banyak struktural sosiologi politik mengabaikannya, berkonsentrasi sebagaimana yang

dilakukannya pada elemen-elemen formal dalam demokrasi (Worsley 1971: 10). Dia

juga dengan tepat memandang negara menjadi lebih aktif daripada dalam negara-negara industri maju karena akumulasi modal akan tidak memadai jika ia ditinggalkan pada permainan bebas dari pasar (Worsley 1971: 1516). Tetapi negara paling sering mengintervensi guna membantu mereka yang sudah memiliki kekuatan serta merupakan ikatan tradisional dari kekeluargaanlingkungan tetangga, etnis atau kasta yang paling sering berfungsi melawan persyaratan rasionalitas ekonomi nan ketat (Worsley 1971: 23). Pertengahan era 1970-an merupakan masa di mana banyak intelektual Barat melakukan ziarah ke China komunis dan bergairah pada Revolusi Kebudayaan serta reformasi pertanahan di negara tersebut. Tidak banyak orang mengetahui karya Worsley, Inside China (Worsley 1975) namun ia menyediakan kedalaman yang hebat ke dalam politiknya sendiri. Sebagai sebuah studi etnografi, buku itu berfungsi baik dan lebih seimbang daripada sebagian lainnya yang muncul pada waktu itu. Worsley simpatik pada eksperimen transformasi sosialis yang berlangsung di China pada masa tersebut tetapi meratapi ketiadaan virtual teori pembangunan dan ilmu sosial sebagaimana kita mengetahuinya (Worsley 1975: 98) dalam China dan bahkan mengakui bahwa para ilmuwan borjuis seringkali benar mengenai sangat banyak hal, besar maupun kecil, dan telah banyak berkontribusi di bidang-bidang di mana kontribusi Marxisme secara virtual tidak terlihat (Worsley 1975: 199). Sementara mengakui peran pragmatis China di dunia politik, Worsley masih menyimpulkan bahwa tidak ada alasan untuk berasumsi bahwa China telah mengabaikan komitmen mereka terhadap dunia revolusi sosialis (Worsley 1975: 247). Bisa jadi yang lebih menggoncangkan adalah pernyataan agak naif dari Worsley bahwa: Saya tidak memiliki gagasan bagaimana hukuman mati yang lazim

itu tetapi saya seharusnya berpikir ia sangat langka. Tidak juga saya meyakini bahwa terdapat banyak kamp konsentrasi (Worsley 1975: 215). Pada pertengahan 1980-an, Worsley kembali ke dalam teori pembangunan dengan monograf cemerlang, The Three Worlds (Worsley 1984), berfokus pada budaya dan pembangunan dunia. Sementara dalam satu arah ia sekadar The Third World selama 20 tahun, fokusnya cukup berbeda. Mencerminkan banyak keterlibatan lebih awalnya dengan sejarawan perburuhan Inggris seperti Edward Thompson dan John Saville, Worsley memiliki dua dari tiga bab intinya yang berurusan dengan masing-masing meniadakan kaum tani miskin dan membuat kelas pekerja. Etnisitas dan nasionalisme, perhatian tradisional dari dia, membentuk taraf ketiga dari bagian hebat karyanya. Kebangkitan agribisnis dan pembangunan kelas pekerja perkotaan yang kuat digambarkan dalam The Three Worlds mencerminkan kerja dia kemudian dimulai pada studi perburuhan internasional. Worsley juga, jika secara terlambat, bergerak melampaui fokus Inggris Afrika/Asia sebelumnya untuk terlibat dengan Amerika Latin yang bertransformasi dengan pesat dengan tradisi analisis serta intelektual aslinya yang kuat. Namun, titik utama dari karya ini adalah bahwa Worsley mengidentifikasi kebudayaan sebagai penyusun utama yang hilang dalam sosiologi pembangunan tradisional (dan juga sosiologi Marxis jika dia ingin mengembangkan tema tersebut). Mengambil petunjuknya dari ahli teori kebudayaan Inggris, Raymond Williams, sebagaimana dari antropologi, Worsley memperkenalkan kembali budaya ke dalam analisis pembangunan dunia. Buku terakhir Worsley, Knowledges (Worsley 1997), kembali pada ketertarikan awal dia pada bahasa, pemikiran dan kebudayaan secara lebih umum. Argumentasi dasar dia adalah bahwa pengetahuan mengambil banyak bentuk dan adalah secara alami plural.

Dengan ekstrim beragam pada topiknyamulai dari teknik-teknis navigasi Samudera hingga pada Disneyland, dan dari klasifikasi botani pribumi Australia hingga pada sekularisasi Natal ini merupakan sebuah buku yang ambisius sekaligus menantang. Pembedaan konvensional Barat antara sains dan budaya adalah, dalam bagian dari ciriciri tersendiri dari naratif-nya, dekonstruksi dan digerogoti. Pada era kebangkitan kembali imperialisme Amerika Serikat, Worsley dengan efektif menghancurkan premis superioritas budaya Barat. Worsley tampaknya kembali pada pekerjaan dia sebagai antropolog budaya serta mengunjungi kembali kerja lapangan yang dilangsungkan di antara masyarakat pribumi Groote England di Australia pada awal tahun 1950-an. Dalam karya The Trumpet Shall Sound, Worsley terlibat dengan perdebatan kontemporer mengenai pembedaan sains/budaya dan pengetahuan/keyakinan dengan intervensi orisinal dan radikal. Sebagaimana dengan semua karya Worsley, ia begitu dapat diakses. Peter Worsley merupakan seorang ahli teori pembangunan namun di Inggris dia bisa jadi paling dikenal atas buku teks sosiologi yang disuntingnya dan berperan mendidik keseluruhan generasi dari para mahasiswa pada tahun 1970-an dan 1980-an (Worsley 1970). Terdapat keluasan dan akses mudah bagi teks-teks ini yang sepenuhnya melewati kompetisi untuk seluruh generasi. Kemudian terdapat teks populer dia mengenai Marx and Marxism (Worsley 2002) di mana metode terbuka Marxis yang sistematis menyokong merek khusus milik dia sendiri atas antropologi sosial. Bagi Worsley, Marxisme adalah apapun kecuali filsafat abstrak serta keterlibatan dia dengan sekolah antropologi Prancis yang serentak berpengaruh dari antropologi (Claude Meillassoux, Maurice Godelier dan Emmanuel Terray) merupakan garis singgung. Agaknya, dan cukup khas, Worsley menggambarkan Marxisme sebagai sebuah filsafat politik yang

telah ditempatkan untuk digunakan dalam bermacam bagian dari dunia dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Pendekatan yang terbuka, fleksibel dan pragmatis tersebut terhadap teori sosial dan politik tercerminkan dalam komitmen dia yang berkelanjutan pada antardisiplin, benar-benar pasca-sifat disiplin di mana istilah-istilah seperti antropologi, sosiologi dan antropologi sosial tidak pernah mengambil kehidupan dari miliknya sendiri dan di mana persengketaan tidak pernah dibiarkan mendominasi masalah-masalah pembangunan. Dengan sembarang pemikir, pada akhirnya, selalu kesunyian tertentu atau kesenjangan. Kekuatan dari mengecilkan Marxisme berarti bahwa Worsley tidak terlibat dalam perdebatan Marxis penting (jika mungkin bersifat teologi) di tahun 1970-an dan 1980an pada isu-isu mengenai pembangunan dan keterbelakangan. Demikian juga, Worsley tidak menunjukkan ketertarikan apapun dalam pasca perdebatan pasca-kolonialisme, pasca-strukturalisme dan pasca-modernismeyang sedang berlangsung baik pada pertengahan 1980-an ketika The Three Worlds muncul. Juga salah satu kekuatan dia tanpa landasan pada tradisi sejarawan perburuhan komunis di Inggrismerupakan dengan jelas perspektif Anglosentris dia pada pemahaman sumber-sumber serta perdebatan, betapapun global pandangan dia sendiri. Maka sementara pendekatan ketergantungan Andre Gunder Frank sudah berkibar pada karya di tahun 1960-an, The Three Worlds dari tahun 1984 bahkan gagal untuk menyebutkan karya klasik Dependency and Development in Latin America oleh Fernando Henrique Cardoso (dan Enzo Faletto) yang telah muncul dalam bahasa Inggris di tahun 1979. Meskipun tendensi-tendensi etnosentris ini (bahkan lebih kuat dalam karya yang lebih awal) Worsley memandang globalisasi muncul di atas horison pada awal era 1980-an ketika dia merujuk pada

tingkatan global transendental baru (Worsley 1984:317) dan mengartikulasikan globalisasi serta perdebatan budaya sebelum mereka bahkan terjadi. Catatan 1 Bagian ini menggambarkan catatan Keith Hart pada Peter Worsley untuk Biographical Dictionary of Anthropology, Routledge, yang akan datang. Karya-karya utama Worsley, P. (1957) The Trumpet Shall Sound: A Study of Cargo Cults in Melanesia, London: McGibbon dan Kee, edisi ke-2 1968. (1964) The Third World, London: Weidenfeld dan Nicolson, edisi ke-2 1967. (ed.) (1971) Two Blades of Grass: Rural Co-operatives in Agricultural Modernisation, Manchester: Manchester University Press. (1975) Inside China, London: Allen Lane. (1984) The Three Worlds: Cultural and World Development, London: Weidenfeld and Nicolson. (1997) Knowledges: Culture, Counter-culture, Subculture, New York: New Press. Karya-karya lain Worsley, P. (ed.) (1970) Introducing Sociology, Harmondsworth: Penguin. (1987) The New Introducing Sociology, Harmondsworth: Penguin. (2002) Marx and Marxism, London: Routledge. Ronaldo Munck TENTANG KONTRIBUTOR Rita Abrahamsen adalah Dosen Senior di Departemen Politik Internasional, University of Wales, Aberystwyth, di mana dia mengajar Afrika dan Politik Pasca-kolonial. Dia

merupakan pengarang Disciplining Democracy: Development Discourse and Good Governance in Africa (Zed Books, 2000). V.N. Balasubramanyam (Baloo) menjabat Kepala Ilmu Ekonomi Pembangunan, University of Lancaster. Publikasi-publikasi dia meliputi Multinational Enterprises and the Third Word, The Economy of India, International Transfer of Technology to India, Meeting the Third World Challenge (bersama A.I. MacBean), dan Conversations with Indian Economists. Dia telah menyunting beberapa buku mengenai perdagangan internasional dan investasi serta menerbitkan tulisan tentang perdagangan, investasi internasional dan isu-isu pembangunan. Jo Beall adalah Direktur Institut Studi Pembangunan (DESTIN) di London School of Economics (LSE). Seorang sosiolog politik, dia memiliki keahlian di bidang kebijakan pembangunan dan manajemen serta pembangunan sosial dan ketertarikan penelitian khusus dia meliputi titik potong lembaga-lembaga formal dan informal pada pemerintahan lokal serta pembangunan perkotaan. Dia merupakan penulis Funding Local Governance, Small Grants for Democracy and Development (IT Publications, 2004) dan penulis bersama Uniting a Divided City: Governance and Social Exclusion in Johannesburg (Earthscan, 2002). Anthony Bebbington adalah Profesor dan Direktur Penelitian di Sekolah Lingkungan dan Pembangunan di University of Manchester. Sebelumnya dia berada di University of Colorado at Boulder dan juga bekerja di Cambridge University, Bank Dunia, Institut Pembangunan Luar Negeri serta Institut Internasional untuk Lingkungan dan Pembangunan. Penelitian dia di Amerika Latin telah mengurusi LSM-LSM dan gerakan

sosial pedesaan; kemiskinan dan nafkah hidup pedesaan; pembangunan pertanian; serta hubungan antara intervensi pembangunan dan ekonomi politik. Tony Binns telah menjadi Profesor Geografi Ron Lister di University of Otago, Dunedin, Selandia Baru sejak Oktober 2004. Sebelum ini, dia berbasis di University of Sussex, Brighton, Inggris. Tony telah bekerja di bidang Studi Pembangunan selama lebih dari 30 tahun, dengan pengalaman khusus di Afrika, di mana dia telah memiliki ketertarikan jangka panjang dalam sistem produksi pangan, perubahan pedesaan dan pembangunan berbasis komunitas. John Brohman merupakan Associate Professor Geografi dan anggota Program Studi Amerika Latin di Simon Fraser University di Burnaby, BC, Kanada. Ketertarikan penelitian umum dia memperhatikan teori-teori, strategi dan praktik pembangunan, serta area geografi prinsipal dari penelitiannya yang belakangan adalah Amerika Latin. Penelitian ini berfokus pada pembangunan regional dan perencanaan, pembangunan kawasan pinggiran serta reformasi pertanahan, partisipasi komunitas dan gerakangerakan populer, serta neoliberalisme dan globalisasi-globalisasi alternatif. Sylvia Chant adalah Profesor Geografi Pembangunan di London School of Economics, berspesialisasi pada isu-isu gender dan pembangunan. Buku-buku dia yang terbaru adalah Mainstreaming Men into Gender and Development: Debates, Reflections and Experiences (bersama Matthew Gutmann) (Oxfam, 2000), dan Gender in Latin America (dalam asosiasi dengan Nikki Craske) (Biro Amerika Latin/Rutgers University Press, 2003). Dia saat ini melaksanakan penelitian perbandingan mengenai feminisasi kemiskinan di Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Reginald Cline-Cole, seorang ahli geografi melalui pelatihan, adalah bersama Pusat Studi Afrika Barat, University of Birmingham, Inggris. Publikasi-publikasi dia yang belakangan meliputi West African Worlds: Paths through Socio-Economic Change, Livelihoods and Development (Pearson, 2005, disunting bersama dengan Elsbeth Robson) dan Contesting West African Forestry (Ashgate, 2000, disunting bersama dengan Clare Madge). John Connell adalah Profesor Geografi di University of Sydney. Dia telah menulis banyak buku dan artikel mengenai pembangunan di kawasan Pasifik, yang paling belakangan Urbanisation in the Island Pacific (bersama John Lea) (Routledge, 2002). Stuart Corbridge mengajar di London School of Economics dan University of Miami. Dia merupakan penulis, bersama John Harriss, Reinventing India (2000), bersama Sarah Jewitt dan Sanjay Kumar Jharkhand: Environment, Development and Ethnicity (2004), dan dengan Glyn Williams, Manoj Srivastava dan Rene Veron Seeing the State: Governance and Governmentality in Rural India (2005). Christopher Cramer adalah Dosen Senior di bidang Studi Pembangunan di Sekolah Timur dan Studi Afrika (SOAS), University of London. Penelitian dan ketertarikan pengajaran dia meliputi ekonomi Afrika, pasar tenaga kerja pedesaan, pemrosesan komoditas primer, dan ekonomi politik konflik kekerasan. Buku dia, Why War? Making Sense of Violence, War and Development, diterbitkan pada 2005. Vandana Desai adalah Dosen Senior Geografi di Royal Holloway, University of London. Ketertarikan penelitian dia berada di area partisipasi komunitas, perumahan warga berpendapatan rendah, peran organisasi-organisasi non-pemerintahan, transformasi gender dan sosial dalam konteks globalisasi. Buku dia yang belakangan termasuk The

Companion to Development Studies (2002) dan Doing Development Research (2006) keduanya disunting bersama dengan Robert Potter; dan The Introduction to Displacement (2001) dikarang bersama dengan Jenny Robinson. Arturo Escobar dilahirkan di Kolombia, di mana dia belajar teknik kimia dengan harapan membantu negaranya untuk berkembang. Setelah bekerja untuk beberapa tahun di area pangan dan nutrisitermasuk sebuah gelar master dan setahun dengan Departemen Perencanaan Nasional Kolombiadia berpindah untuk mempelajari studi ekonomi politik pembangunan pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an, dan dari sana kepada analisis budaya pembangunan pada 1980-an dan 1990-an. Selama bertahun-tahun dia telah bekerja dengan sejumlah LSM dan gerakan sosial pada alternatif pembangunan dan pengajaran serta mengajar di bidang ini terutama di Amerika Serikat tetapi juga di Amerika Latin, Eropa dan Afrika. Dia saat ini Kenan Distinguished Professor di bidang antropologi serta Direktur Institut Studi Amerika Latin di University of North Carolina, Chapel Hill dan Research Associate di Instituto Colombiano de Antropologa e Historia, ICANH, Bogot. Ben Fine adalah Profesor Ilmu Ekonomi di Sekolah Timur dan Studi Afrika, University of London. Buku-buku dia yang belakangan mencakup (bersama A. Saad-Filho) Marxs Capital (edisi ke-4, Pluto, 2003), The World of Consumption: The Material and Cultural Revisited (Routledge, 2002), Social Capital versus Social Theory: Political Economy and Social Science at the Turn of the Millennium (Routledge, 2001); Development Policy in the Twenty-First Century: Beyond the Post-Washington Consensus, bersama C. Lapavitsas dan J. Pincus (eds) (Routledge, 2001). Dalam persiapan adalah dua seri buku

mengenai pergeseran hubungan antara sejarah ekonomi dan teori ekonomi (bersama D. Milonakis) sebagai bagian penelitian lebih luas mengenai imperialisme ekonomi. Tim Forsyth adalah dosen senior di bidang Lingkungan dan Pembangunan di London School of Economics. Dia berspesialisasi pada aspek-aspek pengelolaan lingkungan di bawah kondisi industrialisasi pesat, dengan referensi khusus pada tantangan sains lingkungan dan kepakaran, komunitas sipil, serta kemitraan publikswasta di Asia. Dia merupakan pengarang Critical Political Ecology: The Politics of Environmental Science (London dan New York: Routledge, 2004), dan International Investment and Climate Change (London: Earthscan, 1999), serta merupakan editor Encyclopedia of International Development (London dan New York: Routledge, 2005). Gary Gaile adalah Profesor Geografi di University of Colorado, Boulder dan Direktur Eksekutif Program Developing Areas Research and Teaching (DART). Dia juga merupakan salah satu Ketua Association of American Geographers Developing Areas Specialty Group. Dia memeroleh gelar doktor di bidang Geografi di tahun 1976 dari UCLA. Minat penelitian dia berfokus pada Afrika dan meliputi keamanan pangan, hubungan pedesaan-perkotaan, dan kredit perusahaan mikro. W.T.S. (Bill) Gould adalah Profesor Geografi di University of Liverpool, dan saat ini Direktur Program Master-nya di bidang Studi Kependudukan dan Program Sarjana di bidang Studi Pembangunan Internasional. Minat penelitian dan pengajaran dia secara luas pada hubungan kependudukan/pembangunan, teristimewa di Afrika, dan dengan lebih spesifik pada dampak demografi dan pembangunan terhadap HIV/AIDS. Robert Gwynne merupakan Reader (dosen senior) dalam Pembangunan Amerika Latin di Sekolah Ilmu Geografi, Bumi dan Lingkungan, University of Birmingham. Pada

tahun-tahun belakangan, dia juga menjadi Visiting Professor di Catholic University of Chile. Minat penelitian dia berfokus pada industrialisasi di negara berkembang dan pada dampak neoliberalisme serta globalisasi pembangunan regional di Amerika Latin. Dia merupakan penulis Industrialisation and Urbanisation in Latin America (Routledge, 1985); New Horizons? Third World Industrialization in an International Framework (Longman, 1990); penulis bersama Alternative Capitalisms: Geographies of Emerging Regions (Arnold, 2003); dan penyunting bersama Latin America Transformed: Globalization and Modernity (Arnold, 2004). John Harriss adalah Profesor Studi Pembangunan di London School of Economics. Dia sebelumnya Direktur pertama Institut Studi Pembangunan di lembaga tersebut, serta sebelumnya Dekan Sekolah Studi Pembangunan di University of East Anglia. Minat penelitian dia saat ini adalah dalam demokratisasi, masyarakat sipil dan pemerintahan. Dia adalah penulis Reinventing India (bersama Stuart Corbridge, Polity Press, 2000); Depoliticising Development: The World Bank and Social Capital (Anthem Press, 2002); serta (bersama Kristian Stokke dan Olle Tornquist) editor Politicising Democracy (Palgrave, 2004). Dia adalah Redaktur Pelaksana Journal of Development Studies. Cristbal Kay adalah Associate Professor di bidang Studi Pembangunan dan Pembangunan Pedesaan di Institut Studi Sosial, Den Haag, Belanda. Minat penelitian utama dia berada di bidang pembangunan pedesaan dan teori-teori pembangunan serta keterbelakangan, terutama di dalam konteks Amerika Latin. Buku-buku dia yang belakangan meliputi Disappearing Peasantries? Rural Labour in Africa, Asia and Latin America (penyuntingan bersama) dan Latin America Transformed: Globalization and Modernity, edisi kedua (penyuntingan bersama, 2004).

Reinhart Kler merupakan Profesor Sosiologi di University of Mnster. Di samping sosiologi pembangunan, dia telah melakukan penelitian dan menerbitkan berbagai topik tentang teori sosial, budaya kerja dan industrialisasi, negara pasca-kolonial, nasionalisme dan etnisitas serta yang lebih belakangan, budaya dan politik dari ingatan publik. Minat regional utama dia untuk beberapa waktu adalah kawasan selatan Afrika. John P. Lea, dilahirkan di India Selatan selama tahun-tahun terakhir Raj, dididik di Inggris serta telah menghabiskan sebagian besar dari karir akademiknya di University of Sydney, Australia. Karya dia mengenai urbanisasi dan pembangunan di Afrika wilayah selatan, Australasia dan Pasifik telah berfokus pada isu-isu perumahan, perencanaan perkotaan dan pemerintahan pada perbatasan sumber daya. Cathy McIlwaine adalah Dosen Senior di Departemen Geografi, Queen Mary, University of London. Penelitian dia berfokus pada isu-isu kemiskinan, strategi bertahan, gender dan kekerasan perkotaan, terutama di Amerika Latin. Publikasi dia yang paling belakangan meliputi Encounters with Violence in Latin America, bersama Caroline Moser (Routledge, 2004) dan Challenges and Change in Middle America, dengan Katie Willis (Prentice Hall, 2002). Dia saat ini sedang meneliti strategi-strategi nafkah kehidupan rakyat Kolombia di London. Henning Melber memiliki gelar doktor di bidang Ilmu Politik dan venia legendi dalam Studi Pembangunan di Bremen University. Dia merupakan Dosen Senior dalam Politik Internasional di Kassel University (19821992), Direktur Unit Penelitian Kebijakan Ekonomi Namibia (NEPRU) di Windhoek (19922000) dan saat ini Direktur Riset di Nordic Africa Institute di Uppsala, Swedia. Dia telah menerbitkan kisaran luas subjeksubjek yang berkaitan dengan Studi Afrika, terutama Namibia, tetapi juga Afrika Selatan,

rasisme dan dari belakangan NEPAD (Program Baru untuk Pembangunan Afrika). Dia saat ini Wakil Presiden Asosiasi Eropa tentang Riset Pembangunan dan Institut Pelatihan (EADI). Ulrich Menzel, dilahirkan di tahun 1947 di Dsseldorf, Jerman, mengajar Hubungan Internasional dan Perbandingan Politik di Technical University of Braunschweig dan Managing Director Institut Ilmu Sosial. Dia telah menerbitkan 26 buku serta banyak tulisan tentang subjek-subjek Hubungan Internasional, Ekonomi Politik Internasional dan Teori Pembangunan. Ronaldo Munck merupakan Direktur Strategis untuk Internasionalisasi dan

Pembangunan Sosial di Dublin City University, sebelumnya memegang posisi di bidang sosiologi di University of Liverpool dan Durban-Westville. Dia menulis secara luas mengenai Amerika Latin dan tentang isu-isu pembangunan secara lebih umum, mencakup Contemporary Latin America (Palgrave, 2002) dan Critical Development Theory: Contributions to a New Paradigm (penyuntingan bersama) (Zed Books, 1999). Publikasi dia yang terbaru adalah Globalisation and Social Exclusion: A

Transformationalist Perspective (Kumarian Press, 2004). Dani W. Nabudere adalah peneliti senior dan direktur eksekutif Pusat Studi Afrika, Mbale, Uganda. Dia belajar di Lincolns Inn, di mana dia dipanggil ke Bar pada 1963. Belakangan, dia menghabiskan enam tahun sebagai Associate Professor Hukum di University of Dar es Salaam, Tanzania, di mana dia berkesempatan mengamati secara dekat dampak dari strategi Ujamaa di antara tahun 1973 dan 1979. Berikutnya, dia merupakan menteri Kebudayaan dan Pembangunan Masyarakat dalam pemerintahan interim pasca-Amin di Uganda. Dia saat ini mempromosikan pembentukan Institut Pan-

Afrika Marcus Garvey yang didedikasikan bagi penelitian dan arus utama pengetahuan serta kebijaksanaan asli Afrika. Anders Nrman adalah, sampai kematiannya yang tiba-tiba pada tanggal 15 November 2004, Associate Professor Geografi Manusia dan Ekonomi, Gteborg University. Minat penelitian dia meliputi berbagai aspek Geografi Pembangunan. Perkara-perkara pendidikan merupakan bagian sentral dari penelitian dia di Kenya dan Tanzania. Hingga kematiannya, dia terlibat dalam penelitian tentang konflik di Uganda, Tanduk Besar Afrika, dan pada pembangunan regional di Sri Lanka. Ini merupakan proyek-proyek kolaboratif, dengan masing-masing universitas-universitas Dar es Salaam, Makerere dan Kelaniya. Michael Parnwell merupakan Reader (dosen senior) dalam Geografi Asia Tenggara di Departemen Studi Asia Timur di University of Leeds. Dia mempunyai spesialisasi pada proses pembangunan di Asia Tenggara sejak akhir era 1970-an. Gelar doktor dia membahas migrasi-pemulangan di Timur Laut Thailand, dan dia terus mengambil minat pada Thailand semasa tahun 1980-an dan awal 1990-an, berfokus pada proses-proses pembangunan regional, industrialisasi pedesaan dan perluasan metropolitanisasi. Yang lebih belakangan dia bekerja pada dampak manusia dari penggundulan hutan di Sarawak, Malaysia, industri-industri skala kecil dan keberlangsungan perkotaan di Sulawesi, Indonesia, pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara, dan pada menghadapi mekanisme serta keberlangsungan nafkah hidup di Thailand, Vietnam dan Lao PDR. Richard Peet adalah Profesor Geografi di Clark University di Worcester, Massachusetts. Dia merupakan penyunting Antipode: A Radical Journal of Geography and Economic Geography. Publikasi dia yang baru mencakup Modern Geographical Thought (Oxford:

Blackwell, 1998), Theories of Development (bersama Elaine Hartwick, New York: Guilford, 1999, 2002) dan Unholy Trinity: The IMF, World Bank and WTO (London: Zed Books, 2003). Dia tertarik pada isu-isu globalisasi dan pembangunan, pengelolaan global dan kebijakan ekonomi, budaya, kesadaran dan ideologi, serta kemungkinan komunitaskomunitas pasca-neoliberal. Marcus Power merupakan Dosen di bidang Geografi Manusia di University of Durham. Minat penelitian dia berfokus pada Afrika Selatan dan dunia Lusophone serta memerhatikan geopolitik, pasca-kolonialisme serta pembangunan. Publikasi dia meliputi Rethinking Development Geographies (London: Routledge, 2003). Sarah Radcliffe mengajar di Departemen Geografi, University of Cambridge. Penelitian dia berpusatkan pada lintasan pembangunan dan hubungan negaramasyarakat di Ekuador, Peru dan Bolivia, serta mencermati hasil gender dan etnis dari perubahan sosial. Bukunya yang mendatang adalah Multiethnic Transnationalism: Indigenous

Development in the Andes (Duke University Press). Jonathan Rigg merupakan pakar geografi berbasis di University of Durham. Dia telah bekerja pada perubahan pedesaan dan lingkungan di Asia Tenggara sejak awal tahun 1980-an. Dia merupakan pengarang Southeast Asia: The Human Landscape of Modernization and Development (London: Routledge, 2003) dan baru saja

menyelesaikan manuskrip tentang nafkah hidup dan pemasaran di Laos. Dia saat ini bekerja pada produksi pangan yang bertautan dengan air di kawasan-kawasan periferiperkotaan di Bangkok, Hanoi, Phnom Penh dan Ho Chi Minh City dan pada prosesproses yang lebih luas mengenai de-agrarisasi dan penghapusan kaum petani miskin.

Barbara Rugendyke adalah Dosen Senior di bidang Geografi di University of New England, di Armidale, NSW, Australia. Barbara mengajar tentang isu-isu pembangunan dan minat penelitian dia saat ini di antaranya keberlangsungan ekowisata di Asia Tenggara dan dia saat ini menulis buku mengenai dampak aktivitas-aktivitas advokasi dari LSM-LSM pembangunan. M.A. Mohamed Salih (Doktor Ilmu Ekonomi dan Studi Sosial, University of Manchester, Inggris) adalah Profesor Politik Pembangunan di Institut Studi Sosial, Den Haag maupun Departemen Ilmu Politik, University of Leiden di Belanda. Buku-buku dia yang terkini antara lain, African Democracies and African Politics (Pluto Press, 2001), African Political Parties: Evolution, Institutionalisation and Governance (disunting bersama) (Pluto Press, 2003) dan Africa Networking: Information Development, ICTs and Governance (disunting bersama) (International Books, 2004). Roberto A. Snchez-Rodrguez menyelesaikan pendidikan BA-nya di bidang Arsitektur dari National Autonomous University of Mexico (UNAM) dan gelar doktornya di bidang Perkotaan dan Perencanaan Regional dari University of Dortmund, Jerman. Dia saat ini Profesor Studi Lingkungan di University of California, Riverside, dan Direktur Institut Universitas California untuk Meksiko dan Amerika Serikat (UCMEXUS). Minat penelitian dia adalah studi pembangunan, pembangunan berkelanjutan, perdagangan dan lingkungan, serta interaksi antara urbanisasi dan perubahan lingkungan global. Tilman Schiel (lahir tahun 1943) belajar Antropologi Budaya di University of Heidelberg (MA) dan Sosiologi di University of Bielefeld (Dr.rer.soc.

sertaHabilitation). Hingga pensiunnya pada 2004 dia bekerja sebagai seorang ilmuwan yang pergi berkeliling di beberapa universitas dan lembaga-lembaga penelitian. Dia

masih menjadi anggota dewan Institut Starnberg untuk Studi Struktur Global, Pembangunan dan Krisis. John Shaw terasosiasi dengan Program Pangan Dunia PBB selama lebih dari 30 tahun, belakangan sebagai penasihat ekonomi dan kepala Layanan Urusan Kebijakan-nya sebelum dia pensiun. Dia juga melayani sebagai konsultan bagi Sekretariat Persemakmuran, FAO dan Bank Dunia. Dia saat ini berada pada Dewan Penyunting Internasional jurnal Food Policy dan terus menulis mengenai isu-isu pembangunan dan keamanan pangan. bts James Sidaway adalah Reader (dosen senior) di bidang Globalisasi di Loughborough University. Dia sebelumnya mengajar di National University of Singapore, Universities of Birmingham dan Reading di Inggris serta menjadi Visiting Professor di Universities of Seville dan Groningen. Minat penelitian dia meliputi geografi pembangunan, geopolitik dan sejarah serta sosiologi geografi. David Simon adalah Profesor Geografi Pembangunan di Pusat untuk Riset Area Pembangunan, Royal Holloway, University of London. Minat khusus penelitian dia mencakup teori pembangunan dan kebijakan; antarmuka pembangunanlingkungan; urbanisasi serta interaksi perkotaanpedesaan; transportasi dan geopolitik. Dia memiliki pengalaman riset luas di sub-Sahara Afrika dan tropis Asia. Dia saat ini penyunting pembangunan/ilmu sosial Journal of Southern African Studies, dan penyunting bersama The Peri-Urban Interface: Approaches to Sustainable Natural and Human Resource Use (Earthscan, 2005) serta Aquatic Ecosystems and Development: Comparative Asian Perspectives (Kluwer, 2006).

Rana P.B. Singh adalah Profesor Geografi Kebudayaan di Banaras Hindu University, Varanasi, India. Dia telah terlibat dalam program-program kebangkitan massa dan perencanaan peninggalan di wilayah Varanasi selama 20 tahun terakhir sebagai promotor, kolaborator dan pengorganisir. Pada topik-topik ini dia mengajar pada beragam pusat di Amerika, Eropa, Asia Timur dan Australia. Publikasi-publikasi dia mencakup lebih dari 140 makalah dan 30 buku pada subjek ini. Morris Szeftel merupakan Dosen Senior di bidang Politik di University of Leeds. Dia juga bekerja dan mengajar di sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Zambia. Dia telah menerbitkan mengenai politik Afrika, masalah-masalah demokratisasi, pembangunan dan utang, serta tentang korupsi di Afrika. Hingga belakangan dia merupakan Editor Review of African Political Economy. Jan Toporowski adalah Research Associate di Sekolah Timur dan Studi Afrika di London University; Official Visitor di Fakultas Ilmu Ekonomi dan Politik, University of Cambridge; dan Research Associate di Pusat Riset Sejarah dan Metodologi Ekonomi, University of Amsterdam. Setelah belajar ilmu ekonomi di Birkbeck College dan Birmingham University, dia meneliti mengenai manajemen pendanaan dan perbankan internasional, serta telah menerbitkan berbagai hal tentang uang, keuangan dan pembangunan ekonomi. Juha I. Uitto bekerja selama lebih dari dua dekade pada isu-isu pembangunan dan lingkungan baik di organisasi-organisasi internasional maupun dunia akademik. Dia menyandang gelar MSc di bidang Geografi dari University of Helsinki di negara asalnya Finlandia dan gelar PhD di bidang Sosial dan Geografi Ekonomi dari University of Lund

di Swedia. Dia saat ini Penasihat Evaluasi Senior di unit Fasilitas Lingkungan Global Program Pembangunan PBB di New York, Amerika Serikat. Ton van Naerssen adalah Dosen Senior di bidang geografi pembangunan dan koordinator program Master untuk Globalisasi dan Pembangunan di Nijmegen School of Management (NSM), Radboud University of Nijmegen, Belanda. Minat bidang penelitiannya saat ini meliputi teori-teori pembangunan, keterlibatan masyarakat sipil dalam pembangunan perkotaan dan migrasi internasional. Dia telah melaksanakan penelitian terutama di Asia Tenggara. Buku-bukunya yang terbaru adalah (keduanya sebagai penyunting bersama) Healthy Cities in Devloping Countries: Lessons to be Learned dan Asian Migrants at the European Labour Market (Routledge, akan datang). Michael Watts adalah Kelas 1963 Profesor Geografi di University of California, Berkeley di mana dia telah mengajar studi pembangunan selama lebih dari 25 tahun. Dia baru saja menyelesaikan buku tentang Imperium Amerika (Afflicted Powers, Verso, 2005) dan bekerja pada petro-politik (politik minyak) lain di Nigeria. Dia saat ini berada di Pusat untuk Studi Ilmu Perilaku Lanjutan di Stanford. Katie Willis adalah Dosen Senior di bidang Geografi di Royal Holloway, University of London. Bidang riset utamanya adalah gender, pembangunan dan migrasi, dengan fokus khusus pada Meksiko, China dan Singapura. Dia merupakan penyunting bersama International Development Planning Review dan penulis Theories and Practices of Development (Routledge, 2005). Francis Wilson dididik di bidang Fisika (di University of Cape Town) dan Ilmu Ekonomi (Cambridge). Dia mengajar di School of Economics at UCT selama 38 tahun terakhir. Pada 1975 dia mendirikan SALDRU, Unit Riset Perburuhan dan Pembangunan

Afrika Selatan yang dipimpinnya hingga tahun 2000 ketika dia memulai Data First, unit sumber daya universitas For Information Research & Scientific Training. Karya utama dia berada di bidang perburuhan (tambang emas; migran; pertanian), sejarah Afrika Selatan, pengumpulan data dan tentang kemiskinan di mana, untuk menemukan lebih banyak, dia memimpin lembaga kedua Penelitian Carnegie pada Kemiskinan dan Pembangunan di Afrika Selatan semasa era tahun 1980-an. Ben Wisner mengudara di sekitar Karibia melalui sebuah pesawat kecil dengan Jim Blaut dan mempelajari mengenai kaum tani miskin dan lahan tropis darinya, serta dirindukannya dengan mendalam. Wisner sekarang merupakan anggota peneliti di DESTIN, LSE dan juga Benfield Hazard Research Centre, University College London, sebagaimana juga mengajar sebagai Visiting Professor Studi Lingkungan di Oberlin College pada ujung utara dari kereta bawah tanah di Ohio, Amerika Serikat. Lakshman Yapa berasal dari Sri Lanka, di mana dia mengambil gelar pertamanya di Peradeniya University (kemudian University of Ceylon di Peradeniya). Dia mempunyai gelar PhD di bidang Geografi dari Syracuse University di New York. Dia saat ini merupakan Profesor Geografi di Pennsylvania State University sekaligus Direktur proyek layanan pembelajaran bertitel, Memikirkan Kembali Kemiskinan Perkotaan: Proyek Lapangan Philadelphia. Publikasi-publikasi dia yang belakangan membahas perspektif kritis mengenai kelangkaan, kemiskinan dan diskursus kemiskinan di Sri Lanka dan Amerika Serikat. Brenda S.A. Yeoh adalah Associate Professor, Departemen Geografi, National University of Singapore (NUS) dan Penyelidik Utama Asian MetaCentre di Institut Riset Asia di NUS. Pusat penelitian dia mencakup politik ruang pada kota-kota kolonial dan

pasca-kolonial; serta gender, migrasi dan komunitas-komunitas trans-nasional. Bukubuku dia yang terbaru antara lain Toponymics: A Study of Singapore Street Names (2003, bersama dengan Victor R. Savage), Theorising the Southeast Asian City as Text (2003, bersama dengan Robbie Goh), The Politics of Landscape in Singapore: Construction of Nation (2003, bersama dengan Lily Kong), dan State/Nation/Transnation: Perspectives on Transnationalism in the Asia-Pacific (2004, bersama dengan Katie Willis). Alfred Babatunde Zack-Williams adalah Profesor Sosiologi di University of Central Lancashire, Preston, Inggris. Dia dulunya merupakan Dosen Senior di bidang Sosiologi di University of Jos, Nigeria. Di antara publikasi-publikasinya yang belakangan adalah: Africa in Crisis: Challenges and New Possibilities, (terbitan Pluto Press, 2002); Africa Beyond the Post-colonial (edisi bersama Ola Uduku, Ashgate, 2004); The Politics of Transition: State, Democracy & Economic Development in Africa (edisi bersama G. Mohan dan James Currey, 2004). Dia adalah penyunting Review of African Political Economy.

Anda mungkin juga menyukai