Anda di halaman 1dari 55

EFEKTIVITAS KEGIATAN KEPUTRIAN PADA

EKSTRAKURIKULER ROHIS TERHADAP PEMBENTUKAN


AKHLAK SISWA DI SMA NEGERI 29 JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:
SYAIDAH
NIM: 106011000192

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M

ABSTRAKSI
SYAIDAH, NIM: 106011000192, Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada
Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA
Negeri 29 Jakarta, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, di bawah
bimbingan Dr. Hj. Siti Salmiah, M.A.
Kerohanian Islam (Rohis) merupakan sebuah lembaga organisasi di bawah
naungan OSIS yang bergerak di bidang keagamaan. Organisasi ini bertujuan
untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa dan sebagai
wadah bagi siswa untuk menambah wawasan tentang ajaran-ajaran agama serta
sebagai sarana untuk menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai
keagamaan dalam setiap aspek kehidupan.
Rohis memiliki beberapa program kegiatan keagamaan dan salah satu dari
kegiatan tersebut yaitu keputrian. Keputrian merupakan kegiatan yang
dikhususkan bagi pelajar putri sebagai wadah untuk menambah wawasan
keilmuan tentang perempuan. Pada kegiatan ini ditanamkan tugas dan peran yang
harus dimiliki oleh pelajar putri, baik dari segi pergaulan, cara bertatakrama, cara
menjaga kesehatan, serta keterampilan lainnya.
Kegiatan keputrian diharapkan dapat menjadi sarana bagi terbentuknya
akhlak terpuji. Proses pembentukan akhlak ini tidak dapat dilakukan hanya
dengan satu kali pertemuan saja, melainkan harus dilakukan melalui proses yang
cukup panjang. Maka demi terciptanya akhlak tersebut Keputrian dapat menjadi
sarana yang sangat efektif bagi proses pembentukan akhlak terutama di sekolah
umum yang mendapat pelajaran agama sangat minim. Proses pembentukan akhlak
yang benar dapat menjadikan siswa memiliki akhlak terpuji baik terhadap Allah,
diri sendiri, maupun terhadap sesama.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan
keputrian pada ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA
N 29 Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif analisis yang didukung melalui teknik-teknik pengumpulan data berupa
angket, observasi, dan wawancara dengan Kepala Sekolah, Pembina Rohis,
Pembina Keputrian serta Ketua Keputrian di SMA N 29 Jakarta. Dalam penelitian
ini yang dijadikan populasi yaitu seluruh pelajar puteri kelas X dan XI sebanyak
232 siswa. Dari populasi tersebut penulis mengambil sampel sebanyak 25% atau
58 siswa.
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui secara rinci bahwa
kegiatan
Keputrian
sebagai
sarana
untuk
menginternalisasi
dan
mengkatualisasikan nilai-nilai ajaran agama telah berperan cukup efektif.
Keefektifan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian indikator-indikator dua
variabel yang terkait yaitu variabel X dan variabel Y yang dicapai hasil akhir atau
total nilai keseluruhan sebesar 71,74% yang berada pada kategori efektif.

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Efektivitas

Kegiatan

Keputrian

Pada

Ekstrakurikuler

Rohis

Terhadap

Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta. Shalawat beserta salam


semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Revolusioner Islam Nabi Muhammad
saw., kepada Keluarga, Sahabat dan umatnya yang selalu setia mengikuti setiap
sunnah Rasulullah. Semoga kita menjadi salah satu umat yang mendapat syafaat
darinya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat hambatan
dan rintangan yang dihadapi. Namun karena bantuan dan motivasi serta
bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak
terhingga kepada:
1.

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta.

2.

Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Dr. Hj. Siti Salmiah, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.

4.

H. Abdul Ghofur, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah


banyak memberikan arahan dan masukannya kepada penulis.

5.

Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu


Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ii

6.

Seluruh dosen serta karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmunya
selama proses perkuliahan.

7.

Kepala sekolah SMA N 29 Jakarta, Dra. Hernita HB. Murap; Pembina Rohis,
Dra. Latifah Mahmudy; Pembina Keputrian, Wijiatun S.Pd.; serta Ketua
Keputrian, Fitria Hairani A. yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di SMA N 29 Jakarta serta memberikan
informasi dan masukan kepada penulis selama proses penelitian.
Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada orang-orang yang telah

dengan setia mendampingi dan menemani penulis selama proses perkuliahan


khususnya dalam penyusunan skripsi. Serta dengan ketulusan hati meluangkan
waktu dan pikirannya untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.
Oleh karenanya dengan segala ketulusan hati penulis pun mengucapkan
terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1.

Ibunda dan ayahanda tercinta dan terkasih Hj. Yayah Suryati dan H. A.
Gojali, tiada kata yang mampu aku ucapkan atas ketulusan dan kesabaran
bunda dan ayahanda dalam menemani setiap langkahku, hanya doa tulus yang
dapat aku berikan. Semoga ketulusan ibunda dan ayahanda akan berbuah
manis di akhirat kelak dan semoga ridho Allah selalu mengiringi gerak
langkah keluarga kita dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Amin.

2. Kakak serta adik-adikku yang tercinta dan tersayang (Maria Ulfah, Abdul
majid dan Ahmad Ridwan). Semangat dan dukungan kalian senantiasa
menjadi spirit dan energi yang selalu merekah dalam setiap gerak langkahku.
3. Izatun Milah the Best my friend, sahabat yang sangat kukagumi dan
kusayangi. Rasa syukur yang terdalam aku panjatkan pada Allah karena telah
mempertemukan kita. Semoga persahabatan ini abadi dunia dan akhirat.
4.

MiQiWa (Emi, Qiqi, dan Wati) sahabat sejati dalam menghadapi masa suka
dan duka ketika kuliah. Kebersamaan kita selama kuliah takkan pernah aku
lupakan, semoga masa-masa indah itu dapat kita rasakan kembali. Semangat
selalu sahabat.

iii

5.

KFajri yang selalu menguatkanku saat aku rapuh, KDedy pemotivator sejati
dalam menjalani kehidupan ini dan KCici pemotivator untuk terus semangat
dan berjuang dalam menyusun skripsi ini serta selalu memberikan masukan
dan arahan kepada penulis.

6.

Maryam dan Aniah yang selalu memberikan motivasi dalam beribadah dan
menjadikan hari-hariku penuh dengan keceriaan, masa-masa indah di kosan
takkan pernah aku lupakan kalian adalah adik kelas sekaligus sahabat yang
selalu mengingatkan di kala aku lalai...luv u cz Allah

7.

Nisa dan Rahmad bersama kalian aku menemukan arti persaudaraan yang
sangat indah, kita adalah orang yang aneh, aku akan selalu ingat itu.

8. Tri, Salaf dan Erika semangat dan perjuangan kita bersama akan menjadi bait
kenangan yang indah di masa akhir studi ini. Semangat dan Sukses selalu
sobat.
9.

Teman-teman IRMAFA khususnya (Beni, KZaki, Ira, Ana, Irna, Intan, Ab,
dan Basyir) terima kasih atas segala hal yang telah kalian berikan, ilmu yg
aku raih saat di IRMAFA semoga akan bermanfaat untuk kehidupan di masa
yang akan datang. Maaf jika selama proses penyusunan skripsi aku jarang
berkunjung ke IRMAFA.

10. Teman-teman kosan di Kertamukti (Yeti, Pipit, Aan, Ifah, Lulu, Ade, dan
Didi) terima kasih kalian telah berkenan menemani sebagian langkahku
dengan canda dan tawa kalian.
11. Teman-teman kosan di Kp. Utan (Ana, Wiwin, dan Yolan) maaf jika selama
di kosan ada hal yang kurang berkenan di hati kalian baik karena sikap dan
lisanku yang sempat berbuat khilaf. Dan terima kasih kalian berkenan
menjadi tempat sharing dan curhatku, khususnya untuk Ana dan Sule terima
kasih banyak atas jasa printnya dan maaf sering mengganggu tidur Ana.
12. Teman-teman PAI kelas E angkatan 2006 (Dede, Yuni, Tya, Fatiah, Ning,
Yhuly, Syifa, Sule, Ujang, Welly, Sarli, Ayub, Toto, dkk) kisah kita di kelas
takkan pernah bisa aku lupakan, terima kasih kalian telah banyak membantu
aku saat mengalami kesulitan dalam perkuliahan. Semoga kelak kita semua

iv

akan menjadi orang-orang yang sukses baik di dunia maupun di akhirat.


Amin.
13. Teman-teman Sejarah (TDevi, Indah, Adit, Mui, Mariah, Ikenk, Nervi, Lulu,
Erika, Sidroh, Jojo, Edi, Ida, Lesti, Hikma, Andika, dkk) thanks a lot, meski
hanya sesaat kebersamaan kita tetapi selama di kelas aku benar-benar
merasakan arti kekeluargaan dan persaudaraan. Semoga hubungan kita tidak
akan pernah terputus. Untuk TDevi dan Indah kalian adalah sahabat sejati
yang selalu memotivasi aku serta sebagai tempat

bertanya dan sharing

seputar permasalahan agama. Semoga kita akan selalu dapat berbagi ilmu
ya...!
14. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, namun atas
jasa mereka pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sangat sadar akan segala bantuan dan motivasi yang telah diberikan
oleh semua pihak. Semoga segala amal kebaikan akan diberi balasan yang
setimpal oleh Allah swt. baik di dunia maupun di akhirat.
Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sehingga akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi
dimasa yang akan datang. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin...

Jakarta, Agustus 2010


Penulis

Syaidah

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAKSI...................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8
D. Perumusan Masalah........................................................................... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9
2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR


A. Pengertian Efektivitas ...................................................................... 10
B. Kegiatan Rohis (Rohani Islam)
1. Pengertian Rohani Islam .............................................................. 11
2. Fungsi Rohis ................................................................................ 13
3. Tujuan Rohis ............................................................................... 13
4. Jenis-jenis Kegiatan Rohis ........................................................... 14
C. Keputrian Rohis
1. Pengertian Keputrian.................................................................... 15
2. Fungsi Keputrian .......................................................................... 16
3. Tujuan Kegiatan Keputrian .......................................................... 16
4. Kegiatan Keputrian Rohis ........................................................... 17

vi

D. Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak ........................................................................ 18
2. Sumber Akhlak ............................................................................ 19
3. Prinsip-prinsip Dasar Pandangan Terhadap Akhlak .................... 19
4. Macam-macam Akhlak ............................................................... 20
5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak ............................................ 23
6. Metode Pembinaan Akhlak .......................................................... 25
7. Pengertian Siswa Sekolah Menengah dan Problematika yang
Dihadapinya ......................................................................... 28
E. Kerangka Berpikir ............................................................................. 30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 32
B. Variabel Penelitian ............................................................................ 32
C. Metode Penelitian.............................................................................. 33
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 34
F. Teknik Analisa Data .......................................................................... 36

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Keadaan Sekolah ......................................................................... 39
2. Visi dan Misi SMA N 29 Jakarta ................................................ 40
3. Data Guru, Pegawai, dan Siswa ................................................... 40
4. Sarana dan Prasarana ................................................................... 41
5. Kegiatan Kesiswaan dan Ekstrakurikuler .................................... 42
B. Keputrian Rohis
1. Sejarah Keputrian SMA N 29 Jakarta .......................................... 44
2. Visi dan Misi Keputrian SMA N 29 Jakarta ................................ 45
3. Kegiatan Keputrian SMA N 29 Jakarta Periode 2009/2010 ........ 45
4. Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. 47
5. Struktur Kepengurusan Keputrian ............................................... 48
6. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Kegiatan Keputrian .......... 49

vii

C. Deskripsi Data .................................................................................. 49


D. Analisis Data ..................................................................................... 50
E. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 66

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 70
B. Saran-saran ....................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

viii

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Angket ................................................................. 35
Tabel 2 Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010 ................................................... 40
Tabel 3 Data Pegawai Tahun Ajaran 2009/2010 .............................................. 41
Tabel 4 Data siswa SMA N 29 Jakarta Tahun Ajaran 2009-2010 ................... 41
Tabel 5 Sarana dan Prasarana SMA N 29 Jakarta ............................................ 42
Tabel 6 Jadwal Kegiatan Keputrian Semester 1 ............................................... 45
Tabel 7 Jadwal Kegiatan Keputrian Semester II .............................................. 46
Tabel 8 Struktur Kepengurusan Keputrian-Rohis Periode 2009/2010 ............. 48
Tabel 9 Pendapat siswa tentang kegiatan Keputrian ......................................

50

Tabel 10 Alasan siswa mengikuti kegiatan Keputrian ..................................... 51


Tabel 11 Pengalaman siswa mengikuti kegiatan Keputrian ............................. 52
Tabel 12 Keaktifan Keputrian dalam melaksanakan kajian keagamaan .......... 52
Tabel 13 Kegiatan Keputrian wajib diikuti seluruh siswa ................................ 53
Tabel 14 Pemberian sanksi bagi yang tidak mengikuti kegiatan Keputrian ..... 53
Tabel 15 Tema kajian Keputrian up to date dan mudah dipahami ................... 54
Tabel 16 Materi yang disampaikan relevan dengan masalah siswa ................. 54
Tabel 17 Materi yang disampaikan tentang perempuan ................................... 55
Tabel 18 Menambah wawasan tentang kewajiban muslimah .......................... 55
Tabel 19 Kegiatan Keputrian memotivasi siswa lebih dekat dengan Allah ..... 56
Tabel 20 Kegiatan Keputrian mempengaruhi akhlak dalam bergaul dengan
lawan jenis .......................................................................................... 56
Tabel 21 Kegiatan Keputrian mempengaruhi akhlak siswa sesuai dengan
tuntunan agama .................................................................................. 57
Tabel 22 Memotivasi siswa untuk shalat fardhu tepat waktu ........................... 57
Tabel 23 Perasaan bersalah ketika meninggalkan shalat .................................. 58
Tabel 24 Meningkatkan pelaksanaan ibadah puasa sunnah senin-kamis .......... 58
Tabel 25 Menggunakan pakaian ketat dan transparan membuat siswa
nyaman ............................................................................................... 59

ix

Tabel 26 Mengikuti kegiatan Keputrian dengan berjilbab membuat siswa tidak


nyaman ................................................................................................ 59
Tabel 27 Siswa menggunakan jilbab pada saat keluar rumah .......................... 60
Tabel 28 Menambah pengetahuan siswa tentang mandi wajib setelah haid ..... 60
Tabel 29 Kegiatan Keputrian memotivasi siswa untuk patuh
kepada orang tua dan guru ................................................................. 61
Tabel 30 Sikap siswa terhadap orang tua dan guru .......................................... 61
Tabel 31 Siswa berbohong kepada orang tua dan guru .................................... 62
Tabel 32 Menyampaikan materi tentang batas-batas pergaulan antar
lawan jenis .......................................................................................... 62
Tabel 33 Siswa putri cenderung bergaul dengan teman laki-laki daripada teman
perempuan ........................................................................................... 63
Tabel 34 Bersentuhan tangan ketika berbicara dan bercengkerama dengan lawan
jenis ..................................................................................................... 63
Tabel 35 Kegiatan Keputrian melarang siswa berkunjung ke diskotik ............ 64
Tabel 36 Berkunjung ke diskotik dapat membuat siswa terhibur ..................... 64
Tabel 37 Materi free sex pada kajian kegiatan Keputrian ................................ 65
Tabel 38 Pendapat siswa tentang free sex ......................................................... 65
Tabel 39 Nilai rata-rata skor penilaian berdasarkan indikator .......................... 66

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arus globasisasi yang membawa pengaruh budaya barat mulai semakin
marak di negeri ini. Budaya-budaya luar perlahan namun pasti mulai
menggoyahkan budaya ke-Timuran yang dimiliki oleh bangsa ini. Hal-hal
yang negatif seperti minum-minuman keras, penggunaan narkoba dan free
sex sudah hampir menjadi sesuatu yang tidak lagi tabu di negeri ini bahkan
ditambah lagi dengan dunia perfilman yang sudah semakin vulgar dengan
mengumbar aurat dan mencontohkan pergaulan bebas tanpa batas.
Filterisasipun semakin mengendur sehingga dengan mudah budaya-budaya
tersebut masuk ke negeri ini.
Akibat dari globalisasi ini membawa dekadensi moral yang berakibat
pada prilaku-prilaku menyimpang sehingga akhlak masyarakat menjadi
negatif. Nilai-nilai keislaman seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, saling
tolong menolong, menghargai dan kasih sayang mulai tergantikan oleh
penipuan, penyelewengan, penindasan, saling menghujat, dan rasa dendam.
Sehingga lambat laun masyarakat mulai mementingkan diri mereka masingmasing dan acuh terhadap kehidupan di sekitarnya.
Secara umum, Indonesia dewasa ini sedang mengalami berbagai krisis.
Selain sedang mengalami krisis ekonomi, tanah air kita pun sedang dilanda
krisis moral, mental, dan spiritual. Sayangnya, kebanyakan obyek dan
sekaligus penyebab krisis tadi adalah para perempuan, mulai kasus

pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan), tarian erotis, dan banyak
hal lagi yang sasaran utama dan umpannya adalah perempuan. 1 Zakiah
Daradjat berpendapat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwa:
Seorang wanita kelak akan menjadi seorang istri dan ibu bagi suami dan
anak-anak mereka, sehingga mereka memiliki peranan yang sangat
penting bagi pembinaan generasi muda. Kalau demikian halnya, maka
seorang wanita harus dipersiapkan secara matang sebelum menjadi istri
dan ibu. Karena hari depan anak-anak yang akan dilahirkannya nanti
banyak tergantung kepadanya. Akan tetapi, dalam kenyataan hidup,
sekolah atau kursus untuk persiapan menjadi istri dan ibu itu tidak ada,
maka terjadilah apa yang terjadi sekarang yaitu wanita dianggap otomatis
mampu menjadi istri dan ibu yang baik tanpa persiapan. 2
Kondisi ini sangat memprihatinkan apalagi jika kita melihat peran dari
seorang perempuan yang kelak dari rahim mereka lah akan lahir penerus
bangsa.
Dalam kondisi ini, perempuan yang sadar memiliki tugas untuk
menjelaskan kembali fungsi agama dalam menghantarkan manusia menuju
kebahagiaan hakiki (sesuai agama masing-masing). Perempuan yang
tercerahkan harus mengingatkan saudara-saudara mereka akan peran dan
tugas yang dipikul perempuan, baik melalui pendekatan, media, pelatihan,
dan cara lainnya. Tugas ini akan berhasil jika dilakukan oleh perempuan itu
sendiri. 3 Maka, melalui kesadaran inilah perempuan dapat saling bahu
membahu untuk menginternalisasi nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan
mereka sehari-hari sehingga akan terbentuk akhlak yang positif dan mereka
mampu membedakan hal yang baik dan buruk.
Akhlak

seseorang

merupakan

barometer

terhadap

kebahagiaan,

keamanan dan ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan


bahwa akhlak merupakan tiang berdirinya suatu umat, sebagaimana shalat
merupakan tiang agama Islam. Dengan kata lain apabila rusak akhlak suatu

Euis Daryati, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius, dalam Syiar
(Jakarta: Al-Huda, 2009), h. 35-36.
2
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. 16, h. 157.
3
Euis Daryati, Peran Perempuan dalam Membangun, ..., h. 37.

umat maka rusaklah bangsanya. Sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata:
As-Syauki Bey mengatakan dalam syairnya:


Selama umat itu akhlaknya baik ia akan tetap eksis, dan jika akhlaknya sirna,
maka bangsa itu pun akan binasa. 4
Pembinaan dan pembentukan akhlak dapat melalui proses pendidikan
dan pelatihan yang dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan.
Sebagaimana dikatakan Aminudin: Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina dan AlGhazali, sepakat bahwa akhlak dapat dibentuk melalui pendidikan, pelatihan,
pembinaan dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh. 5
Dalam lingkup sekolah umum pembentukan akhlak dapat dilakukan
melalui pengajaran pendidikan agama Islam. Namun sayangnya, alokasi
waktu untuk mata pelajaran agama Islam di sekolah umum sangat minim
yaitu setiap minggu hanya diberikan waktu selama dua jam pelajaran saja.
Waktu yang diberikan tentu sangat terbatas jika dibandingkan dengan materi
yang hendak disampaikan, belum lagi jika para pelajar ingin berdiskusi
seputar permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
sangat mungkin terjadi karena pendidikan agama Islam merupakan pedoman
yang akan mereka aktualisasikan dalam kehidupan nyata.
Selain itu, menurut Towaf (1996) sebagaimana dikutip oleh Muhaimin
menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di
sekolah, antara lain sebagai berikut.
1. Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama
menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama
sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.
2. Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah
sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum
informasi, tetapi pihak guru pendidikan agama Islam seringkali terpaku
padanya sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan
pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh.
4

Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. 5, h. 176.
Aminudin, dkk., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002), h. 155.
5

3. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas maka guru


pendidikan agama Islam kurang berupaya menggali berbagai metode
yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama sehingga
pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.
4. Keterbatasan sarana/prasarana, mengakibatkan pengelolaan cenderung
seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting,
seringkali kuranng diberi prioritas dalam urusan fasilitas. 6
Dengan demikian sekolah harus mengadakan suatu wadah atau kegiatan
yang dapat membantu para pelajar untuk mengaplikasikan pengetahuanpengetahuan agama yang telah didapatkan secara optimal. Dalam dunia
proses pendidikan, dikenal adanya dua kegiatan yang cukup elementer, yaitu
kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan pokok pendidikan dimana
didalamnya terjadi proses belajar mengajar antara peserta didik dan guru
untuk mendalami materi-materi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh peserta didik.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan
dalam rangka mengembangkan aspek-aspek tertentu dari apa yang ditemukan
pada kurikulum yang sedang dijalankan. 7
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta
didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak
langsung dengan materi kurikulum. 8 Menurut B. Suryosubroto kegiatan
ekstrakurikuler mencakup semua kegiatan di sekolah yang tidak diatur dalam
kurikulum. 9

Sementara

menurut

Wahjosumidjo

dalam

bukunya

Kepemimpinan Kepala Sekolah menyatakan bahwa:


Kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kegiatan-kegiatan siswa di luar jam
pelajaran, yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah, dengan
6

Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan


Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. 3, h. 89-90.
7
Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstra Kurikuler Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 3-4.
8

(http://kurikulumsmk.freehosting.net/hp-buku3/page4.html), 23 Desember 2009, 10.30

WIB
9

B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. 1, h. 58.

tujuan untuk memperluas pengetahuan, memahami keterkaitan antara


berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat, serta dalam rangka
usaha untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan para siswa
terhadap Tuhan Yang Mahaesa, kesadaran berbangsa dan bernegara,
berbudi pekerti luhur dan sebagainya. 10
Kegiatan ekstrakurikuler berada dibawah garis koordinasi OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah) yaitu organisasi kesiswaan yang berada di
bawah naungan sekolah yang bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap
siswa melalui berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang
dilakukan oleh ekstrakurikuler harus diketahui oleh OSIS agar dapat
berkoordinasi dengan baik dan tidak bertentangan dengan visi dan misi
sekolah.
Pada dasarnya penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler dalam dunia
persekolahan ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang
tertentu. Karena itu, aktivitas ekstrakurikuler itu harus disesuaikan dengan
hobi serta kondisi siswa sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat
memperjelas identitas diri. Kegiatan itupun harus ditujukan untuk
membangkitkan semangat, dinamika, dan optimisme siswa sehingga mereka
mencintai

sekolahnya

masyarakat.

11

dan

menyadari

posisinya

di

tengah-tengah

Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 29

Jakarta yang dapat membantu mereka memperjelas identitas diri yaitu sebagai
berikut; Kerohanian Islam (Rohis), Kerohanian Kristen (Rohkris), Paskibra,
Palang Merah Remaja (PMR/UKS), Pramuka, Olah raga permainan (Bola
Basket), Bela Diri (Karate dan Tae Kwon Do), Teater, Modern Dance, Tari
Saman, Vocal Group, Majalah Dinding, Futsal, Pencak Silat, Marawis,
Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Band, Bridge, dan English Club. 12
Kegiatan yang dapat mengatasi ketimpangan antara kurangnya jam
pelajaran

dengan

materi

pendidikan

agama

Islam

di

kelas

yaitu

10

Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999),

h. 256.
11

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,


(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet. 2, h. 187.
12
Arsip Profil SMA Negeri 29 Jakarta

ekstrakurikuler Rohis (Kerohanian Islam) karena ekskul ini merupakan salah


satu ekstrakurikuler keagamaan yang ada di sekolah. Dan diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang positif dalam mengembangkan pola pikir dan
sikap keberagamaan siswa agar lebih baik lagi. Dan sebagai sarana untuk
mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diberikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Ekstrakurikuler Rohis di SMA Negeri 29 Jakarta merupakan salah satu
ekskul keagamaan yang berada dibawah naungan OSIS yang memiliki
beberapa departemen dalam membantu menginternalisasi ajaran-ajaran Islam
diantaranya; Asy-Syifa, Orkes (Olahraga dan Kesenian), Dikro (Pendidikan
Rohis), Intel (Informasi dan Telekomunikasi) dan Perpustakaan. Selain
departemen-departemen tersebut, ekstrakurikuler Rohis pun memiliki
kegiatan yang dikhususkan bagi pelajar putri yaitu kegiatan Keputrian 13 .
Kegiatan ini memiliki kepengurusan tersendiri tetapi tetap berada di bawah
garis koordinasi Rohis.
Kegiatan ekskul Rohis yang paling urgen bagi pelajar putri adalah
Keputrian. Keputrian cenderung menangani masalah-masalah kewanitaan
baik dari segi jasmani maupun rohani. Kajian yang dilaksanakan khusus
untuk putri ini mengkaji tentang berbagai macam hal yang disyariatkan oleh
agama diantaranya yaitu, kewajiban seorang muslimah untuk menutup aurat,
batasan-batasan yang harus dijaga antara laki-laki dan wanita yang bukan
mahram, kewajiban dan hak-hak wanita, tips-tips merawat diri dan lain
sebagainya.
Minimnya pemahaman pelajar putri tentang kewajiban-kewajiban yang
disyariatkan oleh agama terkadang membuat perilaku mereka keluar dari
norma-norma yang disyariatkan Islam. Seperti halnya beberapa kasus yang
telah disebutkan di atas yaitu kasus pornografi, komersialisasi seks, pamer
tubuh (iklan), tarian erotis, dan lain sebagainya ini merupakan akibat yang
terjadi dari kurangnya pemahaman wanita tentang perannya, hingga mereka
dapat dengan mudah dijadikan umpan untuk merusak moral bangsa.
13

Arsip Organisasi Rohis-Keputrian SMA Negeri 29 Jakarta.

SMA N 29 Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan umum yang


ikut

serta

menyelenggarakan

kegiatan

ekstrakurikuler.

Kegiatan

ekstrakurikuler yang menjadi unggulan di sekolah ini salah satunya yaitu


ekskul keagamaan Rohis (Kerohanian Islam). Pada ekskul ini terdapat
kegiatan keputrian yang mendapat apresiasi sangat baik dari pihak sekolah.
Apresiasi ini ditunjukkan dengan mengikutsertakan guru-guru untuk menjadi
narasumber pada kegiatan tersebut. Dan menjadikan kegiatan keputrian
sebagai kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh pelajar putri dari kelas X,
XI, dan XII. Kegiatan ini diselenggarakan secara rutin pada hari Jumat ketika
berlangsungnya sholat Jumat.
Dalam hal ini kegiatan Keputrian dapat dijadikan sebagai wadah untuk
saling mengingatkan khususnya kepada pelajar putri akan tugas dan peran
yang akan dipikulnya di masyarakat kelak sehingga mereka tidak menjadi
icon untuk hal-hal yang negatif. Yaitu dengan memberikan arahan kepada
pelajar putri dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam
sehingga dapat terbentuk akhlak yang mulia.
Keberadaan kegiatan keputrian Rohis inilah yang menarik perhatian
penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul:
EFEKTIVITAS
EKSTRAKURIKULER

KEGIATAN
ROHIS

TERHADAP

AKHLAK SISWA DI SMA N 29 JAKARTA

B. Identifikasi Masalah

KEPUTRIAN

PADA

PEMBENTUKAN

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi


beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut:
a.

Lemahnya Filterisasi terhadap arus globalisasi budaya luar membawa


dampak negatif bagi perkembangan akhlak individu yang cenderung
mengarah kepada prilaku negatif.

b. Wanita dijadikan sebagai obyek krisis mental, moral dan spiritual yang
terjadi di negeri ini.
c.

Banyak remaja putri yang melanggar norma dan nilai-nilai agama seperti
melakukan aksi pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan),
tarian erotis, dan lain sebagainya.

d. Rendahnya pemahaman pelajar putri tentang tugas dan perannya,


terutama tentang kewajiban-kewajiban yang disyariatkan oleh agama.
e.

Minimnya alokasi waktu di sekolah umum untuk mata pelajaran


pendidikan agama Islam membuat penyampaian materi kurang optimal.

f.

Penyampaian materi pendidikan agama Islam yang cenderung normatif


sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mengaktualisasikannya.

g. Keterbatasan sarana/prasana dalam penyampaian materi pendidikan


agama Islam.
h. Keefektifan kegiatan ekstrakurikuler dalam menanamkan nilai-nilai
agama pada akhlak siswa.
C. Pembatasan Masalah
Setelah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang ada, maka penulis
membatasi permasalahan sebagai berikut:
a.

Penelitian ini di batasi kepada dua aspek, yaitu kegiatan keputrian Rohis
dan akhlak siswa, siswa yang dimaksud yaitu pelajar putri.

b. Rendahnya pemahaman pelajar putri tentang tugas dan perannya,


terutama tentang kewajiban-kewajiban yang disyariatkan oleh agama.
c.

Keefektifan kegiatan ekstrakurikuler dalam menanamkan nilai-nilai


agama pada akhlak siswa.

D. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diidentifikasi dan
dibatasi di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: Bagaimana efektivitas kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler
Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N 29 Jakarta?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan kegiatan keputrian yang berdampak bagi
pembentukan akhlak siswa.
b. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kegiatan keputrian pada
ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan kontribusi dalam peningkatan kegiatan Keputrian pada
ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N
29 Jakarta.
b. Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

masukan

bagi

pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang.


c. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan
umumnya dan bagi remaja khususnya.

10

BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Efektivitas
Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
efektif yang berarti ada efek (pengaruh, akibat, kesannya).1 Dalam bahasa
Inggris kata efektivitas berasal dari kata effective yang berarti berhasil,
mujarab, berlaku atau mengesankan. 2
Dalam

Ensiklopedi

Indonesia

efektivitas

berarti

menunjukkan

tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu
mencapai tujuannya. Secara ideal, efektivitas dapat dinyatakan dengan aturan
yang pasti. 3
Sementara menurut T. Hani Handoko dalam bukunya Manajemen
mengatakan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan
yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan 4
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
efektivitas adalah suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan oleh

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), h. 284.
2
John M. Echols dan Hasan Sadily, An-English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. XXIV, h. 207.
3
Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve), jilid 2, h. 1.
4
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 7.

10

11

seseorang atau sekelompok orang agar tujuan yang telah ditetapkan di awal
dapat tercapai secara optimal.
B. Kegiatan Rohis (Kerohanian Islam)
1. Pengertian Rohani Islam
Rohis berasal dari dua kata yaitu Rohani dan Islam. Kata rohani dalam
bahasa Arab berarti ruh. Muhammad Quthb menyatakan bahwa roh adalah
suatu kekuatan yang tidak terlihat dan tidak diketahui materi dan cara
kerjanya. Ia adalah alat untuk mengadakan kontak dengan Allah. 5
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr: 29

Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah

meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu


kepadanya dengan bersujud 6
Sedangakan pengertian roh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni
sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai
penyebab adanya hidup (kehidupan). 7
Menurut Muhammad Quthb rohani adalah pusat eksistensi manusia dan
menjadi titik perhatian pandangan Islam. Rohani adalah landasan tempat
sandaran eksistensi itu seluruhnya serta dengan rohani itulah seluruh alam ini
saling berhubungan. Ia merupakan pemelihara kehidupan manusia dan ia
merupakan penuntun kepada kebenaran. 8
Jadi rohani merupakan sesuatu kekuatan yang tidak dapat diraba oleh
panca indera, namun keberadaannya sangat menentukan eksistensi kehidupan
manusia dan merupakan penghubung antara manusia dengan Tuhannya.
5

Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun, (Bandung: PT.
Al-Maarif, 1988), Cet. 2, h. 56.
6
Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000),
Cet. 10, h. 210.
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar,..., h. 960.
8
Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun,, h. 59.

12

Tanpa rohani manusia bagai makhluk hidup yang tak bernyawa karena
rohanilah mesin penggerak bagi jasmani manusia.
Sementara pengertian Islam adalah ketentuan-ketentuan Allah, berupa
takdir dan sunnah-Nya, demi untuk ketundukan semua makhluk kepada-Nya,
agar ia senantiasa terpelihara dalam keadaan selamat sentosa. 9 Menurut
Mohammad Daud Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam, Islam berarti
ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah). Berasal dari kata
salima, yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar itu juga
terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan,
penyerahan (diri). 10
Islam dapat diartikan juga sebagai bentuk pemasrahan diri yang
sempurna kepada Allah dan keyakinan yang terus menerus kepada wahyu
Allah yang telah disampaikan melaui Nabi Muhammad saw. Di sisi lain Islam
juga dapat berarti way of life, peraturan yang bersifat integral, yang mengatur
hidup dan kehidupan manusia dan menjadi dasar akhlak yang mulia, yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umat
manusia. 11
Rohani Islam merupakan sebuah lembaga organisasi siswa di bidang
keagamaan yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan, yang
ditujukkan untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa.
Serta menjadi wadah atau sarana bagi siswa-siswi yang beragama Islam untuk
memperoleh pembinaan keagamaan secara lebih mendalam dalam rangka
menumbuhkembangkan bakat, kemampuan serta memperkuat pengetahuan
tentang ajaran-ajaran Islam. Dan senantiasa menanamkan, membudayakan,
mengakrabkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai Islam untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan bagi para pelajar. 12

Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Grafika Karya Utama,
2001), Cet. 2, h. 37.
10
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2002), Cet. 4, h. 49.
11
Altaf Gauhar, Tantangan Islam, (Bandung: Pustaka, 1983), Cet. 3, h. 2.
12
Tim Kerja Permanen Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman Pembinaan
ROHIS-OSIS Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta, (Jakarta: Aries Lima, 1994), Cet. 1, h. 18.

13

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rohani Islam adalah


segala usaha dan tindakan guna mendekatkan dan memasrahkan diri kepada
Allah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Agar
kehidupannya dapat terpelihara dengan baik, selamat dan sejahtera serta
selalu berada pada jalan kebenaran.
2. Fungsi Rohis
Kegiatan
pengetahuan

rohis

berfungsi

ajaran-ajaran

sebagai

Islam

wadah

serta

untuk

sebagai

memperdalam
sarana

untuk

mengaktualisasikan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Agar


pelajaran agama tidak hanya sampai pada aspek kognitif saja melainkan lebih
dari itu yaitu sampai pada aspek afektif dan psikomotorik yang ditandai
dengan praktek-praktek keagamaan seperti sholat, puasa, zakat, dan lain
sebagainya yang dilakukan oleh para pelajar sesuai dengan pengalaman
belajar yang telah mereka dapatkan.
Selain itu kegiatan rohis pun berfungsi untuk mempererat tali
silaturrahmi sesama siswa dan sebagai wadah yang mampu mencirikan nilainilai Islami mengenai tata cara pergaulan antar sesama manusia melalui
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam ekskul tersebut.
3. Tujuan Rohis
Tujuan bimbingan Islam secara garis besar menurut Aunur Rahim Faqih,
dibagi menjadi dua yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus,
sebagaimana berikut:
1) Tujuan Umum
Membantu individu guna mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya
agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
2) Tujuan Khusus
a. membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b. membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinnya.
c. membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang lebih baik atau yang telah baik agar tetap baik atau

14

menjadi lebih baik. Sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi
dirinya dan orang lain. 13
Adapun tujuan dibentuknya rohis yaitu untuk membentuk kepribadian
siswa yang Islami dan untuk menambah wawasan keilmuan yang berkaitan
dengan agama khususnya dalam hal ibadah, aqidah, dan akhlak. Dan melalui
ekskul ini siswa diharapkan mampu memiliki akhlak mulia sehingga siswa
dapat mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama yang telah diperoleh dalam
segala aspek kehidupan.
4. Jenis-jenis kegiatan Rohis
Rohani Islam di SMA N 29 Jakarta memiliki 5 departemen yang terdiri
dari departemen asy-Syifa, dept. Orkes (Olahraga dan Kesenian), dept. Dikro
(Pendidikan Rohis), dept. Intel (Informasi dan Telekomunikasi), dan dept.
Perpustakaan. Adapun kegiatan dari masing-masing departemen ialah sebagai
berikut:
a) Departemen Asy-Syifa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Membuat jadwal piket (ikhwan dan akhwat).


Membuat jadwal adzan (ikhwan).
Mengadakan kegiatan shalat Jumat (ikhwan).
Menghubungi khotib saat shalat Jumat.
Mengadakan kerja bakti seminggu sekali.
Menginventariskan alat kebersihan masjid.
Meningkatkan keamanan inventaris masjid.
Menyusun keuangan masjid.

b) Departemen Orkes (Olahraga dan Kesenian)


1. Mengadakan riyadoh sebulan sekali, seperti futsal, basket, renang, dan
bulutangkis.
2. Mengadakan sparing dengan Rohis sekolah lain.
3. Mengadakah rihlah 1 semester 2 kali.
c) Departemen Dikro (Pendidikan Rohis)
1. Taklim mingguan (diselingi orkes).
2. Membuat acara yang bermanfaat dan tidak monoton, contoh: riyadhoh,
rukiah, tausiyah, thsin, rihlah, studi banding, nonton bareng, dan lainlain.
13

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konselinng Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),
Cet. 2, h. 38.

15

3. Membuat pelatihan-pelatihan yang bersifat keagamaan.


4. Mengadakan mentoring untuk kelas X, XI, dan XII.
d) Departemen Intel (Informasi dan Telekomunikasi)
1.
2.
3.
4.

Mengubah isi mading minimal sebulan 2 kali.


Setiap Jumat membuat buletin (MIKAIL).
Mengisi mading sekolah tentang berita berbau Rohis.
Memberi informasi setiap ada acara Rohis (phamplet, membuat jalur
jarkom untuk pengurus dan anggota).
5. Membuat kalender even Rohis.

e) Departemen Perpustakaan Rohis


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Merapihkan dan mengontrol buku-buku perpustakaan.


Mendata buku-buku dan peminjam.
Menambah koleksi buku-buku Islami.
Mempromosikan buku perputakaan.
Membuat kartu dan buku peminjam.
Mencari sponsor untuk koleksi buku. 14

Selain kegiatan di atas Rohis juga memiliki kegiatan lain yang


dikhususkan bagi pelajar putri yakni Keputrian. Kegiatan ini diadakan setiap
hari jumat untuk mengisi kekosongan waktu ketika pelajar putra sedang
melaksanakan shalat jumat. Di samping itu ada juga kegiatan silaturrahmi ke
tempat alumni, pengurus dan anggota Rohis setiap bulannya dalam rangka
mempererat ukhuwah Islamiah yang telah terjalin. Dan kegiatan-kegiatan
insidental lainnya.
C. Keputrian Rohis
1. Pengertian Keputrian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keputrian berasal dari kata putri
yang artinya anak perempuan atau sapaan khusus untuk wanita. 15
Penambahan imbuhan ke-an pada kata putri menyatakan sifat atau keadaan. 16
Jadi keputrian menyatakan sifat seorang anak perempuan atau keadaan yang
melekat pada anak perempuan yang menjadi identitas dirinya.
14

Arsip Organisasi Rohis-Keputrian SMA Negeri 29 Jakarta.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar ... , h. 913.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. VII, h. 109.
15

16

Adapun keputrian Rohis merupakan suatu wadah yang berada di bawah


naungan Rohis yang dikhususkan bagi pelajar putri. Guna membahas tentang
ilmu-ilmu keagamaan yang berkaitan tentang wanita seperti fiqh wanita yang
memaparkan kewajiban-kewajiban serta hak-hak yang harus dilakukan oleh
seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tata cara
berpakaian, bersolek, serta pergaulan dengan sesama dan lawan jenis. Dalam
kegiatan ini pelajar putri dapat mengeksplorasi keterampilan yang dimilikinya
seperti belajar membuat kue, jamu, jus, dan lain sebagainya.
2. Fungsi Keputrian
Fungsi keputrian yaitu sebagai sarana untuk menambah wawasan
keilmuan dalam bidang keagamaan bagi pelajar putri khususnya yang
terdapat di sekolah umum. Selain itu untuk menanamkan nilai-nilai Islam
pada akhlak pelajar putri dalam bersikap dan bertingkah laku dalam
kehidupan sehari-hari. Dan memberikan bekal agar kelak mereka dapat
mengetahui tugas dan perannya di keluarga dan masyarakat.
3. Tujuan Kegiatan Keputrian
Kegiatan keputrian bertujuan agar pelajar putri dapat mengetahui dan
memahami kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslimah terutama bagi
mereka yang sudah baligh. Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi
oleh seorang wanita yang sudah baligh yaitu:
1) Mengenakan hijab syari, dengan cara menutup seluruh tubuh dengan
pakaian yang longgar yang tidak menggambarkan lekuk liku tubuhnya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 59 yang isinya ialah
sebagai berikut:



.







Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. 17
17

Departemen Agama RI, Al-Quran dan..., h. 340.

17

2)
3)
4)
5)
6)

Menundukkan pandangan matanya atas laki-laki yang halal menikahinya.


Tidak bercampur baur dengan kaum lelaki.
Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahram.
Mengetahui cara bersuci dari haid.
Tidak boleh shalat dan puasa selama haid. Dan tidak perlu di qadha
shalat yang ditinggalkannya selama haid, tetapi harus mengqadha puasa
Ramadhan yang ditinggalkannya.
7) Tidak boleh berduaan/berkhalwat dengan laki-laki yang bukan mahram.
8) Tidak boleh memegang mushaf Al-Quran dan membacanya.
9) Tidak boleh masuk masjid.
10) Tidak boleh bercampur dengan suami selagi haid. 18
Dengan demikian tujuan keputrian Rohis yaitu sebagai sarana untuk
mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang muslimah
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat membentuk
akhlak yang mulia pada diri mereka sejak dini.
4. Kegiatan Keputrian Rohis
Kegiatan keputrian Rohis diadakan setiap hari Jumat pada pukul 12.0012.40 di ruang kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan yakni berupa diskusi
keagamaan yang berkaitan dengan masalah kewanitaan seperti mengkaji fiqh
wanita mengenai tata cara thaharah, masalah menstruasi, tata cara berpakaian,
bersolek dan lain sebagainya. Selain berdiskusi kegiatan lainnya yaitu
membuat kue, memasak, membuat minum-minuman seperti jus, jamu,
wedang, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan agar ukhuwah antar pelajar
putri dapat terjalin dengan baik dan mampu menyalurkan bakat/potensi yang
dimilikinya. 19

D. Akhlak Siswa
1.
18

Pengertian Akhlak

Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah,
1998), Cet. 5, h. 163.
19
Arsip ekstrakurikuler Rohis-Keputrian di SMA Negeri 29 Jakarta.

18

Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang asal katanya
Khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti
kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat,
tabiat atau sistem perilaku yang dibuat. 20
Sedangkan menurut Rachmat Djatnika dalam bukunnya Sistem Ethika
Islami akhlaq yaitu budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil ratio
dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. 21
Ada beberapa pengertian tentang akhlak yang dikemukakan oleh
beberapa tokoh, diantaranya:
a.

Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa


yang

mendorong

ke

arah

melakukan

perbuatan

dengan

tidak

menghajatkan pikiran. 22
b. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam

perbuatan

dengan

gampang

dan

mudah,

tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 23


c.

Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam


Keluarga dan Sekolah menyatakan bahwa Akhlak merupakan kelakuan
yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, perasaan,
bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak
akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup kesehariaan . 24
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah

suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan

20

Zakiah Daradjat, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam
pada Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253.
21
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996),
Cet.2, h. 26.
22
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami..., h. 27.
23
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf... , h. 3.
24
Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),
Cet. 2, h. 10.

19

lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan
sudah menjadi kebiasaan . 25
2. Sumber Akhlak
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak
bagi seorang muslim adalah al-Quran dan as-Sunnah. Sehingga ukuran
baik/buruk, patut atau tidak, secara utuh diukur dengan al-Quran dan asSunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak
bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah swt. dan RasulNya. 26
Dengan demikian dalam proses pembentukan akhlak perlu diperhatikan
nilai-nilai yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah agar tidak terjadi
penyimpangan terhadap akhlak tersebut. Nilai-nilai yang terdapat dalam
sumber akhlak yaitu akhlak al-karimah seperti jujur, bertanggung jawab,
amanah, menepati janji, tasamuh, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya
apabila terjadi penyimpangan dari sumber akhlak maka akan terbentuk akhlak
al-madzmumah (akhlak tercela) seperti dusta, khianat, penipu, berlaku kasar,
ghibah, dan lain sebagainya.
3. Prinsip-Prinsip Dasar Pandangan Terhadap Akhlak
Menurut Jalaluddin prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan
terhadap akhlak, meliputi dasar pandangan bahwa:
1) Akhlak termasuk faktor yang diperoleh dan dipelajari.
2) Akhlak lebih efektif dipelajari dan dibentuk melalui teladan dan
pembiasaan yang baik.
3) Akhlak dipengaruhi oleh faktor waktu, tempat, situasi, dan kondisi
masyarakat serta adat istiadat dan cita-cita atau pandangan hidup. Akhlak
tidak selalu terpelihara, kebaikan dan keburukan berpengaruh bagi
pembentukan akhlak.
4) Akhlak sejalan dengan fithrah dan akal sehat (common sense) manusia,
yaitu cenderung kepada yang baik.
5) Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran
Islam yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

25

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. 2, h. 30.
26
Novi Hardian, Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman untuk Remaja,
(Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003), h. 156-157.

20

6) Akhlak yang mulia (Akhlak Al-Karimah) merupakan realisasi dari ajaran


Islam.
7) Akhlak berintikan bertanggungjawab terhadap amanat Allah, sehingga
dinilai berdasarkan tolok ukur yang diisyaratkan Allah dalam ajaran
Islam. 27
4. Macam-macam Akhlak
Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak al-karimah dan akhlak
al-madzmumah.
1) Akhlak al-Karimah
Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya,
namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia
dengan manusia, akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara
lain:
a. Akhlak Terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran
bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa manusia
harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal
sebagai berikut:
Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala
keistemawaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan
sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang
menciptakannya.
Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati
nurani, dan naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan
rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut
manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang
kehidupan yang membawa kepada kejayaannya.
Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan
yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang, dan sebagainya. Semua itu tunduk kepada manusia, atau
siap untuk dimanfaatkan. 28
Adapun akhlak kepada Allah diantaranya yaitu sebagai berikut:
Mentauhidkannya.
Mencintai-Nya di atas segalanya dengan cara menaati perintah,
menjauhi larangan dan mendahulukan/mengutamakan-Nya.
Bertakwa.
27

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 3, h. 45.
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak...,h. 49-52.

28

21

Selalu mengingat-Nya (zikrullah) baik dalam pikiran, perasaan,


perbuatan dan ucapan.
Berdoa; hanya berharap dan meminta kepada-Nya, dll.29
b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaikbaiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah
Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. 30
Beberapa contoh akhlak al-karimah terhadap diri sendiri yaitu:

Sabar (tegar, konsisten, kerja keras dalam kebenaran).


Syukur dalam bentuk aktualisasi potensi diri.
Rendah hati; tidak sombong, angkuh (egoistik).
Jujur terhadap hati nurani dan pikiran sendiri.
Menjaga kesucian, kebersihan dan kerapian diri.
Berperilaku halus, yaitu ramah, santun dan tidak emosional.
Dapat dipercaya, tidak curang atau khianat.
Ksatria; berani karena benar, bertanggung jawab.
Tidak ambisius yaitu tidak menghalalkan segala cara untuk
mencapai suatu tujuan. 31

c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia


Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya
secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain.
Untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan
orang lain. 32 Bentuk akhlak terhadap sesama diantaranya yaitu kepada
orang tua, kaum kerabat, teman, dan masyarakat. Adapun contohcontohnya yaitu sebagai berikut.
Akhlak kepada orang tua:
Harus menaati kedua orang tua dalam urusan apapun selagi
didalamnya tidak terkandung kedurhakaan,
Berbicara dihadapan kedua oranng tua dengan cara yang lembut
dan tidak berbicara keras dihadapan keduanya,
Menyimak perintah keduanya dengan penuh perhatian,
29

Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 209.


Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 55.
31
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210.
32
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 57.
30

22

Tidak bermuka masam dihadapan keduanya dengan alasan apapun,


Tidak memotong perkataan keduanya tatkala sedang berbicara, dll.
Akhlak kepada kaum kerabat:
Saling mengunjungi dari satu waktu ke lain waktu;
Memprioritaskan pemberian bantuan kepada mereka jika
membutuhkan;
Melibatkan mereka dalam berbagai acara khusus, asalkan tidak
bertentangan dengan syariat, dan saling memeberikan hadiah pada
saat itu;
Menjenguk orang yang sakit diantara mereka, dll.
Akhlak kepada teman:
Rendah hati dan tidak sombong;
Saling kasih mengasihi;
Memberi perhatian terhadap keadaan sahabat;
Selalu membantu keperluan teman;
Menjaga teman dari gangguan orang lain;
Memberi nasihat;
Mendamaikan bila berselisih;
Doakan dengan kebaikan. 33
Akhlak kepada masyarakat:
Persaudaraan, baik seagama, sebangasa, setanah air, kemanusiaan.
Tolong menolong.
Toleransi dan berlaku adil.
Pemurah.
Penyantun (menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang
lebih muda).
Pemaaf.
Menepati janji.
Musyawarah.
Saling berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran, dll. 34
d. Akhlak terhadap lingkungan dan alam
Prinsip umum akhlak al-karimah yang mulia terhadap lingkungan dan
alam diantaranya yaitu; memikirkan penciptaan dan hukumhukumnya, melestarikannya, dan memanfaatkannya. Adapun contohcontoh akhlak yang baik terhadap lingkungan dan alam yaitu:

33

Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi..., h. 129-130.


Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210.

34

23

Memperhatikan, meneliti, dan merenungkan penciptaannya.


Mempelajari hukum-hukum Allah di dalam alam.
Memanfaatkannya dengan tidak boros/mubazir, tidak kikir.
Melestarikan agar senantiasa indah dan lebih bermanfaat. 35

2) Akhlak al-Madzmumah
Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari akhlak al-Karimah yaitu
akhlak yang tercela dan harus dihindari. Adapun contoh akhlak alMadzmumah yaitu sebagai berikut:
a. Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan
atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang
tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap
tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan
isu-isu yang tidak baik.
b. Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan
kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan
berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain
mendapat musibah. Perbuatan dalam bentuk kemarahan, permusuhan,
menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang
terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim.
c. Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap
sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan,
karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang
dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus
ditutupi. 36
5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf faktor-faktor
yang mempengaruhi pembentukan Akhlak terbagi menjadi 3, yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaaan dari dalam
yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lainlain.
2) Aliran Empirisme
Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan
sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.
35

Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 211.


Muchtar M. Rani, Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah , dari
http://3puspainspirasi.blogspot.com/2009/11/akhlak-mahmudah-dan-akhlak-madzmumah.html, 06
Maret 2010.
36

24

3) Aliran Konvergensi
Aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu
pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui
interaksi dalam lingkungan sosial. 37
Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan
ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl: 78) 38
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk
dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut
harus disyukuri dengan cara mengisinya melalui pendidikan dan pengajaran
terutama tentang nilai-nilai yang telah disyariatkan agama.
Adapun hadits Nabi yang sejalan dengan teori tersebut adalah:


,

((

, ,


,


)



(

,



tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah
(kesucian) maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, keluar dari pada suatu
binatang melata yang seluruhnya merayap, apakah kamu merasa
mengetahui yang ada di dalamnya yaitu dipotong hidungnya, kemudian
Abu Hurairah berkata: Allah mensucikan manusia yang telah disucikan

37

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,, h. 166-167.


Departemen Agama RI, Al-Quran dan..., h. 220.

38

25

atasnya, tidaklah menggantikan segala apa yang diciptakan Allah, yang


demikian itu agama yang lurus (HR. Bukhari). 39
Ayat dan hadits tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori
konvergensi juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam
pendidikan adalah kedua orang tua. 40
Sedangkan menurut Novi Hardian dalam bukunya Super Mentoring:
Panduan Keislaman Untuk Remaja, mengatakan bahwa faktor-faktor
pembentuk akhlak terbagi menjadi empat diantaranya:
1) Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara
cenderung berbicara keras, tetapi hal ini bukan melegitimasi untuk
berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan
memperbaikinya.
2) Al-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga
(misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang
sejak lahir.
3) Syariah Ijtimaiyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai
yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak
seseorang.
4) Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah
seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan
refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata
mencari keridhoan Allah. 41
6. Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.
Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw.
yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah
satu haditsnya beliau menegaskan:


,



Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia

39

Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), h. 118.
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,, h. 168-169
41
Novi Hardian ,Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman, h. 157.
40

26

(HR. Ibnu Hibban) 42


Dalam pembinaan akhlak perlu diketahui tentang perbedaan psikologis
setiap individu antara anak-anak, remaja dan dewasa. Sehingga dalam proses
pembinaan akhlak dapat diberikan metode yang tepat.
Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam proses pembinaan
akhlak diantaranya:
1) Pembiasaan secara kontinyu
Pembiasaan ini hendaknya dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara
kontinyu. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa
kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha
pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia berbuat jahat, maka ia akan
menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak
diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku
yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia
harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah.
2) Paksaan
Jika ingin melakukan suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan
sebelumnya, maka metode paksaan cukup tepat. Setelah melakukan terusmenerus maka perbuatan tersebut sudah tidak lagi terasa seperti dipaksa dan
telah menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, seseorang yang ingin menulis dan
mengatakan kata-kata yang bagus pada mulanya ia harus memaksakan tangan
dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf-huruf yang
bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung, maka paksaan tersebut
sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.
3) Keteladanan
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi,
dan larangan saja. Misalnya dalam menanamkan sopan santun memerlukan
pendidikan yang panjang dan harus ada pendidikan yang lestari. Pendidikan
itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh
42

Ibnu Hibban, Al-Mustadrak Ala Sohihain, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1990), Juz. 2,

h. 670.

27

teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian telah dilakukan oleh
Rasulullah saw. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah yang
berbunyi:

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21) 43
4) Introspeksi Diri
Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki
dirinya berakhlak utama hendaknya lebih dahulu mengetahui kekurangan dan
cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak
berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya tidak terwujud dalam kenyataan. 44
Perbaikan tidak akan berhasil dengan masa bodoh terhadap segala
kekurangan dan tidak berusaha menutupnya karena kita membawa amanah
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan semesta alam dan
pertanggungjawaban di hadapan sejarah yang tidak meninggalkan keburukan
dan kebaikan melainkan menuliskannya. 45
5) Nasehat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata
yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karenanya katakata tersebut harus diulang-ulangi. Kata-kata ini biasanya berupa nasehat.
Namun nassehat saja tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan teladan dan
perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti atau diteladani karena di

43

Departemen Agama RI, Al-Quran dan..., h. 336.


Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 164-166.
45
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Bersama Para Pendidik Muslim, Terj. Maal
muallimin Oleh Ahmad Syaikhu, (Jakarta: Darul Haq, 2002), h. 76.
44

28

dalam jiwa terdapat berbagai dorongan yang asasi yang terus-menerus


memerlukan pengarahan dan pembinaan. 46

7. Pengertian Siswa Sekolah Menengah dan Problematika yang


Dihadapinya
Siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami
perkembangan yang sangat pesat. 47 Siswa sekolah menengah berusia sekitar
12 sampai 18 tahun. Masa ini dikenal dengan masa remaja.
Masa remaja disebut pula sebagai masa adolecenes, yang berarti
mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik. Menurut M. A. Priyatno
D. yang dikutip dalam bukunya Sahilun A. Nasir, bahwa, rentangan usia
remaja adalah antara 13-14 tahun. Menurut Elizabeth B. Hurlock membagi
usia remaja menjadi usia pra remaja yaitu antara usia 10-12 tahun, usia
remaja awal yaitu antara usia 13-16 tahun dan usia remaja akhir yaitu antara
usia 17-21 tahun. 48
Sedangkan menurut Sahilun A. Nasir masa remaja adalah: masa yang
penuh kontradiksi. Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa
energik, heroik, dinamis, kritis dan masa yang paling indah, tetapi adapula
yang menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa
rawan dan masa nyentrik. 49
Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum dan
Perkembangan menyatakan bahwa masa remaja sebagai masa mencari
identitas. Pada awal masa remaja, identitas yang dicari remaja berusaha untuk

46

Muhammad Quthb, Terj. oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam,..., h. 334.
Ridwan, Pengantar Efektif; Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), Cet. 1, h. 109.
48
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. 1, h. 70.
49
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan..., h. 64.
47

29

menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya di masyarakat, dan apakah ia


seorang anak atau seorang dewasa?. 50
Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah menengah adalah individu
yang sedang mengalami masa remaja yaitu masa yang unik, dimana pada
masa ini manusia mengalami suatu dinamika yang khas, peralihan dan
perubahan baik dari segi biologis maupun psikologis. Masa ini pun sebagai
masa pencarian terhadap identitas diri sehingga mereka cenderung menjadi
individu yang tergolong labil terhadap fenomena kehidupan yang mereka
hadapi.
Dalam dirinya, remaja mengalami problem individual yang disebut
identitas ego, dimana pada saat itu remaja berusaha mencari identitas dirinya
dengan tidak mau menerima keterlibatan orang lain dalam setiap
permasalahan.
Remaja dalam kehidupan tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan
seperti kebutuhan yang bersifat biologis, psikis, maupun yang bersifat sosial,
maka sehubungan dengan kebutuhan remaja tersebut timbullah berbagai
problem yang dihadapi oleh remaja-remaja. 51
Adapun jenis-jenis problema yang dihadapi oleh remaja menurut Zakiah
Darajat, diantaranya:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
50

Problem memilih pekerjaan dan kesempatan belajar.


Problem sekolah.
Problem kesehatan.
Problem keuangan.
Problem seks.
Problem persiapan untuk berkeluarga.
Problem keluarga.
Problem pribadi (emosi).
Problem perkembangan pribadi dan sosial.
Problem pengisian waktu terluang.
Problem agama dan akhlak.
Problem kehidupan masyarakat. 52

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), Cet. 1, h. 162.
51
Sofyan S. William, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Aksara, 1981), Cet.
3, h. 69.
52
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan..., h. 75.

30

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat siswa sekolah
menengah yang berada pada masa remaja tergolong labil dan merupakan
masa pencarian identitas/jati diri yang membawa mereka pada problematika
kehidupan. Pada penyelesaian problem-problem tersebutlah mereka dilatih
untuk mengatasi sifat labil tersebut dan menemukan identitas diri yang
mereka cari. Hingga akhirnya mereka dapat menemukan apa yang mereka
inginkan.
E. Kerangka Berpikir
Efektivitas merupakan suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan
di awal secara optimal. Sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan
harapan.
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kegiatan yang ada di
sekolah yang berada di bawah naungan OSIS. Kegiatan ekstrakurikuler ini
disediakan untuk menggali potensi peserta didik sesuai dengan hobi dan bakat
yang dimiliki oleh mereka. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler pun berfungsi
sebagai sarana untuk menambah wawasan pemahaman siswa berkaitan
dengan berbagai macam pelajaran yang diberikan di sekolah.
Rohis (Kerohanian Islam) merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler
keagamaan yang berada di sekolah. Ekskul Rohis berfungsi untuk
menanamkan nilai-nilai agama dan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan
nilai-nilai tersebut dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Ekskul tersebut
dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan siswa tentang pelajaran
agama yang masih sangat minim diberikan di kelas.
Ekstrakurikuler Rohis memiliki beberapa program kegiatan salah satu
diantaranya yaitu kegiatan Keputrian. Kegiatan Keputrian dikhususkan bagi
pelajar putri sebagai wadah untuk memperoleh wawasan keislaman mengenai
hal-hal yang berkaitan tentang perempuan dan sebagai sarana dalam
mengimplementasikan nilai-nilai ajaran agama yang telah didapat dalam

31

proses pembelajaran agar terbentuk akhlak yang terpuji dalam kehidupan


sehari-hari.
Akhlak merupakan perangai atau tabiat seseorang yang sudah tertanam
kuat dalam jiwa. Akhlak terjadi tanpa adanya proses pemikiran yang panjang
atau terjadi secara spontanitas dan sudah menjadi suatu kebiasaan yang
melekat pada diri seseorang. Baik buruknya akhlak seseorang bergantung
pada proses pembentukan akhlak. Jika sumber pembentukan akhlak sesuai
dengan al-Quran dan as-Sunnah maka akan lahir akhlak terpuji dalam jiwa.
Namun, sebaliknya apabila sumber akhlak tersebut bertentangan dengan alQuran dan as-Sunnah maka yang akan lahir pada perbuatan seseorang yaitu
akhlak tercela.
Maka hal yang sangat diperhatikan dalam proses pembentukan akhlak
yaitu faktor internal dan faktor eksternal seseorang. Faktor internal meliputi
pembawaan, bakat atau potensi yang dimiliki oleh seseorang. Sementara
faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dimana seseorang tinggal dan
menetap. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dan saling berkaitan
dalam proses terbentuknya akhlak seseorang. Untuk membentuk akhlak
seseorang diperlukan pembinaan terhadap akhlak tersebut, pembinaan yang
dilakukan dapat melalui berbagai macam metode diantaranya yaitu;
pembiasaan secara kontinyu, paksaan, keteladanan, introspeksi diri, dan
nasehat.
Siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami masa
remaja yaitu masa yang unik, dimana pada masa ini manusia mengalami
suatu dinamika yang khas, peralihan dan perubahan baik dari segi biologis
maupun psikologis. Masa ini pun sebagai masa pencarian terhadap identitas
diri sehingga mereka cenderung menjadi individu yang tergolong labil dalam
menghadapi permasalahan mereka sehari-hari. Sebagai remaja yang labil
mereka memiliki berbagai macam problem yang harus dihadapi. Problemproblem tersebut diantaranya yaitu; problem memilih pekerjaan dan
kesempatan belajar, sekolah, kesehatan, keuangan, seks, keluarga, pribadi
(emosi), agama dan akhlak, serta problem lainnya.

32

Dari uraian di atas, penulis berasumsi bahwa kegiatan keputrian Rohis


akan menjadi sangat efektif apabila diselenggarakan di suatu lembaga
pendidikan, khususnya di sekolah umum. Karena kegiatan tersebut dapat
dijadikan sebagai wadah bagi proses pembentukan akhlak siswa terutama
bagi pelajar putri di sekolah menengah yang sedang mengalami masa
pencarian identitas diri sehingga dapat menambah wawasan bagi mereka
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan peran seorang perempuan.
Melalui kegiatan keputrian pula para pelajar dapat mengaktualisasikan nilainilai ajaran Islam yang telah diperoleh selama proses pembelajaran.

32

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang akan dijadikan objek penelitian ditetapkan di SMA Negeri
29 Jakarta yang beralamat di Jl. Kramat No. 6 Kebayoran Lama.
Adapun waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk memperoleh data-data
yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu selama 3 bulan dimulai dari
bulan April - Juni 2010.

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. 1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan
sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan
empiris mengenai kegiatan keputrian terhadap pembentukan akhlak siswa,
yaitu:
1. Variabel bebas (variabel independen), yaitu variabel yang dapat
memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yaitu kegiatan Keputrian
Rohis (variabel X).
2. Variabel terikat (variabel dependen), yaitu variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas, yaitu pembentukan akhlak siswa (variabel Y).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, h. 118.

32

33

C. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan
dan menjelaskan permasalahan tentang efektivitas kegiatan keputrian pada
ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa, maka penulis
menggunakan penelitian kuanitatif dengan metode deskriptif-analisis.
Menurut Margono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan
menyatakan bahwa Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. 2
Di

dalam

metode

deskriptif-analisis

terdapat

upaya

untuk

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.


Dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. 3

D. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah seluruh pelajar putri yang ikut serta dalam
kegiatan keputrian Rohis di SMA N 29 Jakarta dengan populasi sebanyak 232
pelajar putri yang terdiri dari kelas X dan kelas XI.
Dan dalam pengambilan sampel penulis berpedoman pada pendapat
Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya lebih dari 100 dapat diambil
10%-15% atau 20%-25%. 4 Berdasarkan hal tersebut maka, penulis
mengambil sampel sebanyak 25% dari populasi keseluruhan yang berjumlah
232 siswa yaitu sebanyak 58 pelajar putri yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka


Cipta, 2007), Cet. 6, h. 105.
3
Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet. 7, h. 157.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu ..., h. 134.

34

Adapun teknik penarikan sampel dilakukan dengan teknik acak


sederhana (Simple Random Sampling), dimana semua individu dalam
populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Selain pelajar putri penulis pun menjadikan Kepala Sekolah, Pembina Rohis,
Pembina Keputrian dan Ketua Keputrian sebagai responden yaitu dengan
melakukan wawancara untuk memperoleh data penunjang.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam
pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi ini digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan
terhadap fakta-fakta yang berkaitan dengan efektivitas kegiatan keputrian
Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa yang mengikuti kegiatan
tersebut.
2. Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai efektivitas kegiatan keputrian Rohis terhadap pembentukan
akhlak siswa. Jenis angket yang digunakan bersifat tertutup yaitu
pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
3. Studi Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan catatan-catatan mengenai
profil ekskul Rohis dan keputrian. Dan visi misi yang ingin dicapai oleh
ekskul tersebut. Serta untuk mendapatkan data-data penelitian yang
sesuai dengan masalah yang akan diteliti.
4. Wawancara
Untuk mendalami data tentang hasil-hasil jawaban yang diperoleh
melalui angket dan observasi maka diperlukan wawancara. Wawancara
ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data mengenai gambaran

35

umum sekolah terutama tentang kegiatan keputrian Rohis dan akhlak


siswa yang telah mengikuti kegiatan tersebut.
Alat pengumpul data berupa angket memiliki 30 item pertanyaan, yang
terdiri dari 15 item untuk pertanyaan variabel X dan 15 item untuk pertanyaan
variabel Y. Adapun kisi-kisi instrumen angket ialah sebagai berikut:
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Angket
Variabel

Indikator
1. Respon siswa terhadap

No. Item Pertanyaan


(+)
(-)
1, 2, 3

Jumlah
3

kegiatan Keputrian
2. Pelaksanaan
Kegiatan
Keputrian

kegiatan

4, 5, 6

kajian

7, 8, 9, 24,
29

4. Implikasi pelaksanaan

10, 11, 12,


13

14, 15, 16

Keputrian
3. Identifikasi
Keputrian

kegiatan Keputrian
1. Akhlak terhadap Allah
2. Akhlak terhadap diri

19, 20, 27

17, 18, 28,


30

21, 22

23

25, 26

sendiri
3. Akhlak terhadap
Pembentukan
akhlak siswa

sesama:
sikap kepada orang
tua dan guru
sikap kepada lawan
jenis

36

F. Teknik Analisa Data


Untuk menganalisa data yang diperoleh dan mengetahui bagaimana
efektivitas

kegiatan

keputrian

pada

ekstrakurikuler

Rohis

terhadap

pembentukan akhlak siswa di SMA N 29 Jakarta, maka data-data yang telah


penulis sebarkan diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing
yakni semua angket diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan
kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kesalahan dan
kekeliruan.
2. Coding
Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan
kode dan mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori
pembahasan.
3. Tabulating
Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data dengan memindahkan jawaban
responden yang terdapat di dalam angket ke dalam format yang telah
tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel.
4. Skoring
Memberikan skor untuk setiap alternatif jawaban pada angket. Untuk
skor tertinggi bernilai 4 dan diberikan pada jawaban yang dianggap
sangat tepat.
Skor untuk pertanyaan positif:

Untuk jawaban A diberi skor 4


Untuk jawaban B diberi skor 3
Untuk jawaban C diberi skor 2
Untuk jawaban D diberi skor 1
Skor untuk pertanyaan negatif:

Untuk jawaban A diberi skor 1


Untuk jawaban B diberi skor 2
Untuk jawaban C diberi skor 3
Untuk jawaban D diberi skor 4

37

5. Analisis Data
Setelah melewati tahap-tahap di atas, maka selanjutnya dilakukan
perhitungan-perhitungan dengan menggunakan data statistik berupa
prosentase atau frekuensi relatif dengan menggunakan rumus: 5

P=

F
x100%
N

Keterangan:
P : Prosentase
F : Frekuensi Jumlah Responden
N : Jumlah Data Responden
Untuk memberikan interpretasi dan prosentase hasil angket yang
diperoleh digunakan pedoman interpretasi sebagai berikut:
1) Sangat efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%
2) Efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 51-75%
3) Kurang efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 26-50%
4) Tidak efektif, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 0-25%
Untuk menentukan prosentase, digunakan perhitungan sederhana dengan
langkah-langkah:
1) Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan
mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tetinggi.
2) Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya
yang diperoleh dari hasil penelitian. Adapun cara perhitungannya dengan
menggunakan rumus mean yaitu: Mx =

X
N

Keterangan:

Mx

: Mean/nilai rata-rata

: Jumlah skor pada tiap indikator

: Banyaknya Responden

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005), Cet.
15, h. 43.

38

3) Menentukan kategori, yaitu dengan menggunakan rumus: 6

Keterangan:
NS : Nilai Skor
NH : Nilai Harapan

Nurbayati Suri, Efektivitas Penggunaan Audio Visual Sebagai Media Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam Di SD al-Azhar 12 Cikarang-Bekasi, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syahid Jakarta, 2009), h. 53, t.d.

70

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisis, maka penulis
menyimpulkan bahwa:
1. Kegiatan Keputrian pada Ekstrakurikuler Rohis di SMA N 29 Jakarta
sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jadwal
kegiatan keputrian yang sudah berjalan secara rutin dan terencana secara
sistematis. Selain itu, kegiatan keputrian sangat didukung oleh pihak
sekolah yaitu dengan menjadikan kegiatan keputrian sebagai salah satu
kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh siswa putri pada hari Jumat.
Dan hampir seluruh guru dilibatkan untuk menjadi pembicara pada
kegiatan tersebut.
2.

Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas kegiatan keputrian pada


ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N 29
Jakarta secara keseluruhan dapat dikatakan sudah efektif. Hal ini dapat
dilihat dari hasil akhir angket antara variabel X dan variabel Y yang
berada pada kategori Efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan
keputrian dapat memberikan dampak positif bagi terbentuknya akhlak
siswa baik terhadap Allah, diri sendiri dan akhlak terhadap sesama.

70

71

B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka penulis
memberikan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:
1. Kepada Kepala Sekolah diharapkan menambah fasilitas ruangan untuk
kegiatan keputrian. Karena ruangan yang ada saat ini tidak memiliki
kuota yang cukup banyak untuk menampung seluruh pelajar putri dari
kelas X, XI, dan XII.
2. Kepada ekskul Rohis sebagai pelaksana kegiatan keputrian diharapkan
dapat meningkatkan kualitas materi yang akan diajukan kepada guru.
Agar materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa selalu relevan
dengan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tema yang akan disajikan tentang batas-batas dalam pergaulan
hendaknya diperluas, agar siswa dapat lebih mengerti dan memahami
hal-hal yang harus dipertahankan dan diperjuangkan, khususnya oleh
seorang perempuan.
4. Pembina dan pengurus Keputrian diharapkan selalu memberi motivasi
kepada siswa agar selalu antusias dan semangat ketika mengikuti
kegiatan Keputrian.
5. Kepada pembina dan pengurus Keputrian diharapkan selalu melakukan
pengawasan ke setiap kelas agar seluruh pelajar puteri dapat dipastikan
mengikuti kegiatan keputrian.
6. Kegiatan keputrian diharapkan dapat menjadi suatu wadah bagi pelajar
putri untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi
terutama tentang hal-hal yang berkaitan dengan perempuan. Dan sebagai
wadah agar dapat meningkatkan akhlak siswa agar sesuai dengan ajaran
agama.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Barik, Haya binti Mubarak, Ensiklopedi Wanita Muslimah, Jakarta: Darul


Falah, Cet. 5, 1998.
Al-Hamd, Muhammad bin Ibrahim, Bersama Para Pendidik Muslim, Terj. Maal
muallimin Oleh Ahmad Syaikhu, Jakarta: Darul Haq, 2002.
Aminudin, dkk., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
An-Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. 2, 1996.
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan
Tasawuf, Jakarta: CV. Karya Mulia, Cet. 2, 2005.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, Cet. 13, 2006.
Daradjat, Zakiah , Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 16, 2003.
, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama
Islam pada Perguruan Tinggi dan Umum, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 10,
1996.
, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta:
Ruhama, Cet. 2, 1995.
Daryati, Euis, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius,
dalam Syiar, Jakarta: Al-Huda, 2009.
Daud Ali, Mohammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, Cet. 4, 2002.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, Bandung: CV. Diponegoro,
Cet. 10, 2000.
, Panduan Kegiatan Ekstra Kurikuler

Pendidikan Agama

Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Pedoman

Umum

Ejaan

Bahasa

Indonesia

Yang

Disempurnakan, Bandung: Pustaka Setia, Cet. VII, 2005.


Djatnika, Rachmat, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, Jakarta: Pustaka
Panjimas, Cet.2, 1996.
Echols, John M., dan Hasan Sadily, An-English-Indonesia Dictionary, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet. XXIII, 1996.
Gauhar, Altaf, Tantangan Islam, Bandung: Pustaka, Cet. 3, 1983.
Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2000.
Hardian, Novi, Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman untuk Remaja,
Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 3, 2003.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponenen MKDK, Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. 6, 2007.
Muhaimin,

et.al.,

Paradigma

Pendidikan

Islam:

Upaya

Mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet.3,


2004.
Nasir, Sahilun A., Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem
Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. 1, 1999.
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 5, 2006.
Quthb, Muhammad, Sistem Pendidikan Islam,

Terj. oleh Salman Harun,

Bandung: PT. Al-Maarif, Cet. 2, 1988.


Rahim Faqih, Aunur, Bimbingan Konselinng Dalam Islam, Yogyakarta: UII
Press, Cet. 2, 2001.
Ridwan, Pengantar Efektif; Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, Cet. 1, 1998.
Sabri, M. Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, Cet. 1, 1993.
Sadily, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, jilid 2.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo,
Cet.1, 2005.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta:


PT. Bumi Aksara, Cet. 7, 2009.
Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV. Grafika Karya
Utama, Cet. 2, 2001.
Suryosubroto, B., Tatalaksana Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 1, 1990.
Tim Kerja Permanen Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman
Pembinaan ROHIS-OSIS Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta, Jakarta:
Aries Lima, Cet. 1, 1994.
Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
1999.
William, Sofyan S., Problema Remaja dan Pemecahannya, Bandung: Aksara,
Cet.3, 1981.
Muchtar M. Rani, Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah, dari
http://3puspainspirasi.blogspot.com/2009/11/akhlak-mahmudah-dan-akhlakmadzmumah.html, 06 Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai