Anda di halaman 1dari 4

Dini Nurmawati

221103050034/Psikologi 1

Kode Etik Psikologi

Kode etik psikologi merupakan nilai yang perlu ditaati dan dijalankan oleh
psikolog dan ilmuan psikolog. Psikolog merupakan seorang lulusan S1,S2, dan S3
psikologi yang memiliki banyak kewenangan seperti praktik klinis, konseling,
layanan masyarakat dan sebagainya, hal khusus yang hanya bisa dilakukan
psikolog adalah pemberian intervensi dan pelaksanaan asasasmen. Psikolog
diwajibkan memiliki Surat Izin Praktik Psikologi. Ilmuan Psikologi merupakan
seorang ahli bidang psikologi dengan latar pendidikan S1 dan/atau S2 dan/atau S3
psikologi yang memeiliki kewenangan yang hampir sama dengan psikolog hanya
berbada pada assesmen. Ilmuan psikolog dibedakan dalam kelompok ilmu murni
(sains) dan terapan. Layanan psikologi merupakan aktifitas memberi jasa dan
praktik dan psikologi pada individu yang membutuhkan. Psikologi/Ilmuan
Psikologi diharuskan Prinsip A: menghormati harkat martabat manusia, Prinsip B:
memiliki integritas dan sikap ilmiah, Prinsip C: profesional, Prinsip D: adil, dan
Prinsip E: memberi manfaat baik pada tiap individu. Majelis Psikologi Indonesia
merupakan organisasi yang memberi pertimbangan etis normatis maupun
keorganisasian terhadap psikologi/ilmuan psikologi, pemberi sanksi terhadap para
pelnggar kode etik, dan memberi penyelesaian, tanpa memandang SARA.
Kompetensi. Pasal 7 Ayat 1 Ilmuan psikologi memiliki ruang lingkup
layanan dalam bentuk mengajar, penelitian dan atau intervensi sosial dalam batas
kompetensi yang dimiliki berdasar pendidikan, pelatihan/pengalaman sesuai
kaidah ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan. Pasal 7 Ayat 2 Psikolog dapat
memberi layanan seperti ilmuan psikologi dan secara khusus bisa melakukan
praktek psikologi terutama berkaitan dengan asesmen dan intervensi. Pasal 7 Ayat
3 Dalam penanganan kasus khusus, seperti, HIV/AIDS, Kekerasan, ketidak
ampuan (berkebutuhan khusus) penting dalam mengupayakan menambah
pengetahuan dan keterampilan melalui berbagai cara, seperi pelatihan, pendidikan
khusus, kosultasi/supervisi terbimbing. Pasal 7 Ayat 4 Psikolog perlu menyiapkan
langkah yang bisa dipertanggungjawabkan dalam area yang belum memiliki
standart baku penanganan. Paasal 7 Ayat 5 Dalam penanganan forensik, selain
memiliki kompetensi, psikolog juga harus faham UU yang ada, khususnya pada
hukum pidana yang berkaitan dengan kasus yang ditangani. Pasal 8 Harus
melakukan upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan kemampuan yang
dimiliki secara berkala. Pasal 9 Perlu dasar ilmu ilmiah dan sikap profesional
dalam mengambil keputusan. Pasal 10 Psikilog/Ilmuan Psikologi yang
mendelegasikan pekerjaan pada orang lain harus memastikan bahwa pekerjaan
tersebut terlaksana sebagaimana mestinya. Pasal 11 Perlu sadar bahwa masalah
dan konflik pribadi dapat memengaruhi kerja dan wajib waspada pada tanda-tanda
adanya masalah dan konflik pribadi. Pasal 12 Psikolog/Ilmuan Psikologi yang
tidak kompeten bisa meberikan layanan psikologi dalam keadaan darurat dan
selama penanganan dapat mecari tenaga yang kompeten dan ketika sudah
menemukannya maka penanganan tersebut segera dihentikan.
Hubungan antar Manusia. Pasal 13 Perlu bersikap profesional dalam
pemberian layanan psikologi dan harus sesuai dengan keahlian dan kewenangan
serta kewajibannya. Pasal 14 Tidak terlibat dalam pelecehan seksual, lebih baik
menghindar suatu hal yang secara nalar merugikan. Tidak merendahkan orang
dalam aspek apapun. Pasal 15 Mengambil langkah yang masuk akal untuk
menghindari atau meminimalisir dampak buruk yang mungkin muncul bagi
pengguna layanan. Pasal 16 Menghindar apabila terjalin hubungan majemuk agar
tidak mempengaruhi objektivitas atau dengan menjelaskan pada awal mengenai
tugas yang harus dilakukan. Pasal 17 Menghindari konflik kepentingan yang
dapat merusak objektivitas, kompetensi, atau efektivitas dalam menjalankan peran
yang berdampak buruk pada pengguna layanan. Pasal 18 Tidak melakukan
tindakan dengan unsur eksploitasi dalam kepentingan dalam hal apapaun.
Kerahasiaan Rekam dan Hasil pemeriksaan Psikologi. Membuat,
megarsipkan, menjaga kerahasiaan, memusnahkan, mempertahankan dokumentasi
secara rinci pada hasil pemeriksaan psikologi sesuai UU dan kode etik. Memberi
rekam psikologi khusus hanya pada orang atau organisasi yang berhubungan dan
membutuhkan. Menjaga kerahasiaan data yang ada. Dapat menggunakan data
dengan syarat-syarata yang ada. Menggunakan untuk pendidikan dengan
menyampaikan secara anonim. Apabila digunakan sebagai hal lain diperlukan izin
pemilik data dan tetap harus menjaga kerashasiaan klien kecuali hanya pada
kepentingan hukum.
Iklan dan Pernyataan Publik. Harus memberikan pertanggungjawaban
atas segala tindakan dalam tindakan dan hal apa yang diucapkan pada media.
Harus memberi gelar secara lengkap pada hasil KTI yag dipublikasikan. Tidak
membuat pernyataan palsu dalam segi apa pun. Tetap harus memberi
pertanggungjawaban apabila melibtkan orang lain dalam memromosikan praktek
profesional, penelitian dan sebagainya. Berusaha mencegah orang yang tidak bisa
dikendalikan yang dapat diikategorikan sebagai penipu dalam layanan psikologi.
Tidak memberi kompensasi terhadap pernyataan dalam berita pada siapapun.
Memberi tanggungjawab atas segala aktivitas yang dilakukannya diluar
pendidikan dalam meraih gelar dengan memastikan bahwa yang disampaikannya
memberi gambaran akurat mengenai tujuan, kemampuan pelatih, instuktur,
supervisor, dan biaya yang digunakan. Dalam memberi keterangan melalui media
cetak atau elektronik perlu berhati-hati, harus sesuai kode etik, pengetahuan dan
pendidikan, dugaaan tak bersalah, dan mempertimbangkan kerahasiaan. Tidak
mempromosikan kemampuan secara berlebihan untuk menghindari salah
penafsiran pada masyarakat.
Biaya Layanan Psikologi. Memberi penjelasan pada klien mengenai
rincian biaya layanannyang disediakan sesuai kompetensi sebelum melakukan
kontrak. Dapat menuntut apabilaimbalan yang diberi tidak sesuai kontrak
persetujuan. Tidak menahan hasil hanya untuk mendapat imbalan. Tidak
memenuhi permintaan yang melanggar kode etik. Melakukan tindakan relawan
sebagai bentuk kepedulian pada massyarakat dan tetap mempertahankan
profesionalitas. Memberi imbalan secara profesional pada rekannya sesuai dengan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan pengaturan yang ada sebelumya.
Memastikan keakuratan datan dan laporan pemeriksaan psikologi pada pembayar
layanan ata sumber dana. Dapat melakukan barter sebagai imbalan pelayanan
hanya jika tidak bertentangan dengan kode etik dan pengaturan yang dihasilkan
tidak ekploitatif.

Anda mungkin juga menyukai