Anda di halaman 1dari 18

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Persepsi Pengertian persepsi dapat diartikan sebagai tanggapan, Purwadarminta (198:110) menjelaskan arti persepsi adalah apa yang diterima oleh panca indra bayangan dalam angan-angan, pendapat, pandangan, sambutan dan reaksi. Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indra dalam memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan objektif. Tidak harus selalu berbeda, namun sering terdapat ketidak sepakatan. Persepsi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah merupakan tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu. Mar`at (1981: 22-23) persepsi merupakan proses pengamatan seseorang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh fakto-faktor pengalaman, cakrawala dan pengetahuannya. Pada saat seseorang memandang sebuah objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu. Diantara karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan harapan (Stepehn P. Robbins, 2007:171). Persepsi merupakan suatu proses yang bersifat komplek yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa persepsi merupakan suatu proses menerima atau meringkas informasi terhadap suatu hal (Soekanto 1993:52). 7

Persepsi adalah proses yang menyangkut pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman (Slameto 1995:102).

2.2 Kinerja Guru 2.2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu yang patut diperhatikan dalam rangka meningkatkan produktifitas kerja suatu organisasi atau perusahaan dalam rangka meningkatkan produknya agar mampu bertahan dapat meningkatkan keunggulan ditengah pasar persaingan yang sangat kuat. Menurut kamus bahasa Indonesia kinerja adalah prestasi yang diperlihatkan kemampuan kerja yang diharapkan. Bernadin dan Russel dalam Gomes (2003:135) memberikan batasan kinerja adalah sebagai cacatan hasil kerja yang dihasilkan dari kerja atau yang dihasilkan dari fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode tertentu. Kinerja menunjukkan pada tingkat penyelesaian tugas-tugas yang membentuk pekerjaan seseorang. Dalam hal ini kinerja yang mengacu pada tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh seorang guru. Kinerja yang berkaitan dengan tugas-tugas guru itu menuju pada kompetensi guru, keahlian guru, dan kemampuan yang dimiliki oleh guru yang harus dilaksanakan dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar yang dikehendaki atau yang ingin dicapai. Tujuan belajar mengubah tingkah laku siswanya, dari tidak berpengetahuan menjadi berpengetahuan dari tidak

berketerampilan menjadi terampil. Penilaian prestasi kerja adalah proses melalui

organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja kariawan. Kinerja guru terlihat pada kegiatan perencanaan, melaksanakan dan menilai proses belajar mengajar yang disiplin (T. Hani Handoko 1987:135). Fatah (1996) menjelaskan bahwa kinerja, dan kesehatan diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Secara etimologi kinerja berarti unjuk kerja (Badudu, 1994:34). Menurut LAN (dalam Mulyasa 2003:136). Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pencapaian kerja, pelaksanaan kerja, hasil kerja dan unjuk kerja. Pidarta (1988:233) penampilan kerja bergantung kepada besarnya kemampuan atu tingginya kompetensi seseorang. Kinerja adalah sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja. Sehubungan dengan ini pidarta (1990:233) menyatakan kinerja guru adalah penampilan kerja tergantung pada besar kecilnya kemampuan yang mempengaruhi motivasi. Mangku Negara (2001) dalam Yuniati (2007:9) kinerja guru adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang ingi dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan pendapat di atas kinerja dapat di artikan sebagai prestasi, hasil, kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh seseorang dalam melaksanakan kewajiban atau tugas. Kinerja guru merupakan penampilan yang ditunjukkan atau hasil yang dicapai oleh seorang guru atau sekelompok guru pada periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran yang telah menjadi wewenang seorang guru atau sekelompok guru berdasarkan prosedur atau aturan yang berlaku untuk kepentingan pencapaian tujuan pendidikan.

10

Menurut Suparlan (2004:10) dalam Yuniati (2007:10) guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar atau

mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui pendidikan, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun yang didirikan oleh swasta. Menurut Hamalik (2006:106) untuk menjadi guru yang baik harus memiliki 12 komponen yaitu : 1. Keterampilan 2. Etika 3. Disiplin Ilmiah 4. Konsep-Konsep Dasar 5. Pelajar/siswa 6. Suasana sosial 7. Belajar 8. Pedagogic 9. Proses 10. Teknologi 11. Pengembangan diri 12. Perubahan dan inovasi

2.2.2 Kinerja Guru Yang Efektif Suatu kegiatan dilakukan oleh seorang guru atau sekelompok guru dikatakan efektif apabila kegiatan yang dilakukan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Setiap guru harus mengupayakan untuk peningkatan proses pembelajaran serta peningkatan hasil belajar untuk mengembangkan dirinya dan kemampuannnya. Aldridge dalam yuniati (2007:11) menjelaskan bahwa perlakuan seorang guru adalah sebagai berikut: 1. Guru harus mampu menciptakan situi belajar kelas yang tenang, tidak stress, dan sangat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran. 2. Guru harus menyediakan peluang bagi siswa untuk mengakses seluruh bahan dan sumber informasi untuk belajar.

