Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari
diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseoarang
sejak lahir. Di samping itu, kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan
dengan ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Oleh karena itu, definisi
kepribadian menurut pengertian sehari-hari menunjuk pada bagaimana individu
tampil atau menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya.1

Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta
pengertian kepribadian yaitu manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri
orang sendiri). Ini berarti bahwa pengertian kepribadian mengarah pada
perseorangan (person) diri orang tersebut.

Kepribadian merupakan kecenderungan untuk memberi respons kepada
berbagai tipe stimuli dalam cara yang sama. Namun demikian, kepribadian bukan
sesuatu yang statis karena kepribadian memiliki sifat kedinamisan yang disebut
dinamika pribadi (personality dynamics). Dinamiki pribadi ini berkembang pesat
pada diri anak-anak (masa kanak-kanak) karena mereka pada dasarnya belum
memiliki kepribadian yang matang, yaitu masa pembentukan kepribadian.
1 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 11-17
Dinamika pribadi adalah berupa: 1) interaksi di antara karakteristikkarakteristik
pribadi, khususnya motif-motifnya; 2) ekspresi tingkah laku dari
karakteristik-karakteristik pribadi dalam proses penyesuaian diri terhadap
lingkungan; 3) dalam psikologi analisis, merupakan manajemen terhadap sistem
energi pribadi melalui interaksi dari id, ego, dan superego. Selanjutnya, sebagai
sesuatu yang bersifat dinamis, kepribadian yang ada pada diri seseorang sering
memiliki masalah (personality problem). Masalah kepribadian dapat berupa
gangguan dalam pencapaian hubungan harmonis dengan orang lain atau
lingkungan, misalnya sifat pemalu, dengki, angkuh, sombong, dan sifat-sifat lain
yang tidak berperasaan (tidak menimbang rasa).
Berdasarkan sifat kepribadian yang dapat tumbuh dan berkembang
tersebut, maka kepribadian merupakan sesuatu yang dapat dibentuk atau
dipengaruhi oleh faktor eksternalnya. Artinya, kepribadian seseorang belum
mencapai tingkat kematangan tertentu, dapat diusahakan lahir sesuai dengan
bentuk kepribadian yang diinginkan.
Sekolah memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi anak,
walaupun sekolah merupakan hanya salah satu lembaga yang bertanggungjawab
atas pendidikan anak. Anak mengalami perubahan dalam kelakuan social setelah
ia masuk sekolah. Di rumah ia hanya bergaul dengan orang yang terbatas
jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga dan anak-anak tetangga. Suasana di
rumah bercorak informal dan banyak kelakuan yang diizinkan menurut suasana di
rumah. Lain halnya dengan di sekolah, ia bukan lagi anak istimewa yang diberi
3
perhatian khusus oleh ibu guru, melainkan hanya salah seorang diantara puluhan
murid lainnya didalam kelas. Untuk itu anak harus mengikuti peraturan yang
bersifat formal yang tidak dialami anak dirumah, yang dengan sendirinya ia
membatasi kebebasannya.
Sekolah merupakan lembaga tempat anak terutama diberi pendidikan
intelektual, yakni mempersiapkan anak untuk sekolah yang lebih lanjut. Oleh
sebab itu cukup penting dan berat, maka perhatian sekolah sebagian besar ditujuka
kepada aspek intelektual si anak didik. 2 Hal ini sesuai dengan bunyi Undang-
Undang Repoblik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Bab I pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Kesimpulannya disini adalah bahwa pendidikan adalah suatu yang sangat
esensial bagi kehidupan manusia, karena mahluk yang mendapat dan dapat didik,
guna mengembangkan potensial yang ada pada dirinya sehingga menjadi manusia
yang berkuwalitas dan berdaya guna bagi kehidupan.
Sesuai dengan jiwa dan nilai ajaran Islam mengenai pengetahuan dan
kecerdasan manusia, maka setiap usaha ilmu pengetahuan haruslan dikembangkan
dengan tujuan untuk mencerdaskan manusia sehingga mempunyai peluang lebih
besar untuk memahami dan menyadari dirinya di tengah-tengah keserba ada-an
alam dan jagat raya ini.
Disamping itu pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi
pertumbuhan manusia. Karena dengan pendidikan memungkinkan sekali
tumbuhnya kreatifitas dan potensi anak didik, yang pada akhirnya mengarahkan
anak didik untuk mencapai satu tujuan yang sebenarnya. Dalam hal ini sesuai
dengan fungsi pendidikan nasional pasal 3: Pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.3
Jadi pendidikan berupaya membentuk manusia yang mempunyai ilmu
pengetahuan dan ketrampilan, dan juga disertai iman dan taqwa kepada Tuhan,
sehingga ia akan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan itu untuk
kebaikan masyarakat.
Masyarakat menilai peran dan fungsi pendidikan agama Islam di SMP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang PAI Dalam Nenunjang Tujuan Pendidikan Nasional
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah sebuah media bagi terjadinya transformasi nilai dan
ilmu yang berfungsi sebagai pencetus corak kebudayaan dan peradaban
manusia. Pendidikan bersinggungan dengan upaya pengembangan dan
pembinaan seluruh potensi manusia (ruhaniah dan jasadiyah) tanpa terkecuali
dan tanpa prioritas dari sejumlah potensi yang ada. Dengan pengembangan
dan pembinaan seluruh potensi tersebut, pendidikan diharapkan dapat
mengantarkan manusia pada suatu pencapaian tingkat kebudayaan yang yang
menjunjung hakikat kemanusiaan manusia.
Dalam hal ini menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhaimin menjelaskan
bahwa dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut dangan kata talim
Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilkukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. 8
Pengertian pendidikan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas
dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya secara sadar yang
dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam
mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik
yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial. Sedangkan
pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang
atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup,
sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak.

