Anda di halaman 1dari 11

3 Kebiasaan

Kebiasaan alias habits adalah kebutuhan pertama dalam pembentukan karakter seseorang. Kebiasaan bisa dikatakan hanya satu level di bawah nature dalam urusan karakter. Lebih tepat lagi, bisa dikatakan kebiasaan bakal membentuk karakter utama dan aktual atau membentuk nature seseorang. Jika kita membedah nature atau kepribadian seseorang, apa yang kita dapatkan? Apakah kita tidak menemukan segmen atau motif berbeda bagi tindakan atau cara hidup seseorang? Jika memang begitu, sangat mendesak bagi kita untuk masuk lebih dalam ke karakter orang itu dan menemukan bagaimana metode-metode berlainan bagi cara hidup itu dibentuk. Jika seseorang punya temperamen kalem dan tidak suka menggunakan kata-kata kasar, itu berarti ia sudah terlaltih dalam hal cara hidup tenang dan ia punya latar belakang bagus sehingga kebiasannya pun bagus dan bersih. Ini membuatnya tidak gampang kehilangan kontrol diri. Kalau toh memang harus marah, ia akan bisa menahan dan mengendalikan amarah itu dalam batas-batas yang masuk akal. Di sisi lain, jika seseorang terbiasa atau terlalu sering melakukan kebiasan buruk, maka akan sulit bagi ia untuk mengubah cara hidupnya meski dengan ongkos harus kehilangan peluang terbesar yang mungkin datang di kehidupannya di masa depan.

1. Kebiasaan Baik
Kebiasaan baik atau bagus sebenarnya adalah esensi dari hidup ini. Kebiasaan baik akan menghasilkan jumlah tertinggi dari total buah kehidupan dan membantu manusia menuju eksistensi terbaik di dalam dunia. Yang dimaksud dengan kebiasaan atau habits adalah pada dasarnya sesuatu yang dilakukan dengan cara yang sama dan berulang-ulang dalam periode waktu lama sehingga akhirnya orang melakukan itu secara otomatis bahkan saat ia sebenarnya sedang tidak ingin melakukannya. Seorang veteran tentara bisa dengan mudah dideteksi di antara orang kebanyakan. Kebiasaan lama untuk berbaris membuat setiap langkah si veteran tentara itu bisa diukur tinggi dan panjangnya yang selalu sama. Orang yang punya kebiasaan bangun pagi akan terus begitu dalam segala kondisi bahkan saat tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan pagi-pagi. Kebiasaan bersih, yakni menjaga tubuh selalu bersih, bisa membentuk serangkaian kebiasaan baik lainnya dalam berbagai kesulitan dan hambatan dalam hidup. (a) Fisik; Ada kebiasaan yang menjadi syarat bagi sisi fisik dari kepribadian seseorang. Itu antara lain berolahraga rutin, jalan-jalan pagi, bagun pagi, menjaga semua bentuk kebersihan yang membuat tubuh selalu bersih dan sehat. Kebiasaan fisik yang baik, seperti selalu menggosok gigi, membasuh tangan pagi hari, mandi tiap hari, olahraga rutin, dan lain-lain harus dibentuk sejak masa anak-anak di bawah bimbingan dan pengawasan oang tua. Jadi, kebiasaan baik dalam hal fisik kurang lebih diturunkan dari ayah ke anak dan seterusnya. Seorang anak yang dibesarkan di dalam keluarga dengan kebiasaan baik

