Anda di halaman 1dari 27

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Mata merupakan indra penglihatan manusia yang terdiri dari berbagai organ dengan fungsinya masing-masing. Bola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior 24 mm. Bola mata itu sendiri memiliki pelindung dari dunia luar yaitu kelopak mata atau palpebra. Sebagai pelindung, palpebra pun tidak terhindar dari berbagai kelainan. Salah satu kelainan yang dapat ditemukan pada kelopak mata adalah kalazion. Secara definitif asal kata Kalazion (chalazia) berarti "benjolan kecil". Kalazion adalah sebuah massa kecil di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh penyumbatan kelenjar minyak yang kecil di dalam kelopak mata. Kalazion adalah bentuk yang paling umum dari lesi inflamasi pada kelopak mata. Kalazion merupakan nodul yang membesar perlahan pada kelopak mata yang disebabkan oleh peradangan dan penyumbatan dari kelenjar sebaceous. Berdasarkan letaknya kalazion dapat dibedakan menjadi superfisial atau dalam, tergantung pada kelenjar yang tersumbat. Radang pada kelenjar meibom mengarah ke kalazion letak dalam, sedangkan radang kelenjar sebasea Zeis mengarah ke kalazion superfisial. Kalazion adalah suatu lipogranuloma yang terjadi akibat sumbatan pada kelenjar Meibom, menyebabkan terbentuknya suatu nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri.

Tujuan Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah: a. Mahasiswa mengetahui dan mampu melaksanakan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang pada penderita kalazion. b. c. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis dari diagnosis banding. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, prognosis, dan pencegahan dari penyakit kalazion.

Skenario Seorang laki-laki 25 tahun datang ke poli umum dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu, tidak disertai nyeri, dan kotoran mata serta kelopak mata tidak merah. Pada pemeriksaan fisik: compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status oftalmologis: visus ODS 20/30 PH 20/20, pada palpebra superior OD teraba massa 10 mm x 5 mm, kenyal, tidak nyeri, dan immobile, OS dalam batas normal.

Rumusan Masalah 1. Laki-laki 25 tahun dengan benjolan pada kelopak atas mata kanan sejak 3 minggu lalu, tidak disertai nyeri dan kotoran mata, kelopak mata tidak merah. 2. Massa berukuran 10 mm x 5 mm, kenyal, tidak nyeri, dan immobile.

Analisis Masalah
Pemeriksaan fisik dan penunjang

Anamnesis

Working Diagnosis : Kalazion Diferrential Diagnosis

Prognosis Laki-laki 25 tahun dengan benjolan pada kelopak mata kanan berukuran 10x5mm, kenyal, tidak nyeri, immobile sejak 3 minggu lalu. Kelopak mata tidak maerah dan tidak ada kotoran mata

Hordeolum Karsinoma sel basal

Pencegahan

Komplikasi Penatalaksanaan

Anatomi palpebra

Etiologi Manifestasi klinis Patogenesis Epidemiologi 2

Hipotesis Laki-laki 25 tahun dengan benjolan pada kelopak atas mata kanan sejak 3 minggu lalu, tidak disertai nyeri dan kotoran mata, kelopak mata tidak merah, menderita kalazion.

Sasaran Pembelajaran Anamnesis Pemeriksaan fisik dan penunjang Diagnosis (working diagnosis dan differential) Epidemiologi Etiologi Patogenesis Manifestasi klinik Penatalaksanaan Komplikasi pencegahan Prognosis

BAB II PEMBAHASAN

Anamnesis Secara garis besar, keluhan mata yang sering ditemukan pada pasien terbagi menjadi 3 kategori, yaitu kelainan penglihatan, kelainan penampilan, dan kelainan sensasi pada mata (nyeri, gatal, mengganjal, panas, berair). Dalam pemeriksaan mata, pertama tama akan dimulai dengan anamnesis pasien. Dalam wawancara ini pasien akan ditanyakan mengenai gejala atau keluhannya, riwayat penyakit kini, penyakit dahulu, dan penyakit keluarga. Dengan anamnesis dan kerja sama yang baik, maka akan sangat membantu dalam pembuatan atau penegakkan diagnosa.

Kalazion biasanya pembengkakan yang tidak nyeri pada palpebra yang telah muncul selama beberapa minggu sampai bulan. Pasien mungkin mencari bantuan media setelah kalazion mengakibatkan gangguan pengelihatan, pengelihatan ganda, ketidaknyamanan, atau sakit atau menjadi terinflamasi dan sakit, atau terinfeksi.1 Hal-hal berikut ini perlu ditanyakan pada anamnesis: 1. Keluhan utama 2. Riwayat penyakit sekarang Monokular atau binokular. Lokasi pusat. Onset Durasi Intensitas Faktor yang memperburuk dan mengurangi. Intervensi yang sudah dilakukan dan hasilnya. Perubahan pada ketajaman pengelihatan atau lapang pandang. Pada kalazion rekuren: Sudah berapa kali kalazion muncul. Lokasinya sama atau berpindah.
4

3. Riwayat okular sebelumnya Penurunan ketajamam pengelihatan atau penglihatan dobel sebelumnya. Riwayat mata merah dan gatal berulang Riwayat trauma mata Riwayat pemakaian lensa kontak

4. Riwayat penyakit sistemik Infeksi virus terkini. Status kompetensi imun dan riwayat penyakit kulit. Riwayat paparan atau mengalami tuberkolosis. Riwayat kanker. Riwayat kencing manis

5. Riwayat keluarga Riwayat kanker.

6. Riwayat perjalanan, khususnya lokasi yang diketahui sebagai sumber leishmaniasis. Gejala seperti nyeri mata, perubahan pengelihatan akut, demam, keterbatasan pergerakan ekstraokular, dan pembengkakan difus pada palpebra. Hal-hal ini menunjuk kepada diagnosis selain kalazion. 1

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Umum Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Inspeksi mata Adakah kelainan yang terlihat jelas (misalnya mata merah, asimetri, nistagmus yang jelas dan ptosis). Kemudian lihat konjungtiva, kornea, iris pupil, dan kelopak mata. Apakah pupil simetris, bagaimana ukurannya, apakah keduanya merespon normal dan seimbang pada cahaya dan akomodasi. Adakah ptosis, periksa bola matanya.

Palpasi Lakukan palpasi pada bagian palpebra untuk mengetahui konsistensinya kenyal atau tidak, apakah ada nyeri tekan, dan untuk mengetahui seberapa besar massanya Tajam penglihatan (visus) Tajam penglihatan diungkapkan dalam suatu rasio, seperti 20/20. Angka pertama adalah jarak baca pasien terhadap peraga. Angka kedua adalah jarak terbacanya peraga oleh mata normal. Istilah OD (Oculus Dexter) berarti mata kanan: OS (Oculus Sinister) berarti mata kiri. OU (Oculi Unitas) berarti kedua mata.2 Snellen Chart Untuk prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen yaitu:

Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan. Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter. Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan apa yang akan ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah satu mata dengan tangannya tanpa ditekan (mata kiri ditutup dulu).

Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu Snellen dari kiri ke kanan, atas ke bawah.

Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas. Jika tetap maka nilai visus oculi dextra = barisan atas/6.

Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka pasien diminta untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra = jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60.

Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat adanya gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus oculi dextranya 1/300).

Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta untuk menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak hingga). Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi dextranya nol.
6

Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang sama.

Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya x/y artinya mata kanan pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y meter.3

Gambar 1. Snellen chart

Lapang Pandang Pemeriksaan lapang pandang dapat memberikan petunjuk mengenai lesi dan diagnosis. Penting untuk melakukan pemeriksaan lapang pandang pada kasus penurunan visus yang tidak dapat dijelaskan.4 Prosedur pemeriksaan: pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak 1 meter dan diminta untuk menutup sebelah mata yang tidak diperiksa dan melihat ke wajah pemeriksa. Sebelah mata pemeriksa yang berhadapan dengan pasien juga ditutup.

