PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan yang cepat, hbungan yang dekat dengan beberapa profesi
seperti psikiatri, pendidikan, manajemen serta sulitnya mengontrol praktik
psikologis mengarah kepada suatu masalah yang penting harus segera
ditanggulangi, yaitu kurangnya kode etik profesional, khususnya malpraktik.
Kode etik tersebut seharusnya dapat menjelaskan hal-hal terkait pertanyaan: Siapa
yang berhak mengadministasikan tes psikologis? Apakah psikiater, konselor,
pendidikan atau manajer personalia berhak untuk mengadministrasikan tes
psikologis?
Selayaknya bidang-bidang profesional lainnya seperti Kedokteran, Hukum
ataupun lainnya, maka dalam ranah Psikologi juga terdapat pembahasan atau juga
“Kode Etik” hal ini digunakan untuk mengatur berbagai hal terkait dalam praktik
psikologis.
Sebagai calon psikolog, apalagi sebagai seorang psikolog yang profesional
seperti Zoya Amirin hendaknya mengetahui aturan-aturan ataupun acuan-acuan
yang berlaku dalam psikologi. Aturan atau acuan tersebut yang disebut dengan
kode etik dalam psikologi.Jangan dikira sebagai psikolog profesional kita dapat
seenaknya saja dalam memperlakukan klien dan memberikan asesmen kepada
klien. Itu semua ada acuan dan aturannya. Jika kita melanggar acuan dan aturnya
pin tentu akan mendapat sanksi. Menurut HIMPSI (2010) yang diresmikan di Solo
secara lengkap memiliki 14 BAB yangmana dari BAB I sampai BAB XIV terdiri
dari 80 pasal.disini akan di bahas BAB V (Kerahasiaan Rekam Dan Hasil
Pemeriksaan Psikologi).
B. Tujuan
Agar kita mahasiswa (calon-calon) Psikolog lebih bisa menghargai Kode
Etik dan mengikuti peraturan yang sudah ada dibuat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kode Etik
1. Definisi Kode Etik
Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
2. Tujuan Kode Etik
Menurut Biggis dan Blocher mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu:
Pasal 23
Rekam Psikologi
2
denganhukum yang berlaku dan dengan carayang sesuai dengan ketentuan Kode
EtikPsikologi Indonesia.
3
pada sejawatlain terhadap data hasil pemeriksaan psikologitersebut dengan tetap
menjagakerahasiaannya. Pelaksanaan dalam hal iniharus di bawah
pengawasannya, yang dapatdalam bentuk tertulis atau lainnya.
4
(2) Rekam Psikologis untuk Kepentingan Khusus
Pasal 24
5
kode atau caralain yang dapat melindungi orang tersebut darikemungkinan untuk
bisa dikenali.
Pasal 25
Pasal 24
6
menjalani layana psikologi harus dimasukkan ke data dasar (database) atau sistem
pencatatan yang dapat diaksespihak lain yang tidak dapat diterima oleh
yangbersangkutan maka Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi harus menggunakan
kode atau caralain yang dapat melindungi orang tersebut darikemungkinan untuk
bisa dikenali.
Pasal 25
7
c) Jika pemakai jasa layanan psikologi masih kanak-kanak atau orang dewasa
yang tidakmampu untuk memberikan persetujuansecara sukarela, maka Psikolog
dan/atauIlmuwan Psikologi wajib melindungi agarpengguna layanan psikologi
serta orangyang menjalani layanan psikologi tidakmengalami hal-hal yang
merugikan.
8
c) Jika pemakai jasa layanan psikologi masihkanak-kanak atau orang dewasa yang
tidakmampu untuk memberikan persetujuansecara sukarela, maka Psikolog
dan/atauIlmuwan Psikologi wajib melindungi agarpengguna layanan psikologi
serta orangyang menjalani layanan psikologi tidakmengalami hal-hal yang
merugikan.
Pasal 26
9
(4) Dalam hal diperlukan persetujuan terhadapprotokol riset dari dewan penilai
atau seje-57Juni 2010Kode Etik Psikologi Indonesianisnya dan memerlukan
identifikasi personal,maka identitas itu harus dihapuskan sebelumdatanya dapat
diakses.
Pasal 27
Tujuan Lain
10
d) Dalam pertemuan ilmiah atau perbincanganprofesi yang menghadapkan
Psikologdan/atau Ilmuwan Psikologi untukmengemukakan data, harus
diusahakan59Juni 2010Kode Etik Psikologi Indonesiaagar pengungkapan data
tersebut dilakukantanpa mengungkapkan identitas,yang bisa dikenali sebagai
seseorang atauinstitusi yang mungkin bisa ditafsirkan olehsiapapun sebagai
identitas diri yang jelasketika hal itu diperbincangkan.
C. KASUS
D. ANALISIS
Disini bu dewi sebagai psikolog harus bisa bekerja secara profesional dan
tetap menjaga kerahasian klien baik secara hasil maupun klien (identitas) yang
konseling. Karena kita dipercayai untuk dapat membantu menyelesaikan masalah
klien dan sebagai seorang psikolog maka kita pun mempunyai keharusan untuk
berhati-hati. Sebagai seorang Psikolog kita harus bisa mempertahankan
kerahasian data klien dimana klien akan merasakan takut dan khawatir jika
rahasianya akan terbongkar. dan sebagai seorang psikolog harus bisa menyimpan
apapun hasil maupun orang yang memakai jasa kita. Adapun klien mempercayai
adanya orang ketiga yang biasanya orang terdekat (suami,orangtua/siapapun itu)
yang bisa dipercayai untuk menjaga kerahasian dan juga untuk dapat didiskusikan
sebagai pengambil jalan/mengambil keputusan untuk dapat menyelesaikan
11
masalah yang dihadapi oleh klien. menganggap bahwa masalah klien merupakan
privacy yang hanya diketahui orang yang dalam masa perjanjian antara klien dgn
psikolog itu sendiri (bisa orangtua,suami/istri,dsb).
Jika ibu dewi sebagai seorang psikolog melakukan hal yang semacam itu
maka ibu dewi melakukan pelanggaran kode etik, dimana dewi yang seorang
psikolog membiarkan atau memberikan informasi kepada oranglain dimana yang
tidak dijinkan/tanpa adanya persetujuan antara dewi dan ani dengan adanya orang
ketiga (suami/istri,orangtua,dsb) padahal sebagai tenaga profesional yang
dilakukan dewi merupakan kesalahan yang bisa menimbulkan kerugian baik ani
maupun dewi yang dimana masyarakat luas pun akan sangat tidak mempercayai
dewi dengan adanya kasus ani. Padahal didalam beberapa pasal kode etik jelas
diharapkan tenaga psikolog harus bisa menyimpan rahasia dengan baik guna
mendapatkan kepercayaan dan sebagai kode etik psikolog. Dengan adanya kasus
tersebut dewi akan sangat sulit mendapatkan ijin praktek bila adanya laporan yang
dapat memberatkan dewi untuk bisa membuka praktek dan menganggap dewi
belum bisa / tdk bisa mendapat 1 keprcayaan lagi untuk masyarakat luas.
12
Menceritakan masalah yang dialami klien kepada klien barunya atau orang
lain dengan menyebutkan namanya merupakan tindakan yang tidak etis bagi
seorang Psikolog. Tindakan ini dilakukan oleh Psikolog, sehingga menimbulkan
pelanggaran Kode Etik Psikologi Hal ini didasarkan pada:
1. Kode etik HIMPSI pasal 23 tepatnya ayat 2a yang menyatakan “Laporan
pemeriksaan Psikologi untuk kepentingan khusus hanya dapat diberikan
kepadapersonal atau organisasi yang membutuhkan dan berorientasi untuk
kepentinganatau kesejahteraan orang yang mengalami pemeriksaan
psikologi.” Kesalahan Ani pada kasus ini adalah memberitahukan rekaman
informasi klien bukan kepada pihak yang membutuhkan.
2. Kode etik HIMPSI pasal 24 tentang mempertahannkan kerahasiaan data, Dewi
juga melakukan pelanggaran dimana Dewi gagal menjaga dan
mempertahankan informasi klien yang merupakan sahabatnya.
3. Pada pasal 24 nomor 3 dikatakan bahwa pemberian layanan psikologi “Dapat
dikomunikasikan dengan bijaksana secara lisan atau tertulis kepada pihak
ketigahanya bila pemberitahuan ini diperlukan untuk kepentingan pengguna
layanan psikologi profesi dan akademisi.” Dalam hal ini Dewi memberikan
Informasi kepada orangtua Ani (pihak ketiga) tanpa adanya kepentingan yang
berkaitan dengan layanan psikologi profesi dan akademisi.pada Bab V Pasal 23
dan 24, mengenai Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai mahasiswa
calon psikolog kita harus menaati etika-etika dalam penelitian psikologi
perkembangan. Kerahasiaan klient sangat penting untuk dijaga sebagai
profesionalitas sebagai seorang psikolog.
B. Saran
Sebagai calon psikolog kita harus menaati etika-etika yang berlaku.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://hillarypakpahan.blogspot.co.id/2013/11/contoh-pelanggaran-kode-
etik.html, diakses 18-02-2018
s://plus.google.com/101269531397651574458/posts/SxVwaB7WKmj,diak
ses 18-02-2018
15