Oleh karena itu pendidikan Islam, berarti pandangan hidup, sikap hidup, dan
keterampilan hidup yang bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai
Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah/Al-Hadits.
Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh
adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika.
[1]

Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku
aneh, dan perilaku menyimpang.
[1]
Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang
tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia
yang sangat mendasar.
[1]
Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang
merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku
yang secara khusus ditujukan kepada orang lain.
[1]
Penerimaan terhadap perilaku seseorang
diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.
[1]
Dalam kedokteran
perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus
atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali
dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.
[1]

Perilaku manusia dipelajari dalam ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan
kedokteran.
[1]


Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia
1. Genetika
2. Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu.
3. Norma sosial adalah pengaruh tekanan sosial.
4. Kontrol perilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya
melakukan suatu perilaku. dll
Ruang lingkup
Benjamin Bloom
[1]
, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku,
yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku
yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:
Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek
melalui indera yang dimilikinya.
[1]

Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah
melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
[1]

Tindakan atau praktik (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan
bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.
[1]

Selain itu, Skinner juga memaparkan definisi perilaku sebagai berikut perilaku merupakan hasil
hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon).
[2]
Ia membedakan adanya dua
bentuk tanggapan, yakni:
Respondent response atau reflexive response, ialah tanggapan yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Rangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli
karena menimbulkan tanggapan yang relatif tetap.
[1]

Operant response atau instrumental response, adalah tanggapan yang timbul dan
berkembangnya sebagai akibat oleh rangsangan tertentu, yang disebut reinforcing stimuli
atau reinforcer. Rangsangan tersebut dapat memperkuat respons yang telah dilakukan
oleh organisme. Oleh sebab itu, rangsangan yang demikian itu mengikuti atau
memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.
[1]


Perilaku Sehat
Menurut Becker
[3]
. Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku
yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni
pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan
praktik kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat
perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan
perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi
[4]
:

1. Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit
menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau memengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari
kecelakaan.
2. Sikap terhadap kesehatan sikap yang sehat dimulai dari diri sendiri, dengan memperhatikan
kebutuhan kesehatan dalam tubuh dibandig keinginan.
3. Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas
orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak
menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan
tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan. Menurut Solita,
perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta
tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.
[2]
Sedangkan Cals dan Cobb
[5]

mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap
belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage).
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam perjalanan hidupnya umat manusia senantiasa dihadapkan kepada pengalaman-
pengalaman peristiwa alami yang ada disekitarnya. Pengalaman ini merupakan sejarah hidupnya yang
mengesankan dan kemudian menghidupkan serta menjadi pengalaman batinnya sebagai alat pendorong
untuk mengadakan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan kehidupannya. Perkembangan
hidupnya ini tidak lepas dari proses pembentukan pribadi manusia yang diwariskan berkesinambungan
kepada generasi berikutnya dengan kelompoknya atau dengan masyarakat, mereka saling memberi
pengaruh bersama dalam kehidupan.
Keluarga yang merupakan bagian terkecil dari masyarakat, mempunyai peranan penting dalam
pembentukan kepribadian. Karena pembinaan kepribadian anak telah ada sejak kecil, bahkan sejak
dalam kandungan. Kepribadian yang masih dalam permulaan pertumbuhan itu, sangat peka dan akan
mendapatkan unsur pembinanya melalui pengalaman yang dirasakan, baik melalui pendengaran,
perasaan, penglihatan, dan perlakuan yang diterimanya.
Oleh karena itu, maka kepribadian anak yang tumbuh tergantung pada pengalamannya dalam
keluarga. Sikap dan pandangan hidup orang tuanya, sopan santun mereka dalam pergaulan, baik dengan
anggota keluarga maupun dengan tetangga atau masyarakat. Pada umumnya akan diserap oleh anak
dalam pribadinya. Demikian pula sikap mereka terhadap agama, ketekunan menjalankan ibadah dan
kepatuhan kepada ketentuan orang tua, serta pelaksanaan nilai-nilai agama dalam kehidupannya sehari-
hari juga akan menjadi faktor pembinaan anak secara tidak sengaja.Contoh Skripsi
Menurut Agus Sujanto Orang tua secara tidak direncanakan menanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh-pengaruh yang diterimanya dari masyarakat.1 Si anak
menerima dengan daya peniruannya, dengan segala senang hati, sekalipun kadang-kadang ia tidak
menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan pendidikan itu. Dengan demikian si
anak akan membawa kemanapun juga pengaruh keluarga itu, sekalipun ia sudah mulai berfikir lebih
jauh lagi.
Disamping itu semua, yang sangat penting pula adalah cara mereka memperlakukan anak-anak
mereka terlebih pada usia remaja (SLTP) apakah ada pengertian dan kasih sayang yang wajar dan sehat,
ataukah tanpa pengertian dan jauh dari kasih sayang, serta macam perlakuan yang mereka terima
apakah condong kepada demokrasi atau otoriter (main perintah).

Sedangkan upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam menciptakan kebersamaan dengan
anak-anak dalam merealisasikan nilai-nilai moral secara esensial menurut Moh. Shochib adalah dengan
menciptakan aturan-aturan bersama oleh anggota keluarga untuk ditaati bersama.2
Dengan upaya tersebut berarti orang tua menciptakan situasi dan kondisi yang mendorong serta
merangsang anak untuk senantiasa berprilaku yang sesuai dengan aturan (nilai-nilai moral).Contoh
Skripsi
Ada tiga lembaga pendidikan yang sangat berperan dalam membina pribadi anak yaitu keluarga,
sekolah dan masyarakat. Pendidikan tidaklah cukup hanya dilakukan dilingkungan keluarga saja,
melainkan perlu pembinaan dari orang yang memang berkompetensi dalam melaksanakan tugas
mendidik. Maka kedua orang tuanya menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada lembaga-
lembaga yang terkait. Sasaran utamanya adalah sekolah dengan harapan nantinya anak tidak hanya
menjadi pintar dan pandai, akan tetapi dapat bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
tuntutan agama.
Orang tua membawa putra-putrinya ke lembaga pendidikan dengan sebuah keyakinan bahwa
dalam diri anak terdapat potensi kebaikan dan keburukan yang keduanya dapat tumbuh serta saling
mendominir.
Hal diatas dikuatkan oleh pendapat para psikolog, dengan mengatakan bahwa dalam pribadi
tiap orang tumbuh atas dua kekuatan. Seperti apa yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara :
Tiap orang tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir,
berwujud benih, bibit, atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan dasar atau faktor dasar, dan
faktor dari luar disebut faktor lingkungan, atau faktor ajar.3

Yang termasuk faktor dalam atau faktor pembawaan ialah segala sesuatu yang telah dibawa
oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan, fantasi,
ingatan, dan sebagainya yang dibawa sejak lahir, ikut menentukan pribadi seseorang. Keadaan
jasmanipun demikian pula. Panjang leher, besar kecilnya tengkorak, susunan saraf, otot-otot, susunan
dan keadaan tulang-tulang juga mempengaruhi pribadi manusia.Contoh Skripsi
Sedangkan yang termasuk faktor luar atau faktor lingkungan ialah segala sesuatu yang ada diluar
manusia, baik yang hidup maupun yang mati, baik tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, batu-batu,
gunung-gunung, candi, kali, buku-buku, lukisan, gambar, angin, musim, keadaan cuaca, curah hujan,
jenis makanan pokok, pekerjaan orang tua, hasil-hasil budayanya yang bersifat material maupun
spiritual.4
Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui
proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam
membentuk kepribadian manusia tersebut.. dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu baik,
buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya ditentukan oleh faktor yang mempenggaruhi
dalam pengalaman hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar penanamannya
untuk membentuk kepribadian manusia itu5.
Kenyataan memberi peluang bagi usaha pendidik untuk memberi andilnya dalam usaha membentuk
kepribadian. Dalam hal ini pula diharapkan pembentukan kepribadian muslim dapat diupayakan melalui
pendidikan agama Islam yang telah diajarkan disekolah.
Kepribadian muslim dalam kontek ini barang kali dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki
seseorang sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang disampaikan dalam
tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata,
berjalan, makan, minum, berhadapan dengan orang tua, guru, teman sejawat, sanak famili dan
sebagainya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak sengaja, dan sikap terpuji yang timbul
dari dorongan batin.
Kemudian ciri khas dari tingkah laku tersebut dapat dipertahankan sebagai kebiasaan yang tidak dapat
dipengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain yang bertentangan dengan sikap yang dimiliki. Ciri khas
tersebut hanya mungkin dapat dipertahankan jika sudah terbentuk sebagai kebiasaan dalam waktu yang
lama. Selain itu sebagai individu setiap muslim memiliki latar belakang pembawaan yang berbeda-beda.
Perbedaan individu ini diharapkan tidak akan mempengeruhi perbedaan yang akan menjadi kendala
dalam pembentukan kebiasaan ciri khas secara umum6.Contoh Skripsi
Maka dengan demikian, patutlah kiranya masalah peranan pendidikan agama dalam pembentukan
kepribadian muslim kita kaji kembali karena sebagai pembentukan kepribadian muslim sekaligus sebagai
penangkal perilaku remaja yang menyimpang bisa terealisasikan, bukan hanya menjadi slogan.
Dari beberpa uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peranan
Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa SMP Lab Universitas Negeri
Malang Alasan peneliti melakukan penelitian di SMP Lab UM karena sekolah tersebut termasuk salah
satu sekolah umum yang notabenenya pendidikan agama sangat minim. Kenyataan dilapangan yang
penulis temukan yaitu adanya siswa yang bermain Play Station di tempat-tempat penyewaan Play
Station pada saat sholat jumat sedang berlangsung. Selain itu, penulis juga menemukan kenyataan
bahwa pada saat pelajaran agama Islam berlangsung di sekolah, ada beberapa siswa beragama Islam
yang tidak mengikuti pelajaran tersebut di dalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran agama
Islam masih belum menumbuhkan kesadaran dan kebanggaan bagi siswa untuk menerapkan ajaran
agamanya tersebut secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.


PEMBAHASAN
a. Peran Pendidikan I slam dalam Dakwah I slamiyah
Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat signifikan dalam membangun, mengembangkan dan
menyebarkan agama Islam yang tentunya dalam perkembangan 3

tersebut, wajar bila Islam menemui berbagai bentuk persoalan mulai dari penerapan teks klasik
terhadap tataran aplikatif kehidupan modern yang mana Islam dituntut untuk dapat
menyesuaikannya. Menurut Irsan al-Kailani, umat Islam umumnya masih berada pada dataran ih}sas
al-musykilah (menyadari adanya persoalan), namun belum dibarengi dengan tahdi>d wa tah}li>l al
musykilah (kesanggupan mengidentifikasi dan menyelesaikan persoalan).1 Dari sinilah pendidikan
Islam memiliki peran pendidikan sangat terlihat, misalnya pendidikan Islam dalam fungsi psikologis
(kejiwaan dan teori kesehatan), dapat memberikan kesadaran akan makna hidup, memberikan rasa
tenang dan memberikan dukungan psikologis bagi pemeluknya, terlebih bagi mereka yang sedang
mendapati dirinya dalam menghadapi kegoncangan kejiwaan, dalam hal ini pesan agama
menumbuhkan kesadaran akan makna hidup dengan nilai ibadah, pengabdian kepada Tuhan baik
secara personal maupun sosial kemasyarakatan. Kemudian pendidikan Islam dalam fungsi sosialnya,
memacu adanya perubahan sosial kearah yang lebih baik, memberikan kontrol sosial terhadap gejala
sosial yang destruktif serta perekat sosial tanpa melihat berbagai latar belakang yang berbeda.2
Sebagaimana disampaikan oleh Mahmud Arif istilah yang kerap dipakai untuk menyebut hakikat
pendidikan Islam adalah pendidikan sebagai fenomena kultural performatif. Dengan istilah ini,
setidaknya perbincangan pendidikan Islam amat mungkin ditelaah dari dua prespektif, yaitu
konseptual-teoritis dan aplikasi-praktis. Prespektif pertama mengantarkan pada pemaparan mengenai
pengertian, tujuan pendidikan Islam tentunya dengan dasar yang diambil dari al-Quran dan Hadis,
serta sumber hukum Islam lainnya. Melalui prespektif ini, dapat diketahui bahwa pendidikan Islam
memiliki keluasan dan kedalaman makna, yang penuh alternatif dan menantang kreativitas dan
kecerdasan akal pikir manusia untuk merungkannya dan menyiasatinya dalam rangka mengubah
yang possible (mungkin) menjadi yang plausible (masuk akal).3
Sementara itu dengan prespektif kedua, pendidikan Islam dijabarkan, diterapkan, dan dibumikan
dalam realitas kehidupan manusia. Dari sini, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam ternyata tidak
sekedar diartikan secara normatif-teoritis, melainkan



4Ibid.,
5Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental,Cet. I (akarta: Pustaka al-Husna, 1986), hlm. 423.
6Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquid Al-Attas, (Bandung: Mizan,
1998), hlm. 175.
7Ibid., hlm. 26., Baca juga dalam Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,
(Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hlm. 31.
8Oemar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm.
Kontribusi Pendidikan I slam dalam Membentuk Kepribadian Manusia
Para ahli pendidikan setuju bahwa teori dan amalan pendidikan sangat dipengaruhi oleh cara orang
memandang kepada sifat-sifat asal manusia yang terilhat dari kepribadiannya dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Jika manusia dipandang memiliki sifat-sifat asal yang jahat, maka tujuan
pendidikan adalah menahan unsur-unsur jahat ini, begitu pula dengan sebaliknya bila sifat asalnya
baik maka tujuan pendidikan adalah mengembangkannya menjadi lebih baik.5 Istilah pendidikan
dalam konteks Islam, pada umumnya mengacu pada terma al-tarbiyah, al-tadi>b, dan al-tali>m
yang dapat dipakai secara bersamaan, karena memiliki kesamaan makna.6 Namun secara esensial,
setiap terma memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Kata al-tarbiyah berasal
dari kata rabb yang bermakna, tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga
kelestarian atau eksistensinya.7 Kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-fatih}ah 1:2,
yaitu (alh}amdulilla>hi rabbil-a>lami>n) mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan
istilah al-tarbiyah. Sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari akar kata yang
sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah pendidik Yang Maha Agung bagi seluruh alam
semesta.8
Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses Pendidikan Islam adalah bersumber
pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai pendidik seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia.
Dalam pengertian luas, pendidikan Islam yang terkandung dalam terma al-tarbiyah terdiri atas
empat unsur pendekatan, yaitu: pertama, memelihara dan menjaga fitrah peserta didik menjelang
dewasa (baligh); kedua, mengembangkan seluruh potensi

Kesehatan jiwa memiliki peran dalam membentuk kepribadian peserta didik, dengan menjalani
kehidupan manusia normal pada umumnya dengan menghiaskan diri dengan akhlaq yang terpuji,
yang tidak terlepas dengan tiga esensi dasar yaitu; Islam, Iman dan Ihsan, sebab anak yang
termasuk kepribadian Islami secara otomatis mempunyai ketaqwaan yang tinggi.37 Semuanya
dapat dibentuk dan dikembangkan melalui usaha pendidikan, bimbingan dan latihan-latihan yang
sejalan dengan agama dan norma-norma ajaran Islam.
Oleh karena itu, seorang anak harus mendapatkan pendidikan akhlak secara baik, karena
pendidikan akhlaq adalah pendidikan yang berusaha mengenalkan, menanamkan serta
menghayatkan anak akan adanya sistem nilai yang mengatur pola, sikap dan tindakan manusia
atas isi bumi, yang mencakup hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia (termasuk
dengan dirinya sendiri) dan dengan alam sekitar.38
3) Mengembangkan potensi peserta didik
Pada hakikatnya bila peserta didik ditilik menurut fitrah-nya, maka ia memiliki dua atribut, yaitu
makhluk jasmani dan rohani. Dalam perkembangannya, setidaknya ada dua faktor yang
mempengaruhi apakah ia tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bermatabat, atau
sebaliknya menjadi pribadi yang kurang bermatabat. Dua faktor tersebut, adalah faktor warisan
dan faktor lingkungan
Kesehatan jiwa memiliki peran dalam membentuk kepribadian peserta didik, dengan menjalani
kehidupan manusia normal pada umumnya dengan menghiaskan diri dengan akhlaq yang terpuji,
yang tidak terlepas dengan tiga esensi dasar yaitu; Islam, Iman dan Ihsan, sebab anak yang
termasuk kepribadian Islami secara otomatis mempunyai ketaqwaan yang tinggi.37 Semuanya
dapat dibentuk dan dikembangkan melalui usaha pendidikan, bimbingan dan latihan-latihan yang
sejalan dengan agama dan norma-norma ajaran Islam.
Oleh karena itu, seorang anak harus mendapatkan pendidikan akhlak secara baik, karena
pendidikan akhlaq adalah pendidikan yang berusaha mengenalkan, menanamkan serta
menghayatkan anak akan adanya sistem nilai yang mengatur pola, sikap dan tindakan manusia
atas isi bumi, yang mencakup hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia (termasuk
dengan dirinya sendiri) dan dengan alam sekitar.38
3) Mengembangkan potensi peserta didik
Pada hakikatnya bila peserta didik ditilik menurut fitrah-nya, maka ia memiliki dua atribut, yaitu
makhluk jasmani dan rohani. Dalam perkembangannya, setidaknya ada dua faktor yang
mempengaruhi apakah ia tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bermatabat, atau
sebaliknya menjadi pribadi yang kurang bermatabat. Dua faktor tersebut, adalah faktor warisan
dan faktor lingkungan
37Lihat QS. Ali> Imra>n 3: 102.
38Muslim Nurudin, Ishak Abdullah, Moral dan Kognisi Islam, (Bandung: Alfabeta, 1993), hlm. 205.
14
(biah). Faktor warisan ialah keadaan yang dibawa manusia sejak lahir yang diperoleh dari orang
tuanya. Seperti, warna kulit, bentuk kepala, dan tempramen. Sedangkan faktor lingkungan ialah
keadaan sekitar yang melingkupi manusia, baik benda-benda seperti air, udara, bumi, langit, dan
matahari, termasuk individu dan kelompok manusia.39 Kedua faktor inilah yang nantinya akan
mempengaruhi baik buruknya kondisi kejiwaan manusia (peserta didik) dalam menjalani
aktivitas kehidupannya. Maka, Peranan kesehatan jiwa akan terlihat sangat penting dalam rangka
mengembangkan potensi peserta didik kearah yang lebih baik. Untuk mengantisipasi potensi
manusia tersebut, ada beberapa hal yang perlu ditumbuh kembangkan:
a) Akal: dalam dunia pendidikan, fungsi intelektual atau kemampuan akal manusia (peserta
didik) dikenal istilah kognitif.40 Tujuannya mengarah kepada perkembangan intelegensi yang
mengarahkan manusia sebagai individu untuk dapat menemukan kebenaran yang sebenar-
benarnya. Dengan usaha pemberian ilmu dan pemahaman dalam rangka memandaikan manusia
atau peserta didik, dalam hal ini aspek akal meliputi: rasio, qalb atau hati yang berpotensi untuk
merasa serta meyakini, dan fuad atau hati nurani, yang diidentikkan dengan mendidik kejujuran
dalam diri sendiri untuk membedakan baik dan buruk.
b) Fisik: Kekuatan fisik merupakan bagian pokok dari tujuan pendidikan, sesuai sabda
Rosulullah yang diriwayatkan oleh imam muslim;

Artinya; Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi Allah, daripada orang mukmin
yang lemah. (HR. Muslim)
Imam nawawi menafsirkan hadits diatas sebagai kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan
fisik. Seperti panca indera, anggota badan, system saraf dan unsur-unsur biologis lain lebih
banyak menempuh cara penguatan dan pelatihan seperti mengkonsumsi gizi secara memadai dan
berolah raga, melatih masing-masing aspek sesuai dengan kekhususannya. Dengan
C. KESIMPULAN
Kontribusi yang bisa ditarik dari pendidikan Islam terhadap kepribadian manusia, yaitu
terciptanya iklim positif terhadap nilai-nilai religiousitas Islam yang tercermin dalam
48Lihat QS. Ar-Rad 13:12, yang artinya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah
keadaan jiwa (nafs) mereka sendiri.
49Baca QS. Al-Baqarah 2:30, QS. Az\-Z|a>riya>t 51: 56.
50Lihat Tesis yang ditulis Oleh M. Aji Nugroho, Konsep Jiwa dalam Al-Quran; Solusi Qurani Untuk Penciptaan
Kesehatan Jiwa dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,
2011).
19
moralitas yang luhur (akhlak al-mah}mudah), dan upaya menjaga serta memelihara diri dari
kecenderungan-kecenderungan immoral (akhlak al-maz\mumah), serta kesadaran diri yang tinggi
yang ditanamkan dalam diri setiap manusia untuk berperilaku dan bekarakter layaknya tuntunan
kitab suci al-Quran, yaitu dengan menghias diri dengan moralitas terpuji (akhlak al-
mah}mudah). Untuk menjaga Islam sebagai agama s}o>lih likulli za>man wa makan. Sehingga
menjauhkan peserta didik dari aktivitas teroris, kekerasan agama, penyelewengan agama untuk
kepentingan pribadi, upaya pengkhianatan negara NKRI dengan NII, dan lain sebagainya.
Kesemuanya itu merupakan kegiatan ataupun perbuatan yang dapat menurunkan kredibilitas
Islam sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam. Sekaligus memberikan dampak negatif
terhadap pribadi (pemeluk dan penganut agama Islam), lingkungan, Tuhan, dan agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai