Anda di halaman 1dari 27

Riwayat Hidup

Nama
Tempat/Tgl lahir : Kudus/ 10 Sep 1937 Institusi : Dep. Psikiatri FKUI Alamat Kantor : Jl. Kimia no. Email : sasantowibisono@gmail.com

: Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K)

Riwayat Pendidikan:

- Th. 1964 1966 Elective PGC: Psychoanalytically Oriented Psychotherapy, Langley Porter Neuropsychiatric Institute, San Francisco, USA. - Th. 1975 - Drug Abuse Treatment & Rehabilitation (Height Ashbury Drop In Clinic & Walden House, San Francisco-USA. - 1980 & 1981 - Medical Hypnosis (Singapore). - 1985 - Mental Hospital Administration & Management (Montreal, Canada)

Riwayat Pekerjaan:
- 2002 - skrng. Guru Besar Tetap UI (Penugasan Kembali Dep. Psikiatri FKUI) - 1997 - 2001 Ketua PP PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia) - 2002 - 2010 Ketua PP API (Asosiasi Psikogeriatri Indonesia) - 2002 - 2011 Ketua Kolegium Psikiatri Indonesia -Consultant Psychiatrist: Rs Dharmawangsa, Rs MMC, dan Rs PN Kanker Dharmais

Riwayat Organisasi:

1962 skrng : Anggota IDI (1991 1999 MKEK IDI DKI) 1982 skrng : Anggota PDSKJI (Ketua PDSKJI: 1997 2001) 2012 skrng : Ketua Majelis Kehormatan dan Etika Profesi PDSKJI / Ketua Dewan Penyantun PDSKJI 2001 skrng: Anggota API (Ketua API: 2002 2009) 1999 skrng: Fellow Member, PRCP

ETIKA PROFESI dan PROFESIONALISME di Bidang PSIKIATRI


Sasanto Wibisono
Surabaya, 31 Oktober 2013

Pernyataan
Nama : Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K) Jabatan : Gurubesar (Penugasan Kembali) FKUI Kedudukan di Organisasi PDSKJI: Ketua Majelis Kehormatan dan Etika Profesi PDSKJI Dalam presesentasi Plenary Lecture ini tidak ada kepentingan atau pamrih pribadi yang terkait dengan materi presentasi.

Judul presentasi ditentukan oleh Panitia Konas PDSKJI


Tidak ada honor khusus atau sponsor terkait materi, hanya honor standard pembicara plenary lecture bila ada.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 3

Pendahuluan
Tema Kongres Nasional VII PDSKJI: Ethics, Profressionalism and Unity. Merefleksikan visi filosofis organisasi profesi Psikiatri. Etika Profesi dan Profesionalisme merupakan dua hal yang tak terpisahkan Profesionalisme - refleksi dedikasi terhadap tujuan profesi, sedangkan etika profesi lebih terkait dengan aspek moral dari professional conduct. Unity - kekuatan organisasi profesi - etika profesi dan profesionalisme sebagai pilar utamanya.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 4

Pendahuluan
Memperhatikan tema Kongres, ulasan kali ini lebih tertuju pada kenyataan kondisi di lapangan. Pembahasan filosofis/normatif mengenai etika profesi sering dikemukakan, namun pelanggaran etika profesi dan ketidak-pedulian menjaga profesionalisme tetap makin marak. Nampaknya bahasa filosofis/normatif kurang dapat dipahami, atau pura-pura tidak paham, tidak membekas. Bahasan kali ini difokuskan pada kenyataan saat ini

31 Okt 2013

Sasanto Wibisono

Profesionalisme (professionalism)
Profesionalisme refleksi loyalitas kepada tujuan profesi, tidak harus dalam bentuk fanatisme. Bila seseorang sudah masuk organisasi profesi, dan menggunakan identitas profesi, dia harus menjaga martabat profesi demi integritas/dignity profesi. Bila mau mengutamakan kepentingan pribadi atau praktek diluar kompetensi psikiatri, pakailah identitas lain yang sesuai, jangan mencederai nama psikiatri. Setiap profesi yang bermartabat memiliki batas kompetensi dan code of professional conduct yang harus dipatuhi.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 6

Profesionalisme
Professional image (pencerminan citra diri psikiater). Professional identity (percaya diri mengemban identitas psikiater). Professional dignity (harga diri, kehormatan, bangga dalam berprofesi bukan kesombongan). Professional integrity (keberadaan yang solid dan terhormat merupakan kekuatan professi integritas). Professional ethics (dituangkan dalam kode etik profesi - rambu-rambu dalam berkiprah) Professional conduct (di refleksikan dalam kiprah dan tanggung-jawab profesi)
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 7

Profesionalisme
Bila professional image sebagai psikiater saja belum mantap, bagaimana akan dapat mengangkat identitas dirinya sebagai psikiater dan menjaga identitas dan integritas psikiatri? Kita harus bangga berprofesi sebagai psikiater, bila tidak, jangan menggunakan identitas ini. Bersembunyi atau berlindung dibalik nama lain, apapun alasannya (misalnya karena takut akan stigma, atau ragu akan kemampuan profesionalnya sendiri), hanya menunjukkan kurang percaya diri.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 8

Etika Profesi Psikiatri


Ethics moral principles, moral values, moral codes, terkait dengan profesi. Etika Profesi dan profesionalisme di bidang psikiatri merupakan hal universal, tidak mengenal batas wilayah hukum, ditambah hal-hal khusus terkait budaya. Prosedur hukum berbagai negara berbeda, namun esensi ethics & professionalism umumnya sama. Etika Profesi di bidang Psikiatri mengacu kepada Kode Etik Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiatri) Indonesia (secara normatif sudah digariskan dengan jelas, tinggal pelaksanaan secara bertanggung-jawab).
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 9

Etika Profesi Psikiatri


Sebagai dokter/psikiater, anggota PDSKJI seharusnya mampu untuk memahami dan meng-amalkan Kode Etik Profesi Psikiatri, kecuali memang mempunyai itikad yang tidak benar. Pelanggaran etika profesi dan perilaku yang tidak professional umumnya berlatar belakang kepentingan pribadi/pamrih, bukan kepentingan profesi. Dampak pelanggaran etika profesi merugikan dan membahayakan pasien/masyarakat, mencemarkan/ merusak integritas profesi, dan professional dignity.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 10

Etika Profesi Psikiatri


Pelanggaran etika profesi, umumnya bukan karena tidak paham, lebih sering pura-pura tidak paham. Bila benar tidak memahami etika yang dimaksud, berarti tidak mampu ber-empati dan secara intelektual tidak kompeten sebagai dokter/psikiater. Apalagi bila dengan sengaja menjerumuskan teman sejawat seprofesi untuk melakukan pelanggaran etik/ mencederai profesionalisme yang sama. Akhirnya kembali kepada nurani masing-masing, kepedulian terhadap integritas/kehormatan profesi, kepentingan pasien dan orang banyak.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 11

Dilema pelanggaran etika profesi


Seringkali kita dalam posisi dilematis menghadapi pelanggaran etika profesi (pelanggaran professional conduct), karena tidak adanya sangsi yang tegas.
Pelanggaran etik tidak sama dan tidak selalu terkait dengan pelanggaran hukum formal. Ada kalanya dokter terpaksa melakukan hal-hal yang melanggar kode/etik dan hukum, demi kepentingan pasien. Hal demikian memerlukan pertimbangan khusus, meskipun mengandung risiko secara pribadi. Kita semua barangkali pernah melanggar etik.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 12

Dilema pelanggaran etika profesi


Pasien berhak mengetahui tentang penyakitnya dan segala hal yang akan dilakukan pada dirinya.
Adakalanya hal tersebut terpaksa dilanggar: pengobatan (pasien psikotik) tanpa persetujuan pasien; pengobatan/perawatan yang dipaksakan.

Aspek medico-legal bidang psikiatri memang cukup rumit. Misalnya: hal terkait surat keterangan sakit, keterangan perawatan /berobat, keterangan kompetensi pasien terkait peng-ampuan, dsb.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 13

Berbagai Pelanggaran Etika profesi dan Professional conduct


Pelanggaran professional conduct meliputi aspek yang sangat luas (dalam cara pemeriksaan psikiatrik dan pemeriksaan tambahan, penegakan diagnosis dan pengobatan, pemberian informasi dan informed consent, peresepan yang menyalahi prosedur standar, memanipulasi/membohongi pasien, dsb).
Cara pemeriksaan psikiatrik yang tidak professional, tidak empatik, formalitas saja, tanpa memberi kesempatan dialog pada pasien/keluarga, dll.

31 Okt 2013

Sasanto Wibisono

14

Berbagai Pelanggaran Etika Profesi dan Professional Conduct


Pemeriksaan/pengobatan tambahan tanpa indikasi yang jelas hanya untuk tujuan/kepentingan lain.
Menegakkan diagnosis tanpa melalui standar pemeriksaan psikiatris yang benar (misalnya: informasi pihak ke 3 yang unreliable; hanya atas dasar hasil tes psikometri; penafsiran dari pencitraan yang tidak valid -- bahkan dengan biaya tambahan tersendiri). Diagnosis yang ditegakkan dengan cara yang tidak benar dipakai sebagai dasar pemberian terapi.

31 Okt 2013

Sasanto Wibisono

15

Berbagai Pelanggaran Etika Profesi dan Professional Conduct


Membohongi pasien dengan diagnosis dan terapi fiktif ; contoh: pasien dengan gangguan psikiatrik kronis yang sudah menjalani pengobatan lama, dikatakan darahnya sudah keracunan obat dan harus di detox dulu sebelum di obati lanjut (bukan drug abuse) bahkan ada yang dirawat inap dan diberi infus yang tidak jelas. Marah bila ada pasien yang minta izin menemui sejawat lain untuk second opinion (apalagi tidak minta izin). Hal-hal pelanggaran etika lain yang terkait hubungan antar teman sejawat.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 16

Pelanggaran Etika Profesi dan Professional Conduct


Pengobatan/peresepan yang tidak profesional, tidak sesuai aturan: Pengobatan non-medis psikiatris diterapkan sebagai pengobatan utama di institusi/RS Jiwa. Pemberian obat-obat ekstra diluar indikasi utama tanpa memberi penjelasan yang benar pada pasien. Penulisan resep obat yang melanggar prosedur, memakai kode tanpa menuliskan komposisi obat, merupakan pelanggaran serious yang membahayakan pasien. Informasi dan informed consent diberikan secara tidak benar, apalagi bila disertai kebohongan.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 17

Pelanggaran/Abuse Etika Profesi dan Profesionalisme


Aktif membuat publikasi, memberi ceramah atau berbagai cara informasi/pendidikan kesehatan jiwa masyarakat, adalah hal yang sangat baik. Namun jelas akan berbeda mana yang benar-benar pendekatan edukatif dan yang promosi terselubung, yang mengutamakan kepentingan pribadi, pamrih, dsb. Berbagai cara promosi diri secara langsung maupun tidak, baik melalui media masa, promosi keliling, dll., dapat merupakan hal yang tidak etis.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 18

Pelanggaran/Abuse Etika Profesi dan Profesionalisme


Mempromosikan/mengajarkankan kompetensi profesi secara tidak benar (i.e.: mengajarkan pemeriksaan psikometri melampaui indikasi yang benar, tanpa uji validasi dan tanpa akreditasi Kolegium Psikiatri), Memprovokasikan sebagai alat diagnostik maupun sebagai instrumen untuk seleksi kesehatan jiwa (sangat tidak profesional). Pendidikan suatu kompetensi profesi yang dilakukan oleh lembaga pendidkan terakreditasi saja harus memenuhi syarat, apalagi bila dilakukan oleh individu atau lembaga tak terakreditasi.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 19

Mengapa melakukan pelanggaran Etika Profesi?


Umumnya pelanggaran etika profesi adalah demi kepentingan pribadi, bukan loyalitas terhadap profesi. Banyak pelaku pelanggaran memiliki kemampuan (bukan etika profesi) yang baik, yang sekiranya dapat menjalankan kiprah profesional dengan baik, akan bermanfaat bagi profesi maupun dirinya sendiri. Ada yang melakukan pelanggaran etik karena kurang percaya dengan kemampuan profesionalnya sendiri, dan mencari alternatif jalan pintas. Banyak juga yang tidak sabar dengan ambisi personal baik dari segi finansiil maupun dari mengejar status.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 20

Kepedulian vs. Pemanfaatan


Mencari rejeki/keuntungan adalah hak masing-masing orang, namun bila hal tersebut terkait dengan profesi, seharusnya mengacu pada Kode Etik Profesi. Kode Etik Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater) Indonesia yang telah ditetapkan di Manado tanggal 4 Nopember 2009, memuat pasal-pasal yang cukup jelas. Psikiater seharusnya tidak sulit memahaminya. Kode Etik Profesi hanya memberikan pedoman umum dalam menjalankan profesi. Etika profesi jauh lebih luas dari yang tertulis. Disitu kita melihat derajat profesionalisme seseorang dalam menjalankan profesi.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 21

Profesioinalisme - perlu sikap positif dalam professional conduct


Sikap/perlakuan terhadap pasien yang sopan dan empatik, manusiawi dan menjaga dignity. Penatalaksanaan terbaik yang sesuai kemampuan pasien/keluarga, bukan terbaik bagi kepentingan dokter, atau kepentingan lain. Kerahasiaan pasien, merupakan hal yang kompleks di bidang psikiatri. Pembuatan surat keterangan sakit, keterangan berobat jalan/inap, harus berhati-hati karena dapat disalah-gunakan oleh pihak lain, apalagi keterangan yang lebih spesifik mengenai diagnosis, terapi, prognosis dan kemampuan fungsional.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 22

Profesioinalisme - perlu sikap positif dalam professional conduct


Psikiater dalam memeriksa pasien diajarkan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan uji daya nilai pasien (a.l.: RTA, discriminative judgement, discriminative insight dan daya nilai sosial). Seringkali kita lupa untuk menilai kemampuan uji daya nilai kita sendiri.
Harus dipahami bahwa pelanggaran ethics tidak harus merupakan pelanggaran hukum formal, dan sebaliknya.

31 Okt 2013

Sasanto Wibisono

23

Wawasan Profesionalisme
Banyaknya sentuhan tumpang tindih bidang psikiatri dengan berbagai bidang ilmu lain, seharusnya memberi kesempatan wawasan yang luas. Namun bila kurang bijak, dapat mendorong terjadinya penyimpangan dari batas keprofesian. Kecenderungan ini bertambah bila kita tidak cukup percaya diri dalam kompetensi profesi kita sendiri. Tumpang-tindih adalah wajar dan baik (dilihat dari kacamata ilmuwan) khususnya untuk peningkatan kerjasama menuju kemajuan ilmu/pelayanan. Namun lebih penting bagi klinikus untuk mengenal batas kompetensi sendiri dan menghargai domain profesi lain.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 24

Penutup
Profesionalisme - refleksi dedikasi terhadap tujuan profesi. Etika profesi lebih terkait professional conduct. Unity sebagai kekuatan organisasi profesi, perlu dukungan etika profesi dan profesionalisme sebagai pilar utama.
Berhubung pelanggaran etika profesi & pelecehan profesionalisme saat ini telah membahayakan integritas, dignity dan kehormatan profesi, maka pembahasan etika profesi dan profesionalisme kali ini lebih difokuskan pada kenyataan di lapangan, dan bukan penjelasan normatif mengenai kode etik profesi.
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 25

Penutup
Kode Etik Profesi sudah cukup jelas. Mereka yang semena-mena melanggar ethics dan tidak menegakkan profesionalisme, merupakan individu-individu yang egosentris dan egoistis, tidak peduli terhadap kepentingan pasien, profesi, organisasi profesi dan kesetiakawanan sejawat (esprit de corps). Marilah kita bersama-sama menegakkan integritas profesi/profesionalisme, dengan tidak melibatkan diri dalam pelanggaran etik dan merusak profesionalisme. ___________
31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 26

31 Okt 2013

Sasanto Wibisono

27

Anda mungkin juga menyukai