11

3. Gunakan model cooperative learning (belajar secara kooperatif yang tidak hanya belajar bersama, namun saling membantu satu sama lain) melaui diskusi dalam kelompok-kelompok kecil atau main peran. 4. Hubungan informasi baru pada suatu yang telah diketahui siswa sehingga mudah untuk mereka pahami. 5. Dorong siswa untuk mengerjakan tugas-tugas. 6. Guru juga harus memilki catatan-catatan kemajuan dari semua proses pembelajaran siswa termasuk tugas-tugas individual dan kelompok. Faktor-faktor yag mempengaruhi kinerja guru Sckuler dan Jackson (1999:14) dalam yuniati (2007:13) mengatakan bahwa factor yang mempengaruhi kinerja guru adalah pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap dan prilaku pegawai. Sednagkan Indrawijaya (2002:11) mengemukakan ada empat factor yang mempengaruhi yaitu: 1. Pegawai, berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dalam melaksankan pekerjaaan. 2. Pekerjaan, menyangkut desain pekerjaan, uraian pekerjaan sumber daya untuk melakukan pekerjaan. 3. Mekanisme kerja, mencakup system atau prosedur perancangan dan pengendalian serta struktur organisasi. Menurut Robin (2006:213) dalam yuniati (2007:13) mentatakan bahwa terdapat empat Faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu:

1. 2.

3.

4.

Tanggung jawab yaitu secara etimologi tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu Komitmen yaitu: seorang guru harus memiliki tingkat komitmen yang tinggi agar penuh rasa tanggung jawab serta merasa bahwa tugas mengajar adalah merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan. Disiplin yaitu disiplin yang dimaksud disini adalah disiplin dalam melaksanakan tugas dimana guru, staf sekolah dan peserta didik bergabung dan tunduk terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Motivasi atau dorongan yaitu suatu pernyataan yang komplek didalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang.

12

2.2.3 Faktor-Faktor Penghambat Efektivitas Kinerja Guru Castetter (1996:281) dalam yuniati (2007:16) mengemukakan bahwa secara umum terdapat tiga faktor utama tidak efektifnya kinerja pegawai yaitu: 1. Faktor individu, melipui: kelemahan intelektual, demotivasi, factor personalia, ketuaan, prepasi, dan oriental nilai. 2. Faktor organisasi, meliputi: system organisasi, peranan organisasi, pengawasan, dan iklim organisasi. 3. Faktor lingkungan, meliputi: keluarga, kondisi ekonomi, kondisi politik, kondisi lingkungan, nilai-nilai social, prasarana kerja, perubahan teknologi, dan persaingan.

2.3 Tugas, Fungsi, Dan Peran Guru 2.3.1 Tugas Guru Menurut uu RI No.14 tahun 2005 tntang guru dan dosen pasal 1 ayat (1) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarah, melatih, menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, penidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut kasan (2004:130) dalam yuniati (2007) menyatkan bahwa tugas guru sebagai berikut: 1. Tugas manusiawi, yaitu tugas guru dalam rangka membina siswa mampu mentransformasikan dirinya. 2. tugas kemasyarakatan yaitu, tugas guru mengembangkan terbentuknya masyarakat Indonesia erdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sehingga menjadi bangsa yang berbudaya dan berperadaban. 3. Tugas professional yaitu: a. Tugas mendidik, dalam rangka membentuk dan mengembangkan sikap dan kepribadian b. Tugas mengajar, dalam rangka mengembangkan kemampuan berfikir atau kecerdasan. c. Tugas melatih, dalam rangka membina keterampilan baik intelektual maupun psikomotor.

13

2.3.2 Fungsi Guru Menurut UU republik indonesia tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 4 menyatakan kedudukan gurun sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Menurut suparlan (2004:32) mengatakan bahwa guru berfungsi sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, dan pelatih

2.3.3 Peran Guru Guru adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Maksudnya, setiap Guru diarahkan untuk dapat mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) yang telah ditetapkan dalam proses sasaran belajar mengajar. Pengertian proses belajar mengajar mempunyai makna yang lebih luas dan lebih berarti dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan aktifitas yang tidak terpisahkan antara siswa sebagai pelajar dengan Guru sebagai pengajar. Dalam aktivitas terebut, terdapat interaksi antara siswa yang belajar dengan Guru yang mengajar. Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, Guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa motif berprestasi mempunyai korelasi positif dan cukup berarti terhadap pencapaian proses belajar. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar hanya ditentukan oleh tinggi

14

redahnya motif berpretasi. Dalam hubungan ini, Guru berfungsi sebagai motivator dalam keseluruhan dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang Undang No. 14 Tahun 2005 peran Guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik. Peran yang harus dimiliki Guru tidak hanya sebatas hanya mengajar, Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha Guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang Guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan Guru yang sedang mengajar. Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan Guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya dilakukan Guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber belajar yang ada.

2.4 Pendidikan Jasmani 2.4.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan salah satu bagian yang penting dari proses pendidikan keseluruhan yang pencapaian tujuaanya

15

menggunakan aktivitas jasmani, sedangkan sasaran tujuannya meliputi aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor. Pendidikan janmani, olahraga, dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhannya yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang (GBPP, 2002:1). Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna untuk mengisi waktu luang, mengembangkan hidup sehat, meningkatkan kegiatan fisik dan mental. Pendidikan jasmani dilaksanakan dalam rangka mencapai pendidikan nasional, yang mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral. Hal itu sudah tidak tercapai dengan sendirinya, tetapai harus melalui proses pengajaran dan pembelajaran yang dikekola dengan sebaik-baiknya (Lutan, 2000:1). Menurut kurikulum SMA 2003 (Depdiknas, 2003:2) adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neoromuskuler, kognitif, dan emosional dalam rangka memajukan tujuan pendidikan nasional. Seperti kegiatan pendidikan lainnya, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan direncanakan sedemikian rupa untuk mencapai perkembangan total dari peserta didik yang mencakup bukan saja perkembangan fisik, integelensi, emosi, sosial, akan tetapi aspek moral dan spiritual, karena didalam pendidikan jasmani,

16

olahraga, dan kesehatan sangat memperhatikan landasan-ladnasan kesehatan dan kematangan.

2.4.2 Tujuan Pendidikan Jasmani Menurut depdiknas (2003:2) menyatakan tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui nilai pndidikan jasmani. 2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, dikap sosial dan toleransi dalam kemajemukan budaya, etnis, dan agama. 3. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran jasmani. 4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis melalui pandidikan jasmani. 5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, dan pandidikan luar kelas. 6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta hidup sehat melalui aktivitas jasmani. 7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai keselamatan,kebugaran, dan pola hidup sehat. 9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

Bucher (1983) menjelaskan, walaupun pengembangan utamanya terletak pada aspek jasmaniah, namun tetap berorientasi pada pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan utamanya. Sedangkan Baley dan Field (1976) menyimpulkan bahwa dimensi aspek dan ruang lingkup pendidikan jasmani tidak terbatas pada unsur jasmani saja, tetapi lebih ditekankan pada pendidikan secara luas yang meliputi aspek intlektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika. Secara operasional tujuan pendidikan jasmani meliputi pengembangan kebugaran fisik, pengembangan

17

keterampilan dasar motorik, pengembangn kognitif dan pengembangan efeksi. Dan ada juga empat domain yang ingin di kembangkan dalam pendidikan jasmani yaitu domain fisik, psikomotor, kognitif, dan efektif. Secara ideal tujuan pendidikan jasmani di atas harus di capai oleh siswa setelah menyelesaikan program pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga mempunyai gambaran profil sosok siswa seperti yang telah dideskripsikan dalam pendidikan (Amir 2006:5-6).

2.4.3 Fungsi Pendidikan Jasmani Fungsi pendidikan jasmani menurut Depdiknas (2003:4-6) meliputi berbagai aspek, yaitu: aspek organik, aspek neuomoskuler, aspek perseptual, aspek kognitif, aspek sosial. a. Aspek organik meliputi 1. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memahami tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan. 2. Meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama. 3. Meningkatkan kekuatan yaitu tenaga maksimal yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot. 4. Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individual untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus-menerus dalam waktu yang lama. 5. Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurungi cidera. b. Aspek Neuomuskuler 1. Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot. 2. Mengembangkan gerakan lokomotor seperti: berjalan, berlari, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, bergulir dan menarik. 3. Mengembangkan gerakan non-lokomotor seperti: mengayun, melengkung, bergoyang, meregang, menggantung, membengkok. 4. Mengembangkan faktor-faktor gerak seperti: ketepatan, irama, rasa gerak, power, kelincahan.

18

c.

Aspek perceptual meliputi 1. Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat. 2. Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang ada didepan, belakang, bawah, sebelah kana, sebelah kiri. 3. Mengembangkan koordinasi gerak visual yaitu: kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tubuh, tangan , kaki. 4. Mengembangkan keseimbangan tubuh yaitu: kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis. 5. Mengembangkan dominasi yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan atau kaki kiri dalam melempar atau menendang. 6. Mengembangkan lateris yaitu: kemampuan membedakan sisi kanan atau sisi kiri tubuh diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri.

d. Aspek kognisi 1. Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan. 2. Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan dan etika. 3. Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam sktivitas yang terorganisasi. 4. Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani. 5. Menghargai kinerja tubuh: penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan akrivitas dan dirinya. e. Aspek emosional 1. Mengembangkan respon yag sehat terhadap aktivitas jasmani. 2. Mengembangkan reaksi yang reaksi yang positif sebagai penonton. 3. Melepaskan ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat . 4. Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas. 5. Menghargai pengalaman estetika dari beragai aktivitas yang relevan. f. Aspek sosial 1. Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana dia berada. 2. Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam kelompok. 3. Belajar komunikasi dengan orang lain. 4. Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok. 5. Mengembangkan kepribadian, sikap dan nilai agar berfungsi sebagai anggota masyarakat. 6. Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima masyarakat.

19

2.4.4 Kedudukan dan Makna Pendidikan Jasmani Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang telah mencapai tahap yang sangat maju, telah pula menghadapkan bangsa kita, terutama para remaja dan anak-anak, pada gaya hidup yang semakin menjauh dari semangat perkembangan total, karena lebih mengutamakan keunggulan kecerdasan intelektual, sambil mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moral individu. Budaya hidup kurang gerak karenanya semakin kuat menggejala di kalangan anak-anak dan remaja , berkombinasi dengan semakin hilangnya ruang-ruang publik dan tugas kehidupan yang memerlukan upaya fisik yang keras. Segalanya menjadi mudah sehingga lambat laun kemampuan fisik manusia sudah tidak diperlukan dan malas dalam bergerak karena semua serba mudah dan gampang. Disinilah peran penting pendidikan jasmani yang merupakan pendidikan yang sangat berhubungan dengan gerak manusia sehingga tidak membuat manusia itu menjadi malas bergerak.

2.4.5 Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik dalam hal fisik, mental, intelektual, sosial, emosional serta spiritual. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai kesatuan yang utuh, mahkluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani adalah sutu kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan dasar keterampilan gerak manusia. Lebih khusus

20

lagi penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya.

2.4.6 Konsep Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diselenggarakan sekolah, yaitu sebagai mata pelajaran pokok yang harus diikuti oleh seluruh siswa. Mata pelajaran ini mempunyai kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yaitu digunakannya aktivitas gerak fisik sebagai sarana/media dalam mendidik siswa. Dominannya aktivitas gerak fisik jasmani ini bukan sematamata untuk tetapi lebih dari itu dan ini yang utama adalah dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya, yaitu manusia seperti yang dideskripsikan dalam tujuan pendidikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang menggunakan aktivitas fisik sebagai media untuk mencapai tujuan pendidikan (Amir 2006:5).

2.4.7 Standar Kompetensi Bahan Departemen pendidikan nasional (2003:2004), menjelaskan ada beberapa standar kompetensi pendidikan jasmani: 1. Pemainan dan olahraga a. Siswa mapu melakukan berbagai mam bentuk permainan dan cabang olahraga. b. Siswa memiliki keterampilan berfikir dan konsep dalam permainan dan cabang olahraga. c. Siswa memiliki apresiasi terhadap rilaku bermain dan berolahraga. 2. Aktivitas pengembangan a. Sisw mampu melakukan berbagai aktivitas untuk membentuk postur tubuh dan kondisi yang baik.

21

b. Siswa memiliki mkonsep dan keterampilan berfikir dalam aktivitas pengembangan terhadap kebugaran tubuh. 3. Uji diri/senam a. Siswa mampu melakukan berbagai gerak ketangkasan. b. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai gerak ketangkasan. c. Siswa memilki nilai-nilai kedisiplinan. 4. Aktivits ritmik a. Siswa mampu melakukan gerakan tubuh sesuai irama. b. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam aktivias ritmik. c. Siswa memiliki kepekaan, keharmonisan dan keharusan gerak. 5. Akuatik a. Siswa mampu melakukan berbagai macam aktivitas akuatik. b. Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir tantang berbagai aktivitas akuatik. c. Siswa memiliki apresiasi terhadap keselamatan, kepedulian, etika dan kebersihan di air. 6. Pendidikan luar kelas a. Siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar. b. Siswa mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar c. Siswa apresiasi terhadap alam sekitar.

2.5 Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mngenai tujuan, isi, dan bahan elajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Muslich, 2007:1). Menurut (Muslich, 2007:3) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : 1. 2. 3. 4. Pendidikan agama. Pendidikan kewarganegaraan. Bahasa. Matematika.

22

5. Ilmu pengetahuan alam. 6. Ilmu pengetahuan sosial. 7. Seni dan budaya. 8. Pendidikan jasmani dan olahraga. 9. Keterampilan / kejuruan. 10. Muatan lokal. Dakir (2004:13) mengumumkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Kurikulum berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah currere, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut dijabarkan. Bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara menguasai bahan agar dapat mencapai gelar (Dakir, 2004:2). Kurikulum pernah diartikan sebagai rencana pembelajaran yang terbagi menjadi rencana pembelajaran minimum dan rencana pembelajaran terurai. Dalam kenyataannya disekolah rencana pembelajaran tersebut tidak semata-mata

membicarakan proses pengajaran saja, bahkan yang dibahas lebih luas lagi yaitu mengenai masalah pendidikan. Oleh karena itu istilah rencana pembelajaran kiranya kurang tepat (Dakir, 2004:4). Dengan demikian kurikulum itu merupakan program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang direncanakan dan dirancang, yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu lampau, sekarang maupun yang akan datang. Berbagai bahan tersebut direncanakan secara sistematik, artinya direncanakan dengan memperhatikan keterlibatan berbagai factor pendidikan secar harmonis. Berbagai bahan ajar yang dirancang tersebut harus sesuai

23

dengan norma-norma yang berlaku sekarang, diantarnya harus sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP No 27 dan 30, tenaga pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar mencapai tujuan yang diharapkan (Dakir, 2004:8). Dari berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku, yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik ntuk mencapai tujuan pendidikan.

2.5.1 Tujuan Kurikulum UU Ri No. 2 Tahun 1989 pasal 4 telah dinyatakan bahwa: Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuainnya, dengan lingkungan kebutuhsn pembangunan nasional, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis jenjang masing-masing satuan pendidikan. Neil (1977:5) mengemukakan konsep kurikulum dengan masing-masing tujuan sebagai berikut: a. Konsep kurikulum humanistic, tujuannya mengutamakan perkembangan kesadaran pribadi (increased personal awareness) untuk mencapai aktivitas diri. b. Konsep kurikulum rekontruksi social, tujuannya untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menghadpi berbagai perubahan masyarakat pada masa yang akan dating dan dapat menyesuaikannya. c. Konsep kurikulum teknologi, tujuannya terutama pada pengmbangan hasil pendidikan yang dapat ditiru.

24

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kurikulum adalah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap

perkembangan perserta didik dan kesesuaiannya.

2.5.2 Fungsi Kurikulum Dakir (2004:2) mengemukakan bahwa fungsi kurikulum berkaitan dengan komponen-komponen yang mengarah pada tujuan pendidikan komponen yang dimaksud adalah: a. Apakah seperangkat rencana tersebut sesuai dengan tujuan yang akan dicapai b. Apakah komponen materi yang tersusun dalam kurikulum itu sesuai dengan tujuan yang dicapai. c. Apakah metode atau cara yang dipilih berfungsi pula untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. d. Apakah para penyelenggara pendidikan berfjuungsi pula dalam melaksanalan tugasnya sesuai dengan tujuan pendidikan. Hamalik (1990:10) mengklasifikasikan empat fungsi kurikulum yaitu sebagai berikut : 1. The adjective of function (fungsi penyesuaian). Individu hidup dalam lingkungan, setiap individu harusmenyesuaian diri terhadap lingkungan secara menyeluruh. 2. The diffentiation function (fungsi diferensiasi). kurikulum perlu member pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan dalam masyarakat. 3. The integrating function ( fungsi integrasi) kurikulum berfungsi mendidik pribadi yang integrasi. 4. The propaedeutik function (fungsi persiapan). Kurikulum mempersiapkan siswa agar melanjutkan studi lebih lanjutuntuk jangkauan yang amat jauh.

Anda mungkin juga menyukai