Anda di halaman 1dari 21

Kode etik PSIKOLOGI

DRS. A. BURHAN WIJAYA, M.Si


LETKOL LAUT (KH) 10215/P
SUMBER :
HIMPUNAN PSIKOLOGI
INDONESIA
Kode Etik Psikologi :
1. Pemahaman diri sendiri dan pihak lain.

2. Tujuan yang bermanfaat dan mencegah


penyalahgunaan.

3. Tanggung jawab dan profesional dengan


memperhatikan kepentingan masy.
BAB I (PEDOMAN)
Pengertian - pasal 1
•PSIKOLOG : Berhak dan berwenang melakukan praktik psikologi,
diwajibkan memiliki izin praktik psikologi.

•PRAKTIK PSIKOLOGI : Kegiatan oleh psikolog dalam melakukan


DIAGNOSIS, PROGNOSIS, KONSELING dan PSIKOTERAPI.

•ILMUWAN PSIKOLOGI : Dapat memberikan jasa psikologi tetapi


tidak berhak dan tidak berwenang melakukan praktik psikologi (S1
bukan dari Sarjana Psikologi).

• JASA PSIKOLOGI : Diberikan oleh psikolog atau ilmuwan psikologi /


individu (dibawah naungan psikolog) sesuai kewenangan di bidang
pengajaran, pendidikan, pelatihan, penelitian dan penyuluhan
masyarakat.
Tanggung Jawab - pasal 2
Mengutamakan kompetensi, obyektivitas, kejujuran, menjunjung
tinggi integritas dan norma-norma keahliannya serta menyadari
konsekuensi tindakannya.

Batas Keilmuan - pasal 3


Menyadari sepenuhnya batas-batas ilmu psikologi dan
keterbatasan keilmuannya.

Perilaku dan Citra Profesi - pasal 4


• Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral yang berlaku.
• Menyadari bahwa perilakunya dapat mempengaruhi citra
lingkungan dan profesi psikologi.
BAB II (HUB PROFESIONAL)
Hub Antar Rekan Profesi - pasal 5

 Wajib menghargai, menghormati dan menjaga


hak-hak serta nama baik rekan profesinya.

 Saling memberikan umpan balik untuk


peningkatan keahlian profesinya.

 Mengingatkan rekan profesinya dalam rangka


mencegah terjadinya pelanggaran kode etik
psikologi.

 Apabila terjadi pelanggaran kode etik psikologi


maka wajib melaporkan kepada organisasi
profesi.
Hub dengan Profesi lain – pasal 6

 Wajib menghargai, menghormati


kompetensi dan kewenangan rekan
dari profesi lain.

 Mencegah dilakukannya pemberian


jasa atau praktik psikologi oleh pihak
lain yang tidak memiliki kompetensi
dan kewenangan.
BAB III (PEMBERIAN JASA/PRAKTIK PSIKOLOGI)
Pelaks Giat ssi Batas Keahlian/Kewenangan – pasal 7

• Memberikan jasa/praktik psikologi dalam hub.nya


dengan kompetensi yang bersifat obyektif sesuai dengan
ketentuan.

• Dalam memberikan jasa/praktik psikologi wajib


menghormati hak-hak lembaga/organisasi tempat
melaksanakan giat tersebut.
Sikap Profesional dan Perlakuan thd Pemakai Jasa – pasal 8
a,
jas an, i
a n g s
r i ran isa :
k
be ero gan tuk
e m at p or un
m if au an
lam
ers , at jib
Da ik b pok ewa
ba om erk
l b
ke ka
a
m  Mengutamakan dasar-dasar profesional

 Memberikan jasa bagi yang membutuhkan

 Melindungi pemakai jasa agar tdk merugikan

 Mengutamakan ketidakberpihakan

 Memberi informasi yang jelas walaupun berdampak


negatif (waktu cukup lama dsb)
Asas Kesediaan – pasal 9

Wajib menghormati dan menghargai


hak pemakai atau jasa untuk menolak
keterlibatannya dalam pemberian jasa
mengingat asas sukarela yang
mendasari pemakai jasa dalam
menerima pemberian jasa.
Interpretasi Hasil
Pemeriksaan – pasal 10
Hanya boleh dilakukan oleh psikolog
berdasarkan kompetensi dan kewenangan