Pemeriksa menggeser objek kecil berwarna merah dari perifer ke sentral melalui 8 arah dan tanyakan kepada pasien apakah pasien melihat sesuatu berwarna merah.

Pergerakan Bola Mata Pemeriksaan pergerakan bola mata dilakukan dengan meminta pasien mengikuti gerakan jari pemeriksa yang digerakkan di depan pasien membentuk huruf H. Pemeriksaan konvergensi juga dilakukan. Penglihatan ganda ditanyakan pada pasien, dan apabila ada ditanyakan gerakan mata ke arah mana yang menimbulkan pengelihatan ganda paling parah.4 Ada atau tidaknya nistgamus diperhatikan. Pemeriksaan tekanan bola mata Ini dilakukan bila pasien diduga menderita glaukoma atau perubahan tekanan bola matalainnya. Pasien diminta berbaring dan diberikan obat bius lokal pada mata. Dokter akanmenggunakan alat yang disebut tonometri Schiotz. Alat ini diletakkan di atas kornea matadan dapat didapati angka tekanan bola matanya.3 Pemeriksaan Mata External

Posisi mata. Alis mata (eyebrows). Palpebra (eyelid) & Bulu mata (eyelashes). Berkedip (reflex blinking). Conjunctiva dan sklera. Cornea. Iris dan pupil.

Pemeriksaan bagian mata belakang Pemeriksaan ini untuk mengamati bagian mata belakang dan dalam seperti retina

dan pembuluh darah mata. Dokter menggunakan alat yang disebut oftalmoskop. Biasanya mata pasien akan ditetesi midriatikum untuk memperbesar pupil sehingga dapat penting untuk

mempermudah pemeriksaan. Pemeriksaan ophtalmoskopi sangat

menghindari penyakit okular dan umum yang terlewat. Pasien diminta untuk memfiksasi pandangannya pada objek yang jauh sehingga mengurangi konstriksi pupil dan akomodasi, dan membantu menjaga agar mata tidak bergerak. Cahaya harus disinarkan
8

pada mata sampai bayangna merah tampak. Refleks ini adalah refleks fundus dan paling baik dilihat pada jarak 50 cm. Jika tidak terdapat refleks ini, keadaan yang mungkin adalah terdapatnya opasitas antara korna dan retina yang paling sering disebabkan oleh katarak. Kemudian pemeriksan harus melokalisasi optic disc dan mengamati ukuran serta kelainan yang ada. Retina harus diperiksa apakah ada perdarahan, eksudat, atau pembuluh darah baru. Akhirnya, makula harus diperiksa apakah ada perubahan warna dan eksudat.

Pada kasus kalazion ditemukan keadaan-keadaan berikut: 1 Nodul yang dapat dipalpasi pada palpebra. Nodul biasanya tidak empuk, tidak merah, dan tidak dapat digerakan (immobile). Kalazion besar mungkin empuk, kondisi sekunder akibat ukurannya. Nodul dapat tumbuh dengan diameter sebesar 7-8 mm. Injeksi konjungtiva adalah temuan kondisi sekunder yang umum ditemukan. Tidak ada pembesaran kelenjar preaurikular. Tidak ada keadaan patologi intraokular yang ditemukan. Adanya demam tidak berhubungan dengna kalazion. Adanya temuan kulit seperti acne, seborrhea, rosacea, dan atopi harus diperhatikan.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan histologist

menunjukkan proliferasi endotel asinus dan respons radang granulomatosa yang melibatkan sel sel kelenjar jenis Langerhans. Biopsy diindikasikan pada kalazion berulang karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip tampilan kalazion.5-10 Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan exudat dari kalazion bila ada untuk mengetahui jenis bakteri penyebab terjadinya dengan kultur dan dapat dilakukan pemeriksaan sensitifitas antibiotik untuk memilih antibiotik yang baik.

