Anda di halaman 1dari 32

BAB II LANDASAN TEORETIS

2.1

Pengertian Analisis Analisis adalah proses pencarian jalan keluar (pemecahan masalah) yang

berangkat dari dengan akan kebenarannya, penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk menguraikan suatu pokok atas bagiannya dan pemecahan bagian itu sendiri serta berhubungan antara bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan (KBBI:S). Apabila batasan pengertian tersebut di atas dihasilkan, dengan judul penelitian ini, maka analisis kesalahan ejaan pada karangan siswa kelas V SD Negeri 56 Banda Aceh. Berdasarkan pengamatan penulis, permasalahan yang relevan dalam pembelajaran menulis khususnya menulis karangan bahasa Indonesia itu adalah siswa cenderung kurang menerapkan pemakaian Ejaan .

2.2

Pengertian Ejaan Menurut KBBI (1990:219) ejaan adalah kaidah-kaidah cara

menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat dsb.) dalam bentuk tulisan (hurufhuruf) serta penggunaan tanda-tanda baca. Pendapat lain mengatakan, ejaan adalah perlambangan fonem dengan huruf (Badudu, 1981:31). Sedangkan menurut Arifin (2002:170) ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu, pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa. Sementara itu menurut

Kusno (1986:61) ejaan adalah aliran menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang. Menurut Chaer (2006:36) ejaan adalah konvensi grafis, perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa pelambangan fonem dengan huruf, mengatur cara penulisan kata dan penulisan kalimat, berserta dengan tanda-tanda bacanya. Wirjosoerdarmo (1984:61) berpendapat bahwa ejaan adalah aturan menuliskan bunyi. Keraf ((1984:47) berpendapat bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya) dalam suatu bahasa. Selanjutnya secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, penulisan tanda baca. Kridalaksana (2008:54) mengemukakan bahwa ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan, yang lahir mempunyai 3 aspek, yaitu aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan menyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuansatuan morfemis, dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca. Menurut KBBI (2005:285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara

menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (hurufhuruf) serta penggunaan tanda baca. Menurut Suryaman (1987:7) ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata dan bagaimana menggabungkan kata-kata. Senada dengan uraian di atas, Gani

(1992:2)

menyatakan

bahwa

ejaan

adalah

seperangkat

aturan

dalam

melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan hubungan antarlambang tersebut, baik dalam bentuk pemisahannya maupun dalam bentuk penggabungannya. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi bahasa dengan kaidah dalam bentuk tulisan yang mempunyai 3 aspek, yaitu aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dengan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca. Seperangkat aturan normatif, yang mengatur tentang pemindahan bahasa lisan ke dalam bahasa tulis sering dikenal dengan istilah ejaan.

2.3

Kesalahan Berbahasa dalam Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Berikut ini akan diuraikan beberapa kesalahan-kesalahan penggunaan

ejaan dalam bahasa Indonesia.

2.3.1

Kesalahan Penulisan Huruf Besar atau Kapital Penulisan huruf kapital yang kita temui dalam tulisan-tulisan resmi

kadang-kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Perhatikan contoh berikut. 1. Kesalahan penulisan huruf pertama petikan langsung.

Contoh: Bentuk Tidak Baku a. Ibu mengingatkan, jangan lupa dompetmu, Tik! b. Karolina menjawab bukan aku yang mengambil buku itu, Bu. Sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar adalah bahwa huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Jadi, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat-kalimat berikut ini. Bentuk Baku a. Ibu mengingatkan, Jangan lupa dompetmu, Tik! b. Karolina menjawab, Bukan aku yang mengambil baju itu, Bu.

2. Kesalahan penulisan huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan (termasuk kata ganti untuk Tuhan). Contoh: Bentuk Tidak Baku a. Ya allah, semoga engkau menerima arwah ayah saya. b. Limpahkan rahmatmu kepada kami ya Allah c. Dalam Al-Quran terdapat ayat yang menganjurkan manusia yang berakhlak terpuji. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan (terbatas pada nama diri), kitab suci, dan nama Tuhan (termasuk kata ganti Tuhan). Huruf pertama pada kata

ku, -mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan harus dituliskan dengan huruf kapital yang dirangkaikan oleh tanda hubung (-) dengan kata sebelumnya. Dengan berpedoman pada kaidah tersebut, kita dapat memperbaiki kalimat di atas menjadi: Bentuk Baku a. Ya Allah, semoga Engkau menerima arwah ayah saya. b. Limpahkanlah rahmat-Mu kepada kami ya Allah. c. Dalam Alquran terdapat ayat yang menganjurkan manusia berakhlak terpuji.

3. Kesalahan penulisan huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, keagamaan), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang. Contoh: Bentuk Tidak Baku a. Pemerintah baru saja memberikan anugerah kepada mahaputra Yamin. b. Nabi Ismail adalah anak nabi Ibrahim alaihisalam.

c. Pergerakan itu dipimpin oleh haji Agus Salim. Kalimat di atas jika tidak diikuti nama diri ditulis huruf kecil. Kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi bentuk baku berikut ini: Bentuk Baku a. Pemerintah baru saja memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin. b. Nabi Ismail adalah anak Nabi Ibrahim alaihisalam. c. Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

4. Kesalahan penulisan kata-kata van, den, der, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang ditulis huruf besar, padahal kata-kata itu tidak terletak pada awal kalimat. Contoh: Bentuk Baku Van den Bosch Musrid bin Hasan Rahma ibnu Khaldum Bentuk Tidak Baku Van Den Bosch Mursid Bin Hasan Rahman Ibnu Khaldum

Seharusnya kata-kata van, den, der, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali kata-kata itu terletak pada awal kalimat.

5. Kesalahan penulisan huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa yang tidak terletak pada awal kalimat. Contoh : BentukTidak Baku a. Di Indonesia terdapat suku jawa, suku bali, suku batak, dan sebagainya. b. Kita, Bangsa Indonesia harus bertekad untuk menyukseskan

pembangunan. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan sekalligus

akhiran, nama-nama itu harus ditulis dengan huruf kecil. Jadi, perbaikan kedua kalimat di atas sebagai berikut. Bentuk Baku a. Di Indonesia terdapat suku Jawa, suku Bali, suku Batak, dan sebagainya. b. Kita, bangsa Indonesia harus bertekad untuk menyukseskan

pembangunan.

6. Kesalahan huruf pertama huruf pertama nama tahun, ,bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah. Contoh: Bentuk Tidak Baku a. Pada bulan agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. b. Setiap Hari Jumat semua instansi di Indonesia menyelenggarakan senam kesegaran jasmani. Bentuk Baku a. Pada bulan Agustus terdapat hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia. b. Setiap hari Jumat semua instansi di Indonesia menyelenggarakan senam kesegaran jasmani.

7. Kesalahan penulisan huruf pertama nama khas geografi. Contoh:

Bentuk Tidak Baku. a. Salah satu daerah pariwisata di Sumatra adalah danau Toba. b. Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan oleh selat Sunda. Sesuai dengan kaidah yang berlaku seharusnya penulisan penulisan huruf pertama nama khas geografi dengan huruf kapital. Jadi, kalimat-kalimat di atas seharusnya dituliskan sebagai berikut. Bentuk Baku. a. Salah satu daerah pariwisata di Sumatra adalah Danau Toba. b. Pulau Jawa dan Pulau Sumatra dihubungkan oleh Selat Sunda.

8. Kesalahan penulisan huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Contoh. Bentuk Tidak Baku. a. Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. b. Semua anggota PBB harus mematuhi piagam Persyerikatan BangsaBangsa. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen remi. Contoh di atas dapat diperbaiki menjadi berikut ini. Bentuk Baku.

a. Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. b. Semua anggota PBB harus mematuhi Piagam Perserikatan BangsaBangsa.

9. Kesalahan penulisan huruf pertama pada kata tugas seperti: di, ke, dari, untuk, yang, dan, atau, dan dalam pada judul buku, majalah, surat kabar, dan karangan yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Bentuk Tidak Baku. a. Buku Pelajaran Sosiologi Untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan lagi. b. Idrus mengarang buku Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma. Kaidah tata bahasa Indonesia yang benar adalah huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan; kecuali kata tugas seperti: di, ke, dari, untuk, yang, dan, atau dan dalam yang tidak terletak pada posisi awal. Perbaikan contoh di atas sebagai berikut. Bentuk Baku a. Buku Pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Lanjutan Atas akan diterbitkan lagi. b. Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

10

10. Kesalahan penulisan singkatan nama gelar dan sapaan. Contoh: Bentuk Tidak Baku a. Kami berharap hal tersebut dilaporkan kepada tn. Samuel. b. Proyek itu dipimpin oleh drs. Tony Hartanto. Huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter. Berpedoman pada kaidah tersebut, maka contoh di atas dapat diperbaiki menjadi: Bentuk Baku a. Kami berharap hal itu dilaporkan kepada Tn. Samuel. b. Proyek itu dipimpin oleh Drs. Tony Hartanto.

11. Kesalahan penulisan huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, anda, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan. Bentuk Tidak Baku a. Kapan adik akan datang lagi kesini? b. Surat saudara sudah saya terima beberapa hari yang lalu. Berdasarkan kaidah tata bahasa yang benar, maka kalimat di atas dapat diperbaiki menjdi berikut: Bentuk Baku a. Kapan Adik akan datang lagi kesini? b. Surat Saudara sudah saya terima beberapa hari yang lalu.

11

2.3.2 Kesalahan Penulisan Huruf Miring 1. Kesalahan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Perhatikan contoh berikut ini. Bentuk Tidak Baku a. Wanita muslimah banyak yang menyenangi tabloid Nurani. b. Harian Suara Merdeka menjadi bacaan warga Jawa Tengah. Seharusnya penulisan buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan ditulis dengan huruf miring. Jika ditulis tangan atau mesin ketik manual, kata yang seharusnya ditulis dengan huruf miring ditandai garis bawah. Perhatikan perbaikan contoh di atas. Bentuk Baku a. Wanita muslimah banyak yang menyenangi tabloid Nurani. b. Harian Suara Merdeka menjadi bacaan warga Jawa Tengah.

2. Kesalahan

penulisan

yang

digunakan

untuk

menegaskan

atau

mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Contohnya sebagai berikut. Bentuk Tidak Baku. a. Buatlah contoh kalimat dengan kata bahagia! b. Kata ubah ditambah prefiks meng- akan menjadi mengubah bukan merubah.

12

Sesuai kaidah yang benar untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata dapat ditulis dengan huruf miring. Perbaikan kalimat-kalimat di atas sebagai berikut. Bentuk baku a. Buatlah contoh kalimat dengan kata bahagia! b. Kata ubah ditambah prefiks meng- akan menjadi mengubah bukan merubah.

3. Kesalahan penulisan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah (yang tidak disesuaikan ejaan). Contoh: Bentuk Tidak Baku a. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. b. Ungkapan Wilujeng Sumping dalam bahasa Sunda berarti Selamat Datang. Untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau bahasa asing atau bahasa daerah (yang tidak disesuaikan ejaan) menggunakan huruf miring. Perbaikan contoh di atas sebagai berikut. Bentuk Baku a. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. b. Ungkapan Wilujeng Sumping dalam bahasa Sunda berarti Selamat Datang.

13

2.3.3 Kesalahan Penulisan Kata 1. Kesalahan penulisan kata dasar dan kata bentukan Kita mengenal bentuk kata dasar dan kata bentukan (kata berafiks, kata ulang, dan kata majjemuk atau gabungan kata). Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan yang bediri sendiri; sedangkan pada kata berafiks, afiks tersebut ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Kata majemuk atau gabungan kata yang mendapat prefiks saja atau sufiks saja, maka prefiks atau sufiks tersebut ditulis serangkaidengan kata yag bersangkutan saja. Akan tetapi jika gabungan kata tersebut sekaligus mendapat prefiks dan sufiks, maka bentuk kata pembentukannya harus ditulis serangkai semuanya. Perhatikan bentuk baku dan tidak baku berikut ini. Bentuk Baku diminta kasihan kemenakan rumah-rumah gerak-gerik tata bahasa manakala antarkota subbagian Mahakuasa Bentuk Tidak Baku di minta kasih an ke menakan rumah2 gerak gerik tatabahasa mana kala antar kota sub bagian Maha Kuasa