dan reguler bakal lebih bisa menyesuaikan diri dalam kebiasaan fisik baik saat menghadapi semua tugas dan tanggung jawab duniawi kala ia sudah besar. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak terlalu biasa dalam pembentukan reguler kebiasaan harian akan lebih gampang diombang-ambingkan oleh kesenangan sesaat. Ia juga akan menemui kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan ketat dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan aksi fisik. Latar belakang keluarga memberikan cakupan terbesar untuk mendapatkan kebiasaan baik. Bahkan jika seseorang sudah putus dari tradisi keluarga atau merasa menjadi kambing hitam keluarga, dalam waktu tertentu yang penuh pengertian dan pencerahan maka dia akan teringat kembali kebiasaan baik ayahnya atau ibunya dan mungkin bisa merasa menyesal karena memisahkan diri dari tradisi keluarga. Kebiasaankebiasaan baik yang ditanamkan pada seseorang akan tertanam selamanya. Bahkan jika sedang tidak melakukan kebiasaan itu secara rutin, setidaknya ia masih memiliknya secara mental dan di dalam otaknya. Meski tidak selalu menggunakan kebiasaan itu di dalam hidupnya, sangat mungkin ia menyampaikan kebiasaan baik itu pada anak-anaknya. Maka, akibat dari kebiasaan baik itu tidak hanya berkembang ke kehidupan satu orang tapi juga sampai ke kehidupan pendahulunya dan kehidupan anak-cucunya. Manfaat dari kebiasaan fisik yang bagus adalah tubuh dan aktivitas fisik seseorang akan lebih gampang masuk ke dalam kebiasaan itu sehingga di masa dewasa kebiasaan baik itu sudah begitu kuatnya tertanam. Lebih jauh, kebiasaan fisik yang bagus dan terbentuk setelah latihan lama akan bisa membuat seseorang begitu terbiasa sehingga selalu merasakan kepuasan jika menemukan situasi yang mengarah ke titik kulminasi kebiasaan itu. Sebaliknya, jika ia tidak menemukan kesempatan yang pas untuk memainkan kebiasannya, ia akan merasa kecewa dan tidak puas. Pendeknyua, kebiasaan baik yang sudah berlangsung lama tidak akan gampang mati. Selain memberi kesehatan dan spirit yang baik, kebiasaan ini juga memberi seseorang tipe hobi yang memberinya suasana rekreasi. Seseorang bisa jadi terbenam di dalam pekerjaanya, tapi saat menemukan waktu untuk melakukan kebiasaan itu di sore hari atau jika ia main tennis dan sejensinya selama satu jam atau sekadar mandi di Sungai Gangga setiap hari, dan sejenisnya, maka ia akan menemukan kedamaian mental karena fikirannya akan bekerja lebih baik dan lebih segar. Ia akan menemukan minat kerja lagi dan efisiensinya bakal meningkat. (b) Temporal; Kebiasaan temporal adalah bagian dari kebiasaan fisik pada umumnya. Kata temporal sendiri bermakna duniawi. Semua kebiasaan duniawi adalah kebiasaan fisik dalam pengembangan tertentu. Tentu, kita harus bisa membedakan antara kebiasaan fisik kasar yang menentukan misalnya pergerakan anggota badan dengan kebiasaan fisik yang merujuk pada kontak sosial, perilaku, dan terikat dengan sikap luar seseorang dalam hubungannya dengan orang lain. Jadi, seseorang harus belajar mematuhi orang tua, menunjukkan rasa hormat pada yang lebih tua, harus sopan, harus baik dalam bersikap pada orang lain. Ia juga harus berfikiran baik. Ia harus mempraktikkan hidup dengan jujur dan memberikan nasihat baik pada rekan dan mitranya. Ia harus menjaga aturan-aturan yang berlaku tentang persahabatan, dan terbiasa dalam semua bentuk hubungan sosial yang tidak boleh dilanggar. Bersama teman, ia harus bisa membangun kepercayaan bersama. Jika salah satu teman memutuskan rasa saling percaya itu, atau tidak

bersikap menghargai teman lainnya, atau melakukan sesuatu yang membuatnya disebut sebagai pengkhianat, maka ia akan memutus etika moral dan sosial dari pertemanan. Kebiasaan temporal yang baik merujuk pada semua tipe perilaku sosial, dan semua orang harus mempelajari garis baik itu untuk bisa mendapatkan perilaku baik. Kebiasaan temporal meliputi semua bentuk tindakan yang bisa dilakukan seseorang di rumah, di antara teman, dengan kolega di kantor, serta kontak bisnis lain di dunia ini. Masing-masing hubungan didefinisikan dan dibatasi oleh serangkaian latar belakang berbeda terhadap hubungan yang akan dibentuk. Kebiasaan temporal juga merujuk pada kebiasaan yang bisa dikontrak seseorang di dunia ini untuk membantunya menjalani kehidupan serta memberi prestasi pada karir dan karakternya. Kebiasaan baik ini, atau sisi baik dari kebiasaan ini, menjadi sesuatu yang haus dimiliki seseorang untuk menjalanklan bisnisnya. Jika pengusaha atau pedagang punya kebiasaan berperilaku terbaik dan dengan cara yang sangat dihargai para mitra bisnis dan konsumennya maka ia bisa menciptakan nama baik untuk dirinya sendiri dan untuk perusahaannya. Jika demikian, akan sangat mungkin ia bakal sukses dalam bisnis dan dalam dunia material. Dengan cara serupa, orang harus mendapatkan kebiasaan bercampur dengan teman-teman. Ia tidak bisa mendapatkan persahabatan yang abadi dan berkelanjutan jika tidak punya kebiasaan rela memberi dan menerima, serta rela membantu dan memahami. Ada berbagai hubungan; misalnya antara ayah dan anak, kakak-adik dan kerabat lain, kontak dengan para kolega di tempat kerja, dan tentu saja pertemanan. Tipetipe aneka perilaku akan bermakna tipe-tipe aneka kesukesan. Jika kebiasaan duniawi seseorang baik, ia akan bisa menjalani hidup tanpa banyak guncangan naik-turun dan eksistensinya relatif sangat damai. (c) Agama: Tidak ada eksistensi sosial yang menyeluruh dan lengkap bagi seseorang jika tanpa agama. Agama adalah cara hidup. Tatanan dalam agama adalah cara hidup yang baik dan suci yang sejalan dan bahkan menjadi dasar dari nilai-nilai duniawi lainnya. Apa pun agama yang dipeluk seseorang, ia harus menghargai sepenuhnya atas agamanya dan memelihara keterkaitan mendasar dengan tata cara keagamaannya itu. ada pandangan ultramodernisme yang menyarankan putus total dengan agama dan segala ritualnya. Tapi, itu pandangan yang kekanak-kanakan. Memang, fanatisme berlebihan tidak terlalu diinginkan. Namun, kebiasaan-kebiasaan agamawi selalu mendapat apresiasi tinggi. Di dunia ini, ada sejumlah agama dan berbagai keyakinan. Orang tinggal pilih mana yang dia suka. Namun, ia harus memeluk salah satu yang benar-benar memberinya dorongan untuk berbuat baik dan menjalani hidup lebih baik. Apa yang harus ia patuh lakukan adalah membentuk kebiasaan-kebiasaan agamawi. Kebiasaan ini antara lain doa reguler pada Yang Mahakuasa dengan bahasa dan tatacara yang ditentukan atau yang ia bisa dan mampu. Ia juga harus mengakui tunduk sepenuhnya pada Yang Mahakuasa karena sifat tunduk ini akan meruntuhkan semua kesombongan dan keangkuhan dalam dirinya. Ini adalah kebiasaan-kebiasaan baik yang harus didapatkan seeorang terkait dengan sisi agamawi dari kehidupan. Karena itu, seseorang harus diajari keistimewaan moral jika mau berdoa secara reguler. Tidak hanya memberikan keyakinan dan kepercayaan diri pada seseorang, itu juga bisa membantu ia menuju kehidupan moral dan baik. Selain itu, kepercayaan diri yang ia

dapatkan melalui doa reguler dan kebiasan agamawi bisa membuatnya tidak perlu lagi nasihat orang lain jika ingin melakukan sesuatu. Dengan kata lain, ia bisa bergantung sepenuhnya pada akal sehatnya sendiri dan pada kuasa Tuhan. Keyakinan dan kecerdasannya akan membawa ke tindakan yang hampir selalu tidak keliru. Faktanya, mungkin saja terjadi sedikit kekeliruan yang menjurus ke kegagalan dalam batas-batas normal. Manusia yang normal tentu memiliki keraguan normal pula. Nah, jumlah keraguan yang tertanam di antara keyakinan seseorang akan berarti kegagalan yang proporsional. Maka, jika seseorang bisa mendapatkan keimanan total dan komplit terhadap Tuhan, tidak akan ada masalah kegagalan karena keyakinan total itu bakal membimbingnya ke kesuksean total. Jadi, derajad kesuksesannya akan bergantung pada perkembangan keimanannya. Keyakinan ini bisa ia panen dan akan terus meningkat menuju ke tujuan akhir. Doa atau meditasi perlu dilakukan untuk meningkatkan power otak dan moralitas serta membuang semua pemikiran jahat yang diasosiasikan dengan dunia material. Ini cara terbaik untuk disiplin mental. Tanpa ini, orang akan tidak bisa tenang. Meski penampilan luarnya hebat, ia menderita kekurangan kekuatan moral serta lemah di hati. Jadi, bagi orang yang ingin berkepribadian kuat, dukungan keagamaan adalah suatu yang harus ada. Dia juga harus mengembangkan karakter dengan cara menjalankan ritual mendalam dari ajaran agama. Itu agar kepribadiannya menyerap cahaya surgawi dan menciptakan kesan mendalam bagi orang lain. (d) Sosial; Beberapa aspek kebiasaan baik yang masuk ke dalam katagori ini sudah dibahas dalam tema kebiasaan temporal. Dalam bagian ini, tekanan diberikan pada fakta bahwa seseorang sebagai bagian dari mahluk sosial harus mempelajari seni hidup dalam masyarakat dengan cara hidup berdampingan dan saling menguntungkan. Ada garis-garis perilaku sosial di semua bidang. Seseorang harus membina dan menjaga hubungan baik dengan tetangga. Jika harus hidup di dalam masyarakat, seseorang harus mempelajari aturan-aturan hidup sosial; termasuk rela memberi dan menerima, hidup dalam keharmonisan bersama orang-orang lainnya. Jika punya desain egois dan membiarkan pemikiran bermotif egois, lebih baik ia tidak usah hidup di masyarakat manusia atau tidak perlu lagi mencoba menjadi mahluk sosial. Tak seorang pun akan menyukai desain hidup egois. Kalau sikap egois itu dibiarkan, orang itu akan dikucilkan. Dengan kata lain, ia bisa kehilangan kontak sosial atau bahkan dikenai sanksi. Orang juga harus ingat, pemenuhan keinginan seseorang akan punya makna dan implikasi memadai jika keinginan itu diwujudkan dalam konteks kesejahteraan orang lain juga. Jangan sekadar demi enaknya diri sendiri. Jadi, seseorang harus berusaha meningkatkan posisinya tanpa harus mengorbankan orang lain. Ia harus melakukan itu tanpa menyakiti orang lain. Jika mungkin, ia harus bisa membagikan sebagian kekayaannya pada orang lain dengan cara-cara yang baik dan benar. Saat seseorang menggerakkan bisnis dan bisnisnya menghasilkan kekayaan tanpa melanggar tatanan sosial, ia tidak hanya sukses di dalam hidup tapi juga memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain serta memberikan kenyamanan dan kebahagiaan pada banyak orang lainnya. Untuk bisa mencapai ini, seseorang harus tahu bagaimana membimbing tindakannya ke

arah yang tepat sehingga tindakan-tindakannya tidak menyakitkan orang tapi justru bisa memberikan kesejahteraan sosial. Saat seseorang bisa bertindak tanpa menyakiti orang lain, ia sudah berjalan seiring aturan sosial sehingga bisa mendapatkan respek dan pujian dari orang lain. Tapi jika seseorang sukses dengan mengganggu kepentingan atau menyakiti orang lain, ia tidak menyumbang apa pun bagi kehidupan sosial. Ia mungkin bisa senang sesaat. Namun, karena selalu ada godaan bagi orang itu untuk bergerak turun, ia bakal segera meninggalkan seutuhnya kehidupan yang benar dan mengambil langkah-langkah kriminal yang pada akhirnya menjerumuskan dia ke jurang paling gelap. Cepat atau lambat, ia akan melakukan itu. Jika sudah melakukan itu, ia menjadi mahluk anti-sosial yang akhirnya bakal diburu dan dihukum orang lain. Ia harus menjalani kehidupan sebagai buronan setidaknya, dalam fikiran meski dalam suatu waktu ia pernah muncul dalam kehidupan yang dihormati.

2. Kebiasan Buruk
Kebiasaan adalah komponen utama bagi kemajuan. Tapi, kebiasaan buruk, jelek, jahat justru bisa menghancurkan karakter seseorang. Tidak ada pembentukan karakter sejati jika orang itu tumbuh dalam kebiasaan buruk yang ia tidak bisa enyahkan. Kebiasaan buruk bisa menggerogoti kapabilitas dan karir bagus orang itu sampai habis. Ada berbagai tipe kebiasaan buruk. Pada dasarnya, kebiasaan buruk adalah berlawanan dengan kebiasaan baik. Orang yang punya kebiasaan buruk bisa saja malas, bisa saja suka bangun kesiangan, tidak menjaga kebersihan diri dan lingkungan, tidak pernah tepat waktu, tidak produktif dan reguler dalam hasil kerja, terlalu menyukai kesenangan, kenyamanan dan kemewahan, sehingga mengabaikan pekerjaan-pekerjaan berat. Ia bisa saja orang yang angkuh dan tidak menghargai orang lain. Ia bisa jadi tidak jujur, tidak bermoral, dan bahkan culas. Ia bisa saja terbiasa liar dan dan memperoleh sesuatu dengan cara illegal dan tidak baik. Selain itu, bisa saja ia mengalami berbagai kecanduan misalnya minuman, berjudi, berzina, dan sejenisnya. Ia punya kekurangan lain misalnya mengabaikan keluarga, memburu kenikmatan fisik sesaat dengan melepas kemerdekaan hidupnya. Kebiasaan buruk adalah iblis nyata yang ada di dalam kehidupan seseorang. Hanya jika seseorang berusaha sekeras mungkin, ia bakal bisa menggoyahkan dan mengusir iblis buruk itu sehingga ia bisa menjadi manusia yang normal kembali. (a) Godaan hawa nafsu: Esensi dari kebiasaan buruk muncul dari kurangnya kontrol diri yang menjadi kekuatan pendorong perbuatan jahat. Godaan berupa hawa nafsu tumbuh di dalam diri manusia sebagai dampak sampingan dari buruknya kualitas pengendalian diri. Jika seseorang tidak pernah belajar bagaimana mengontrol diri, lalu berhadapan dengan sesuatu yang ia tidak bisa dapatkan dengan mudah, maka ia tidak segan-segan melakukan tindakan kriminal untuk mendapatkannya. Hal yang sama juga terjadi jika ia ingin mendapatkan sesuatu dengan cara mudah tapi illegal. Karena itu, sejak masa anak-anak, seseorang harus mempelajari metode-metode mendisiplinkan diri dan mengecek diri agar tidak merebut milik orang lain dengan cara keliru. Pencuri, perampok,

