Anda di halaman 1dari 2

Teknik Investigasi

Rommy Fibri Apa yang menyebabkan seorang wartawan menjadi seorang investigator? Ini adalah pertanyaan mendasar yang harus diajukan jika seseorang berbicara ihwal teknik investigasi. Pasalnya, tidak semua wartawan otomatis akan menjadi wartawan investigasi. Dunia jurnalistik mengenal tiga tingkatan kerja reportase. Pada level pertama, para reporter melaporkan pelbagai kejadian masyarakat dan memaparkan apa yang terjadi. Leverl berikutnya, mereka mencoba menjelaskan atau menginterpretasikan apa yang harus dilaporkan. Pada level ketiga, mereka mencari pelbagai bukti yang ada di balik sebuah peristiwa. Secara keseluruhan, dunia kerja peliputan wartawan merujuk kepada tiga tipe yang disebut general reporters, specialist reporters dan reporters with an investigative turn of mind. Generalis ialah para wartawan yang mencari berita tanpa mengetahui lebih dahulu subyek yang hendak diliputnya. Ia bekerja di dalam ketergesaan dikejar waktu deadline. Berita diliput dari pilihan yang ditentukan oleh editor, yang telah menganggendakan pemberitaan yang harus dilaporkan, berdasarkan sumber-sumber utama pemberitaan dan media (lokal atau nasional). Mereka mencari kutipan dari para narasumber (spokesman): para manajer direktur, kepala polisi, petugas humas, sekretaris organisasi dan kelompok-kelompok oposan. Wartawan general bekerja menuruti permintaan masyarakat yang membutuhkan akurasi pendapat tokoh-tokoh publik yang mempunyai otoritas di masyarakat. Wartawan spesialis adalah wartawan yang memiliki rincian keterangan, mengenai subyek liputan mereka dan mencoba menjelaskannya. Seperti tugas reporter general, mereka sebenarnya hanya menjalankan tugas-tugas peliputan yang bersifat reguler. Perbedaannya reporter specialist memiliki jalinan kontak (hubungan) yang telah terbina untuk subyek-subyek liputannya. Mereka mengetahui orang-orang yang harus dihubungi untuk informasi yang dibutuhkannya. Pelbagai keterangan, yang sudah menjadi referensinya, akan menjadi perspektif dari peristiwa dan orang-orang yang akan diberitakannya. Mereka mempunyai informasi yang layak dilaporkannya karena mengetahui orang-orang yang mengusai permasalahan yang hendak diberitakannya. Para reporter yang bekerja dengan pikiran investigative adalah salah satu dari kedua tipe tersebut, generalis atau spesialis. Reporter tipe ini selalu menyiapkan diri untuk mendengarkan pelbagai hal yang dikatakan orang-orang kebanyakan atau orang-orang biasa saja, yang tidak pernah menjadi narasumber (non-spokesman). Mereka tidak terbujuk untuk menuruti pandangan ang dikemukakan tokoh-tokoh publik atau orang-orang terkemuka atau pun kata-kata dari narasumber yang biasa mereka hubungi. Reporter investigative mencari pemikiran yang berbeda, dari orang-orang yang berbeda, lain dari biasanya, untuk menyampaikan pendapatnya mengenai permasalahan yang digali. Mereka hendak mengungkap di balik permukaan yang tampak di masyarakat. Mereka menyiapkan waktu untuk mengumpulkan detil-detil keterangan dari subyek liputan yang tengah dipelajarinya. Dengan demikian, reporter investigasi mengerjakan peliputan yang kerap menghancurkan kemapanan otoritas dan organisasi-organisasi, termasuk kelompokkelompok sempalan. Ia juga kerap menjatuhkan reputasi pemikiran kepemimpinan tertentu dan menjadi sosok yang tidak selalu benar, memiliki aib kesalahan. Ia mengumpulkan fakta-fakta yang ditunggu-tunggu banyak orang sebagai sebuah

kejutan. Bukan sekedar pernyataan-pernyataan kontroversial, yang dikutipnya dari para narasumbernya, atau para pakar yang menyatakan sebuah kebenaran dan merasa marah atau merasa wajib untuk mengungkapkan apa-apa yang telah dirahasiakan selama ini. Pete S. Steffens, dari journalism departement, western washington university, memaparkan faktor-faktor yang mendukung bentukan good investigative reporter.

Anda mungkin juga menyukai