Umumnya pemeriksaan penunjang untuk kalazion jarang dilakukan, kecuali pada kasus kalazion yang mengalami rekurensi, pemeriksaan patologik perlu dilakukan karena tampilan karsinoma kelenjar meibom dapat mirip kalazion.6,9,10

Pemeriksaan laboratorium Materi yang diperoleh dari kalazion menunjukkan campuran sel-sel inflamasi akut dan kronik. Analisis lipid memberikan hasil asam lemak dengan rantai karbon panjang. Kultur bakteri biasanya negatif, tapi Staphylococcus aureus,

Staphylococcus albus, atau organisme komensal kulit lainnya bisa ditemukan. Propionibacterium acnes mungkin ada di dalam isi kelenjar.5,10

Pemeriksaan fotografi Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan dilatasi abnormal yang tampak pada permukaan tarsal palpebra yang dieversi.5

Pemeriksaan histopatologi Secara histology, kalazion menunjukkan reaksi granulomatosa kronik dengan sel-sel giant Touton-type yang berisi banyak lipid. Nucleus dari sel-sel ini tersusun di sekitar perifer dari area sitoplasma sentral yang berisi materi lipid. Sel-sel mononuclear tipikal lainnya (misalnya limfosit, makrofag) juga mungkin ada di perifer.5-10 Pada infeksi bakteri sekunder, reaksi nekrotik akut dengan sel-sel

polimorfonuklear dapat terjadi. Destruksi fibrokartilago dari lapisan tarsal menjadi buktinya. Benda asing (seperti embedded polymethyl methacrylate [lensa kontak]) di lapisan tarsal dapat ditemukan pada kalazion kronik. 5,10

Diagnosis Banding Hordeolum Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.5 Hordeolum yang biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.

10

Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu abses di dalam kelenjar tersebut. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah, dan nyeri jika ditekan. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar Zeis atau Moll akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preaurikel biasanya turut membesar. Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.

Gambar 2. Hordeolum internum dan hordeolum eksternum

Karsinoma kelenjar sebasea Menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas biasanya berbentuk nodul yang kecil, keras seperti kalazion. Sering kelihatan seperti kalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Karsinoma kelenjar sebasea adalah keganasan kedua terbanyak pada palpebra.6,9 Biasanya muncul pada usia pertengahan atau lansia. Paling sering ditemukan pada palpebra superior, tapi dapat multifokal,
11

melibatkan kedua palpebra. Bulu mata dapat hilang dan destruksi orificium kelenjar Meibom dapat timbul. Biopsi harus dilakukan untuk membedakan karsinoma ini dengan kalazion. Pasien dengan kalazion rekuren, usia lanjut, penebalan palpebra, blefaritis unilateral kronik harus dicurigai sebagai karsinoma.

Adenokarsinoma Merupakan keganasan yang terjadi baik berasal dari kelenjar meibom ataupun zeis. Bentuknya mirip dengan kalazion. Benjolan yang keras, tidak nyeri, bengkak, dan tidak terfiksasi pada kulit akan tetapi pada jaringan yang ada dibawahnya.6,9

Kelainan

Benjolan

Nyeri tekan

Gangguan penglihatan

Durasi

Kalazion

Keras / kenyal Tidak minim

ada/ Jarang

Beberapa minggu, bulan dan tahun

Hordeolum

Eritematous dan kenyal

Nyeri saat di Jarang tekan Nyeri saat di Jarang

Beberapa hari minggu Tidak lama

Gigitan serangga

Tampak sembab

dan tekan

eritematous Alergica swelling eye Lunak karena Nyeri ringan Jarang edem atau nyeri Karsinoma kelenjar meibom/ sebaseus Keras / kenyal Tidak nyeri Jarang tidak Tidak dan rekuren pada Lama lama sering

fase awal, fase (Kalazion lanjut dapat yang sering

mengganggu penglihatan

rekuren perlu curigai karsinoma kelenjar meibom)

Tabel 1. Perbandingan differential diagnosis yang paling mirip dengan Kalazion

12

Diagnosis Kerja Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan manifestasi klinis sesuai dengan skenario mengarahkan kasus ini kepada dugaan kalazion pada oculi dektra superior sedangkan oculi sinistra dalam keadaan normal. Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.

