KOMPETENSI
MATERI
1. MENGATASI ISU ETIKA
2. KOMPETENSI
MENGATASI ISU ETIKA
Pasal 3: Majelis Psikologi
1. Majelis Psikologi adl penyelenggara yang memberikan
pertimbangan normatif/keorganisasian
2. Penyelesaian masalah /pelanggaran kode etik dilakukan oleh
majelis psikologi, memperhatikan laporan yang masuk akal dan
kesempatan membela diri
3. Psikolog/ilmuwan psikologi yang melakukan pelayanan sesuai
kode etik,wajib mendapatkan perlindungan dari HIMPSI
4. Apabila terdapat masalah etika dalam memberikan layanan
psikologi yang belum diatur, wajib mengundang majelis
psikologi
Lanjutan..
MENGATASI ISU ETIKA
Pasal 4: Penyalahgunaan di bidang psikologi
1. Setiap pelanggaran dapat dikenakan sanksi sesuai AD/ART
dan kode etik HIMPSI
2. Apabila Psikolog/ilmuwan psikologi menemukan
pelanggaran/penilaian salah,maka wajib mengambil
langkah yang masuk akal untuk memperbaiki/mengurangi
kesalahan yang terjadi
Lanjutan..
MENGATASI ISU ETIKA
5. Pelanggaran kode etik adalah segala tindakan
psikolog dan atau ilmuwan psikologi dari
ketentuan kode etik (janji/sumpah psikolog
atau non psikolog,psikolog yang tidak
memiliki ijin praktik, layanan psikologi yang
menyimpang dari ketentuan dari kode etik)
Lanjutan..MENGATASI ISU
ETIKA
Bentuk pelanggaran yang merugikan ilmu psikologi, profesi
psikologi, pengguna jasa layanan psikologi, individu pengguna jasa,
pihak2x yang terkait dan masyarakat pada umumnya. :
a.Pelanggaran ringan
Tindakan yang dilakukan psikolog dan atau ilmuwan psikologi
yang tidak dalam kondisi yang sesuai yang telah ditetapkan.
b. Pelanggaran sedang
Tindakan yang dilakukan psikolog dan atau ilmuwan psikologi
karena kelalaiannya dalam melaksanakan proses/penangannan yang
tidak sesuai
c. Pelanggaran berat
Tindakan yang dilakukan psikolog dan atau ilmuwan psikologi
yang secara sengaja memanipulasi tujuan, proses maupun hasil.
Lanjutan..MENGATASI ISU
ETIKA
Pasal 5 : Penyelesaian isu etika
1.Apabila tanggung jawab etika psikologi bertengtangan dengan
peraturan hukum/pemerintah/peraturan lainnya,maka harus
menunjukkan komitmen dan melakukan langkah-langkah
penyelesaian konflik,jika tidak dapat diselesaikan maka
diharapkan patuh terhadap peraturan/aturan hukum
2.Apabila tuntutan organisasi bertentangan dengan kode etik,
maka Psikolog dan atau ilmuwan psikologi wajib menjelaskan
sifat dan jenis konflik dan memberitahu komitmenya terhadap
kode etik dan jika memungkinkan menyelesaikan konflik dengan
berbagai cara sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kode etik
3.Pelanggaran terhadap kode etik psikologi dapat dilakukan oleh
psikolog dan atau ilmuwan psikolog,perorangan, organisasi,
pengguna layanan psikologi serta pihak2x lain. Pelaporan
pelanggaran dibuat secara tertulis dan disertai bukti terkait
ditujukan kepada HIMPSI yang nantinya diserahkan ke Majelis
Psikologi
Lanjutan..MENGATASI ISU
ETIKA
4. Kerjasama antara pengurus HIMPSI dengan majelis
psikologi Indonesia menjadi bahan pertimbangan dalam
penyelesaian kasus pelanggaran kode etik
5. 5.Apabila terjadi pelanggaran kode etik, pengurus pusat
bekerjasama dengan pengurus wilayah terkait dapat
memberikan masukan kepada Majelis Psikologi wilayah
6. 6.Majelis Psikologi akan melakukan klarifikasi pada
anggota yang dipandang melakukan pelanggaran.
7. 7.Pengurus pusat bekerjasama dengan pengurus wilayah
dapat mendampingi Majelis psikologi untuk membahas
anggota yang melakukan pelanggaran.
Lanjutan..MENGATASI ISU
ETIKA
Pasal 6 :