Oleh:
SYAIDAH
NIM: 106011000192
ABSTRAKSI
SYAIDAH, NIM: 106011000192, Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada
Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA
Negeri 29 Jakarta, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, di bawah
bimbingan Dr. Hj. Siti Salmiah, M.A.
Kerohanian Islam (Rohis) merupakan sebuah lembaga organisasi di bawah
naungan OSIS yang bergerak di bidang keagamaan. Organisasi ini bertujuan
untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa dan sebagai
wadah bagi siswa untuk menambah wawasan tentang ajaran-ajaran agama serta
sebagai sarana untuk menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai
keagamaan dalam setiap aspek kehidupan.
Rohis memiliki beberapa program kegiatan keagamaan dan salah satu dari
kegiatan tersebut yaitu keputrian. Keputrian merupakan kegiatan yang
dikhususkan bagi pelajar putri sebagai wadah untuk menambah wawasan
keilmuan tentang perempuan. Pada kegiatan ini ditanamkan tugas dan peran yang
harus dimiliki oleh pelajar putri, baik dari segi pergaulan, cara bertatakrama, cara
menjaga kesehatan, serta keterampilan lainnya.
Kegiatan keputrian diharapkan dapat menjadi sarana bagi terbentuknya
akhlak terpuji. Proses pembentukan akhlak ini tidak dapat dilakukan hanya
dengan satu kali pertemuan saja, melainkan harus dilakukan melalui proses yang
cukup panjang. Maka demi terciptanya akhlak tersebut Keputrian dapat menjadi
sarana yang sangat efektif bagi proses pembentukan akhlak terutama di sekolah
umum yang mendapat pelajaran agama sangat minim. Proses pembentukan akhlak
yang benar dapat menjadikan siswa memiliki akhlak terpuji baik terhadap Allah,
diri sendiri, maupun terhadap sesama.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan
keputrian pada ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA
N 29 Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif analisis yang didukung melalui teknik-teknik pengumpulan data berupa
angket, observasi, dan wawancara dengan Kepala Sekolah, Pembina Rohis,
Pembina Keputrian serta Ketua Keputrian di SMA N 29 Jakarta. Dalam penelitian
ini yang dijadikan populasi yaitu seluruh pelajar puteri kelas X dan XI sebanyak
232 siswa. Dari populasi tersebut penulis mengambil sampel sebanyak 25% atau
58 siswa.
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui secara rinci bahwa
kegiatan
Keputrian
sebagai
sarana
untuk
menginternalisasi
dan
mengkatualisasikan nilai-nilai ajaran agama telah berperan cukup efektif.
Keefektifan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian indikator-indikator dua
variabel yang terkait yaitu variabel X dan variabel Y yang dicapai hasil akhir atau
total nilai keseluruhan sebesar 71,74% yang berada pada kategori efektif.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Efektivitas
Kegiatan
Keputrian
Pada
Ekstrakurikuler
Rohis
Terhadap
2.
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Dr. Hj. Siti Salmiah, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4.
5.
ii
6.
Seluruh dosen serta karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmunya
selama proses perkuliahan.
7.
Kepala sekolah SMA N 29 Jakarta, Dra. Hernita HB. Murap; Pembina Rohis,
Dra. Latifah Mahmudy; Pembina Keputrian, Wijiatun S.Pd.; serta Ketua
Keputrian, Fitria Hairani A. yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di SMA N 29 Jakarta serta memberikan
informasi dan masukan kepada penulis selama proses penelitian.
Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada orang-orang yang telah
Ibunda dan ayahanda tercinta dan terkasih Hj. Yayah Suryati dan H. A.
Gojali, tiada kata yang mampu aku ucapkan atas ketulusan dan kesabaran
bunda dan ayahanda dalam menemani setiap langkahku, hanya doa tulus yang
dapat aku berikan. Semoga ketulusan ibunda dan ayahanda akan berbuah
manis di akhirat kelak dan semoga ridho Allah selalu mengiringi gerak
langkah keluarga kita dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Amin.
2. Kakak serta adik-adikku yang tercinta dan tersayang (Maria Ulfah, Abdul
majid dan Ahmad Ridwan). Semangat dan dukungan kalian senantiasa
menjadi spirit dan energi yang selalu merekah dalam setiap gerak langkahku.
3. Izatun Milah the Best my friend, sahabat yang sangat kukagumi dan
kusayangi. Rasa syukur yang terdalam aku panjatkan pada Allah karena telah
mempertemukan kita. Semoga persahabatan ini abadi dunia dan akhirat.
4.
MiQiWa (Emi, Qiqi, dan Wati) sahabat sejati dalam menghadapi masa suka
dan duka ketika kuliah. Kebersamaan kita selama kuliah takkan pernah aku
lupakan, semoga masa-masa indah itu dapat kita rasakan kembali. Semangat
selalu sahabat.
iii
5.
KFajri yang selalu menguatkanku saat aku rapuh, KDedy pemotivator sejati
dalam menjalani kehidupan ini dan KCici pemotivator untuk terus semangat
dan berjuang dalam menyusun skripsi ini serta selalu memberikan masukan
dan arahan kepada penulis.
6.
Maryam dan Aniah yang selalu memberikan motivasi dalam beribadah dan
menjadikan hari-hariku penuh dengan keceriaan, masa-masa indah di kosan
takkan pernah aku lupakan kalian adalah adik kelas sekaligus sahabat yang
selalu mengingatkan di kala aku lalai...luv u cz Allah
7.
Nisa dan Rahmad bersama kalian aku menemukan arti persaudaraan yang
sangat indah, kita adalah orang yang aneh, aku akan selalu ingat itu.
8. Tri, Salaf dan Erika semangat dan perjuangan kita bersama akan menjadi bait
kenangan yang indah di masa akhir studi ini. Semangat dan Sukses selalu
sobat.
9.
Teman-teman IRMAFA khususnya (Beni, KZaki, Ira, Ana, Irna, Intan, Ab,
dan Basyir) terima kasih atas segala hal yang telah kalian berikan, ilmu yg
aku raih saat di IRMAFA semoga akan bermanfaat untuk kehidupan di masa
yang akan datang. Maaf jika selama proses penyusunan skripsi aku jarang
berkunjung ke IRMAFA.
10. Teman-teman kosan di Kertamukti (Yeti, Pipit, Aan, Ifah, Lulu, Ade, dan
Didi) terima kasih kalian telah berkenan menemani sebagian langkahku
dengan canda dan tawa kalian.
11. Teman-teman kosan di Kp. Utan (Ana, Wiwin, dan Yolan) maaf jika selama
di kosan ada hal yang kurang berkenan di hati kalian baik karena sikap dan
lisanku yang sempat berbuat khilaf. Dan terima kasih kalian berkenan
menjadi tempat sharing dan curhatku, khususnya untuk Ana dan Sule terima
kasih banyak atas jasa printnya dan maaf sering mengganggu tidur Ana.
12. Teman-teman PAI kelas E angkatan 2006 (Dede, Yuni, Tya, Fatiah, Ning,
Yhuly, Syifa, Sule, Ujang, Welly, Sarli, Ayub, Toto, dkk) kisah kita di kelas
takkan pernah bisa aku lupakan, terima kasih kalian telah banyak membantu
aku saat mengalami kesulitan dalam perkuliahan. Semoga kelak kita semua
iv
seputar permasalahan agama. Semoga kita akan selalu dapat berbagi ilmu
ya...!
14. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, namun atas
jasa mereka pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sangat sadar akan segala bantuan dan motivasi yang telah diberikan
oleh semua pihak. Semoga segala amal kebaikan akan diberi balasan yang
setimpal oleh Allah swt. baik di dunia maupun di akhirat.
Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sehingga akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi
dimasa yang akan datang. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin...
Syaidah
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAKSI...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8
D. Perumusan Masalah........................................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
BAB II
vi
D. Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak ........................................................................ 18
2. Sumber Akhlak ............................................................................ 19
3. Prinsip-prinsip Dasar Pandangan Terhadap Akhlak .................... 19
4. Macam-macam Akhlak ............................................................... 20
5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak ............................................ 23
6. Metode Pembinaan Akhlak .......................................................... 25
7. Pengertian Siswa Sekolah Menengah dan Problematika yang
Dihadapinya ......................................................................... 28
E. Kerangka Berpikir ............................................................................. 30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 32
B. Variabel Penelitian ............................................................................ 32
C. Metode Penelitian.............................................................................. 33
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 34
F. Teknik Analisa Data .......................................................................... 36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Keadaan Sekolah ......................................................................... 39
2. Visi dan Misi SMA N 29 Jakarta ................................................ 40
3. Data Guru, Pegawai, dan Siswa ................................................... 40
4. Sarana dan Prasarana ................................................................... 41
5. Kegiatan Kesiswaan dan Ekstrakurikuler .................................... 42
B. Keputrian Rohis
1. Sejarah Keputrian SMA N 29 Jakarta .......................................... 44
2. Visi dan Misi Keputrian SMA N 29 Jakarta ................................ 45
3. Kegiatan Keputrian SMA N 29 Jakarta Periode 2009/2010 ........ 45
4. Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. 47
5. Struktur Kepengurusan Keputrian ............................................... 48
6. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Kegiatan Keputrian .......... 49
vii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 70
B. Saran-saran ....................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Angket ................................................................. 35
Tabel 2 Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010 ................................................... 40
Tabel 3 Data Pegawai Tahun Ajaran 2009/2010 .............................................. 41
Tabel 4 Data siswa SMA N 29 Jakarta Tahun Ajaran 2009-2010 ................... 41
Tabel 5 Sarana dan Prasarana SMA N 29 Jakarta ............................................ 42
Tabel 6 Jadwal Kegiatan Keputrian Semester 1 ............................................... 45
Tabel 7 Jadwal Kegiatan Keputrian Semester II .............................................. 46
Tabel 8 Struktur Kepengurusan Keputrian-Rohis Periode 2009/2010 ............. 48
Tabel 9 Pendapat siswa tentang kegiatan Keputrian ......................................
50
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arus globasisasi yang membawa pengaruh budaya barat mulai semakin
marak di negeri ini. Budaya-budaya luar perlahan namun pasti mulai
menggoyahkan budaya ke-Timuran yang dimiliki oleh bangsa ini. Hal-hal
yang negatif seperti minum-minuman keras, penggunaan narkoba dan free
sex sudah hampir menjadi sesuatu yang tidak lagi tabu di negeri ini bahkan
ditambah lagi dengan dunia perfilman yang sudah semakin vulgar dengan
mengumbar aurat dan mencontohkan pergaulan bebas tanpa batas.
Filterisasipun semakin mengendur sehingga dengan mudah budaya-budaya
tersebut masuk ke negeri ini.
Akibat dari globalisasi ini membawa dekadensi moral yang berakibat
pada prilaku-prilaku menyimpang sehingga akhlak masyarakat menjadi
negatif. Nilai-nilai keislaman seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, saling
tolong menolong, menghargai dan kasih sayang mulai tergantikan oleh
penipuan, penyelewengan, penindasan, saling menghujat, dan rasa dendam.
Sehingga lambat laun masyarakat mulai mementingkan diri mereka masingmasing dan acuh terhadap kehidupan di sekitarnya.
Secara umum, Indonesia dewasa ini sedang mengalami berbagai krisis.
Selain sedang mengalami krisis ekonomi, tanah air kita pun sedang dilanda
krisis moral, mental, dan spiritual. Sayangnya, kebanyakan obyek dan
sekaligus penyebab krisis tadi adalah para perempuan, mulai kasus
pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan), tarian erotis, dan banyak
hal lagi yang sasaran utama dan umpannya adalah perempuan. 1 Zakiah
Daradjat berpendapat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwa:
Seorang wanita kelak akan menjadi seorang istri dan ibu bagi suami dan
anak-anak mereka, sehingga mereka memiliki peranan yang sangat
penting bagi pembinaan generasi muda. Kalau demikian halnya, maka
seorang wanita harus dipersiapkan secara matang sebelum menjadi istri
dan ibu. Karena hari depan anak-anak yang akan dilahirkannya nanti
banyak tergantung kepadanya. Akan tetapi, dalam kenyataan hidup,
sekolah atau kursus untuk persiapan menjadi istri dan ibu itu tidak ada,
maka terjadilah apa yang terjadi sekarang yaitu wanita dianggap otomatis
mampu menjadi istri dan ibu yang baik tanpa persiapan. 2
Kondisi ini sangat memprihatinkan apalagi jika kita melihat peran dari
seorang perempuan yang kelak dari rahim mereka lah akan lahir penerus
bangsa.
Dalam kondisi ini, perempuan yang sadar memiliki tugas untuk
menjelaskan kembali fungsi agama dalam menghantarkan manusia menuju
kebahagiaan hakiki (sesuai agama masing-masing). Perempuan yang
tercerahkan harus mengingatkan saudara-saudara mereka akan peran dan
tugas yang dipikul perempuan, baik melalui pendekatan, media, pelatihan,
dan cara lainnya. Tugas ini akan berhasil jika dilakukan oleh perempuan itu
sendiri. 3 Maka, melalui kesadaran inilah perempuan dapat saling bahu
membahu untuk menginternalisasi nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan
mereka sehari-hari sehingga akan terbentuk akhlak yang positif dan mereka
mampu membedakan hal yang baik dan buruk.
Akhlak
seseorang
merupakan
barometer
terhadap
kebahagiaan,
Euis Daryati, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius, dalam Syiar
(Jakarta: Al-Huda, 2009), h. 35-36.
2
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. 16, h. 157.
3
Euis Daryati, Peran Perempuan dalam Membangun, ..., h. 37.
umat maka rusaklah bangsanya. Sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata:
As-Syauki Bey mengatakan dalam syairnya:
Selama umat itu akhlaknya baik ia akan tetap eksis, dan jika akhlaknya sirna,
maka bangsa itu pun akan binasa. 4
Pembinaan dan pembentukan akhlak dapat melalui proses pendidikan
dan pelatihan yang dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan.
Sebagaimana dikatakan Aminudin: Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina dan AlGhazali, sepakat bahwa akhlak dapat dibentuk melalui pendidikan, pelatihan,
pembinaan dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh. 5
Dalam lingkup sekolah umum pembentukan akhlak dapat dilakukan
melalui pengajaran pendidikan agama Islam. Namun sayangnya, alokasi
waktu untuk mata pelajaran agama Islam di sekolah umum sangat minim
yaitu setiap minggu hanya diberikan waktu selama dua jam pelajaran saja.
Waktu yang diberikan tentu sangat terbatas jika dibandingkan dengan materi
yang hendak disampaikan, belum lagi jika para pelajar ingin berdiskusi
seputar permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
sangat mungkin terjadi karena pendidikan agama Islam merupakan pedoman
yang akan mereka aktualisasikan dalam kehidupan nyata.
Selain itu, menurut Towaf (1996) sebagaimana dikutip oleh Muhaimin
menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di
sekolah, antara lain sebagai berikut.
1. Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama
menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama
sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.
2. Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah
sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum
informasi, tetapi pihak guru pendidikan agama Islam seringkali terpaku
padanya sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan
pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh.
4
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. 5, h. 176.
Aminudin, dkk., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), h. 155.
5
Sementara
menurut
Wahjosumidjo
dalam
bukunya
WIB
9
sekolahnya
masyarakat.
11
dan
menyadari
posisinya
di
tengah-tengah
Jakarta yang dapat membantu mereka memperjelas identitas diri yaitu sebagai
berikut; Kerohanian Islam (Rohis), Kerohanian Kristen (Rohkris), Paskibra,
Palang Merah Remaja (PMR/UKS), Pramuka, Olah raga permainan (Bola
Basket), Bela Diri (Karate dan Tae Kwon Do), Teater, Modern Dance, Tari
Saman, Vocal Group, Majalah Dinding, Futsal, Pencak Silat, Marawis,
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Band, Bridge, dan English Club. 12
Kegiatan yang dapat mengatasi ketimpangan antara kurangnya jam
pelajaran
dengan
materi
pendidikan
agama
Islam
di
kelas
yaitu
10
h. 256.
11
serta
menyelenggarakan
kegiatan
ekstrakurikuler.
Kegiatan
KEGIATAN
ROHIS
TERHADAP
B. Identifikasi Masalah
KEPUTRIAN
PADA
PEMBENTUKAN
b. Wanita dijadikan sebagai obyek krisis mental, moral dan spiritual yang
terjadi di negeri ini.
c.
Banyak remaja putri yang melanggar norma dan nilai-nilai agama seperti
melakukan aksi pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan),
tarian erotis, dan lain sebagainya.
f.
Penelitian ini di batasi kepada dua aspek, yaitu kegiatan keputrian Rohis
dan akhlak siswa, siswa yang dimaksud yaitu pelajar putri.
D. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diidentifikasi dan
dibatasi di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: Bagaimana efektivitas kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler
Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N 29 Jakarta?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan kegiatan keputrian yang berdampak bagi
pembentukan akhlak siswa.
b. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kegiatan keputrian pada
ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan kontribusi dalam peningkatan kegiatan Keputrian pada
ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N
29 Jakarta.
b. Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
masukan
bagi
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Efektivitas
Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
efektif yang berarti ada efek (pengaruh, akibat, kesannya).1 Dalam bahasa
Inggris kata efektivitas berasal dari kata effective yang berarti berhasil,
mujarab, berlaku atau mengesankan. 2
Dalam
Ensiklopedi
Indonesia
efektivitas
berarti
menunjukkan
tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu
mencapai tujuannya. Secara ideal, efektivitas dapat dinyatakan dengan aturan
yang pasti. 3
Sementara menurut T. Hani Handoko dalam bukunya Manajemen
mengatakan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan 4
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
efektivitas adalah suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), h. 284.
2
John M. Echols dan Hasan Sadily, An-English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. XXIV, h. 207.
3
Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve), jilid 2, h. 1.
4
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 7.
10
11
seseorang atau sekelompok orang agar tujuan yang telah ditetapkan di awal
dapat tercapai secara optimal.
B. Kegiatan Rohis (Kerohanian Islam)
1. Pengertian Rohani Islam
Rohis berasal dari dua kata yaitu Rohani dan Islam. Kata rohani dalam
bahasa Arab berarti ruh. Muhammad Quthb menyatakan bahwa roh adalah
suatu kekuatan yang tidak terlihat dan tidak diketahui materi dan cara
kerjanya. Ia adalah alat untuk mengadakan kontak dengan Allah. 5
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr: 29
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun, (Bandung: PT.
Al-Maarif, 1988), Cet. 2, h. 56.
6
Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000),
Cet. 10, h. 210.
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar,..., h. 960.
8
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun,, h. 59.
12
Tanpa rohani manusia bagai makhluk hidup yang tak bernyawa karena
rohanilah mesin penggerak bagi jasmani manusia.
Sementara pengertian Islam adalah ketentuan-ketentuan Allah, berupa
takdir dan sunnah-Nya, demi untuk ketundukan semua makhluk kepada-Nya,
agar ia senantiasa terpelihara dalam keadaan selamat sentosa. 9 Menurut
Mohammad Daud Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam, Islam berarti
ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah). Berasal dari kata
salima, yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar itu juga
terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan,
penyerahan (diri). 10
Islam dapat diartikan juga sebagai bentuk pemasrahan diri yang
sempurna kepada Allah dan keyakinan yang terus menerus kepada wahyu
Allah yang telah disampaikan melaui Nabi Muhammad saw. Di sisi lain Islam
juga dapat berarti way of life, peraturan yang bersifat integral, yang mengatur
hidup dan kehidupan manusia dan menjadi dasar akhlak yang mulia, yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umat
manusia. 11
Rohani Islam merupakan sebuah lembaga organisasi siswa di bidang
keagamaan yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan, yang
ditujukkan untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa.
Serta menjadi wadah atau sarana bagi siswa-siswi yang beragama Islam untuk
memperoleh pembinaan keagamaan secara lebih mendalam dalam rangka
menumbuhkembangkan bakat, kemampuan serta memperkuat pengetahuan
tentang ajaran-ajaran Islam. Dan senantiasa menanamkan, membudayakan,
mengakrabkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai Islam untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan bagi para pelajar. 12
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Grafika Karya Utama,
2001), Cet. 2, h. 37.
10
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), Cet. 4, h. 49.
11
Altaf Gauhar, Tantangan Islam, (Bandung: Pustaka, 1983), Cet. 3, h. 2.
12
Tim Kerja Permanen Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman Pembinaan
ROHIS-OSIS Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta, (Jakarta: Aries Lima, 1994), Cet. 1, h. 18.
13
rohis
berfungsi
ajaran-ajaran
sebagai
Islam
wadah
serta
untuk
sebagai
memperdalam
sarana
untuk
14
menjadi lebih baik. Sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi
dirinya dan orang lain. 13
Adapun tujuan dibentuknya rohis yaitu untuk membentuk kepribadian
siswa yang Islami dan untuk menambah wawasan keilmuan yang berkaitan
dengan agama khususnya dalam hal ibadah, aqidah, dan akhlak. Dan melalui
ekskul ini siswa diharapkan mampu memiliki akhlak mulia sehingga siswa
dapat mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama yang telah diperoleh dalam
segala aspek kehidupan.
4. Jenis-jenis kegiatan Rohis
Rohani Islam di SMA N 29 Jakarta memiliki 5 departemen yang terdiri
dari departemen asy-Syifa, dept. Orkes (Olahraga dan Kesenian), dept. Dikro
(Pendidikan Rohis), dept. Intel (Informasi dan Telekomunikasi), dan dept.
Perpustakaan. Adapun kegiatan dari masing-masing departemen ialah sebagai
berikut:
a) Departemen Asy-Syifa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konselinng Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),
Cet. 2, h. 38.
15
16
.
Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. 17
17
17
2)
3)
4)
5)
6)
D. Akhlak Siswa
1.
18
Pengertian Akhlak
Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah,
1998), Cet. 5, h. 163.
19
Arsip ekstrakurikuler Rohis-Keputrian di SMA Negeri 29 Jakarta.
18
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang asal katanya
Khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti
kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat,
tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. 20
Sedangkan menurut Rachmat Djatnika dalam bukunnya Sistem Ethika
Islami akhlaq yaitu budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil ratio
dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. 21
Ada beberapa pengertian tentang akhlak yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh, diantaranya:
a.
mendorong
ke
arah
melakukan
perbuatan
dengan
tidak
menghajatkan pikiran. 22
b. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam
perbuatan
dengan
gampang
dan
mudah,
tanpa
suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan
20
Zakiah Daradjat, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam
pada Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253.
21
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996),
Cet.2, h. 26.
22
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami..., h. 27.
23
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf... , h. 3.
24
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),
Cet. 2, h. 10.
19
lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan
sudah menjadi kebiasaan . 25
2. Sumber Akhlak
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak
bagi seorang muslim adalah al-Quran dan as-Sunnah. Sehingga ukuran
baik/buruk, patut atau tidak, secara utuh diukur dengan al-Quran dan asSunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak
bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah swt. dan RasulNya. 26
Dengan demikian dalam proses pembentukan akhlak perlu diperhatikan
nilai-nilai yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah agar tidak terjadi
penyimpangan terhadap akhlak tersebut. Nilai-nilai yang terdapat dalam
sumber akhlak yaitu akhlak al-karimah seperti jujur, bertanggung jawab,
amanah, menepati janji, tasamuh, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya
apabila terjadi penyimpangan dari sumber akhlak maka akan terbentuk akhlak
al-madzmumah (akhlak tercela) seperti dusta, khianat, penipu, berlaku kasar,
ghibah, dan lain sebagainya.
3. Prinsip-Prinsip Dasar Pandangan Terhadap Akhlak
Menurut Jalaluddin prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan
terhadap akhlak, meliputi dasar pandangan bahwa:
1) Akhlak termasuk faktor yang diperoleh dan dipelajari.
2) Akhlak lebih efektif dipelajari dan dibentuk melalui teladan dan
pembiasaan yang baik.
3) Akhlak dipengaruhi oleh faktor waktu, tempat, situasi, dan kondisi
masyarakat serta adat istiadat dan cita-cita atau pandangan hidup. Akhlak
tidak selalu terpelihara, kebaikan dan keburukan berpengaruh bagi
pembentukan akhlak.
4) Akhlak sejalan dengan fithrah dan akal sehat (common sense) manusia,
yaitu cenderung kepada yang baik.
5) Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran
Islam yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
25
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. 2, h. 30.
26
Novi Hardian, Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman untuk Remaja,
(Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003), h. 156-157.
20
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 3, h. 45.
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak...,h. 49-52.
28
21
22
33
34
23
2) Akhlak al-Madzmumah
Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari akhlak al-Karimah yaitu
akhlak yang tercela dan harus dihindari. Adapun contoh akhlak alMadzmumah yaitu sebagai berikut:
a. Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan
atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang
tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap
tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan
isu-isu yang tidak baik.
b. Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan
kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan
berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain
mendapat musibah. Perbuatan dalam bentuk kemarahan, permusuhan,
menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang
terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim.
c. Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap
sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan,
karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang
dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus
ditutupi. 36
5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan Akhlak terbagi menjadi 3, yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaaan dari dalam
yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lainlain.
2) Aliran Empirisme
Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan
sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
35
24
3) Aliran Konvergensi
Aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu
pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. 37
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan
ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl: 78) 38
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk
dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut
harus disyukuri dengan cara mengisinya melalui pendidikan dan pengajaran
terutama tentang nilai-nilai yang telah disyariatkan agama.
Adapun hadits Nabi yang sejalan dengan teori tersebut adalah:
,
((
, ,
,
)
(
,
tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah
(kesucian) maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, keluar dari pada suatu
binatang melata yang seluruhnya merayap, apakah kamu merasa
mengetahui yang ada di dalamnya yaitu dipotong hidungnya, kemudian
Abu Hurairah berkata: Allah mensucikan manusia yang telah disucikan
37
38
25
,
Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
39
Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), h. 118.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,, h. 168-169
41
Novi Hardian ,Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman, h. 157.
40
26
Ibnu Hibban, Al-Mustadrak Ala Sohihain, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1990), Juz. 2,
h. 670.
27
teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian telah dilakukan oleh
Rasulullah saw. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah yang
berbunyi:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21) 43
4) Introspeksi Diri
Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki
dirinya berakhlak utama hendaknya lebih dahulu mengetahui kekurangan dan
cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak
berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya tidak terwujud dalam kenyataan. 44
Perbaikan tidak akan berhasil dengan masa bodoh terhadap segala
kekurangan dan tidak berusaha menutupnya karena kita membawa amanah
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan semesta alam dan
pertanggungjawaban di hadapan sejarah yang tidak meninggalkan keburukan
dan kebaikan melainkan menuliskannya. 45
5) Nasehat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata
yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karenanya katakata tersebut harus diulang-ulangi. Kata-kata ini biasanya berupa nasehat.
Namun nassehat saja tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan teladan dan
perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti atau diteladani karena di
43
28
46
Muhammad Quthb, Terj. oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam,..., h. 334.
Ridwan, Pengantar Efektif; Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), Cet. 1, h. 109.
48
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. 1, h. 70.
49
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan..., h. 64.
47
29
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), Cet. 1, h. 162.
51
Sofyan S. William, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Aksara, 1981), Cet.
3, h. 69.
52
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan..., h. 75.
30
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat siswa sekolah
menengah yang berada pada masa remaja tergolong labil dan merupakan
masa pencarian identitas/jati diri yang membawa mereka pada problematika
kehidupan. Pada penyelesaian problem-problem tersebutlah mereka dilatih
untuk mengatasi sifat labil tersebut dan menemukan identitas diri yang
mereka cari. Hingga akhirnya mereka dapat menemukan apa yang mereka
inginkan.
E. Kerangka Berpikir
Efektivitas merupakan suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
di awal secara optimal. Sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan
harapan.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kegiatan yang ada di
sekolah yang berada di bawah naungan OSIS. Kegiatan ekstrakurikuler ini
disediakan untuk menggali potensi peserta didik sesuai dengan hobi dan bakat
yang dimiliki oleh mereka. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler pun berfungsi
sebagai sarana untuk menambah wawasan pemahaman siswa berkaitan
dengan berbagai macam pelajaran yang diberikan di sekolah.
Rohis (Kerohanian Islam) merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan yang berada di sekolah. Ekskul Rohis berfungsi untuk
menanamkan nilai-nilai agama dan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai tersebut dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Ekskul tersebut
dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan siswa tentang pelajaran
agama yang masih sangat minim diberikan di kelas.
Ekstrakurikuler Rohis memiliki beberapa program kegiatan salah satu
diantaranya yaitu kegiatan Keputrian. Kegiatan Keputrian dikhususkan bagi
pelajar putri sebagai wadah untuk memperoleh wawasan keislaman mengenai
hal-hal yang berkaitan tentang perempuan dan sebagai sarana dalam
mengimplementasikan nilai-nilai ajaran agama yang telah didapat dalam
31
32
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang akan dijadikan objek penelitian ditetapkan di SMA Negeri
29 Jakarta yang beralamat di Jl. Kramat No. 6 Kebayoran Lama.
Adapun waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk memperoleh data-data
yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu selama 3 bulan dimulai dari
bulan April - Juni 2010.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. 1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan
sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan
empiris mengenai kegiatan keputrian terhadap pembentukan akhlak siswa,
yaitu:
1. Variabel bebas (variabel independen), yaitu variabel yang dapat
memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yaitu kegiatan Keputrian
Rohis (variabel X).
2. Variabel terikat (variabel dependen), yaitu variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas, yaitu pembentukan akhlak siswa (variabel Y).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, h. 118.
32
33
C. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan
dan menjelaskan permasalahan tentang efektivitas kegiatan keputrian pada
ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa, maka penulis
menggunakan penelitian kuanitatif dengan metode deskriptif-analisis.
Menurut Margono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan
menyatakan bahwa Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. 2
Di
dalam
metode
deskriptif-analisis
terdapat
upaya
untuk
34
35
Indikator
1. Respon siswa terhadap
Jumlah
3
kegiatan Keputrian
2. Pelaksanaan
Kegiatan
Keputrian
kegiatan
4, 5, 6
kajian
7, 8, 9, 24,
29
4. Implikasi pelaksanaan
14, 15, 16
Keputrian
3. Identifikasi
Keputrian
kegiatan Keputrian
1. Akhlak terhadap Allah
2. Akhlak terhadap diri
19, 20, 27
21, 22
23
25, 26
sendiri
3. Akhlak terhadap
Pembentukan
akhlak siswa
sesama:
sikap kepada orang
tua dan guru
sikap kepada lawan
jenis
36
kegiatan
keputrian
pada
ekstrakurikuler
Rohis
terhadap
37
5. Analisis Data
Setelah melewati tahap-tahap di atas, maka selanjutnya dilakukan
perhitungan-perhitungan dengan menggunakan data statistik berupa
prosentase atau frekuensi relatif dengan menggunakan rumus: 5
P=
F
x100%
N
Keterangan:
P : Prosentase
F : Frekuensi Jumlah Responden
N : Jumlah Data Responden
Untuk memberikan interpretasi dan prosentase hasil angket yang
diperoleh digunakan pedoman interpretasi sebagai berikut:
1) Sangat efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%
2) Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 51-75%
3) Kurang efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 26-50%
4) Tidak efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 0-25%
Untuk menentukan prosentase, digunakan perhitungan sederhana dengan
langkah-langkah:
1) Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan
mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tetinggi.
2) Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian. Adapun cara perhitungannya dengan
menggunakan rumus mean yaitu: Mx =
X
N
Keterangan:
Mx
: Mean/nilai rata-rata
: Banyaknya Responden
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), Cet.
15, h. 43.
38
Keterangan:
NS : Nilai Skor
NH : Nilai Harapan
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisis, maka penulis
menyimpulkan bahwa:
1. Kegiatan Keputrian pada Ekstrakurikuler Rohis di SMA N 29 Jakarta
sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jadwal
kegiatan keputrian yang sudah berjalan secara rutin dan terencana secara
sistematis. Selain itu, kegiatan keputrian sangat didukung oleh pihak
sekolah yaitu dengan menjadikan kegiatan keputrian sebagai salah satu
kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh siswa putri pada hari Jumat.
Dan hampir seluruh guru dilibatkan untuk menjadi pembicara pada
kegiatan tersebut.
2.
70
71
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka penulis
memberikan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
1. Kepada Kepala Sekolah diharapkan menambah fasilitas ruangan untuk
kegiatan keputrian. Karena ruangan yang ada saat ini tidak memiliki
kuota yang cukup banyak untuk menampung seluruh pelajar putri dari
kelas X, XI, dan XII.
2. Kepada ekskul Rohis sebagai pelaksana kegiatan keputrian diharapkan
dapat meningkatkan kualitas materi yang akan diajukan kepada guru.
Agar materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa selalu relevan
dengan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tema yang akan disajikan tentang batas-batas dalam pergaulan
hendaknya diperluas, agar siswa dapat lebih mengerti dan memahami
hal-hal yang harus dipertahankan dan diperjuangkan, khususnya oleh
seorang perempuan.
4. Pembina dan pengurus Keputrian diharapkan selalu memberi motivasi
kepada siswa agar selalu antusias dan semangat ketika mengikuti
kegiatan Keputrian.
5. Kepada pembina dan pengurus Keputrian diharapkan selalu melakukan
pengawasan ke setiap kelas agar seluruh pelajar puteri dapat dipastikan
mengikuti kegiatan keputrian.
6. Kegiatan keputrian diharapkan dapat menjadi suatu wadah bagi pelajar
putri untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi
terutama tentang hal-hal yang berkaitan dengan perempuan. Dan sebagai
wadah agar dapat meningkatkan akhlak siswa agar sesuai dengan ajaran
agama.
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Agama
Pedoman
Umum
Ejaan
Bahasa
Indonesia
Yang
et.al.,
Paradigma
Pendidikan
Islam:
Upaya
Mengefektifkan