Pemanfaatan dan Penyampaian


Hasil Pemeriksaan – pasal 11
• Memperhatikan ketentuan yang berlaku
dalam praktik psikologi
• Penyampaian hasil diberikan dalam
bentuk dan bahasa yang dipahami
Kerahasiaan Data dan Hasil Pemeriksaan – pasal 12

Attention !!

l-
hi a
atu nny
ha
: mem nga
u
ik jib b
er a hu
ib ,w m
ga tan ala
b a ia d

ut
se keg asia

Diberikan kepada yang berhak mengetahui


ha aan rah

dan berkaitan langsung dengan tujuan


n h
s a gu
lak te
pe ng

Hanya dapat didiskusikan dengan


an ega
ng m

pihak yang berhak/berwenang


de Me

Dapat dikomunikasikan kepada pihak ketiga bila


diperlukan namun identitas tetap dirahasiakan
Pencantuman Identitas pd
Laporan Hasil Pemeriksaan
dari Praktik Psikologi – pasal 13

Secara tertulis psikolog


wajib membubuhkan tanda tangan,
nama jelas, dan nomor izin praktik
sbg bukti pertanggungjawaban
BAB IV (PERNYATAAN)
Pernyataan – pasal 14
• Melalui berbagai jalur media baik lisan maupun tertulis,
bersikap hati-hati dan tidak berpihak dengan pedoman
dasar ilmiah dan tidak bertentangan dengan kode etik
psikologi.

• Tetap memperhatikan kewenangan sesuai ketentuan


untuk menghindari kekeliruan penafsiran sehingga dapat
dipahami secara benar.
BAB V (KARYA CIPTA)
Penghargaan thd Karya Cipta Pihak Lain dan
Pemanfaatan Karya Cipta Pihak Lain – pasal 15

Karya cipta psikologi dlm bentuk buku atau alat tes hrs
dihargai pemanfaatannya dan memperhatikan
ketentuan perundangan mengenai hak cipta.

 Menghargai hak cipta sesuai undang-undang


dan peraturan yang berlaku
 Tdk dibenarkan mengutip, menyadur
tanpa mencantumkan sumbernya.
 Tdk dibenarkan menggandakan, memodifikasi,
memproduksi tanpa seizin pemegang hak cipta.
BAB VI (PENGAWASAN PELAKS KODE ETIK)
Penggunaan dan Penguasaan Sarana
Pengukuran Psikologik – pasal 16

 Wajib membuat kesepakatan dg


lembaga/organisasi tempat bekerja
mengenai pengadaan, pemilikan,
penggunaan dan penguasaan sarana
pengukuran (diatur tersendiri).

 Menjaga agar sarana pengukuran tdk


dipergunakan oleh orang-orang yang
tdk berwenang dan tdk berkompeten.
Pelanggaran – pasal 17

Setiap penyalahgunaan wewenang dapat


dikenakan sangsi sebagaimana diatur dalam
anggaran dasar, anggaran rumah tangga
Himpunan Psikologi Indonesia
dan pedoman pelaksanaan
Kode Etik Psikologi Indonesia.
Khusus TNI (tambahan) :
Membocorkan Rahasia Negara
Penyelesaian Masalah Pelanggaran
Kode Etik Psikologi Indonesia - pasal 18

• Dilakukan oleh Majelis Psikologi dengan


memperhatikan laporan dan memberi
kesempatan membela diri.

• Bila tdp masalah etika dalam pemberian


jasa yang belum diatur, akan dibahas dan
dirumuskan oleh majelis kemudian
disahkan dalam kongres.
Perlindungan thd Psikolog
dan Ilmuwan Psikologi – pasal 19

• Bila tidak ikut serta dlm kegiatan orang lain yang


menyalahgunakan ketrampilan, data pemakai jasa
dan kewenangan yang ada.

• Bila mengetahui ada penyalahgunaan, wajib


mengambil langkah untuk memperbaiki atau
memperkecil penyalahgunaan tsb, sesuai kewenangan
yang ada.
BAB VII (PENUTUP)
1. Kode etik ini disertai lampiran yaitu
Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Psikologi
Indonesia.

2. Lampiran tdk terpisahkan dari kode etik


ini, dan sifatnya menjelaskan atau
melengkapi Kode Etik Psikologi
Indonesia.
SELESAI
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai