Anda di halaman 1dari 11

10

Modul ke:

Fakultas

PSIKOLOGI
Program Studi

PSIKOLOGI

KODE ETIK PSIKOLOGI


- Interpretasi hasil pemeriksaan
- Pemanfaatan dan penyampaian hasil
pemeriksaan
Ellen Prima, S.Psi., M.A.

Pasal 23 : Rekam Psikologi


Jenis Rekam Psikologi adalah rekam psikologi
lengkap dan rekam psikologi terbatas.
1. Rekam Psikologi Lengkap
a.Psikolog
dan
atau
Ilmuwan
Psikologi
membuat,
menyimpan
(mengarsipkan),
menjaga, memberikan catatan dan data yang
berhubungan dengan penelitian, praktik, dan
karya lain sesuai dengan hukum yang berlaku
dan dalam cara yang sesuai dengan
ketentuan Kode Etik Psikologi Indonesia.

b. Ilmuwan Psikologi dan atau Psikolog membuat


dokumentasi atas karya profesional dan ilmiah mereka
c. Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi menjaga
kerahasiaan klien dalam hal pencatatan, penyimpanan,
pemindahan, dan pemusnahan catatan/data di bawah
pengawasannya.
d. Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi menjaga dan
memusnahkan catatan dan data, dengan
memperhatikan kaidah hukum atau perundangundangan yang berlaku dan berkaitan dengan
pelaksanaan kode etik ini.

e. Apabila Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi mempunyai


dugaan kuat bahwa catatan atau data mengenai jasa
profesional mereka akan digunakan untuk keperluan hukum
yang melibatkan penerima atau partisipan layanan
psikologi mereka, maka Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi
bertanggung jawab untuk membuat dan mempertahankan
dokumentasi yang telah dibuatnya secara rinci, berkualitas
dan konsisten, seandainya diperlukan penelitian dengan
cermat dalam forum hukum.
f.

Psikolog dan atau Ilmuwan Psikologi menyiapkan


pemindahan tempat atau pemberian kekuasaan pada
sejawat lain terhadap data hasil pemeriksaan psikologi
tersebut dengan tetap menjaga kerahasiaannya, apabila
ada sesuatu hal yang tidak memungkinkan lagi menyimpan
data tersebut

2. Rekam Psikologis untuk Kepentingan Khusus


a.Laporan pemeriksaan Psikologi untuk kepentingan
khusus hanya dapat diberikan kepada personal
atau
organisasi
yang
membutuhkan
dan
berorientasi untuk kepentingan atau kesejahteraan
orang yang mengalami pemeriksaan psikologi.
b.Laporan Pemeriksaan Psikologi untuk kepentingan
khusus dibuat sesuai dengan kebutuhan dan tetap
mempertimbangkan unsur-unsur ketelitian dan
ketepatan hasil pemeriksaan serta menjaga
kerahasiaan orang yang mengalami pemeriksaan
psikologi.

Pasal 10 : interpretasi hasil pemeriksaan

Interpretasi hasil pemeriksaan psikologi


tentang klien atau pemakai jasa psikologi
hanya boleh dilakukan oleh psikolog
berdasarkan kompetensi dan kewenangan.

Contoh Kasus
Dalam
prakteknya,
seorang
psikolog
B
melakukan tes seleksi (Psikotes) untuk calon
karyawan di sebuah perusahaan P, namun
karena seorang peserta tes merupakan kerabat
dekat sang psikolog, maka calon karyawan itu
meminta pada sang psikolog untuk memberikan
hasil yang maksimal pada Psikotes tersebut,
karena Psikolog tersebut merasa tidak enak
dengan kerabat dekatnya itu, akhirnya ia
memberikan hasil sesuai dengan pesanan si
kerabat tadi sehingga kerabat dekatnya itu dapat
diterima pada perusahaan tersebut.

Pasal 11 : Pemanfaatan dan penyampaian hasil


pemeriksaan

Pemanfaatan hasil pemeriksaan dilakukan


dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku
dalam praktik psikologi. Penyampaian hasil
pemeriksaan psikologik diberikan dalam bentuk
dan bahasa yang mudah dipahami klien atau
pemakai jasa.

Pasal 27 : Pemanfaatan informasi dan hasil


pemeriksaan untuk tujuan pendidikan atau
tujuan lain

Contoh Kasus Pasal 11 dan Pasal 27


Sebuah perusahaan X menyewa psikolog untuk
melakukan psikotes mencari pekerja yang handal,
pintar dan mampu untuk memajukan perusahaan.
Setelah semua calon pekerja sudah di seleksi,
perusahaan tersebut sudah menerima hasil dari
psikotes tersebut. Namun dari pihak perusahaan X
tidak paham dengan hasil yang diberikan seorang
psikolog tersebut karena bahasanya tidak mudah
dipahami oleh pihak perusahaan X. Maka
perusahaan meminta kepada psikolog tersebut
agar memberikan hasil ulang tes tersebut dengan
bahasa yang lebih umum dipahami.

Daftar Pustaka
HIMPSI. (2010). Kode etik psikologi
Indonesia. Surakarta : Pengurus Pusat
Himpunan Psikologi Indonesia.
Hasan, A.B.P. (2009). Kode etik psikolog
dan ilmuwan psikologi. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Terima Kasih
Ellen Prima, S.Psi., M.A.

Anda mungkin juga menyukai