Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan yang cepat, hbungan yang dekat dengan beberapa profesi
seperti psikiatri, pendidikan, manajemen serta sulitnya mengontrol praktik
psikologis mengarah kepada suatu masalah yang penting harus segera
ditanggulangi, yaitu kurangnya kode etik profesional, khususnya malpraktik.
Kode etik tersebut seharusnya dapat menjelaskan hal-hal terkait pertanyaan: Siapa
yang berhak mengadministasikan tes psikologis? Apakah psikiater, konselor,
pendidikan atau manajer personalia berhak untuk mengadministrasikan tes
psikologis?
Selayaknya bidang-bidang profesional lainnya seperti Kedokteran, Hukum
ataupun lainnya, maka dalam ranah Psikologi juga terdapat pembahasan atau juga
“Kode Etik” hal ini digunakan untuk mengatur berbagai hal terkait dalam praktik
psikologis.
Sebagai calon psikolog, apalagi sebagai seorang psikolog yang profesional
seperti Zoya Amirin hendaknya mengetahui aturan-aturan ataupun acuan-acuan
yang berlaku dalam psikologi. Aturan atau acuan tersebut yang disebut dengan
kode etik dalam psikologi.Jangan dikira sebagai psikolog profesional kita dapat
seenaknya saja dalam memperlakukan klien dan memberikan asesmen kepada
klien. Itu semua ada acuan dan aturannya. Jika kita melanggar acuan dan aturnya
pin tentu akan mendapat sanksi. Menurut HIMPSI (2010) yang diresmikan di Solo
secara lengkap memiliki 14 BAB yangmana dari BAB I sampai BAB XIV terdiri
dari 80 pasal.disini akan di bahas BAB V (Kerahasiaan Rekam Dan Hasil
Pemeriksaan Psikologi).

B. Tujuan
Agar kita mahasiswa (calon-calon) Psikolog lebih bisa menghargai Kode
Etik dan mengikuti peraturan yang sudah ada dibuat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kode Etik
1. Definisi Kode Etik
Kode etik adalah pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
2. Tujuan Kode Etik

Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

Untuk meningkatkan mutu profesi.

3. Fungsi Kode Etik

Menurut Biggis dan Blocher mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu:

Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.

Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.

Melndung para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.

B. BAB V KERAHASIAAN REKAM dan HASIL PEMERIKSAAN


PSIKOLOGI

Pasal 23

Rekam Psikologi

Jenis Rekam Psikologi adalah rekam psikologilengkap dan rekam psikologi


terbatas.

(1) Rekam Psikologi Lengkap

a) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologimembuat, menyimpan (mengarsipkan),


menjaga, memberikan catatan dan data49Juni 2010 Kode Etik Psikologi
Indonesiayang berhubungan dengan penelitian, praktik, dan karya lain sesuai

2
denganhukum yang berlaku dan dengan carayang sesuai dengan ketentuan Kode
EtikPsikologi Indonesia.

b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membuat dokumentasi atas karya


profesionaldan ilmiah mereka untuk:

i. memudahkan pengguna layanan psikologimereka dikemudian hari baikoleh


mereka sendiri atau oleh profesional lainnya.

ii. bukti pertanggungjawaban telah dilakukannyapemeriksaan psikologi.

iii. memenuhi prasyarat yang ditetapkanoleh institusi ataupun hukum.

c) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjagakerahasiaan klien dalam hal


pencatatan,penyimpanan, pemindahan, danpemusnahan catatan/data di bawah
pengawasannya.

d) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjagadan memusnahkan catatan dan


data,dengan memperhatikan kaidah hukum 50Kode Etik Psikologi IndonesiaJuni
2010atau perundang-undangan yang berlakudan berkaitan dengan pelaksanaan
kodeetik ini.

e) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologimempunyai dugaan kuat


bahwacatatan atau data mengenai jasa profesionalmereka akan digunakan untuk
keperluanhukum yang melibatkan penerima ataupartisipan layanan psikologi
mereka, makaPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi bertanggungjawab untuk
membuat danmempertahankan dokumentasi yang telahdibuatnya secara rinci,
berkualitas dankonsisten, seandainya diperlukan penelitiandengan cermat dalam
forum hukum.

f) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yangmelakukan pemeriksaan layanan


psikologiterhadap seseorang dan menyimpanhasil pemeriksaan psikologinya
dalamarsip sesuai dengan ketentuan, karenasesuatu hal tidak memungkinkan
lagimenyimpan data tersebut, maka demikerahasiaan pengguna layanan
psikologi,sebelumnya Psikolog dan/atau Ilmuwan51Juni 2010Kode Etik Psikologi
IndonesiaPsikologi menyiapkan pemindahan tempatatau pemberian kekuasaan

3
pada sejawatlain terhadap data hasil pemeriksaan psikologitersebut dengan tetap
menjagakerahasiaannya. Pelaksanaan dalam hal iniharus di bawah
pengawasannya, yang dapatdalam bentuk tertulis atau lainnya.

(2) Rekam Psikologis untuk Kepentingan Khusus

a) Laporan pemeriksaan Psikologi untuk kepentingankhusus hanya dapat


diberikankepada personal atau organisasi yangmembutuhkan dan berorientasi
untuk kepentinganatau kesejahteraan orang yangmengalami pemeriksaan
psikologi.

b) Laporan Pemeriksaan Psikologi untuk kepentingankhusus dibuat sesuai


dengankebutuhan dan tetap mempertimbangkanunsur-unsur ketelitian dan
ketepatan hasilpemeriksaan serta menjaga kerahasiaanorang yang mengalami
pemeriksaan psikologi.50Kode Etik Psikologi IndonesiaJuni 2010atau perundang-
undangan yang berlakudan berkaitan dengan pelaksanaan kodeetik ini.

c) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologimempunyai dugaan kuat


bahwacatatan atau data mengenai jasa profesionalmereka akan digunakan untuk
keperluanhukum yang melibatkan penerima ataupartisipan layanan psikologi
mereka, makaPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi bertanggungjawab untuk
membuat danmempertahankan dokumentasi yang telahdibuatnya secara rinci,
berkualitas dankonsisten, seandainya diperlukan penelitiandengan cermat dalam
forum hukum.

e) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yangmelakukan pemeriksaan layanan


psikologiterhadap seseorang dan menyimpanhasil pemeriksaan psikologinya
dalamarsip sesuai dengan ketentuan, karenasesuatu hal tidak memungkinkan
lagimenyimpan data tersebut, maka demikerahasiaan pengguna layanan
psikologi,sebelumnya Psikolog dan/atau Ilmuwan51Juni 2010Kode Etik Psikologi
IndonesiaPsikologi menyiapkan pemindahan tempatatau pemberian kekuasaan
pada sejawatlain terhadap data hasil pemeriksaan psikologitersebut dengan tetap
menjagakerahasiaannya. Pelaksanaan dalam hal iniharus di bawah
pengawasannya, yang dapatdalam bentuk tertulis atau lainnya.

4
(2) Rekam Psikologis untuk Kepentingan Khusus

a) Laporan pemeriksaan Psikologi untuk kepentingankhusus hanya dapat


diberikankepada personal atau organisasi yangmembutuhkan dan berorientasi
untuk kepentinganatau kesejahteraan orang yangmengalami pemeriksaan
psikologi.

b) Laporan Pemeriksaan Psikologi untuk kepentingankhusus dibuat sesuai


dengankebutuhan dan tetap mempertimbangkanunsur-unsur ketelitian dan
ketepatan hasilpemeriksaan serta menjaga kerahasiaanorang yang mengalami
pemeriksaan psikologi.52Kode Etik Psikologi IndonesiaJuni 2010

Pasal 24

Mempertahankan Kerahasian DataPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib


memegangteguh rahasia yang menyangkut klienatau pengguna layanan psikologi
dalam hubungandengan pelaksanaan kegiatannya. Penggunaanketerangan atau
data mengenai pengguna layananpsikologi atau orang yang menjalani
layananpsikologi yang diperoleh Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi dalam
rangka pemberian layanan Psikologi,hendaknya mematuhi hal-hal sebagai berikut;

a) Dapat diberikan hanya kepada yang berwenangmengetahuinya dan hanya


memuathal-hal yang langsung berkaitan dengantujuan pemberian layanan
psikologi.

b) Dapat didiskusikan hanya dengan orangorangatau pihak yang secara


langsungberwenang atas diri pengguna layananpsikologi.

c) Dapat dikomunikasikan dengan bijaksanasecara lisan atau tertulis kepada


pihakketiga hanya bila pemberitahuan inidiperlukan untuk kepentingan
penggunalayanan psikologi, profesi, dan akademisi.53Juni 2010Kode Etik
Psikologi IndonesiaDalam kondisi tersebut indentitas orangyang menjalani
pemeriksaan psikologitetap dijaga kerahasiaannya.Seandainya data orang yang
menjalani layananpsikologi harus dimasukkan ke data dasar (database) atau
sistem pencatatan yang dapat diaksespihak lain yang tidak dapat diterima oleh
yangbersangkutan maka Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi harus menggunakan

5
kode atau caralain yang dapat melindungi orang tersebut darikemungkinan untuk
bisa dikenali.

Pasal 25

Mendiskusikan Batasan Kerahasian Datakepada Pengguna Layanan Psikologi

(1) Materi Diskusi

a) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membicarakaninformasi kerahasian data


dalamrangka memberikan konseling dan/ataukonsultasi kepada pengguna layanan
psikologi(perorangan, organisasi, mahasiswa,partisipan penelitian) dalam
rangkatugasnya sebagai profesional. Data hasilpemberian layanan psikologi hanya
dapat 52Kode Etik Psikologi IndonesiaJuni 2010

Pasal 24

Mempertahankan Kerahasian DataPsikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi wajib


memegangteguh rahasia yang menyangkut klienatau pengguna layanan psikologi
dalam hubungandengan pelaksanaan kegiatannya. Penggunaanketerangan atau
data mengenai pengguna layananpsikologi atau orang yang menjalani
layananpsikologi yang diperoleh Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi dalam
rangka pemberian layanan Psikologi,hendaknya mematuhi hal-hal sebagai berikut;

a) Dapat diberikan hanya kepada yang berwenangmengetahuinya dan hanya


memuathal-hal yang langsung berkaitan dengantujuan pemberian layanan
psikologi.

b) Dapat didiskusikan hanya dengan orangorangatau pihak yang secara langsung

berwenang atas diri pengguna layananpsikologi.

c) Dapat dikomunikasikan dengan bijaksanasecara lisan atau tertulis kepada


pihakketiga hanya bila pemberitahuan inidiperlukan untuk kepentingan
penggunalayanan psikologi, profesi, dan akademisi.53Juni 2010Kode Etik
Psikologi IndonesiaDalam kondisi tersebut indentitas orangyang menjalani
pemeriksaan psikologitetap dijaga kerahasiaannya.Seandainya data orang yang

6
menjalani layana psikologi harus dimasukkan ke data dasar (database) atau sistem
pencatatan yang dapat diaksespihak lain yang tidak dapat diterima oleh
yangbersangkutan maka Psikolog dan/atau IlmuwanPsikologi harus menggunakan
kode atau caralain yang dapat melindungi orang tersebut darikemungkinan untuk
bisa dikenali.

Pasal 25

Mendiskusikan Batasan Kerahasian Datakepada Pengguna Layanan Psikologi

(1) Materi Diskusi

a) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membicarakaninformasi kerahasian data


dalamrangka memberikan konseling dan/ataukonsultasi kepada pengguna layanan
psikologi(perorangan, organisasi, mahasiswa,partisipan penelitian) dalam
rangkatugasnya sebagai profesional. Data hasilpemberian layanan psikologi hanya
dapat 54Kode Etik Psikologi IndonesiaJuni 2010digunakan untuk tujuan ilmiah
atau profesional.

b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalammelaksanakan tugasnya harus


berusahauntuk tidak mengganggu kehidupan pribadipengguna layanan psikologi,
kalaupun diperlukanharus diusahakan seminimal mungkin.

c) Dalam hal diperlukan laporan hasil pemeriksaanpsikologi, maka Psikolog


dan/atauIlmuwan Psikologi hanya memberikan laporan,baik lisan maupun tertulis;
sebatasperjanjian atau kesepakatan yang telahdibuat.

(2) Lingkup Orang

a) Pembicaraan yang berkaitan denganlayanan psikologi hanya dilakukan


denganmereka yang secara jelas terlibat dalampermasalahan atau kepentingan
tersebut.

b) Keterangan atau data yang diperolehdapat diberitahukan kepada orang lainatas


persetujuan pemakai layanan psikologiatau penasehat hukumnya.55Juni
2010Kode Etik Psikologi Indonesia

7
c) Jika pemakai jasa layanan psikologi masih kanak-kanak atau orang dewasa
yang tidakmampu untuk memberikan persetujuansecara sukarela, maka Psikolog
dan/atauIlmuwan Psikologi wajib melindungi agarpengguna layanan psikologi
serta orangyang menjalani layanan psikologi tidakmengalami hal-hal yang
merugikan.

d) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologimelakukan konsultasi antar


sejawat, perludiperhatikan hal berikut dalam rangkamenjaga kerahasiaan.
Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi tidak saling berbagiuntuk hal-hal yang
seharusnya menjadirahasia pengguna layanan psikologi (peserta

riset, atau pihak manapun yang menjalanipemeriksaan psikologi), kecuali


denganizin yang bersangkutan atau pada situasidimana kerahasiaan itu memang
tidakmungkin ditutupi. Saling berbagi informasihanya diperbolehkan kalau
diperlukanuntuk pencapaian tujuan konsultasi, itupunsedapat mungkin tanpa
menyebutkan identitasatau cara pengungkapan lain yangdapat dikenali sebagai
indentitas pihaktertentu.54Kode Etik Psikologi IndonesiaJuni 2010digunakan
untuk tujuan ilmiah atau profesional.

b) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalammelaksanakan tugasnya harus


berusahauntuk tidak mengganggu kehidupan pribadipengguna layanan psikologi,
kalaupun diperlukanharus diusahakan seminimal mungkin.c) Dalam hal
diperlukan laporan hasil pemeriksaanpsikologi, maka Psikolog dan/atauIlmuwan
Psikologi hanya memberikan laporan,baik lisan maupun tertulis; sebatasperjanjian
atau kesepakatan yang telahdibuat.

(2) Lingkup Orang

a) Pembicaraan yang berkaitan denganlayanan psikologi hanya dilakukan


denganmereka yang secara jelas terlibat dalampermasalahan atau kepentingan
tersebut.

b) Keterangan atau data yang diperolehdapat diberitahukan kepada orang lainatas


persetujuan pemakai layanan psikologiatau penasehat hukumnya.55Juni
2010Kode Etik Psikologi Indonesia

8
c) Jika pemakai jasa layanan psikologi masihkanak-kanak atau orang dewasa yang
tidakmampu untuk memberikan persetujuansecara sukarela, maka Psikolog
dan/atauIlmuwan Psikologi wajib melindungi agarpengguna layanan psikologi
serta orangyang menjalani layanan psikologi tidakmengalami hal-hal yang
merugikan.

d) Apabila Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologimelakukan konsultasi antar


sejawat, perludiperhatikan hal berikut dalam rangkamenjaga kerahasiaan.
Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi tidak saling berbagiuntuk hal-hal yang
seharusnya menjadirahasia pengguna layanan psikologi (pesertariset, atau pihak
manapun yang menjalanipemeriksaan psikologi), kecuali denganizin yang
bersangkutan atau pada situasidimana kerahasiaan itu memang tidakmungkin
ditutupi. Saling berbagi informasihanya diperbolehkan kalau diperlukanuntuk
pencapaian tujuan konsultasi, itupunsedapat mungkin tanpa menyebutkan
identitasatau cara pengungkapan lain yangdapat dikenali sebagai indentitas
pihaktertentu.56

Kode Etik Psikologi IndonesiaJuni 2010

Pasal 26

Pengungkapan Kerahasian Data

(1) Sejak awal Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologiharus sudah merencanakan


agar data yangdimiliki terjaga kerahasiaannya dan data itutetap terlindungi,
bahkan sesudah ia meninggaldunia, tidak mampu lagi, atau sudah putushubungan
dengan posisinya atau tempatpraktiknya.

(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlumenyadari bahwa untuk pemilikan


catatan dandata yang termasuk dalam klarifikasi rahasia,penyimpanan,
pemanfaatan, dan pemusnahandata atau catatan tersebut diatur oleh prinsiplegal.

(3) Cara pencatatan data yang kerahasiaannyaharus dilindungi mencakup data


penggunalayanan psikologi yang seharusnya tidakdikenai biaya atau pemotongan
pajak. Dalamhal ini, pencatatan atau pemotongan pajakmengikuti aturan sesuai
hukum yang berlaku.

9
(4) Dalam hal diperlukan persetujuan terhadapprotokol riset dari dewan penilai
atau seje-57Juni 2010Kode Etik Psikologi Indonesianisnya dan memerlukan
identifikasi personal,maka identitas itu harus dihapuskan sebelumdatanya dapat
diakses.

(5) Dalam hal diperlukan pengungkapan rahasiamaka Psikolog dan/atau Ilmuwan


Psikologidapat membuka rahasia tanpa persetujuanklien hanya dalam rangka
keperluan hukumatau tujuan lain, seperti membantu merekayang memerlukan
pelayanan profesional, baiksecara perorangan maupun organisasi sertauntuk
melindungi pengguna layanan psikologidari masalah atau kesulitan.

Pasal 27

Pemanfaatan Informasi dan HasilPemeriksaan untuk Tujuan Pendidikan atau

Tujuan Lain

(1) Pemanfaatan untuk Tujuan Pendidikan Datadan informasi hasil layanan


psikologi biladiperlukan untuk kepentingan pendidikan, dataharus disajikan
sebagaimana adanya denganmenyamarkan nama orang atau lembaga yangdatanya
digunakan.56Kode Etik Psikologi IndonesiaJuni 2010

(2) Pemanfaatan untuk Tujuan Lain

a) Pemanfaatan data hasil layanan psikologiuntuk tujuan lain selain tujuan


pendidikanharus ada ijin tertulis dari yang bersangkutandan menyamarkan nama
lembaga atauperorangan yang datanya digunakan.

b) Khususnya untuk pemanfaatan hasil layananpsikologi di bidang hukum atau


halhalyang berkait dengan kesejahteraanpengguna layanan psikologi serta
orangyang menjalani layanan psikologi makaidentitas harus dinyatakan secara
jelas dandengan persetujuan yang bersangkutan.

c) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidakmembuka kerahasiaan pengguna


layananpsikologi serta orang yang menjalani layananpsikologi untuk keperluan
penulisan, pengajaranmaupun pengungkapan di media,kecuali kalau ada alasan
kuat untuk itu dantidak bertentangan dengan hukum.

10
d) Dalam pertemuan ilmiah atau perbincanganprofesi yang menghadapkan
Psikologdan/atau Ilmuwan Psikologi untukmengemukakan data, harus
diusahakan59Juni 2010Kode Etik Psikologi Indonesiaagar pengungkapan data
tersebut dilakukantanpa mengungkapkan identitas,yang bisa dikenali sebagai
seseorang atauinstitusi yang mungkin bisa ditafsirkan olehsiapapun sebagai
identitas diri yang jelasketika hal itu diperbincangkan.

C. KASUS

Ani dan dewi berteman sejak lama.karena kesibukan merekapun tidak


pernah bertemu suatu hari dewi yang merupakan lulusan s2 psikolog yang
kemudian membuka praktek sedangkan ani yang merupakan ibu rumah tangga
dan memiliki 2 orang anak.kemudian suatu hari ani menemui dewi untuk
berkonseling kepada dewi mengenai masalahnya, lalu karena dewi seorang
psikolog akhirnya membantu ani tapi sayang setelah kejadian itu dewi yang
merupakan teman dari kecil dan mengenal keluarga akhirnya dewi mempunyai
inisiatif untuk menemui orangtua ani dan menceritakan masalah yang dihadapi ani
selain itu juga dewi yang mengenal keluarga ani menganggap bahwa yang
dilakukan sebagai niat baik agar dapat menolong ani..semua dokumen hasil test
maupun setiap permasalahn yang dialami ani diceritakan kepada oragtuanya .

D. ANALISIS
Disini bu dewi sebagai psikolog harus bisa bekerja secara profesional dan
tetap menjaga kerahasian klien baik secara hasil maupun klien (identitas) yang
konseling. Karena kita dipercayai untuk dapat membantu menyelesaikan masalah
klien dan sebagai seorang psikolog maka kita pun mempunyai keharusan untuk
berhati-hati. Sebagai seorang Psikolog kita harus bisa mempertahankan
kerahasian data klien dimana klien akan merasakan takut dan khawatir jika
rahasianya akan terbongkar. dan sebagai seorang psikolog harus bisa menyimpan
apapun hasil maupun orang yang memakai jasa kita. Adapun klien mempercayai
adanya orang ketiga yang biasanya orang terdekat (suami,orangtua/siapapun itu)
yang bisa dipercayai untuk menjaga kerahasian dan juga untuk dapat didiskusikan
sebagai pengambil jalan/mengambil keputusan untuk dapat menyelesaikan

11
masalah yang dihadapi oleh klien. menganggap bahwa masalah klien merupakan
privacy yang hanya diketahui orang yang dalam masa perjanjian antara klien dgn
psikolog itu sendiri (bisa orangtua,suami/istri,dsb).
Jika ibu dewi sebagai seorang psikolog melakukan hal yang semacam itu
maka ibu dewi melakukan pelanggaran kode etik, dimana dewi yang seorang
psikolog membiarkan atau memberikan informasi kepada oranglain dimana yang
tidak dijinkan/tanpa adanya persetujuan antara dewi dan ani dengan adanya orang
ketiga (suami/istri,orangtua,dsb) padahal sebagai tenaga profesional yang
dilakukan dewi merupakan kesalahan yang bisa menimbulkan kerugian baik ani
maupun dewi yang dimana masyarakat luas pun akan sangat tidak mempercayai
dewi dengan adanya kasus ani. Padahal didalam beberapa pasal kode etik jelas
diharapkan tenaga psikolog harus bisa menyimpan rahasia dengan baik guna
mendapatkan kepercayaan dan sebagai kode etik psikolog. Dengan adanya kasus
tersebut dewi akan sangat sulit mendapatkan ijin praktek bila adanya laporan yang
dapat memberatkan dewi untuk bisa membuka praktek dan menganggap dewi
belum bisa / tdk bisa mendapat 1 keprcayaan lagi untuk masyarakat luas.

E. PELANGGARAN KODE ETIK PSIKOLOGI


Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi wajib memegang teguh rahasia yang
menyangkut klien atau pengguna layanan psikologi dalam hubungan dengan
pelaksanaan kegiatannya. Penggunaan keterangan atau data mengenai pengguna
layanan psikologi atau orang yang menjalani pemeriksaan psikologi yang
diperoleh Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi dalam rangka pemberian layanan
Psikologi, hendaknya mematuhi hal-hal sebagai berikut; (a) dapat diberikan hanya
kepada yang berwenang mengetahuinya dan hanya memuat hal-hal yang langsung
dan berkaitan dengan tujuan pemberian layanan psikologi, (b) dapat didiskusikan
hanya dengan orang-orang atau pihak yang secara langsung berwenang atas diri
pengguna layanan psikologi, dan (c) dapat dikomunikasikan dengan bijaksana
secara lisan atau tertulis kepada pihak ketiga hanya bila pemberitahuan ini
diperlukan untuk kepentingan pengguna layanan psikologi, profesi, dan
akademisi. Dalam kondisi tersebut indentitas orang yang menjalani pemeriksaan
psikologi tetap dijaga kerahasiaannya.

12
Menceritakan masalah yang dialami klien kepada klien barunya atau orang
lain dengan menyebutkan namanya merupakan tindakan yang tidak etis bagi
seorang Psikolog. Tindakan ini dilakukan oleh Psikolog, sehingga menimbulkan
pelanggaran Kode Etik Psikologi Hal ini didasarkan pada:
1. Kode etik HIMPSI pasal 23 tepatnya ayat 2a yang menyatakan “Laporan
pemeriksaan Psikologi untuk kepentingan khusus hanya dapat diberikan
kepadapersonal atau organisasi yang membutuhkan dan berorientasi untuk
kepentinganatau kesejahteraan orang yang mengalami pemeriksaan
psikologi.” Kesalahan Ani pada kasus ini adalah memberitahukan rekaman
informasi klien bukan kepada pihak yang membutuhkan.
2. Kode etik HIMPSI pasal 24 tentang mempertahannkan kerahasiaan data, Dewi
juga melakukan pelanggaran dimana Dewi gagal menjaga dan
mempertahankan informasi klien yang merupakan sahabatnya.
3. Pada pasal 24 nomor 3 dikatakan bahwa pemberian layanan psikologi “Dapat
dikomunikasikan dengan bijaksana secara lisan atau tertulis kepada pihak
ketigahanya bila pemberitahuan ini diperlukan untuk kepentingan pengguna
layanan psikologi profesi dan akademisi.” Dalam hal ini Dewi memberikan
Informasi kepada orangtua Ani (pihak ketiga) tanpa adanya kepentingan yang
berkaitan dengan layanan psikologi profesi dan akademisi.pada Bab V Pasal 23
dan 24, mengenai Kerahasiaan Rekam dan Hasil Pemeriksaan Psikologi.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai mahasiswa
calon psikolog kita harus menaati etika-etika dalam penelitian psikologi
perkembangan. Kerahasiaan klient sangat penting untuk dijaga sebagai
profesionalitas sebagai seorang psikolog.
B. Saran
Sebagai calon psikolog kita harus menaati etika-etika yang berlaku.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://himpsi.or.id/phocadownloadpap/kode-etik-himpsi.pdf, diakses 18-


02-2018

http://hillarypakpahan.blogspot.co.id/2013/11/contoh-pelanggaran-kode-
etik.html, diakses 18-02-2018

s://plus.google.com/101269531397651574458/posts/SxVwaB7WKmj,diak
ses 18-02-2018

Himpsi. Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta: Himpsi.2010

15

Anda mungkin juga menyukai