Anda di halaman 1dari 33

LOGO

KODE ETIK PSIKOLOGI INDONESIA MENGATASI ISU ETIKA (BAB II) DAN KOMPETENSI (BAB III)
KELOMPOK 1 Chandra C. A. Putri Fildza R Harry Yohandi Indriati N Rianti Puteri Sigit Prasetyo Shandy Novian (1100968)

(1104734)

KOMPETENSI (BAB III) MENGATASI ISU ETIKA (BAB II)

www.themegallery.com

MENGATASI ISU ETIKA

Pasal 3

Majelis Psikologi Indonesia

Pasal 4

Penyalahgunaan di Bidang Psikologi

Pasal 5

Penyelesaian Isu Etika

Pasal 6

Diskriminasi yang Tidak Adil Terhadap Keluhan

www.themegallery.com

PENYALAHGUNAAN DI BIDANG PSIKOLOGI

Setiap pelanggaran wewenang di bidang keahlian psikologi dan setiap pelanggaran terhadap Kode Etik Psikologi Indonesia dapat dikenakan sanksi organisasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga Himpunan Psikologi Indonesia dan Kode Etik Psikologi Indonesia.

www.themegallery.com

PENYALAHGUNAAN DI BIDANG PSIKOLOGI


Pelanggaran ringan Pelanggaran kode etik psikologi adalah segala tindakan Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang telah dirumuskan dalam Kode Etik Psikologi Indonesia. Termasuk dalam hal ini adalah pelanggaran oleh Psikolog terhadap janji/sumpah profesi, praktik psikologi yang dilakukan oleh mereka yang bukan Psikolog, atau Psikolog yang tidak memiliki Ijin Praktik, serta layanan psikologi yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam Kode Etik Psikologi Indonesia. Pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas adalah:

Pelanggaran sedang

Pelanggaran berat

www.themegallery.com

MENGATASI ISU ETIKA

Pasal 3

Majelis Psikologi Indonesia

Pasal 4

Penyalahgunaan di Bidang Psikologi

Pasal 5

Penyelesaian Isu Etika

Pasal 6

Diskriminasi yang Tidak Adil Terhadap Keluhan

www.themegallery.com

PENYELESAIAN ISU ETIKA

Pelanggaran terhadap etika profesi psikologi dapat dilakukan oleh Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, perorangan, organisasi pengguna layanan psikologi serta pihak-pihak lain. Pelaporan pelanggaran dibuat secara tertulis dan disertai bukti terkait ditujukan kepada Himpunan Psikologi Indonesia untuk nantinya diserahkan kepada Majelis Psikologi Indonesia. Mekanisme pelaporan secara detail akan diatur dalam mekanisme tersendiri.
www.themegallery.com

PENYELESAIAN ISU ETIKA


Mengadakan pertemuan guna membahas masalah tersebut Apabila terjadi pelanggaran Kode Etik Psikologi Indonesia, Pengurus Pusat bekerjasama dengan Pengurus Wilayah terkait dapat memberi masukan kepada Majelis Psikologi Wilayah atau Pusat dengan prosedur sebagai berikut:

Meminta klarifikasi kepada pihak yang melakukan pelanggaran

Berdasarkan klarifikasi menentukan jenis pelanggaran

www.themegallery.com

MENGATASI ISU ETIKA

Pasal 3

Majelis Psikologi Indonesia

Pasal 4

Penyalahgunaan di Bidang Psikologi

Pasal 5

Penyelesaian Isu Etika

Pasal 6

Diskriminasi yang Tidak Adil Terhadap Keluhan

www.themegallery.com

DISKRIMINASI YANG TIDAK ADIL TERHADAP KELUHAN

Himpunan Psikologi Indonesia dan Majelis Psikologi tidak menolak siapapun yang mengajukan keluhan karena terkena pelanggaran etika. Keluhan harus di dasarkan pada fakta-fakta yang jelas dan masuk akal. (Pasal 6 Kode Etik Psikologi Indonesia, 2010)

Pasal 7

Ruang Lingkup Kompetensi

Pasal 8

Peningkatan Kompetensi
Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Profesional Pendelegasian Pekerjaan Pada Orang Lain Masalah dan Konflik Personal Pemberian Layanan Psikologi dalam keadaan Darurat
www.themegallery.com

Pasal 9

KOMPETENSI
Pasal 10 Pasal 11

Pasal 12

RUANG LINGKUP PSIKOLOGI


Ilmuwan Psikologi memberikan layanan dalam bentuk mengajar, melakukan penelitian atau intervensi sosial dalam area sebatas kompetensinya, berdasarkan pendidikan, pelatihan atau pengalaman sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

www.themegallery.com

RUANG LINGKUP PSIKOLOGI


Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam menangani berbagai isu atau cakupan kasuskasus khusus, penting untuk mengupayakan penambahan pengetahuan dan ketrampilan melalui berbagai cara seperti pelatihan, pendidikan khusus, konsultasi atau supervisi terbimbing untuk memastikan kompetensi dalam memberikan pelayanan jasa dan/ atau praktik psikologi yang dilakukan kecuali dalam situasi darurat sesuai dengan pasal yang membahas tentang itu. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu menyiapkan langkahlangkah yang dapat dipertanggung jawabkan dalam area-area yang belum memiliki standar baku penanganan, guna melindungi pengguna jasa layanan psikologi serta pihak lain yang terkait. Dalam menjalankan peran forensik, selain memiliki kompetensi psikologi sebagaimana tersebut di atas, Psikolog perlu memahami hukum yang berlaku di Indonesia, khususnya

hukum pidana, sehubungan dengan kasus yang ditangani dan peran yang dijalankan.

www.themegallery.com

Pasal 7

Ruang Lingkup Kompetensi

Pasal 8

Peningkatan Kompetensi
Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Profesional Pendelegasian Pekerjaan Pada Orang Lain Masalah dan Konflik Personal Pemberian Layanan Psikologi dalam keadaan Darurat
www.themegallery.com

Pasal 9

KOMPETENSI
Pasal 10 Pasal 11

Pasal 12

PENINGKATAN KOMPETENSI

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib melaksanakan upaya-upaya yang berkesinambungan guna mempertahankan dan meningkatkan kompetensi mereka. (Pasal 8 Kode Etik Psikologi Indonesia,2010)

www.themegallery.com

Pasal 7

Ruang Lingkup Kompetensi

Pasal 8

Peningkatan Kompetensi
Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Profesional Pendelegasian Pekerjaan Pada Orang Lain Masalah dan Konflik Personal Pemberian Layanan Psikologi dalam keadaan Darurat
www.themegallery.com

Pasal 9

KOMPETENSI
Pasal 10 Pasal 11

Pasal 12

DASAR-DASAR PENGETAHUAN ILMIAH DAN SIKAP PROFESIONAL

Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam pengambilan keputusan harus berdasar pada pengetahuan ilmiah dan sikap profesional yang sudah teruji dan diterima secara luas atau universal dalam disiplin Ilmu Psikologi. (Pasal 9 Kode Etik Psikologi Indonesia,2010)

www.themegallery.com

Pasal 7

Ruang Lingkup Kompetensi

Pasal 8

Peningkatan Kompetensi
Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Profesional Pendelegasian Pekerjaan Pada Orang Lain Masalah dan Konflik Personal Pemberian Layanan Psikologi dalam keadaan Darurat
www.themegallery.com

Pasal 9

KOMPETENSI
Pasal 10 Pasal 11

Pasal 12

PENDELEGASIAN PEKERJAAN PADA ORANG LAIN

www.themegallery.com

Pasal 7

Ruang Lingkup Kompetensi

Pasal 8

Peningkatan Kompetensi
Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Profesional Pendelegasian Pekerjaan Pada Orang Lain Masalah dan Konflik Personal Pemberian Layanan Psikologi dalam keadaan Darurat
www.themegallery.com

Pasal 9

KOMPETENSI
Pasal 10 Pasal 11

Pasal 12

MASALAH DAN KONFLIK PERSONAL

www.themegallery.com

Pasal 7

Ruang Lingkup Kompetensi

Pasal 8

Peningkatan Kompetensi
Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Profesional Pendelegasian Pekerjaan Pada Orang Lain Masalah dan Konflik Personal Pemberian Layanan Psikologi dalam keadaan Darurat
www.themegallery.com

Pasal 9

KOMPETENSI
Pasal 10 Pasal 11

Pasal 12

PEMBERIAN LAYANAN PSIKOLOGI DALAM KEADAAN DARURAT

(3) Selama memberikan layanan psikologi dalam keadan darurat, Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang belum memiliki kompetensi yang dibutuhkan perlu segera mencari psikolog yang kompeten untuk mensupervisi atau melanjutkan pemberian layanan psikologi tersebut.

www.themegallery.com

Contoh kasus pelanggaran kode etik dalam dunia pendidikan


Pada pertangahan bulan Februari tahun ini, daerah yang ada di Kota Jogyakarta, mengadakan safari pendidikan sebagai program yang bertujuan untuk memperkenalkan pendidikan di kota budaya ini termasuk PTN/PTS. Saran dari kegiatan tersebut adalah mengunjungi SMA/SMK secara langsung dikabupaten tersebut. Memasuki hari pertama, kami mengunjungi beberapa sekolah termasuk tempat dimana saya selesai SMA. Sebagai alumni beberapa guru dan staff bimbingan & konseling temukan sedang mengadakan tes psikologi, ketika bercerita tentang staff BK, yang memberi instruksi intervensi dan supervisi adalah guru yang memiliki pendidikan strata satu dalam pendidikan bergelar S.Pd. lembaga yang mengadakan tes tersebut adalah biro psikologi yang berkedudukan di ibu kota provinsi ini. Biro tersebut telah mengadakan kerja sama dalam pelaksanaan psikotes dengan sekolah. Biro ini mengirimkan alat tesnya kemudian hasilnya akan dikirim ulang. Bentuk intervensi dan supervisi selanjutnya diserahkan kepada kepala sekolah dalam hal ini adalah guru BK. Adapun tes yang diberikan bertujuan untuk melihat kemampuan dan minat dan bakat penjurusan kelas III (IPA, IPS, dan Bahasa).

www.themegallery.com

Dari kasus di atas dikaitkan dengan kode etik psikologi pada Bab III tentang kompetensi pasal 10 yang mengatur tentang pendelegasian pekerjaan pada orang lain mengindikasikan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Psikolog dalam hal ini berbentuk layanan Biro Psikologi. Pada pasal tersebut disebutkan bahwa Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang mendelegasikan pekerjaan pada asisten, mahasiswa, mahasiswa yang disupervisi, asisten penelitian, asisten pengajaran, atau kepada jasa orang lain seperti penterjemah; perlu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk: a) Menghindari pendelegasian kerja tersebut kepada orang yang memiliki hubungan ganda dengan yang diberikan layanan psikologi, yang mungkin akan mengarah pada eksploitasi atau hilangnya objektivitas.
www.themegallery.com

b) Memberikan wewenang hanya untuk tanggung jawab di mana orang yang diberikan pendelegasian dapat diharapkan melakukan secara kompeten atas dasar pendidikan, pelatihan atau pengalaman, baik secara independen, atau dengan pemberian supervisi hingga level tertentu; dan c) Memastikan bahwa orang tersebut melaksanakan layanan psikologi secara kompeten. Sehubungan dengan kasus di atas dikaitkan dengan ketiga poin tersebut yang mengatur tentang pendelegasian kepada orang lain, masing-masing dapat dilihat sebagai berikut: a) Menghindari pendelegasian kerja tersebut kepada orang yang memiliki hubungan ganda dengan yang diberikan layanan psikologi, yang mungkin akan mengarah pada eksploitasi atau hilangnya objektivitas.
www.themegallery.com

Pembahasan: dalam hal ini, Biro Psikologi mendelegasikan pekerjaannya kepada orang lain (staf Bimbingan & Konseling) yang memiliki hubungan ganda dengan siswa. Staf tersebut yang mengadakan administrasi tes dan memberikan instruksi serta intervensi dan supervisi. Hal ini akan dikhawatirkan hilangnya objektivitas alat tes, tidak menutup kemungkinan ada hubungan keluarga antara guru dan siswa, dimana dalam kebiasaan sekolah tersebut, orang tua atau siswa sendiri yang menginginkan masuk dalam program study IPA, karena dianggap memiliki prestise dibanding jurusan lainnya. b) Memberikan wewenang hanya untuk tanggung jawab di mana orang yang diberikan pendelegasian dapat diharapkan melakukan secara kompeten atas dasar pendidikan, pelatihan atau pengalaman, baik secara independen, atau dengan pemberian supervisi hingga level tertentu. www.themegallery.com

Pembahasan: pendelegasian kepada non sarjana Psikologi ataupun psikolog tentunya kesalahan. Kompetensi yang dimiliki oleh mereka tentunya terbatas atau mungkin saja tidak tahu sama sekali. Pada kasus diatas, pendelegasian kepada BK yang memiliki latar pendidikan sarjana pendidikan bidang BK dan bidang study lainnya. Mereka tentu saja tidak pernah mengikuti pelatihan sebelumnya bagaimana baiknya dalam memberi instruksi dan intervensi setelahnya. Hal ini menunjukkan ketidakprofesionalitas dari psikolog dengan mendelegasikan pekerjaan kepada orang lain yang tidak memiliki kompentensi. c) Memastikan bahwa orang tersebut melaksanakan layanan psikologi secara kompeten.

www.themegallery.com

Pembahasan: dalam pendelegasian Psikolog tentunya harus memastikan lokasi diadakan tes dan bagaimana jalannya tes selama berlangsung. Tempat diadakannya tes harus kondusif dan jauh dari kegaduhan. Instruksi yang diberikan pun harus jelas untuk menghindari kebiasan. Namun pada kasus diatas menunjukkan bahwa pendelegasian yang diberikan kepada orang lain tidak memperhatikan pertimbangan ini. Dalam dilihat dari lokasi tes yang merupakan ruangan kerja Bimbingan dan Konseling, posisinya pun berseberangan dengan ruangan kelas, pas didepan ruangan tersebut juga merupakan kantin. Suasana demikian tentunya tidak mendukung dalam proses psikotes. Orang yang menerima delegasi juga tidak memiliki kompetensi, khususnya pemberian instruksi, tentunya kemungkinan kebiasan terlalu besar

www.themegallery.com

LOGO

Sesi Diskusi

www.themegallery.com

Sesi Diskusi

www.themegallery.com

MAJELIS PSIKOLOGI INDONESIA

Penyelesaian masalah pelanggaran Kode Etik Psikologi Indonesia oleh Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi, dilakukan oleh Majelis Psikologi dengan memperhatikan laporan yang masuk akal dari berbagai pihak dan kesempatan untuk membela diri.

Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi telah melakukan layanan Psikologi sesuai prosedur yang diatur dalam Kode Etik dan tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah ilmiah serta bukti-bukti empiris wajib mendapat perlindungan dari Himpunan Psikologi Indonesia dalam hal ini Majelis Psikologi Indonesia.

www.themegallery.com

Anda mungkin juga menyukai