penipu, pembohong, pengkhianat, adalah produk dari mentalitas tidak mengontrol diri itu. Mentalitas ini memicu orang untuk mendapatkan sesuatu tanpa mau memberikan imbalan dalam jumlah yang setara dalam bentuk uang, kerja, kebaikan, atau yang sejenisnya. Jika seorang anak diajari untuk tidak mendambakan sesuatu yang bukan miliknya dan diajari puas dengan apa yang dimilikinya, maka keteguhan karakter akan terbentuk sejak tahuntahun awal. Karakte demikian bisa membantu dia di masa mendatang untuk mendapatkan apa-apa yang ia dambakan melalui cara-cara yang benar dan tidak mendapatkannya dengan cara kasar atau penuh tipuan. Setiap orang harus ingat, mendapatkan kehidupan dengan cara-cara jujur adalah manifestasi tertinggi dari keberadaannya. Tak peduli berapa banyak yang ia dapatkan, capai, atau miliki, tapi jika itu dilakukan dengan cara-cara yang melanggar hukum, maka ia akan dianggap sebagai manusia tak berguna. Latihan untuk menegakkan yang benar dari yang keliru dan membentuk penghargaan tertinggi bagi cara-cara hidup yang jujur haruslah ditumbuhkan pada diri anak sejak amat dini. Saat ide bahwa segala yang diperoleh secara illegal berarti bukan perolehan sejati sudah tertanam sepenuhnya di dalam benak si anak, maka ia tidak akan pernah mengabaikan tugas-tugasnya dan selalu memburu kehidupan yang benar. Namun, jika anak tidak diajari ide ini sehingga di dalam benaknya tidak tumbuh peasaan pembeda antara yang baik dan benar, maka tindakan dan motifnya jelas akan susah untuk mengarah ke jalur yang benar. Ia bakal cenderung menjadi jahat karena hanya tertarik pada hasilnya dan tidak mempedulikan apakah hasil itu diperoleh dengan cara yang benar atau keliru. Orang semacam ini tidak akan bisa menjadi mahluk sosial dan akan tetap tidak matang dalam kehidupan karena selalu dihadapkan dengan paksaan hukum di setiap langkah. Orang-orang semacam ini tidak punya pertimbangan tentang kepentingan orang lain selain hanya mementingkan diri sendiri. Meski mereka bisa memaksa orang menghargai karena kekuasaan dan kekayaan mereka, namun mereka tidak pernah benarbenar diperhitungkan sebagai manusia sejati oleh siapa saja. Jika suatu ketika kekayaan atau kekuasaan itu lenyap, mereka akan jadi objek cemoohan dan kecaman dari orang lain. Karea itu, jika seseorang berharap memiliki kepribadian yang baik dan masuk akal, ia harus dengan segala cara menghindarkan tindakan-tindakan yang berlawanan dengan hukum, aturan, norma, tata krama, dan sejenisnya. Ia harus ingat, jika ia mencoba menjadi kaya raya dalam tempo tersingkat dan cara tergampang berarti ia tidak hanya membahayakan kehidupannya tapi juga menghadapi pukulan paling telak di setiap kesempatan saat yang seharusnya ia bisa mengembangkan kepribadian. Jika seseorang bisa tergoda hawa nafsu, berarti ia bisa dibujuk melakukan apa saja yang tidak halal. Tidak ada batasan yang menghalanginya lagi. Misalnya, jika ia berani menerima suap sekali saja, maka berikutnya ia akan menerima suap berkali-kali lagi. Jika ia bersedia membocorkan sesuatu yang kecil sebagai imbalan suap pertama itu, maka ia akan rela membocorkan apa saja sebagai imbalan suap-suap yang ia terima. Ia mau melakukan apa saja demi suapan uang. Akibatnya, ia bakal kehilangan apa saja yang signifikan; kehilangan pekerjaan, kehilangan jaminan keamaan, kehilangan kesucian yang ia hargai, dan kehilangan apa saja karena ia telah menjadi seperti binatang. Karena itu, dibutuhkan semua upaya agar seseorang bisa membentuk kebiasaan menjaga diri dari godaan hawa nafsu. Jika ia menyerah pada satu tipe godaan, maka cepat atau lambat ia

akan menyerah pada tipe-tipe godaan lainnya. Pada akhirnya, kepribadiannya akan hancur berkeping-keping sehingga tidak bisa lagi direparasi. (b) Sifat buruk: Sifat-sifat buruk alias vices adalah kebiasaan buruk yang didapatkan atau diambil seseorang dalam perjalanan hidupnya terutama saat dalam proses tumbuh menjadi dewasa. Masa pertumbuhan ini adalah masa yang paling rentan. Dalam masa ini, seseorang menghadapi semua pengalaman dan bisa dengan mudah menjadi korban semua jenis godaan dari teman atau orang-orang dekatnya. Selain itu, masa muda adalah masa saat persahabatan, kerjasama, dan kepemimpinan, sedang kuat-kuatnya sehingga si pemuda agar bisa terlihat mengkilap di antara teman-temannya bakal rela melakukan hal-hal di luar kelaziman tanpa mempertimbangkan dampak seriusnya. Orang muda bisa kecanduan minuman keras akibat cara keliru menunjukkan kejantanan di hadapan teman-teman. Si pemuda tidak sadar bahwa hampir tidak ada unsur kegagahan atau kehebatan dalam minum minuman keras. Yang jelas, dampak dari minuman itu sangat lah buruk. Minuman keras tidak hanya membawa manusia menjadi budak sifat-sifat buruk, tapi juga bisa merusak tubuh dan vitalitas. Seorang pemabok berat hanya punya sedikit harapan untuk pulih dari kungkungan sifat-sifat jahat. Lebih jauh, ia juga mengurangi peluang hidup panjang umur karena organ tubuhnya rusak atau sakit sebagai akibat kebiasaan minum minuman keras. Seperti minum minuman keras, berjudi juga sifat buruk yang sangat menghancurkan manusia. Ada beberapa perkecualian di mana seseorang bisa mendapatkan kekayaan lewat berjudi. Tapi ingat, ini perkecualian yang sangat kecil. Uang hasil judi adalah tidak halal. Kisah-kisah yang lebih umum tentang perjudian adalah kesedihan. Kita lebih banyak mendengar orang yang sengsara karena berjudi daripada orang yang jadi baik karena judi. Banyak sekali kasus orang yang pada akhirnya menyesal karena mempertaruhkan seluruh kekayaan demi kecanduannya pada judi. Judi juga jenis kecanduan yang menyerang kaum muda dan anak-anak. Atas dasar sekadar mencari pengalaman baru, sejumlah orang muda iseng-iseng berjudi. Lalu, diam-diam benih candu judi ini tertanam di dalam benak mereka. Lambat laun, benih ini membesar dan secara permanen menguasai otak mereka. Ketika sudah dewasa, mereka sudah diperbudak oleh judi. Mereka membenci semua jenis kerja, dan hanya ingin mencari peruntungan lewat berjudi. Yang dipatkan belum pasti keuntungan, tapi umumnya mendapatkan kerugian. Ada juga sifat-sifat buruk yang terkait seksual serta yang menjurus pada kejahatan kecil maupun kejahatan besar. Harus diakui, segala bentuk tindakan jahat adalah saling terkait. Jika seseorang terlalu ambisius, ia bisa saja bertindak melebihi batas untuk memenuhi keinginan kenikmatan sesaat tanpa mempedulikan masa depannya dan orang lain. Umum dikatakan, kebanyakan atau bahkan semua bentuk sifat buruk bersumber pada hasrat besar seseorang terhadap harta dan wanita. Pikatan uang tampak begitu dahsyatnya sehingga seseorang mau menurunkan derajadnya hingga ke level paling rendah. Penurunan derajad ini berlangsung sedemikian lembutnya sehingga orang itu semula tidak menyadari. Namun, begitu itu terjadi, cepat atau lambat ia sudah menurunkan derjadnya sehingga tidak ada lagi kesempatan untuk berbalik. Begitu seseorang lepas dari jalur benar yakni mendapatkan uang dengan cara tidak sah, ia menjadi terbuka bagi semua bentuk illegal dan kepribadian illegal. Akibatnya, ia bisa dipaksa mengambil cara hidup illegal selamanya sebagai akibat dari adanya pemerasan atau implikasi lainnya. Satu selip mengarah pada

selip-selip lainnya. Lambat laun, orang itu terpaksa untuk menjalani hidup yang sebenanya tidak diinginkan. Seperti kelemahan jiwa akibat memburu uang, kelemahan jiwa akibat memburu wanita atau memburu kenikmatan seksual adalah kelemahan yang sangat dikutuk. Banyak orang dari status dan posisi tinggi telah hancur lebur atau dipermalu akibat kelemahan jenis ini. Jadi, bisa disimpulkan, salah satu bentuk sifat jelek adalah sama jeleknya dengan sifat jelek lainnya. Tidak ada yang disebut sifat jelek sekaligus sifat baik, karena semua sifat jelek adalah jelek. Siapa saja yang ingin membangun kepribadian kuat harus dengan segala cara menjaga diri dari segala kecanduan yang terkait sifat jelek itu. (c) Ennui: Ini merujuk pada keengganan atau kemalasan atau ketidak-aktifan yang melanda seseorang jika ia tidak punya objek atau tujuan pasti di dalam hidup. Industri alias produktifitas seseorang kadang banyak bergantung pada apakah ia punya tujuan bagus untuk diikuti, sasaran yang harus ia capai, dan tujuan akhir yang harus ia tuntaskan. Meski demikian, harus ditekankan bahwa kata ennui sendiri agak beda jika dibandingkan dengan kemalasan. Kemalasan lebih merujuk pada tiadanya kehendak untuk bertindak atau bekerja. Ennui lebih merujuk pada ketidak-bersediaan untuk bekerja karena tidak ada tujuan yang cocok. Orang macam itu siap bekerja jika diberi pekerjaan yang cocok baginya. Namun, jika pekerjaan semacam itu tidak ada, maka ia siap untuk tidak melakukan apa-apa alias diam saja. Pada kenyataannya, tipe ketidak-aktifan atau ketidak-bersediaan bekerja ini tidak terlalu beda dengan kemalasan nyata pada umumnya. Inti dari kedua situasi ini sama. Dalam kasus pertama, orang masih mencari kecocokan. Dalam kasus kedua, orang hanya mencari kenyamanan. Namun, hasilnya, sama-sama tidak bekerja. Padahal, kerja adalah kulminasi terbaik dari manusia hidup. Orang boleh saja kaya dan punya apa saja. Namun, kalau ia tidak bisa bekerja, ia tidak punya banyak nilai praktis. Bukan hanya ia menjadi beban orang lain, orang lain pun jadi tidak punya nilai bagi ia. Tentu, kerja dalam hal ini berarti berbagai tipe. Bukan hanya kerja fisik, tapi juga kerja mental; menggunakan kecerdasan atau memberikan advis pada mereka yang membutuhkan. Jadi, orang bisa tidak aktif secara fisik karena badannya cacat tapi jika ia bisa memberikan nasihat bagus dan jika bisa mengungkapkan pemikirannya untuk membimbing orang lain, atau merencanakan sesauatu, maka ia bisa dipandang aktif juga. Hal pertama yang harus dipelajri seseorang adalah memberikan nilai penting memadai atau bahkan tertinggi pada kerja. Tanpa kerja, tidak ada kesuksesan yang bisa bertahan lebih lama. Karena itu, semakin dini orang mempelajari nilai-nilai kerja, semakin baik lah dirinya. Seseorang yang tidak canggih dalam seni industri atau kerja efektif akan selalu seperti bekerja memindahkan sesuatu tanpa arah yang pasti. Adalah kerja yang bisa memberi arahan dan saran terbaik bagi seseorang. Adalah kerja juga yang membebaskan manusia dari kondisi sakit berupa ketidak-atifan. Tak peduli apa pun yang dikerjakan, asal dia melakukannya dengan baik dan sungguh-sungguh, pasti ia akan mencapai tujuannya di

suatu tempat nanti. Setidaknya, ia tidak akan tinggal terdiam tapi akan terus maju hingga akhirnya memberikan perkembangan di dalam kehidupannya. Berlawanan dengan di atas, hal yang paling dibenci adalah eksistensi tak menentu dan tanpa tujuan pasti di dalam otak. Ennui. Orang yang memiliki kebiasaan semacam itu akan mengkambing-hitamkan semua keadaan pada nasib atau beberapa faktor sejenis yang tidak punya keterkaitan dengan dunia praktis. Ia akan menjadi tidak aktif. Ia malah melempar kesalahan pada ini atau itu atas perkembangan negatifnya sendiri. Ia tidak mempertimbangkan fakta bahwa semua itu adalah akibat perbuatannya sendiri dan yang harus dipersalahkan adalah dirinya sendiri. Ennui adalah salah satu bentuk terburuk dari kebiasaan buruk. Para orang tua dan guru harus memberi perhatian jika melihat gejala-gejala ennui pada anak atau muridnya. Mereka harus segera mendepak jauh-jauh gejala ini sejak si anak berusia sedini mungkin. Bentuk ketidak-atifan atau tidak mau kerja ini bisa dianggap sebagai penyakit yang harus dienyahkan sesegera mungkin. Jika bentuk ketidak-aktifan ini dibiarkan berkembang dalam periode tertentu, ia akan menghancurkan semua bentuk inisiatif dan spirit dalam diri manusia. Bukannya mengerahkan kemampuannya, orang semacam ini akan menjadi fatalistis. Artinya, ia akan menyerahkan semua pada nasib sebagai alasan akan kemalasannya sendiri. Jadi, tak diragukan lagi, semua bentuk kemajuan akan terhambat bagi orang seperti itu. Jika ia tidak berniat dan berusaha keras melepaskan diri dari belenggu kemalasan, ia tidak akan punya kesempatan untuk berkembang dari posisinya saat ini. Kebiasaan ennui atau malas ini ternyata lebih berurat-berakar daripada yang pada umumnya kita sadari. Si pemalas punya begitu banyak alasan untuk membuat matanya tetap tertutup bagi sisi praktis dari kehidupan. Andai ini diangkat ke titik ekstrim, orang seperti itu akan mencapai posisi di mana ibaratnya ia tidak mau mengubah posisi duduk di kursi reclyning di mana ia duduk. Kerja, apa pun bentuknya, sudah tidak masuk di dalam kamus otaknya. Pertimangan utama yang ada di dalam otaknya hanya kenyamanan fisiknya sendiri tanpa mau capek bekerja. Selain itu, semua bentuk kerja berat fisik dan ketidaknyamanan fisik sama sekali tidak ia sentuh. Untuk bisa keluar dari kebiasaan buruk itu, orang harus memulai bertindak dari halhal yang kecil, mengerjakan sesegera mungkin, kerjakan yang ringan-ringan dulu, dan kerjakan sekarang juga. Jika ia tidak suka bangun pagi, hal pertama yang bisa ia lakukan adalah bangun sesegera mungkin ketika tubuh mulai merasakan keinginan bangun tidur. Setelah itu, segera lakukan hal-hal ringan seperti menata kamar, atau meja, atau membersihkan diri. Kalau sudah mau mengerjakan hal-hal yang kecil dan ringan itu, ia tentu mulai memikirkan hal yang lebih besar misalnya segera pergi untuk menemui seseorang. Saat melakukan aktivitas kecil, ia mungkin menata penampilan pakaianya lalu keluar rumah untuk memenuhi beberapa tujuannya. Jadi, untuk mengikis rasa malas, jangan mencoba melakukan hal yang besar dan berat lebih dulu. Mulailah dari yang kecil dan ringan yang kemudian akan mengarah ke yang besar dan berat. Karena ide utamanya adalah membuat tubuh selalu aktif atau berenergi, tubuh akan bersiap untuk melakukan

tugas-tugas lebih besar atas perintah otomatis dari otak seperti halnya saat melakukan halhal kecil seperti menata kamar. (d) Mementingkan diri sendiri; Ini sebenarya bukan kebiasaan buruk, tapi dampak dari satu atau semua kebiasaan buruk. Jika kita melihat kasus seseorang yang kecanduan judi, kita akan lihat bahwa orang itu akan melakukan apa saja untuk bisa memenuhi hasratnya berjudi tanpa mempertimbangan urusan orang lain. Orang semacam itu tidak akan mempertimbangkan kepentingan orang lain termasuk orang-orang terdekat dan tersayangnya. Orang ini mungkin bisa menyebarkan beberapa hal baik dan cukup punya akal sehat untuk bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk. Namun, karena ia sudah sangat ingin berjudi, ia akan merasa sulit mengendalikan rangsangan itu. Kecanduan ini akan memperbudak ia. Saat keinginannya terhadap sesuatu itu sedang meningkat, ia akan melupakan segalanya demi mendapatkan apa yang ia butuhkan. Para pecandu judi akan berusaha keras memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara, termasuk menjual rumah yang ditinggali keluarganya. Jadi, keegoisan atau sifat yang telalu mementingkan diri sendiri adalah sinaran dari kebiasaan buruk yang didapatkan seseorang. Harus ditekankan bahwa akibat dari egoisme bagi kepibadian seseorang adalah sangat merusak. Kepribaian semacam itu tidak bisa mendapatkan sambutan gembira universal dan tidak dihargai sebagaimana layaknya manusia sosial. Di bawah racun egois, seseorang juga tidak bisa dijadikan pijakan karena susah sekali mengetahui apa yang ia inginkan dan yang tidak ia inginkan untuk memenuhi tujuan egoisnya. Semua aturan tentang perilaku baik serta tanggung jawab personal dan sosial tidak akan ada artinya ketika seseorang sudah bertindak atas motif egois. Karena semua kebiasaan buruk memberi seeorang suatu bentuk keegoisan atau lainnya, cara tebaik bagi kita adalah harus pertama-tama menghindari kebiasaan buruk itu sebelum kita bisa menghapuskan keegoisan dari dalam otak. Penyebabnya harus dibereskan lebih dulu sebelum akibatnya digasak. Jika si akibat dicoba dihilangkan, si penyebab mungkin masih tersisa dan bisa menimbulkan masalah lagi dan lagi di masa datang. Keegoisan bisa tumbuh pada seseorang sebagai sifat jahat independen. Dalam kasus seperti ini, kita harus menemukan penyebabnya. Kita harus menemukan penyebabnya apa pun itu bentuknya. Bisa saja, penyebab itu ditemukan sebagai suatu ketamakan yang tumbuh dari ketidak-mampuan dan defisiensi seseorang saat berkompetisi di dunia bebas. Penyebab ini bisa lama tersembunyi di dalam fikiran orang egois itu sejak masa anak-anak. Sifat itu lolos dari perhatian orang tua dan guru sehingga si anak tumbuh dengan naluri balas dendam dan menghancurkan pesaing. Jika orang tua, guru, atau pengasuh si anak lebih waspada dan sudah bisa melihat perilaku aneh, tentu mereka lebih gampang menyembuhkan si anak lebih dini dari rasa egois. Namun, karena rasa egois ini tumbuh diam-diam dan mengakar dalam-dalam di dalam kepribadian seseorang, maka lebih susah memperbaiki kondisi orang seperti ini dibanding saat dia masih anak-anak. Kalau sudah begini, orang yang egois bisa selalu tidak menyukai hal-hal baik pada orang lain dan mencoba menghancurkan hal-hal yang baik itu sehingga mengkibatkan kesedihan pada orang lain demi memuaskan rasa superioritasnya sendiri. Kesimpulannya, harus ditekankan bahwa kebiasaan-kebiasaan buruk punya pertumbuhan mirip kanker dalam kepribadian seseorang. Jika ini tidak ditemukan dan

diperiksa sejak dini, akibatnya bisa sangat serius karena bisa menghancurkan kepibadian seseorang. Orang tua, pengasuh, atau guru bertanggung jawab untuk segera mengetahui sifat-sifat buruk itu saat seseorang masih menjadi anak-anak. Orang tua, guru, atau pengasuh harus bisa memastikan anak-anak tidak tumbuh di bawah kebiasaan-kebiasaan buruk. Jika dibiarkan, itu tidak hanya menganggu kehidupan si anak saat sudah besar dan dewasa tapi juga bisa membawa ketidak-bahagiaan pada orang-orang terdekat dan tersayang. Kontak dengan kebiasaan buruk adalah gampang. Tapi, saat sudah terlanjur kontak, kita bakal sangat susah untuk mengenyahkan kebiasaan buruk atau jelek. Ambil contoh, keiasaan merokok. Merokok tidak memberi keuntungan atau manfaat material bagi si perokok. Semua manfaat yang didapat dari merokok bagi si perokok hanyalah psikologis. Untuk kesehatan, rokok bahkan mengandung racun. Dan, racun itu tidak hanya meracuni si prokok tapi juga meracuni orang-orang lain yang turut mengisap asapnya. Jadi, si perokok mengandung sifat jahat antara lain egois. Ia tidak mementingkan kesehatan orang lain, sepanjang ia bisa memenuhi kecanduannya akan rokok. Tidak gampang membebaskan seseorang dari kebiasaan merokok. Tingkat kesulitannya hampir sama dengan membebaskan seseorang dari semua kebiasaan jelek lainnya. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah membimbing sikap mental yang kuat. Hanya sikap mental kuat lah yang bisa membantu seseorang mengenyahkan kebiasaan buruk. Begitu juga dengan kecanduan narkoba. Bukan cuma kalangan tertentu yang banyak uang dan berkehidupan level tinggi saja lah yang bisa menikmati narkoba. Sekarang, berbagai jenis narkoba bisa merambah ke masyarakat awam. Siapa saja bisa menjadi korbannya. Kalau sudah kecanduan, seseorang bisa melakukan apa saja untuk memenuhi keinginannya. Pecandu bisa sangat terbelanggu oleh hasrat mendapatkan narkoba. Jika hasratnya tidak terpenuhi, ia bisa mengalami kejang-kejang otot yang sangat sakit sehingga membuat gerak tubuhnya tidak terkontrol. Kita semua punya kebiasaan baik di satu sisi dan kebiasaan buruk di sisi lain. Kebiasaan baik membantu kita menuju kemajuan di dalam hidup, membantu kita ke kehidupan lebih sehat, dan membuat eksistensi kita lebih masuk akal sehat. Sementara, tidak ada batas di mana kebiasaan buruk bisa menarik kita ke dalam kemerosotan hidup menuju penistaan yang sangat mendalam. Kebiasaan mana yang lebih kuat dalam kepribadian kita?

Anda mungkin juga menyukai