14

2. Kesalahan penulisan ku, -kau, -mu, dan nya Bentuk ku, -kau, dan mu ada pertaliannya dengan pronomina aku, engkau, dan kamu ditulis sering ditulis salah yaitu terpisah dengan kata yang mengikutinya. Perhatikan contoh berikut ini. Bentuk Baku sepatuku rumahmu kauambil kauterima cintaku Bentuk Tidak Baku sepatuku rumah mu kau ambil kau terima cinta ku

3. Kesalahan penulisan preposisi di, ke, dan dari Bentuk Baku di teras rumah ke sana-sini daripada Bentuk Tidak Baku diteras rumah kesana-sini dari pada

4. Kesalahan penulisan partikel pun Pemakai bahasa masih sering menulis partikel pun dengan kata yang mendahuluinya serangkai. Partikel pun ditulis terpisah karena sudah hampir seperti kata lepas. Perhatikan contoh berikut. Bentuk Baku sekali pun Bentuk Tidak Baku sekalipun

15

apa pun dia pun

apapun diapun

5. Kesalahan penulisan per Kata per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagianbagian kalimat yang mendampinginya. Akan tetapi kita masih sering menemukan kesalahan pemakainya. Perhatikan contoh berikut. Bentuk Baku Rp 16.000,00 per meter dibayarkan per Mei 2009 Bentuk Tidak Baku Rp 16.000,00 permeter dibayarkan per-Mei 2009

6. Kesalahan memenggal kata Pemenggalan kata atau persekutuan diperlukan apabila kita harus memenggal sebuah kata dalam tulisan jika terjadi pergantian baris. Pada pergantian baris, tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir ujung baris, bukan dibawah ujung baris. Perlu juga diketahui, suku kata atau imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak terdapat satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Sering kita jumpai pemenggalan kata yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar. Berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk-bentuk kesalahan pemenggalan kata. a. Kesalahan pemenggalan dua vokal yang berurutan di tengah kata Contoh: Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku

16

la-in sa-at bu-ah au-la

la in sa at b-uah a-ula

Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal tersebut. Fonem diftong /ai/, /au/, dan /oi/ tidak pernah diceraikan. Apabila memenggal atau menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan tanda hubung (-) diantara suku-suku kata itu dengan tidak didahului atau diikuti spasi.

b. Kesalahan pemenggalan dua vokal mengapit konsonan di tengah kata Contoh: Bentuk Baku se-ret pa-man ba-ngun se-nyum Bentuk Tidak Baku ser-et pam-an ban-gun sen-yum

Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika ditengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemenggalan dilakukan sebelum konsonan tersebut. Selain itu, karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan satu konsonan;

17

gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan, sehingga pemenggalan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.

c. Kesalahan pemenggalan dua konsonan berurutan di tengah kata Contoh: Bentuk Baku Ap-ril mer-de-ka cap-lok mak-sud swas-ta Bentuk Tidak baku A-pril me-rde-ka ca-plok ma-ksud swa-sta

Kaidah pemenggalan yang benar adalah jika di tengah kata ada dua konsonan berurutan, pemenggalan terdapat di antara kedua konsonan tersebut. d. Kesalahan pemenggalan tiga konsonan atau lebih di tengah kata. Contoh: Bentuk Baku ab-strak in-fra ben-trok in-stan-si Bentuk Tidak Baku abs-trak inf-ra bent-rok ins-tan-si

Kaidah pemenggalan yang yang benar adalah jika di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, maka pemenggalan tersebut dilakukan di antara

18

konsonan yang pertama termasuk /ng/, /ny/, /sy/, dan /kh/ dengan konsonan yang kedua.

e. Kesalahan pemenggalan kata berimbuhan Contoh: Bentuk Baku pem-ber-da-ya-an meng-a-ku-i bel-a-jar ge-me-ri-cik meng-a-nak-ti-ri-kan Bentuk Tidak Baku pe-mber-da-ya-an me-nga-kui be-la-jar g-em-eri-cik menga-nak-ti-ri-kan

Kaidah pemenggalan yang benar adalah imbuhan (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks) termasuk yang mengalami perubahan bentuk biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya dalam pemenggalan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan. f. Kesalahan pemenggalan nama diri Contoh: Bentuk Baku Imam Nurzaman Nur Komari Saputra Bentuk Tidak Baku I-mam Nur-zaman Nur Ko-ma-ri Sa-pu-tri

Kaidah pemenggalan yang benar adalah nama orang harus diusahakan tidak dipenggal atas suku-suku katanya dalam pergantian baris. Yang

19

dibolehkan adalah memisahkan nama orang itu atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya.

