Anda di halaman 1dari 16

Pengaruh Budaya Manusia Terhadap Agama dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Beragama Ditengah Masyarakat Pluralis

Fenomenologi Agama
Kelompok Johan :5 : (1123029)

Nama Kelompok

Vionita Andriani (1123032)

Pengaruh Budaya Manusia Terhadap Agama dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Beragama Ditengah Masyarakat Pluralis.

Bab I Pendahuluan

Bab 2 Pembahasan

Bab 3 Penutup

Selesai

Pendahuluan Latar Balakang


Tujuan seluruh umat manusia didunia adalah menjaga persatuan dan kesatuan untuk membangun kesejahteraan.
Terdapat persoalan yang menghambat tercapainya tujuan tersebut diantaranya adalah masalah kerukunan sosial. Persoalan yang kursial ini dapat menyuburkan konflik yang mengganggu kebersamaan dalam membangun keadaan yang lebih dinamis dan kondusif. Faktor munculnya Kecenderungan distengrasi adalah adanya sikap ekslusif terhadap pandangan ideologi dan keyakinan agama sehingga menimbulkan ketegangan. Sikap fanatisme kelompok (Suku, daerah, agama) menjadi salah satu penyebab terganggunya kerukunan berbangsa dan beragama.

Masyarakat

Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralistic society). Hal tersebut dapat dilihat pada semboyan dari Bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua).
Pluralisme bangsa

dapat menjadi sumber konflik dan perpecahan, sebenarnya juga berpotensi untuk mempecepat pencapaian kesejahteraan dan persatuan.

Pembahasan
Pengertian :
Berbicara tentang hubungan antara agama dan budaya tidak akan lepas dari kultur, pluralisme,dan pengertian dari agama.

Kultur/Kebudayaan

keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam kehidupan masyarakat sekitar.
Kebudayaan tidak diwariskan secara generatif, melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar. Manusia mengembangkan kebudayaan; kebudayaan berkembang karena manusia. Dalam interaksi terhadap komunitasnya, manusia mempunyai norma, nilaim serta kebiasaan turun-temurun yang disebut tradisi.
Pluralisme

Pluralisme Tradisional (Social Pluralism) Pluralisme Baru (ReligiousPluralism)

Pluralisme Tradisional (Social Pluralism) : Didefinisikan sebagai, Respecting others beliefs and practice without sharing them yang artinya yaitu menghormati keimanan dan praktik ibadah pihak lain tanpa ikut serta bersama mereka.

Pluralisme Baru (Religious Pluralism): Menyatakan bahwa, Every single individuals beliefs, values, lifestyle, and truth claims are equal yang artinya bahwa setiap keimanan, nilai, gaya hidup dan klaim kebenaran dari setiap individu adalah sama.

Agama Berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari kata A yang artinya Tidak dan Gama yang bearti Kacau, ini menunjukkan bahwa agama ada untuk membangun dan menjaga agar hubungan dengan Tuhan tidak kacau. Agama adalah hubungan dengan Tuhan dan masyarakat dimana terdapat peraturan-peraturan yang menjadi pedoman mengenai bagaimana seharusnya hubungan tersebut dilakukan.

Dalam masyarakat majemuk kita sering menggunakan berbagai istilah seperti pulralitas, keragaman, multikultural dan lainnya. Inti dari Multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain sebagai sebuah kesatuan yang sama tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun agama.

Pluralitas mempresentasikan adanya kemajemukan, sedangkan multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dgn segala perbedaannya manusia adalah sama didalam ruang publik.
Multikulturalisme menjadi semacam respon kebijakan baru terhadap keragaman. Muncul konfrontasi antara agama dan praktek budaya karena dianggap sarat dengan spiritualisme, dinamisme, anismisme, totemnisme, dan lainnya.

Terdapat beberapa sikap hubungan antara Agama dan Kebudayaan, yaitu:


1. Sikap Radikal Agama menentang kebudayaan. Merupakan sikap radikal dan ekslusif. Menurut pandangan ini, manusia harus memilih antara Agama atau Kebudayaan. Karena situasi dan kondisi pada masyarakat yang terkadang berlawanan dengan keinginan dan kehendak dari Agama, maka dengan demikian semua praktek dalam unsur-unsur kebudayaan harus ditolak ketika menjadi umat beragama. Sikap Akomodasi Agama milik kebudayaan. Menunjukkan keselarasan antara Agama dan Kebudayaan.

2.

3.

Sikap Perpaduan Agama berada diatas Kebudayaan. Menunjukkan adanya suatu keterikatan antara agama dan kebudayaan. Kehidupan manusia harus terarah pada tujuan agama. Manusia harus mempunyai 2 tujuan sekaligus (tujan dalam agama dan tujuan dalam kebudayaan). Sikap Pembaharuan Agama memperbaharui Kebudayaan. Menunjukkan bahwa agama harus memperbaharui masyarakat dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya. Dilakukan bukan untuk membuat pengertian kebudayaan yang baru, melainkan memperbaharui kebudayaan tersebut sehingga ketika umat beragama mau mempraktekkan unsur-unsur budaya yang terdapat dalam masyarakat maka perlu memperbaikinya agar tidak bertentangan dgn ajaran-ajaran agama.

4.

Pengaruh Agama pada Budaya masyarakat saat ini dapat dilihat melalui berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat seperti budaya dalam berpakaian, budaya dibidang politik, budaya dalam berbahasa, budaya dalam tradisi pernikahan,dll.
Budaya

Dalam Berpakaian. Dalam pandangan budaya timur yang mayoritas masyarakatnya adalah penganut agama Islam, mereka memiliki aturan yang mewajibkan umatnya untuk berpakaian yang dapat menutup aurat dari umatnya (berpakaian yang rapi,sopan, dan tertutup). Sedangkan dapat kita lihat pada mayoritas dari masyarakat Barat yang tidak menerapkan konsep budaya dalam berpakaian yang rapi menurut agamanya, pada bangsa Barat lebih meberapkan budaya bebas dimana tidak ada larangan dalam berpakaian.

Budaya Dalam Bidang Politik. Misalnya saja pada negara Indonesia yang kita ketahui memiliki berbagai macam ragam suku etnis. Pada dasarnya negara Indonesia tidak memiliki larangan dimana pemimpin masyarakat harus menganut agama yang sama dengan agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Indonesia, disini adalah agama Islam. Namun kita ketahui bahwa beberapa masyarakat kini menciptakan budaya dimana seorang pemimpin negara haruslah seorang muslim, mereka berpendapat bahwa seorang pemimpin negara yang menganut agama Islam dapat menjadi seorang Imam yang dapat mengayomi masyarakatnya. Contohnya pada kasus pemilihan Gubernur Jakarta beberapa waktu yang lalu, dimana terdapat konflik yang membawa masyarakat saling menjatuhkan Agama. Budaya Dalam Berbahasa. Misalnya pada umat Kristiani tertulis salah satu poin yang terdapat dalam 10 perintah Allah berisi,Jangan Menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat. Poin ini berisi tentang bagaimana Agama ingin mengajarkan pada umatnya untuk dapat bertutur kata dengan baik dan sopan.

Dari berbagai budaya yang ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan masyarakat dalam melestraikan budaya.Sebagai contoh budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi umat hindu Bali yang sampai sekarang masih terjaga kelestariannya.

Penutup

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Pluralisme adalah paham kemajemukan yang melihatnya sebagai suatu kenyataan yang bersifat positif dan sebagai keharusan bagi keselamatan umat manusia.
Multikulturalisme merupakan pengakuan bahwa beberapa kultur yang berbeda dapat eksis dalam lingkungan yang sama dan menguntungkan satu sama lain. Atau pengakuan dan promosi terhadap pluralisme cultural. Budaya baru yang masuk ke Indonesia itu harus disaring terlebih dahulu lalu disesuaikan dengan agama dan budaya-budaya asli Indonesia supaya tidak membuat kegaduhan atau konflik-konflik mengenai budaya dan agama.

Kesimpulan

Berbagai perbedaan tidak berarti menjadi jurang pemisah akan tetapi menjadi kesatuan yang utuh. Hal tersebut seharusnya lebih memperkuat rasa persatuan antara budaya-budaya yang telah tertanam dalam kehidupan masyarakat ada dengan ajaran-ajaran agama.

Anda mungkin juga menyukai