Gambar 3. Kalazion

Nama lain dari kalazion di antaranya Meibomian Gland Lipogranuloma, Kista Meibomian, dan kista Tarsal. Kalazion adalah massa di kelopak mata yang dihasilkan dari peradangan kronis kelenjar meibom. Kalazion terkadang sulit dibedakan dengan

hordeolum, dimana dari hasil pemeriksaan fisik, yang juga muncul sebagai benjolan pada kelopak mata.5

Anatomi Bola mata terdiri dari dua segmen bola yaitu segmen besar bola besar (sklera) dan segmen kecil bola kecil (kornea).5 Bola mata susunannya terdiri dari: Dinding bola mata, yang tersusun atas: 1) Tunika fibrosa yang terdiri dari kornea dan sklera 2) Tunika vaskulosa atau uvea yang terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid 3) Tunika nervosa yang terdiri dari retina dan epitel pigmen

13

Ruang-ruang mata, yaitu: 1) Kamera okuli anterior 2) Kamera okuli posterior 3) Ruang badan kaca (paling luas) Isi bola mata adalah: 1) Humor akuos yang terdapat di dalam kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. 2) Vitreous yang menempati ruang badan kaca 3) Lensa kristalina yang terletak di antara ketiga ruang di atas

Gambar 4. Anatomi mata

Untuk melindungi diri terhadap gangguan lingkungan, mata dilengkapi dengan palpebra. Palpebra adalah lipatan jaringan yang mudah bergerak dan berperan melindungi bola mata dari depan. Kulit palpebra sangat tipis sehingga mudah membengkak pada keadaan

14

tertentu. Pada tepi palpebra terdapat bulu mata (silia) yang berguna untuk memproteksi mata terhadap sinar dan juga terhadap trauma kecil. Selain berfungsi sebagai pelindung bola mata, palpebra juga berfungsi dalam mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Secara garis besar, peranan kelopak mata adalah sebagai berikut.5 Sebagai proteksi dengan adanya refleks menutup kelopak terhadap rangsangan di kornea terhadap cahaya yang menyilaukan terhadap objek yang bergerak ke arah mata Saat tidur terdapat kontraksi tonis m. orbikularis, sehingga kelopak menutup dan akan melindungi kornea dari kekeringan. Saat berjaga pun juga terjadi kedipan spontan untuk menjaga kornea tetap licin dan meratakan air mata. Tepi kelopak mata terdapat bulu mata yang berjumlah kira-kira 200 buah untuk tiap mata dengan kemampuan hidup beberapa bulan. Pada folikel tiap bulu mata terdapat saraf dengan akhiran sebagai mekanoreseptor, sehingga apabila terdapat benda asing yang mengenai kelopak mata, akan terjadi refleks mengedip. Di atas palpebra terdapat alis mata, yang mempunyai fungsi: Menahan keringat dari dahi agar tidak mengalir ke mata Memberi keteduhan mata terhadap cahaya matahari yang langsung ke mata. Kelopak memiliki lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmus. Pada kelopak terdapat bagian-bagian: Kelenjar kelenjar sebasea
15

kelenjar Moll atau kelenjar keringat kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga menghasilkan sebum. kelenjar Meibom pada tarsus yang menghasilkan sebum atau minyak. Otot-otot palpebra M. orbicularis oculi, berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. levator palpebra, berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tasus atas dengan sebagian menembus M. orbicularis oculi menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata. Di dalam kelopak mata terdapat : Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 di kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.

16

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari rumus frontal N.V, sedang kelopak mata bawah dipersarafi cabang ke II dari N.V

Gambar 5. Anatomi palpebra

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin. Gerakan palpebra dipengaruhi oleh otot-otot yaitu sebagai berikut.

Gerakan menutup

: kontraksi M. orbicularis oculi (N.VII) dan relaksasi M.

levator palpebra superior. M. Riolani menahan bagian belakang palpebra terhadap dorongan bola mata.

Gerakan membuka

: kontraksi M. levator palpebra superior (N.III). M. Muller

mempertahankan mata agar tetap terbuka. Proses berkedip (Blink) : Refleks (didahului stimuli) dan spontan (tidak didahului stimuli) terjadi akibat kontraksi M. orbikularis okuli pars palpebra.

17

Mata dibasahi oleh air mata yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis, yang terletak di bagian anterior lateral atap orbita bagian atas. Kelenjar ini menghasilkan kira-kira 0,45 ml air mata dalam 24 jam. Selain kelenjar lakrimalis terdapat juga kelenjar lakrimalis asesorius, terdiri atas kelenjar Krause dan Wolfring yang terletak dibawah konjungtiva. Ada dua macam air mata yang biasanya diproduksi:5,6 Air mata pelumas mengandung lemak, air, dan mukus. Air mata aqueous dihasilkan sebagai respon emosi dan iritasi dan hanya mengandung air. Air mata yang dihasilkan akan mengalir ke bawah untuk membasahi bagian kelopak, kornea, dan konjungtiva bulbi. Air mata setelah membasahi mata akan masuk rongga hidung lewat canalis lakrimalis superior dan inferior (inferior peranannya jauh lebih besar) kemudian saccus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis, berakhir di meatus nasi inferior.3 Di meatus nasi inferior air mata akan menguap tapi jika air mata berlebih maka dapat tumpah ataupun tertelan. Air mata terdiri dari 3 lapisan yaitu (dari dalam keluar) :5 lapisan mukus/ musin melapisi langsung kornea dan selaput lendir konjungtiva. lapisan air yang dihasilkan kelenjar lakrimalis dan kelenjar lakrimalis asesorius. lapisan lemak paling luar yang berhubungan langsung dengan udara, dihasilkan oleh kelenjar Meibom dan kelenjar Moll. Ketiga lapisan tersebut haruslah seimbang jika tidak akan menimbulkan gangguan. Dalam 1 hari, sekresi normal dari air mata adalah < 1 ml dengan pH 7,4.5,6 Peranan air mata sebagai berikut : melumasi permukaan dalam palpebra agar dapat membuka dan menutup mata dengan enak. menghaluskan/ melicinkan permukaan kornea. mempertahankan kelembaban agar epitel kornea dan konjungtiva tetap sehat. membunuh kuman karena mengandung lisozym, laktoferin, dan betalisin. menghilangkan benda-benda asing yang menempel pada mata.

18

Gambar 6. Anatomi glandula lakrimalis

Manifestasi Klinik Benjolan pada kelopak yang terjadi dalam beberapa minggu, keras, tidak hiperemis, tidak nyeri tekan, pseudoptosis, kadang-kadang terjadi perubahan bentuk bola mata akibat tekanan sehingga terjadi kelainan refraksi.5,11 Konjungtiva pada daerah tersebut merah dan meninggi. Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi. Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra barubaru ini, diikuti dengan peradangan akut, misalnya merah, pembengkakan, perlunakan. Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Gejala yang mungkin dirasakan pasien dengan kalazion adalah sebagai berikut. o Pembengkakan di kelopak mata o Kekakuan pada kelopak mata
19

o Sensitivitas terhadap cahaya o Peningkatan keluarnya air mata o Berat dari kelopak mata o Rasa seperti mengantuk o Biasanya bersifat multipel & timbul bersamaan o Berupa nodul yang tidak terasa sakit o Membesar secara perlahan-lahan o Jarang regresi spontan o Nodul melekat erat ke tarsus, tidak melekat erat ke palpebra

Epidemiologi Tidak didapatkan data yang tepat tentang insiden dan prevalensi kalazion. Hubungan antara insiden dan prevalensi dengan ras juga belum diketahui. Laki-laki dan perempuan memiliki rasio yang sama untuk menderita kalazion. Berlawanan dengan opini public, penelitian belum menunjukan bahwa penggunaan produk kosmetik kelopak mata dapat menyebabkan atau memicu terjadinya kalazion. Kalazion terjadi pada semua kelompok umur, namun lebih sering terjadi pada dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Hal ini disebabkan oleh hormone androgen yang dapat meningkatkan viskositas sebum. Pengaruh hormonal pada sekresi dan viskositas sebaseus dapat menjelaskan terjadinya kalazion pada pubertas dan kehamilan. Namun, sejumlah pasien tanpa bukti perubahan hormonal menunjukkan bahwa terdapat mekanisme lain yang ikut berperan.12

Etiologi Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat . Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.12

20

Patofisiologi Kelenjar meibom yang berjumlah 30 - 40 buah pada bagian palpebra atas atau bawah merupakan kelenjar yang menghasilkan minyak yang dikeluarkan bersama air mata untuk membasahi dan melicinkan mata agar mata terlindungi dari benda asing dan mata tidak kering yang disebut sebum. Sebum ini dikeluarkan bersama-sama dengan air mata melalui salurannya yang berukuran kecil yang berada di sekitar bulu mata.5-10 Kalazion merupakan pembesaran dari kelenjar meibom yang sering terjadi karena adanya sumbatan dari pada saluran keluar atau bisa juga terjadi karena sebum yang dihasilkan oleh meibom terlalu kental dan tidak dapat dikeluarkan. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya pembesaran dari kelenjar meibom yang kemudian terbentuklah kalazion. 6,9,10 Kalazion juga dapat pecah dan melepaskan sebumnya keluar ke jaringan sekitar yang kemudian mengakibatkan terjadinya perangsangan sel-sel radang radang granuloamotosa. Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzimenzim bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk kalazion. Peradangan ini granulomatousa ini berbeda dengan peradangan yang terjadi pada hordeolum, dimana pada kalazion peradangannya berlangsung secara perlahan dan tidak menghasilkan pus dalam jumlah besar, sehingga dari gejala klinis juga tidak didapatkan nyeri tekan pada kalazion. Hal ini dapat membedakan kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat menyebabkan

terbentuknya kalazion, dan sebaliknya.

Penatalaksanaan Seringkali kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi. Namun untuk mempercepat penyembuhan dan untuk mencegah komplikasi pada kasus

21

yang berat, hal di bawah ini dapat dilakukan. mempredisposisi perlu dilakukan.

Penanganan pada penyakit yang

Pengobatan pada kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat, antibiotik setempat dan sistemik. Untuk mengurangi gejala, dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum. Untuk perawatan di rumah, pasien bisa melakukan kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air hangat selama lima sampai sepuluh menit. Kompres hangat dilakukan empat kali sehari untuk mengurangi pembengkakan dan memudahkan drainase kelenjar. Meskipun handuk dan air harus bersih, namun tidak perlu steril. Selain itu, pasien juga bisa memijat dengan lembut area kalazion beberapa kali sehari. Namun, kalazion tidak boleh digaruk. Pemberian antibiotic diperlukan jika dicurigai adanya infeksi bakteri. Injeksi steroid di area tembel dapat membantu meredakan inflamasi. Jika kalazion menimbulkan gejala yang berat atau tidak sembuh setelah berminggu-minggu, mungkin diperlukan operasi. Jika pembengkakan tidak berakhir dalam beberapa minggu atau muncul gejala penglihatan kabur, dokter mata akan menyarankan operasi untuk mengangkat kalazion. Jika penampilan kalazion mengganggu pasien, operasi juga akan menjadi indikasi.

Medicamentosa Antibiotik Karena kalazion adalah inflamasi steril, antibiotik topikal biasanya tidak dibutuhkan. Tetapi kadang, tetrasiklin oral dapat membantu mengurangi inflamasi dan meminimalkan infeksi sekunder pada keadaan akut dan juga dapat mencegah rekurensi pada keadaan kronik, terutama pada pasien dengan faktor predisposisi rosacea. Jika pasien alergi terhadap tetrasiklin, mentronidazol dapat digunakan. Pemberian antibiotik ini harus dilakukan oleh dokter mata. 5

Anti-inflamasi Jika tidak ada bukti adanya infeksi, kalazion dapat diinjeksi dengan steroid (sebagai contoh, triamnicolone, metilprednisolon) karena agen ini dapat
22

menurunkan

inflamasi

dengan

mensupresi

migrasi

leukosit

PMN

dan

mengembalikan permeabilitas kapiler. Injeksi steroid ini hanya boleh dilakukan oleh dokter mata atau ahli bedah plastik. Komplikasi dari injeksi steroid adalah hipopigmentasi, atrofi pada daerah injeksi, perforasi kornea dan katarak traumatik, dan kemungkinan eksaserbasi infeksi virus dan bakteri. 15

Non-medicamentosa Bedah (ekskoleasi kalazion) Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pentokain. Obat anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salem mata.5,11 Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan drain kalau perlu diberi antibiotik, lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan bila sangant diperlukan untuk rasa sakit.

Gambar 7. Ekskoleasi kalazion

Konservatif Untuk perawatan di rumah, pasien bisa melakukan kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air hangat selama lima sampai sepuluh menit.
23

Kompres hangat dilakukan empat kali sehari untuk mengurangi pembengkakan dan memudahkan drainase kelenjar. Meskipun handuk dan air harus bersih, namun tidak perlu steril. Selain itu, pasien juga bisa memijat dengan lembut area kalazion beberapa kali sehari. Namun, kalazion tidak boleh digaruk. Edukasi

Preventif Kalazion klasik lebih sering ditemukan pada pasien dengan gangguan imunitas atau rosacea dan pada individu yang paparan UV tinggi. Penanganan yang baik dari kondisi ini dan membatasi paparan UV dengan mengenakan kacamata hitam dan topi dapat mengurangi formasi kalazion. Jika pasien memiliki tendensi untuk mudah terkena kalazion, basuh kelopak mata setiap hari dengan air dan shampo bayi menggunakan cotton swab.12 Jika mulai tampak tanda-tanda awal iritasi kelopak mata, segera kompres dengan air hangat beberapa kali dalam sehari.12 Jaga kebersihan diri.12

Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi dari kalazion adalah infeksi sekunder oleh bakteri, virus atau pun jamur. Kalazion yang berukuran besar dapat mengakibatkan gangguan pada penglihatan karena mengakibatkan gesekkan pada kornea atau konjungtiva namun hal ini jarang terjadi. 6-10 Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosa dengan kemungkinan adanya suatu keganasan.5-11 Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampak atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra

24

sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.

Prognosis Prognosis kalazion sangat baik. Kebanyakan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Jika demikian, tidak ada konsekuensi jangka panjang yang timbul. Kalazion tidak menular. Rekurensi tidak jarang terjadi, terutama pada pasien dengan faktor predisposisi kondisi kulit.

25

BAB III PENUTUP

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom yang

tersumbat.Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum.Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea. Penanganan konservatif kalazion adalah dengan kompres air hangat. Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Fanlser JL, Brenner BE. Chalazion in Emergency medicine. Medscape Refference. 27 April 2010. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/797763, 13 Maret 2012. 2. Priharjo, Robert. Pengkajian fisik keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit EGC; 2006. 3. Welsby P D. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta. EGC. 2009.hal 857. 4. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. History and examination. In: ABC of Eyes. 4th Ed. 2004. London: BMJ Publishing Group. Chapter 1. 5. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Edisi ke-1. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2007.h.25-36. 6. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum edisi 17. Jakarta: EGC. 2011.h 78-9,85-8. 7. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Kelainan kelopak dan kelainan jaringan orbita. Edisi ke-4. Jakarta: FK UI; 2011. h. 92-5. 8. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK UKRIDA. 2011.h.46-7 9. James B, Chew C, Bron A. Oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta: Erlangga; 2005.h.176-85. 10. Wessels IF. The Medscape Journal of Medicine. Kalazion. 25 maret 2011. Diunduh dari www.medscape.com, 8 Maret 2012. 11. Greenberg MI. Teks-atlas kedokteran kedaruratan. Dalam: Greenberg MI, Hendrickson RG, Silverberg, penyunting. Oftalmologi. Edisi pertama. Jilid I. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 87. 12. Santen S. Chalazion.Diunduh dari www.emedicine.com. 11 Maret 2012

27

Anda mungkin juga menyukai