2.3.4 Kesalahan Penulisan Lambang Bilangan Masih banyak orang yang belum paham benar cara menulis lambang bilangan. Hal tersebut terlihat pada penulisan lambang bilangan yang masih salah, di antaranya sebagai berikut. 1. Kesalahan penulisan lambang bilangan dengan huruf. Contoh: Bentuk Baku enam ratus lima puluh seratus dua puluh tiga lima tiga perempat Bentuk Tidak Baku enam ratus limapuluh seratus duapuluh tiga lima tiga per empat

2. Kesalahan penulisan kata bilangan tingkat. Contoh: Bentuk Baku abad XX abad ke-20 abad kedua puluh ulang tahun LXIV RI Bentuk Tidak Baku abad ke XX abad ke 20 abad keduapuluh ualang tahun ke-LXIV RI

3. Kesalahan penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran an.

20

Contoh: Bentuk Baku pujangga tahun 50-an lembaran 1000-an Bentuk Tidak Baku pujangga tahun 50an lembaran 1.000an

Kesalahan penulisan lambang bilangan yang dapat menyatakan satu atau dua kata yang ditulis dengan angka dan kesalahan penulisan lambang bilangan yang menyatakan beberapa perincian atau pemaparan ditulis dengan huruf.

4. Kesalahan penulisan lambang bilangan pada awal kalimat dengan angka dan kesalahan penulisan lambang bilangan pada awal kalimat dengan huruf. Contoh: Bentuk Tidak Baku a. 13 tukang becak ikut pawai di jalan raya.

b. 19 orang di kampung ini menderita gizi buruk. Bentuk Baku a. Tiga belas tukang becak ikut pawai di jalan raya. b. Sembilan belas orang di kampung ini menderita gizi buruk.

5. Kesalahan penulisan angka yang menunjukkan jumlah antara ratusan, ribuan, dan seterusnya. Perhatikan contoh berikut. Bentuk Tidak Baku a. Jumlah peserta ujian seluruhnya 3554 orang. b. Desa Sukanandi berpenduduk 1785 jiwa.

21

Bentuk Baku a. Jumlah peserta ujian seluruhnya 3.554 orang. b. Desa Sukanandi berpenduduk 1.785 jiwa.

6. Kesalahan penulisan jumlah uang. Contoh: Bentuk Tidak Baku a. Harga durian itu Rp. 25.000,00, per buah. b. Setiap mahasiswa harus membayar iuran setiap semester Rp 5000. Bentuk Baku a. Harga durian itu Rp 25.000,00, per buah. b. Setiap mahasiswa harus membayar iuran setiap semester Rp 5000,00.

7. Kesalahan penulisan angka NIP, NIM/NPM, dan nomor telepon. Contoh: Bentuk Tidak Baku a. Nomor Induk pegawai ayahku 130 678 987. b. Nomor Induk mahasiswa anak itu 09.009.543. c. Silakan telepon ke nomor 081 543 670 325. Antar angka tidak perlu diberi spasi dan tidak perlu diberi tanda titik atau tanda baca yang lain. Bentuk baku a. Nommor Induk pegawai ayahku 130678987.

22

b. Nomor Induk Mahasiswa anak itu 09009543. c. Silakan telepon ke nomor 081543670325.

2.3.5 Kesalahan Penulisan Unsur Serapan Bedasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa indonesia dapat dibedakan atas: (i) unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia (unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pelafalannya masih mengikuti cara asing), dan (ii) unsur bahasa asing yang pelafalannya dan penulisannya disesuaikan dengan bahasa Indonesia. Bandingkan contoh-contoh pemakaian bentuk yang tidak baku dan bentuk yang baku berikut ini. Kata Asing activity analysis apotheek charisma complex contingent description directeur efficient frequency formeel Penyerapan Baku aktivitas analisis apotek karisma kompleks kontingen deskripsi direktur efisien frekuennsi formal Penyerapan Tidak Baku aktifitas analisa apotek harisma komplek kontingent diskripsi director effisien frekwensi formil

23

ideal informant

ideal informan

idial informe

2.3.6 Kesalahan Penulisan Tanda Baca 1. Kesalahan penulisan tanda titik (.) a. Penghilangan tanda titik pada akhir singkatan nama orang. Contoh: Bentuk Baku M. Ramlan W.S. Rendra E Zainal Arif Bentuk Tidak Baku M Ramlan W S Rendra E Zainal Arif

b. Penghilangan tanda titik pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Contoh: Bentuk Baku S.E. (Sarjana Ekonomi) Kol. (kolonel) Bentuk Tidak Baku SE Kol

c. Pemakaian tanda titik yang kurang atau berlebihan pada singkatan kata atau ungkapan. Contoh: Bentuk Baku Bentuk Tidak Baku

24

a.n. (atas nama) d.a (dengan alamat) dkk. (dan kawan-kawan) tsb.(tersebut)

an. da. dkk t.s.b.

d. Penghilangan tanda titik pada angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya. Contoh: Bentuk Baku 3.320 halaman Sebanyak 1.000 liter Bentuk Tidak Baku 3320 halaman sebanyak 1000 liter

e. Penambahan tanda titik pada singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada akronim. Contoh: Bentuk Baku DPR Kejaksaan Agung RI sekjen Bentuk Tidak Baku D.P.R kejaksaan Agung R.I. sekjen.

f. Penambahan tanda titik di belakang alamat pengirim, tanggal surat, di belakang nama penerima, dan alamat penerima surat. Contoh:

25

Bentuk Tidak Baku 1) Jalan Sudirman III. 45. 2) Yogyakarta, 30 Maret 2009. Bentuk Baku 1) Jalan Sudirman III. 45 2) Yogyakarta, 30 Maret 2009

2. Kesalahan penulisan tanda koma (,) a. Penghilangan tanda koma di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang. Contoh: Bentuk Tidak Baku 1) Anakku mengirimi aku beberapa baju, makanan kering dan uang. 2) Satu dua .. tiga Bentuk Baku 1) Anakku mengirimim aku beberapa baju, makanan kering, dan uang. 2) Satu, dua, tiga

b. Penghilangan tanda koma di antara dua klausa dalam kalimat majemuk setara (yang didahului oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan) Contoh: Bentuk Tidak Baku

26

1) Ibu akan mengabulkan permintaanmu tetapi kau harus mengikuti nasihat orang tua. 2) Kau bukan seorang yang baik melainkan seorang yang jahat. Bentuk Baku 1) Ibu akan mengabulkan permintaanmu, tetapi kau harus mengikuti nasihat orang tua. 2) Kau bukan seorang yang baik, melainkan seorang yang jahat.

c. Pemisahan anak kalimat dari induk kalimat yang tidak menggunakan tanda koma (yang anak kalimat mendahului induk kalimat). Contoh: Bentuk Tidak Baku 1) Walaupun hidupnya kekurangan ia tidak pernah meminta kepada orang lain. 2) Jika berusaha keras kamu akan berhasil dalam ujianmu nanti. Kalimat (1) dan (2) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Posisi anak kalimat mendahului induk kalimat. Posisi anak kalimat yang mendahului induk kalimat, maka setelah anak kalimat harus tanda koma. Perbaikan dua contoh di atas sebagai berikut. Bentuk Baku 1) Walaupun hidupnya kekurangan, ia tidak pernah meminta kepada orang lain. 2) Jika berusaha keras, kamu akan berhasil dalam ujian nanti.

27

d. Penghilangan tanda koma di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat. Contoh: Bentuk Tidak Baku 1) Jadi minggu depan kita akan berangkat ke Bali. 2) Selanjutnya akan kita bicarakan pada rapat besok siang. Tanda koma harus kita letakkan setelah kata atau ungkapan penghubung antar kalimat seperti di bawah ini. Bentuk Baku 1) Jadi, minggu depan kita akan berangkat ke Bali. 2) Selanjutnya, akan kita bicarakan pada rapat besok siang.

e. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat dengan meniadakan tanda koma. Contoh: Bentuk Tidak Baku 1) Murid-murid menyapa Selamat siang, Pak! 2) Kakek berpesan Patuhlah kepada kedua orang tuamu! Sebelum petik ganda seharusnya diletakkan tanda koma (,), seperti berikut ini. Bentuk Baku 1) Murid-murid menyapa, Selamat siang, Pak! 2) Kakek berpesan, Patuhlah kepada kedua orang tuamu!

28

f. Penghilangan tanda koma di belakang kata-kata seru seperti: o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat. Perhatikan contoh berikut ini. Bentuk Tidak Baku 1) Kasihan dia harus bertanggung jawab untuk sesuatu yang tidak pernah dilakukan. 2) Aduh aku lupa mengatakan hal itu kepada saudaraku. Tanda koma harus dibubuhkan setelah kata-kata seru. Dengan demikian perbaikannya sebagai berikut. Bentuk Baku 1) Kasihan, dia harus bertanggung jawab untuk sesuatu yang tidak pernah dilakukan. 2) Aduh, aku lupa mengatakan hal itu kepada saudaraku.

g. Penghilangan tanda koma diantara (1) nama dan alamat, (2) bagianbagian alamat, (3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh: Bentuk Tidak Baku 1) Kuta 10 April 2010 2) Surakarta Jawa Tengah 3) Sdr. Nanda Putri Jalan Sidodadi Timur 24 Semarang Bentuk Baku

29

1) Kuta, 10 April 2010 2) Surakarta, Jawa Tengah 3) Sdr. Nanda Putri, Jalan Sidodadi Timur 24 Semarang

h. Penghilangan tanda koma ketika menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Contoh. Bentuk Tidak Baku 1) Ramlan M. 1987. Ilmu bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. 2) Chaer Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Penulisan yang sesuai kaidah sebagai berikut. Bentuk Baku 1) Ramlan, M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. 2) Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

i. Penghilangan tanda koma diantara nama orang dan gelar kesarjanaan yang mengikutinya. Contoh. Bentuk Baku Dra. Intan Indiati, M.Si. Ny. Hartawati, M.A. Subur, S.E. Bentuk Tidak Baku Dra. Intan Indiati M.Si. Ny. Hartawati M.A. Subur S.E.

30

j. Tanda koma yang tidak di gunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Contoh. Bentuk Tidak Baku 1) Pak Rifai dosen Puisi hari ini mengikuti seminar. 2) Di kampus kami misalnya sudah banyak mahasiswa yang bekerja. Bentuk Baku 1) Pak Rifai, dosen Puisi, hari ini mengikuti seminar. 2) Di kampus kami, misalnya, sudah banyak mahasiswa yang bekerja.

2.4

Pengertian Karangan Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat,

dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu (Finoza, 2004:192). Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan, pendapat gagasan, perasaan keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan mengirimkannya kepada orang lain (Syafieie, 1988:78). Selanjutnya, menurut Tarigan (1986:21), menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca. Semua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat memahami apa yang

dikomunikasikan penulis.

31

2.5

Tujuan Mengarang Tujuan utama menulis atau mengarang adalah sebagai sarana komunikasi

tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya. Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, meringkaskan, dan menyakinkan (Semi, 2003:14-154). Menurut Syafieie (1988:51-52), tujuan penulisan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. mengubah keyakinan pembaca; menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca; merangsang proses berpikir pembaca; menyenangkan atau menghibur pembaca; memberitahu pembaca; dan memotivasi pembaca. Selain itu, Hugo Harting (dalam Tarigan, 1994:24-25)

mengkalasifikasikan tujuan penulisan, antara lain tujuan penugasan (assingnment purpose), tujuan altruistik (altruistic purpose), tujuan persuasi (persuasive purpose), tujuan penerangan (informational purpose), tujuan penyataan (selfexpressive purpose), tujuan kreatif (creative purpose), dan tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose). Tujuan-tujuan penulisan tersebut kadang-kadang berdiri sendiri secara terpisah, tetapi sering pula tujuan ini tidak berdiri sendiri melainkan merupakan gabungan dari dua atau lebih tujuan yang menyatu dalam suatu tulisan. Oleh karena itu, tugas seorang penulis tidak hanya memilih topik pembicaraan yang sesuai atau serasi, tetapi juga harus menentukan tujuan yang jelas. Penentuan tujuan menulis sangat erat hubungannya dengan bentuk atau jenis-jenis tulisan atau karangan.

32

Anda mungkin juga menyukai